Anda di halaman 1dari 33

SISTEM

MUSKULOSKELE
TAL PROGRAM
A

PANDUAN
PROSES
PEMBELAJARAN
Disusun Oleh :
1. DR. Elly L Sjattar, S.Kp., M.Kes
2. Ns. Abdul Majid, M.Kep., Ns.,
Sp.KMB
3. Ns. Andina Setyawati, S.Kep.,
M.Kep
4. Ns. Ilkafah, S.Kep., M.Kep
5. Ns. Akbar Harisa, S.Kep., MN

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL DENGAN


PENDEKATAN VIDEO PRESENTATION

A. Tujuan belajar
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, fisiologi,
biokimia, histologi dan patologi anatomi sIstem muskuloskeletal.
B. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Video presentation (STAD) dengan sintaks
kegiatan sebagai berikut :
1. Mahasiswa mencari video dan presentasi tentang topik pembelajaran
2. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok 1 : anatomi musculoskeletal,
kelompok 2 : komposisi tulang, kelompok 3 : proses pembentukan tulang, kelompok 4 :
klasifikasi sendi dan pergerakannya, kelompok 5 : mekanika gerak tulang)
3. Refleksi dari dosen
4. Dosen memberikan quiz diakhir perkuliahan dalam bentuk soal uji kompetensi (3-5 soal)
berikut pembahasan singkat
C. Persiapan Mahasiswa
Sebelum perkuliahan, mahasiswa diwajibkan mencari video, membaca bahan ajar dan buku
referensi yang disarankan.
D. Referensi
rd
1. Corwin, E.J. (2008). Handbook of pathophysiology (3 Ed). Lippincott. Halaman 281297
rd
2. William, L.S., & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing, 3 ed.
Philadelphia : F.A Davis Company. Halaman 959-961.
3. Buku dan referensi on line terkini lainnya

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL


PENDEKATAN CASE REVIEW

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu menjelaskan konsep medis dan
keperawatan klien dengan gangguan musculoskeletal dengan topic sesuai silabi.
B. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan case review dengan sintaks kegiatan sebagai
berikut :
1. Dosen memberikan 1-3 kasus terkait topik pembelajaran sehari sebelum perkuliahan
2. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok
3. Mahasiswa mendiskusikan kasus yang telah dibagi
4. Pada hari H, mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi kasus selama 15 menit
5. Dosen memberikan materi dalam bentuk review kasus yang diberikan
6. Dosen memberikan quiz dalam bentuk soal uji kompetensi (3-5 soal) berikut pembahasan
singkat
E. Persiapan Mahasiswa
Sebelum perkuliahan, mahasiswa diwajibkan memperlajari kasus dengan membaca buku
referensi yang disarankan.
F. Referensi
rd
1. William, L.S., & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing, 3 ed.
Philadelphia : F.A Davis Company. Halaman 992-1005
th
2. Timby, B.K., & Smith, N.E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing, 10 ed.
Philadelphia : Lippincott. Halaman 989-990, 993-996
3. Buku dan referensi online terkini lainnya

PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PENDEKATAN VIDEO WATCHING

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu menjelaskan
musculoskeletal yang meliputi pengkajian fisik, diagnostic dan laboratorium.

pengkajian

B. Kegiatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bagian ini adalah dengan menggunakan video watching, dengan
sintaks kegiatan sebagai berikut :
1. Dosen memberikan materi dalam bentuk video dan media lainnya (yang dianggap perlu)
2. Dosen memberikan kesempatan tanya jawab dengan mahasiswa
3. Presentasi oleh 2-3 mahasiswa sesuai video yang dilihat selama 30 menit (mahasiswa
yang presentasi ditunjuk langsung oleh dosen)
4. Refleksi dan klarifikasi oleh dosen
5. Dosen memberikan quiz dalam bentuk soal uji kompetensi (3-5 soal) berikut pembahasan
singkat
C. Persiapan Mahasiswa
Mahasiswa diwajibkan membaca referensi yang dianjurkan sehari sebelum perkuliahan.
D. Referensi
th
1. Timby, B.K., & Smith, N.E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing, 10 ed.
Philadelphia : Lippincott. Halaman 991-993
2. Buku dan referensi on line terkini lainnya

INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


BERBASIS EBN PENDEKATAN JOURNAL SEARCHING DAN JOURNAL READING

A. Tujuan
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu searching jurnal, membaca jurnal dan
memahami isi jurnal serta mengetahui intervensi keperawatan terkini terkait gangguan sistem
musculoskeletal.

a.
b.
c.
d.
e.

B. Kegiatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bagian ini adalah dengan menggunakan searching journal
(investigasi kelompok) dilanjutkan dengan journal reading yang dilaksanakan dalam 3
pertemuan, dengan sintaks kegiatan sebagai berikut :
Pertemuan 1 :
1. Sehari sebelum pertemuan 1, masing masing individu mahasiswa harus membawa hasil
pencarian jurnal sesuai topik yang sudah di print out(kelompok 1 : intervensi fraktur,
kelompok 2 : intervensi gangguan struktur tulang, kelompok 3 : intervensi kelainan
tulang kongenital, kelompok 4 : intervensi perioperative musculoskeletal, kelompok 5 :
intervensi gangguan inflamasi tulang)
2. Pada pertemuan 1 kelompok menyatukan hasil pencarian individu anggota melalui
sintesis dan diskusi isi jurnal, dengan di arahkan fasilitator (Kelompok 1 : ns. Andin ,
kelompok 2 : ns. Ilkafah, kelompok 3 : ns. Majid, Kelompok 4 : DR. Elly, Kelompok 5 :
ns. Akbar)
3. Jurnal print out dikumpulkan kepada fasilitator masing-masing untuk
dinilai Pertemuan 2 :
4. Mahasiswa menyusun laporan hasil diskusi journal dalam bentuk makalah secara mandiri
5. Sistematika penyusunan makalah jurnal :
Latar belakang pemilihan topik
Tujuan penulisan makalah
Sintesis dan pembahasan jurnal
Kesimpulan
Implikasi keperawatan
Pertemuan 3 :
6. Semua kelompok mahasiswa mempresentasikan jurnalnya didalam kelas dengan metode
jigsaw
7. Evaluasi dengan presentasi acak individu
8. Dosen memberikan refleksi dan klarifikasi
C. Referensi
Buku/ majalah jurnal atau jurnal on line terkini (maksimal 3 tahun terakhir)

PANDUAN CSL

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL


Pengkajian sendi memerlukan pengetahuan tentang struktur dan fungsi. Pelajari fungsi dan
anatomi masing-masing sendi. Kenali istilah berikut.
1. Struktur artikular : termasuk kapsul sendi dan kartilago artikular, sinovium dan cairan
sinovial, ligamen intra-artikular dan tulang juksta-artikular
2. Struktur non artikular : antara lain ligamen periartikular, tendon, bursa, fasia, tulang,
syaraf dan lapisan kulit
3. Ligamen : berkas fibril kolagen menyerupai rangkaian tali yang menghubungkan tulang
dengan tulang
4. Tendon : serat kolagen yang menghubungkan otot dengan tulang
5. Kartilago : jenis lain dari matriks kolagen
6. Bursa : kantong cairan sinovial yang melindungi gerakan tendon dan otot sekitar tulang
atau struktur sendi lainnya

Tinjau kembali tiga jenis utama kartilago sendi- sinovial, kartilaginosa dan fibrosa- dan berbagai
fasilitas derajat gerakan masing-masing jenis!
Tinjau jenis-jenis sendi sinovial dan hubungannya dengan karakteristiknya masing-masing!
Perhatikan bahwa struktur sendi menentukan fungsi sendi!

PENDEKATAN UMUM
Inspeksi persendian dan jaringan disekitarnya saat anda memeriksa berbagai bagian tubuh
Identifikasi sendi apakah terjadi perubahan struktur dan fungsi dan lakukan pengkajian teliti
terhadap :
1. Kesimetrisan bagian yang sakit-satu atau kedua sisi tubuh, salah satu atau beberapa sendi
2. Deformitas atau ketidaksejajaran tulang
3. Perubahan jaringan lunak disekitarnya-perubahan kulit, nodul subkutaneus, atrofi otot,
krepitus
4. Keterbatasan rentang gerak, kelemahan ligamentum
5. Perubahan kekuatan otot
Perhatikan tanda inflamasi dan arthritis: pembengkakan, hangat, nyeri tekan dan kemerahan
Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal Pada Dewasa dan Lansia
ASPEK YANG DINILAI
A. Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verifikasi order untuk pemeriksaan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil nama klien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien
3. Jawab pertanyaan-pertanyaan klien
C. Tahap Kerja
1. POSTUR
Inspeksi bentuk tubuh terhadap adanya kifosis, lordosis, skoliosis

NILAI
0
1
2

2. GAIT
Inspeksi gaya berjalan, perhatian adanya spastic hemiparesis gait
(stroke),steppage gait (lower motor neuron disease), and
shuffling gait (Parkinsons disease).

3. INTEGRITAS TULANG
Palpasi dan inspeksi adanya deformitas, asimetris, krepitus

4. KEKUATAN OTOT DAN UKURAN OTOT


a. Clonus otot (kontraksi ritmik)
b. Fasikulasi (gerakan tidak terkoordinasi)
c. Bandingkan ukuran kanan dan kiri, perbedaan signifikan jika >
1 cm

5. FUNGSI SENDI
Sendi temporomandibular
1. Inspeksi terhadap adanya bengkak atau kemerahan
2. Palpasi ketika pasien membuka dan menutup mulut
3. Palpasi otot mastikasi : otot maseter, otot temporal dan otot
pterigoid
Bahu
1. Inspeksi kontur bahu dan lingkar bahu dari depan dan belakang
2. Minta pasien untuk :
a. Mengangkat kedua lengan setinggi bahu, telapak tangan
menghadap kebawah
b. Mengangkat kedua lengan vertikal diatas kepala, telapak tangan
saling berhadapan
c. Minta pasien menyentuh skapula yang berlawanan dengan
menggunakan dua gerakan uji regangan Apley
3. Periksa kemampuan untuk mengangkat lengan setinggi bahu
dan turunkan dengan perlahan (tanda lengan turun)
Siku
1. Inspeksi dan palpasi :
a. Prosesus olekranon
b. Epikondilus medial dan lateral
2. Minta pasien untuk :
a. Memfleksikan dan mengekstensikan siku
b. Membalik telapak tangan ke atas dan ke bawah (supinasi dan
pronasi)
Pergelangan tangan dan tangan
1. Inspeksi
a. Gerakan pergelangan tangan (fleksi, ekstensi, deviasi pada area
ulna dan medial), tangan dan jari
b. Kontur pergelangan tangan dan jari tangan
c. Kontur telapak tangan
2. Palpasi
a. Sendi pergelangan tangan
b. Sendi metakarpofalang
c. Sendi interfalang proksimal dan distal
Tulang belakang
1. Inspeksi tulang belakang dari sisi samping dan belakang,
perhatikan setiap kurvatura yang abnormal, perhatikan setiap
bentuk asimetri bahu, krista iliaka atau bokong
2. Periksa dan palpasi
a. Prosesus spinosus pada setiap vertebra
b. Sendi sakroiliaka
c. Otot paravertebral, jika terdapat nyeri
d. Nervus skiatika (garis tengah antara trokanter mayor dan
tuberositas iskial)

3. Uji rentang gerak pada leher dan tulang belakang untuk menilai :
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Rotasi
d. Membungkuk lateral
Pinggul
1. Inspeksi gaya berjalan untuk menilai :
a. Cara berjalan dan lenggangan (gerakan kaki ke depan, tidak
menumpu berat badan)
b. Lebar dasar (biasanya sebesar 5-10 cm dari tumit ke tumit)
pergeseran pelvis, fleksi lutut
2. Palpasi
a. Sepanjang ligamen inguinalis
b. Bursa ileopektineal, arah lateral terhadap nadi femoralis
c. Bursa trokanterik, pada trokanter mayor femur
d. Bursa iskiogluteal, superfisial terhadap tuberositas iskial
3. Periksa rentang gerak
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Abduksi
d. Adduksi
e. Rotasi internal dan eksternal
Lutut
1. Inspeksi
a. Gaya berjalan untuk menilai ekstensi lutut pada hentakan tumit,
fleksi selama seluruh fase lain pada gerak berlenggang dan cara
berdiri
b. Kesejajaran lutut
c. Kontur lutut, termasuk adanya atrofi otot kuadrisep
2. Inspeksi dan palpasi
a. Patela
b. Ruang infrapatelar (area cekungan yang berdekatan dengan
patela)
c. Kondilus tibialis medial
d. Permukaan poplitea
3. Kaji ligamen :
a. Ligamen kolateral medial : dengan posisi lutut sedikit fleksi,
tekan kearah medial terhadap permukaan lateral lutut
menggunakan satu tangan dan tarik ke arah lateral pada
pergelangan kaki dengan menggunakan tangan lainnya (abduksi
atau stres valgus)
b. Ligamen kolateral lateral : dengan lutut agak fleksi, dorong ke
arah lateral disepanjang permukaan medial lutut dengan
menggunakan satu tangan dan tangan lainnya tarik ke arah
medial pada area lutut (adduksi atau stres varus)

Pergelangan kaki dan kaki


1. Insepksi sendi pergelangan kaki dan kaki
2. Palpasi
a. Sendi pergelangan kaki
b. Tendon achilles
c. Tekan sendi metatarsofalang, kemudian palpasi setiap sendi
antara ibu jari dan jari telunjuk
3. Kaji rentang gerak
a. Dorsifleksikan dan plantarfleksikan pergelangan kaki (sendi
tibiotalar)
b. Stabilkan pergelangan kaki dan putar tumit ke dalam dan keluar
(sendi subtalar dan talokalkaneus)
c. Stabilkan tumit dan putar telapak kaki depan ke dalam dan
keluar (sendi tarsal tranversal)
d. Fleksikan jari kaki pada sendi metatarsofalang
Sindrom carpal tunnel
1. Abduksi ibu jari : minta pasien menaikkan ibu jari tegak lurus
telapak tangan, saat anda memberi tekanan ke bawah pada falang
distal (manuver ini merupakan uji kekuatan yang cukup andal
terhadap abduktor pollicis brevis, suatu area yang hanya dipersyarafi
nervus medianus
2. Tanda tinel : lakukan perkusi ringan pada nervus medianus di
pergelangan tangan
3. Uji phalen : pegang pergelangan tangan pasien dalam fleksi tibatiba, atau minta pasien menekan kebelakang pada kedua tangan
secara bersamaan, untuk membentuk sudut kanan. Kedua posisi
tersebut harus ditahan selama 60 detik.
Mengukur rentang gerak
Gunakan goniometer saku yang sederhana, perkirakan secara visual,
rentang gerak siku disisi kanan yang terbatas ditandai dengan garis
merah
Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Akhiri kegiatan
3. Cuci tangan
Dokumentasi
1. Catat hasil interpretasi dalam status
Contoh :
rentang gerak pada semua sendi baik. Tidak ada tanda-tanda
pembengkakan atau deformitas
2. Laporkan adanya kondisi abnormal

Pemeriksaan Muskuloskeletal Pada Bayi Dan Anak


NO
1

2.

ITEM PENILAIAN
Persiapan
a. Keluarga dan klien diberitahu tentang prosedur yang akan
dilakukan
b. Jaga suhu ruangan dan pencahayaan
c. Jaga ruangan untuk menjaga privasi klien
Pelaksanaan
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
b. Bayi atau anak diletakan di atas tempat tidur
Pada bayi baru lahir
c. Inspeksi dan amati langsung ekstermitas secara umum,
kesimetrisan ekstermitas baik atas maupun bawah
d. Inspeksi ekstermitas superior apakah terdapat fekomelia
e. Kaji fleksi dan rentang gerak penuh eksretmitas atas
f. Inspeksi dan amati langsung jari tangan dan jari kaki untuk
melihat apakah ada temuan sindaktili atau polidaktili
g. Inspeksi penggung kuku, temuan bisa didapatkan punggung
kuku merah muda dengan sianosis sementara segera setelah
lahir
h. Ukur nadi brakialis bilateral
i. Kaji putaran kepala dengan memposisikan bayi pada posisi
tengkurap. Apakah bayi bisa menoleh ke kanan dan kiri?
87
Apakah bayi mampu menahan kepala dalam garis horozon
tal
dengan punggung bila tengkurap?
Kaji tanda tanda displasia perkembangan panggul
k. Kaji tonus otot secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi
berlawanan
l. Kaji fleksi dan rentang gerak penuh ekstremitas bawah,
m. Inspeksi lipatan paha dan gluteal, simetris atau tidak?
n. Keterbatasan abduksi panggul seperti terlihat pada fleksi
o. Pemendekan femur seperti terlihat pada fleksi lutut
p. Tes klik ortolani ( bila kaki yang terkena di abduksikan pada
bayi < 4 minggu)

Dilaksanakan
Ya
Tidak

Pada anak
a. Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran,
suhu, warna, nyeri tekan, dan mobilitas
b. Uji adanya perkembangan displasia panggul (tes
trandelenburg)
c. Ukur jarak antara lutut ketika berdiri dengan malleolus
berdekatan (genu varum, > 5 cm pd anak > 2 tahun)
d. Ukur jarak antara maleolus bila anak berdiri dengan kedua
lutut merapat (genu valgum, > 7,5 cm pd anak > 7 tahun)
e. Inspeksi posisi telapak kaki; uji apakah ada deformitas kaki
pada saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau
perkembangan, oleh pergerakan keluar, kemudian kedalam,
sisi telapak kaki: bila dapat normal dengan sendirinya, kaki
mengambil sudut kanan terhadap kaki
a. Pes planus (flat foot): normal pd bayi, anak besar (kelemahan
otot)
b. Pes valgus: eversi seluruh kaki tetapi telapak kaki berada pada
tanah
c. Pes varus: inversi seluruh kaki tetapi telapak kaki berada pada
tanah
d. Metatarsus valgus: eversi kaki bawah sementara tumit tetap
lurus. Disebut juga berjalan dengan jari kaki atau berjalan
bebek.
e. Talipes valgus: eversi dari kaki hanya pada bagian dalam kaki
yg berada di tanah
f. Talipes varus: inversi dari kaki sehingga hanya bagian telapak
luar yg berada di tanah
g. Talipes equinus: ekstensi atau plantar fleksi dari kaki sehingga
hanya bantalan dari ibu jari kaki saja yang berada di tanah
h. Talipes kalkaneus: fleksi dorsal dari kaki sehingga hanya tumit
saja berada di tanah.
f. Inspeksi gaya berjalan : Minta anak berjalan pada garis lurus
(normalnya lemah gemulai dengan kaki saling merapat),
abnormal: bergoyang, menyilang, berjalan dengan jari kaki
g. Perkirakan sudut berjalan degan menarik garis imajiner melaui
bagian tengah kaki dan garis progresi (normal memutar keluar
< 30 derajat dan ke dalam < 10 derajat)
h. Uji refleks plantar dengan menggores telapak kaki lateral dari
tumit ke ibu jari kaki
i. Uji kekuatan :
1) Lengan : dengan meminta anak mengangkat tangan sambil
melawan tekanan dari tangan anda
2) Telapak tangan : dengan meminta anak meremas jari anda
sekeras mungkin.
3) Kaki : dengan meminta anak duduk dengan kaki
menggantung, lanjutkan seperti pada tangan

4) Telapak kaki : dengan meminta anak memfleksikan


plantar, dorong telapak kaki kearah lantaii sambil menekan
telapak kaki

3
4

Pemeriksaan Fisik Punggung


a. Bayi/anak diposisikan dalam keadaan tengkurap.
b. Inspeksi : Amati langsung tulang belakang anak/bayi dan
perhatikan kesimetrisan pinggul dan bahu.
c. Palpasi : Kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang
tulang belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan seperti
skoliosis deviasi tulang belakang ke arah samping), lordosis
(deviasi tulang belakang ke arah anterior), kifosis (deviasi
tulang belakang ke arah posterior)meningokel, spina bifida
atau lainnya.
d. Inspeksi : perhatikan mobilitas tulang belakang khususnya
tulang servikal.
Evaluasi
a.simpulkan hasil pemeriksaan
b.Penyimpangan dari normal
Dokumentasi
a.Catat respon klien
b.Catat semua hasil pemeriksaan

REFERENSI
Bickley, Lynn S. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates, Edisi 5.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2008). Textbook Of Medical Surgical Nursing. Jakarta : EGC

PERAWATAN LUKA POS OPERASI TULANG


Perawatan luka adalah suatu implementasi yang dilakukan perawat dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan pertumbuhan jaringan kulit yang rusak
2. Mengurangi resiko infeksi
3. Memberikan kenyamanan pada klien yang mengalami kerusakan integritas kulit
4. Mengimobilisasi luka
5. Mengabsorbsi drainase
6. Membantu hemostasis
Konsep dasar penyembuhan luka :
1. Penyembuhan pada luka operasi
Penyembuhan luka biasanya berlangsung cepat apabila tidak ada komplikasi dan adanya
faktor-faktor pendukung dalam penyembuhan luka. Pada luka bedah, dapat diketahui adanya
sintesis kolagen dengan melihat adanya jembatan penyembuhan dibawah jahitan yang mulai
menyatu. Jembatan penyembuhan ini muncul pada hari ke 5-7 pascaoperasi dengan
manifestasi klinis adanya keropeng lurus pada permukaan luka.
2. Pengangkatan jahitan pada luka operasi
Jahitan pascaoperasi pada sistem muskuloskeletal biasanya diangkat pada saat sudah terlihat
adanyan tensil strenght yang mendekatkan tepi luka. Pengangkatan jahitan dinilai dari
keadaan klinis luka. Luka yang sudah mulai kering dan tidak ada cairan lagi yang keluar pada
sisi benang merupakan salah satu indikator pengangkatan jahitan. Pengangkatan jahitan
bergantung pada usia, status nutrisi dan lokasi luka. Jahitan biasanya diangkat pada hari ke 67 pascaoperasi dan dilakukan pengangkatan secara selang seling serta pengangkatan jahitan
keseluruhan biasanya dilakukan pada minggu ke 2 pasca operasi dengan catatan keadaan luka
sudah kering. Pengangkatan jahitan sedini mungkin bertujuan untuk menghindari bekas
jahitan (suture marks) walaupun pembentukan kolagen sampai jahitan menyatu berakhir pada
hari ke-21. Kolagen sebagai jembatan penyembuhan ini muncul pada hari ke 5-7
pascaoperasi.

Alat dan Bahan :


1. Set steril (1 pinset anatomis, 2 pinset cirurgis,
2 com kecil, 1 gunting jahitan, 1 gunting
nekrotomi, sarung tangan steril)
2. Kassa steril
3. NaCl 0,9%
4. Povidon iodin 10%
5. Perlak
6. Gunting verban
7. Plester
8. Kapas alkohol
9. 1 Pinset anatomis non steril
10. Verban gulung
11. Alkohol 70%
12. 1 Spuit steril
ASPEK YANG DINILAI

NILAI

0
A. Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan perawat untuk rencana perawatan luka
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga
Tahap Kerja
1. Beri kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dimulai
2. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan
3. Atur posisi klien, beri pengalas
4. Lepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung tangan/
pinset dan kapas alkohol
Jika diverban, tehnik pemotongan verban dimulai dari bagian distal
Jika melepas verban gulung, apabila melengket terlalu kuat dikulit,
NaCL steril diberikan pada verban dan kassa untuk memudahkan
melepasnya
Jika kassa melengket di kulit dengan cara memutar pinset yang
menempel di kassa dengan sedikit menekan dan memutar untuk
mengurangi nyeri
5. Cuci tangan
6. Buka alat-alat steril dan pertahankan supaya tidak terkontaminasi,
tuangkan larutan antiseptik, tambahkan alat dan bahan yang
diperlukan
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Bersihkan luka sesuai kondisi luka dengan tetap memperhatikan
sterilitas
Tehnik pencucian luka :
a. Swabbing (menggosok) yaitu mengangkat jaringan nekrotik.
Menghapus daerah luka harus dimulai dari dalam dan dengan
gerakan memutar kearah luar dengan cairan NaCl dan kassa
basah. Pada saat ini, perawat melakukan pengkajian keadaan
luka, warna bagian dasar luka dan keadaan sekitar luka
b. Irigasi biasanya dilakukan pada kondisi luka berongga, dengan
spuit steril yang berisi cairan antiseptik dan NaCl disemprotkan
pada bagian atas agar kotoran dan jaringan mati dapat larut
keluar melalui rongga bawah
c. Cairan pencuci luka adalah NaCL dan povidon iodin
9. Tutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka
Luka terbuka fraktur tulang panjang harus ditutup dengan verban
lembut dan diikuti dengan pemasangan soft band gips spalk agar
patah tulang tidak menimbulkan nyeri.

Penutupan luka luas dengan menggunakan antimikroba, luka


dikompres dengan kassa basah NaCl, tutup dengan kassa steril
kering.
Tehnik penutupan luka dengan verban gulung dari atas ke bagian
distal dengan tehnik kunci pada gulungan pertama.
Tehnik pemasangan soft band pada beberapa luka disertai patah
tulang panjang dimulai dari bagian atas ke bagian distal.
10. Buka sarung tangan
11. Fiksasi kassa dengan plester
12. Kembalikan klien ke posisi semula
Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bersihkan alat-alat
5. Cuci tangan
Dokumentasi
1. Catat waktu perawatan luka, kondisi luka, cara perawatan

REFERENSI
Bickley, Lynn. S. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Edisi 5.
Jakarta : EGC.
Haryani., Harsono., dkk. (2004). Skills Lab Pendidikan Keperawatan Medik Program A
Semester V. Yogyakarta : Lab Ketrampilan Medik FK UGM.
Muttaqin,

Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Gangguan

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta :
EGC

TEHNIK MEMBALUT DAN BIDAI


A.Jenis Pembalut/Perban
1.Perban segi tiga (Mitella)
2.Perban pita (Zwachtel)
3.Plester
B.Tujuan Membalut/Perban
1.Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2.Menopang yang cedera
3.Menahan dalam suatu sikap tertentu
4.Menekan
5.Menarik
C.Bahan Untuk Perban
Bahan yang diperlukan untuk membalut, antara lain salep, bubuk luka, plester, bahan penyerap
(kasa atau kapas), kertas tissue, bahan tidak mudah menyerap (kertas khusus, kain taf, sutera),
bahan elastis (spons, kapas).
D.Jenis jenis Pembalutan
1.Perban Segi Tiga (Mitella)
Perban segi tiga dibuat dari kain belacu atau kain muslin, perbannya dibuat segitiga sama kaki
yang puncaknya bersudut 900 . Panjang dasar segitiga kira-kira 125 cm dan kedua kakinya
masing-masing 90 cm. Buatlah terlebih dahulu kain segi empat dengan sisi 90 cm lalu lipat dua
atau digunting pada garis diagnonalnya.
2.Balut Segi Tiga Untuk Kepala
Untuk luka kepala dapat dipakai perban segi tiga. Dasar segi tiga dilipat selebar 5 cm 2 kali.
Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian yang mengandung lipatan diletakkan
sebelah luar. Ujung puncak segi tiga ditarik ke belakang kepala sehingga puncak kepala tertutup
kain segi tiga. Kedua ujung lipatan tadi dililitkan ke belakang kepala lalu kembali ke dahi dan
dibuat simpul di dahi.
3.Balut Segi Tiga Untuk Bahu
Guntingan ujung puncak segitiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Kedua ujung yang
baru dibuat dililitkan secara longgar ke leher, lalu diikat ke belakang. Dasar segi tiga ditarik
sehingga bagian bahu yang cedera tertutup. Lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan ke lengan
dan diikat.
4.Balut Segi Tiga Untuk Dada
Gunting puncak segitiga tegak lurus pada dasarnya sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak
itu secara longgar dibelakang leher, sehingga dasar segi tiga berada di depan dada. Lipatlah dasar
segi tiga beberapa kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung dasar tadi diikat di punggung.

5.Balut Segi Tiga Untuk Pantat


Gunting puncak segi tiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak
itu melingkari paha yang cedera. Buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga, lalu kedua
ujungnya diikatkan melingkar di pinggang.
6.Balut Segi Tiga Untuk Tangan
Bila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat dipakai perban segi tiga. Letakkan dasar segitiga
pada telapak tangan. Ujung puncak segitiga di lilitkan ke punggung tangan, sehingga seluruh jari
jari tertutup, lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan beberapa kali pada pergelangan tangan
dan diikat. Bila segi tiga terlalu besar, buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga.
E.Cara Membuka Pembalut/Perban
Buka simpul perban, bila sulit, gunting saja. Tangan kanan memegang ujung perban. Bukalah
gulungan dengan memindahkan perban itu ke kiri, lalu kembali lagi ke kanan dan ke kiri lagi.
Begitu seterusnya sampai seluruh pembalut terlepas. Untuk membuka perban kotor pergunakan 2
buah pinset. Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin dipakai lagi, lebih baik digunting dengan
memakai gunting perban. Dengan demikian, perban lebih cepat terlepas.
F.Jenis Jenis Perban Menurut Bahannya
1.Perban kasa :Dibuat dari benang yang dianyam jarang jarang, sering dipakai untuk
membalut pada anggota badan.
2.Perban planel :Kain berbulu dipakai sebagai perban penekan pada pertolongan pertama.
3.Perban kambrik:Terbuat dari benang kasar pemakaian-nya sama dengan kasa.
4. Perban trikot :Sering dipakai untuk membuat perban ransel.
5.Perban katun dan linen:Dipakai dalam keadaan darurat, sebagai pembalut, penekan dan
penarik
6.Perban elastis:Dipakai untuk balutan penekan pada keseleo atau salah urat (luksasio dan
sprain) atau untuk membalut anggota gerak yang telah diamputasi.
7.Perban cepat:Dipakai untuk pertolongan pertama pada kecelakaan, dalam peperangan pada
luka tembak atau patah terbuka.
8.Perban gips

CARA CARA MEMBALUT


1.CARA CARA KHUSUS MEMBALUT PERBAN KEPALA
a. Verban kepala fasela galenika
Cara memakainya adalah sebagai berikut :
Letakkan kain persegi itu diatas kepala dengan kedua ujung mengarah ke masing masing
telinga.
Ikatkanlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah dagu. Pita depan diikat ke belakang
kepala, sedangkan pita belakang diikat ke dahi.
b.Perban pita untuk membalut kepala dengan cara mempersatukan (Fascia Union). Perban
yang dipakai dapat yang berkepala satu maupun yang berkepala dua. Dipakai untuk luka
disamping kepala. Cara fascia union ini sangat merosot sehingga sekarang tidak dipakai lagi.
c.Perban kepala cara Fascia sagitalis
Perban kepala cara sagitalis memakai pembalut berkepala tiga atau disebut juga perban T.
Perban ini dipakai untuk luka di kepala.
Mula mula perban berkepala dua diletakkan pada dahi, lalu kedua ujung dililitkan ke belakang
kepala. Ujung tengah perban juga diletakkan ke belakang. Setelah dihimpit dengan kedua ujung
perban yang datang dari samping, kembalikan lagi ujung perban tengah ke depan. Demikian pula
kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan kepala sehingga mengimpit lagi ujung perban
tengah. Demikianlah seterusnya sampai semua perban terpakai.
d.Perban kepala dengan cara pita silang (Fascia nodosa)
Dengan memakai perban berkepala dua. Bila kedua ujung perban telah sampai diatas salah satu
telinga silangkanlah kedua perban itu lalu masing masing ujung membalut dahi dan belakang
kepala. Setelah kedua ujung sampai diatas telinga yang lain, dibuat pula silang, diatur menuju ke
bawah dagu, bertemu kembali di atas telinga pertama, dan seterusnya.
e.Perban penutup kepala (Fascia kapitalis atau mitra hippokrates)
Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Dipakai sebagai perban penutup atau pelindung luka kepala
yang luas.
Satu orang berulang ulang melingkarkan perban. Mulai dari dahi terus ke belakang sambil
menghimpit perban kedua yang diletakkan berulang ulang di atas kepala oleh orang kedua dari
arah depan kepala ke belakang kepala. Balutan digeser sedikit demi sedikit ke kiri dan ke kanan.
2.CARA CARA MEMBALUT MATA
a.Membalut satu mata (Monokulus)
Dipakai untuk menutupi atau menekan luka pada mata dan sekitarnya. Buatlah lingkaran perban
di sekitar dahi dan belakang kepala beberapa kali. Lalu secara berangsur-angsur dililitkan sedikit
demi sedikit ke mata yang cedera dan belakang kepala, sehingga seluruh mata tertutup.
Usahakan agar lapisan perban terbawah tidak menutup mata yang sehat.

b.Membalut Kedua Mata (Binoukulus)


Cara ini dipakai untuk menutupi atau menekan mata, misalnya pada operasi katarak. Caranya :
Mulailah seperti membalut satu mata. Setelah melingkarkan lapisan perban terakhir disekitar
depan dan belakang kepala, teruskan dengan melingkari mata yang lain dengan cara yang sama,
tetapi dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir dilekatkan dengan sepotong plester.
3.Perban Telinga Cara Koroner
Balutlah perban melingkar dahi dan belakang kepala beberapa kali, lalu berangsur angsur
diarahkan ke arah telinga yang sakit. Lakukan balutan perban itu terus sampai seluruh telinga
tertutup. Usahakan lapisan perban terakhir berada di lingkaran dahi lalu dilekatkan dengan
plester.

PERBAN PADA ANGGOTA GERAK BADAN BERBENTUK BULAT PANJANG


Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan paha dapat dibalut dengan 2 cara yaitu :
A.Membalut Biasa (Dolobra Currens)
Mulailah membalut dari distal ( jauh dari jantung ) ke proksimal (ke arah jantung ) cara ini
disebut dengan asenden. Dapat pula dimulai dengan dari proksimal lalu turun ke distal. Cara ini
disebut dengan desenden, namun prinsip membalutnya tetap sama. ( lihat gambar berikut )

b.Membalut pucuk rebung (Dolobra reversa)


Mula-mula perban dililitkan pada anggota gerak ( mis lengan atas ). Lalu secara perlahan-lahan
balutan digerakkan ke atas, sampai seluruh bagian yang luka tertutup. Tutup lebih dahulu luka
dengan kasa steril, sebelum dibalut. Balutan terakhir dililitkan beberapa kali di tempat yang
sama, lalu diletakkan dengan plester atau belah dua ujungnya lalu diikat. (lihat gambar berikut )

Setiap kali membalut harus diperhatikan agar :


a. Perban saling menutupi lapis demi lapis.
b. Gulungan perban tidak boleh bergeser, walaupun saling bekerja.
c.Lilitkan perban harus cukup kencang.
5.Membalut persendian
Untuk membalut persendian dipakai :
a.Cara balut silang (Spica)
b.Cara balut penyu (testudo)
1. Cara Balut Silang Pergelangan Tangan ( Spica Manus Desendens )
Mulailah dengan melilitkan perban beberapa kali pada pergelangan tangan, lalu arahkan perban
ke distal melilit punggung tangan dan telapak tangan. Masukkan lilitan diantara ibu jari dan jari
telunjuk, miring pada punggung tangan menuju pergelangan tangan. Lilitkan satu kali lalu ulangi
pekerjaan itu sambil menggeser perban sedikit demi sedikit sehingga seluruh rpergelangan
tangan terbalut. ( lihat gambar berikut )

Ad. 2 Cara Balut Silang Pergelangan Tangan ( Spica Manus Asendens )


Pergelangan tangan dapat pula dibalut silang mulai dari distal ( dari jari-jari ) ke proksimal ( ke
pergelangan tangan ).
Balutkanlah perban beberapa kali pada keempat jari tangan ( tidak termasuk ibu jari ). Mulailah
dari ujung jari jari, lalu sambil membalut geserkan perban ke arah proksimal ( ke pangkal jarijari ). Sesampainya perban pada pangkal jari-jari, arahkan perban ke punggung tangan terus ke
pangkal ibu jari. Putar di pangkal telapak tangan menuju punggung tangan, terus ke sela jari
telunjuk dan ibu jari. Lilitkan lagi pada punggung tangan dan pangkal ibu jari, sambil digeser
sedikit ke arah pergelangan tangan, sehingga lewat lagi pada pangkal pergelangan tangan menuju
ke sela ibu jari dan jari telunjuk. Pekerjaan itu diulangi terus sampai seluruh punggung tangan
terbalut. Akhirnya lilitkan beberapa kali perban pada pergelangan tangan, lalu ujung perban di
plester. (lihat Gambar berikut )

3 Membalut Sendi Siku Cara Penyu Masuk (Testudo Cubiti Inversa)


1.) Balut perban beberapa kali pada lengan atas.
2.) Lilitan selanjutnya dilakukan bergantian pada lengan bawah dan lengan atas sambil sedikit
demi sedikit digeser ke arah sendi.
3.) Sebelum mengakhiri lilitan perban, lilitkan beberapa kali di tengah-tengah siku, kemudian
letakkanlah ujung perban dengan plester atau buat simpul. (lihat gambar berikut )

4 Membalut Sendi Siku Cara Penyu Keluar (Testudo Cubiti Reversa )


1.)Bengkokkan sedikit siku yang akan dibalut.
2.)Balutkan perban beberapa kali pada pertengahan siku.
3.)Arahkan lilitan perban bergantian ke proksimal dan ke distal.
4.)Lanjutkan lilitan perban ke lengan atas dan ke lengan bawah berulang ulang sampai seluruh
sendi siku terbalut.
5.)Ujung lilitan perban terakhir dilekatkan dengan plester. (lihat gambar berikut )

1.

6.CARA-CARA MEMBALUT KAKI (MEMBALUT SELURUH KAKI)


1 Membalut Sendi Pergelangan Kaki Secara Balut Silang ( Spica Pedis Desendens )
Balutkan perban beberapa kali pada pergelangan kaki.
2. Dari pinggir lateral ( luar ) kaki, perban melalui punggung kaki menuju ke mata kaki medial
( dalam ).
3. Lilitkanlah perban kebelakang pergelangan kaki menuju ke mata kaki ( luar ) kemudian
perban diarahkan ke punggung kaki lagi.
4. Lalu putarlah perban ke telapak kaki. Selanjutnya, diulangi cara pembalutan tadi dengan
menggeser sedikit demi sedikit ke arah proksimal, sehingga seluruh sendi terbalut. (lihat
gambar berikut )

2. Membalut Tumit Kaki Secara Balut Penyu ( Testudo Calcanea Reversa )


1. Mulailah membalut tumit dan sendi pergelangan kaki beberapa kali.
2. lalu secara bergantian, perban dililitkan ke tungkai bawah ( proksimal ) dan punggung kaki
( distal ).
3. lakukan berulang-ulang sambil digeser sedikit demi sedikit ke arah proksimal dan distal ( ke
arah tumit )
4. setelah seluruh tumit kaki terbalut, lilitkan beberapa kali perban pada tungkai bawah, lalu
lekatkan dengan sepotong plester atau dibuat simpul. ( lihat gambar berikut )

Sumber :
F. Oswari. Bedah dan Perawatannya

PERAWATAN TRAKSI DAN GIPS


TRAKSI
Traksi adalah suatu tindakan untuk memindahkan tulang yang patah / dislokasi ke tempat yang
normal kembali dengan menggunakan gaya tarikan pada bagian tubuh, yang diindikasikan pada
pasien dengan fraktur dan atau dislokasi.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya yang bekerja
dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur
mempu memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus dipertahnakan agar traksi tetap efektif.
Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis
dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai
traksi intermiten. Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut.
Traksi skelet tidak boleh putus.
Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
Tubuh klien harus dalam keadaan sejajarr dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang.
Tali tidak boleh putus.
Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.
Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur
Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien terpasang traksi adalah
sebagai berikut.
1. Dekubitus
a. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan intervensi awal
untuk mengurangii tekanan.
b. Perubahan posisi dengan seing dan memakai alat pelindung kulit (missal pelindung siku)
sangat membantu perubahan posisi.
c. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan kulit.
d. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan dokter atau ahli
terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
2. Kongesti Paru dan Pneumonia
a. Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
b. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
c. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus, misalnya spirometri
insentif, bila riwayat klien dan datadasar menunjukkan klien beresiko tinggi mengalami
komplikasi pernapasan.
3. Konstipasi dan Anoreksia
a. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas gaster.
b. Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan pelunak
tinja, laksatif, supositoria, dan enema.
c. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam program diet sesuai
kebutuhan.
4. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
a. Pantau masukan dan keluaran berkemih.
b. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan berkemih tiap
dua sampai tiga jam sekali.

c. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan dengan dokter
untuk menanganinya.
5. Trombosis Vena Profunda
a. Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
b. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
c. Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan melaporkannya kedokter
untuk menentukan evaluasi dan terapi.
GIPS
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh dimana gips
dipasang. Tujuan pemasangan gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi
tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
Jenis-jenis gips antara lain :
1. Gips lengan pendek : memenjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, melingkar
erat didasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukkan dinamakam spika ibu jari (gips gaunlet)
2. Gips lengan panjang : memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah proksimal
lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dalam posisi tegak lurus
3. Gips tungkai pendek : memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki, kakai dalam sudut
tegak lurus pada posisi netral
4. Gips tungkai panjang : mamanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi
5. Gips berjalan
6. Gips tubuh
7. Gips spika bahu
8. Gips spika panggul
Komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi pada penggunaan gips, yaitu :
1. Rasa sakit akibat tekanan
Rasa sakit dapat timbul akibat tekanan pada tonjolan-tonjolan tulang, berasal dari permukaan
dalam gips yang tidak rata, atau berasal darai takanan benda asing diantara gips dan tungkai.
Gajala yang sering tarjadi adalah selama beberapa hari penderita mengeluh tidak enak akan
tempat keras yang menetap, jika keluhan tersebut tidak dihiraukan gejala akan berlanjut,
kemudian jaringan yang tertekan menjadi hilang rasa dan mulai mengelupas, dan lapisan gips
benoda dan cairan akan menumpuk dan sekret bertambah banyak. Cara mengatasi rasa sakit
akibat tekanan dengan cara membuat lubang ventilasi pada gips pada bagian yang dimaksud
dengan gergaji gips bersudut dan kecil. Jika tidak ada ulkus, bersihkan tempat tersebut dan
balut, jika terdapat lesi yang serius, tutupi lubang ventilasi dengan bantalan katun wol yang
seragam. Pada semua kasus, guanakan sepotong gips dan pasanglah pembalut halus diatasnya
untuk menghindari edema dari jaringan lunak yang tidak tersokong didaerah ventilasi.
2. Edema pada distal garis gips
Edema akibat cidera biasanya hilang dalam waktu dua sampai tiga hari dengan
menaikkan tungkai dan melakukan latihan aktif berulang pada sendi-sendi yang tidak
bergips. Jika setelah 2-3 hari edema tidak hilang, mungkin edema tersebut disebabkan oleh

gips yang kencang. Pada kasus demikian, belah gips sepanjang gips dan potong pembalut
atau stockinet sampai ke permuakaan kulit. Usahakan gips membuka 1-2 cm sepanjangpanjang gips tersebut. Angkat tungkai dan lanjutkan latihan aktif.
3. Kulit melepuh
Kekeringan dan bersisik tidak dapat dihindari pada kulit yang dibungkus gips karena epitelepitel yang lepas tidak dapat dibersihkan. Kadang-kadang kulit dapat alergi tehadap gips dan
dapat berkembang menjadi dematitis jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan nyeri hebat
dan dermatitis purulenta. Cara mengatasi dengan pemberian antihistamin, antibiotika
sistemik dan mengangkat tungkai dapat menghilangkan sebagian nyeri dalam waktu 48 jam.
4. Gangren
Terjadinya gangren setelah fraktur biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem vaskular pada
tungkai yang cidera, tetapi dengan pengontrolan yang hati-hati terhadap sirkilasi kapiler (dan
denyut nadi jika memungkinkan) baik sebelum atau sesudah pemasangan gips dapat
menghindari terjadinya gangren atau kontraktur Volkmann akibat lilitan yang keras dan tidak
PROSEDUR PERAWATAN TRAKSI
NO
ASPEK YANG DINILAI
NILAI
0
A.

B.

KOGNITIF / PENGETAHUAN
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan
2. Rasional tindakan
3. Kemampuan komunikasi kepada klien
PSIKOMOTOR / TINDAKAN
Persiapan alat:
1. Skin traksi kit
2. k/p pisu cukur
3. k/p balsam perekat
4. k/p alat rawat luka
5. katrol dan pulley
6. beban
7. K/p Bantalan conter traksi
8. k/p bantal kasur
9. gunting
10. bolpoint untuk penanda/ marker
Persiapan alat pada traksi kulit :
1. Bantal keras (bantal pasir )
2. Bedak kulit
3. Kom berisi air putih
4. Handuk
5. Sarung tangan bersih

Persiapan alat pada traksi skeletal :


1. Zat pembersih untuk perawatan pin
2. Set ganti balut
3. Salep anti bakteri (k/p)
4. Kantung sampah infeksius
5. Sarung tangan steril
6. Lidi kapas
7. Povidone Iodine (k/p)
8. Kassa steril
9. Piala ginjal
Persiapan perawat dan lingkungan
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.
3. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman
Pelaksanaan prosedur
1. Mencuci tangan
2. Memakai handschoen
3. Mengatur posisi tidur pasien supinasi
4. Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
5. Bila banyak rambut k/p di cukur
6. Beri tanda batas pemasangan plester gips
menggunakan bolpoint
7. k/p beri balsam perekat
8. Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada
bagian medial dan lateral kaki secara simetris
dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur
9. Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
10. Masukkan tali pada pulley katrol
11. Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5
kg
12. k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal
penyangga kaki
13. Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
14. Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan
pesankan untuk manggil perawat bila ada keluhan
15. Buka tirai/ pintu
16. Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan
17. Sarung tangan dilepas
18. Mencuci tangan

TRAKSI KULIT
1. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
2. Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi
dipasang kembali
3. Lepas sarung tangan
4. Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas
distal yang terpasang traksi
5. Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
6. Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan
setiap 2 jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas
bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
7. Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
TRAKSI SKELETAL
1. Cuci tangan
2. Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur
untuk mempertahankan tarikan traksi yang optimal
3. Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan
sarung tangan steril
4. Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin,
menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari
pin (dari dalam ke luar)
5. Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol
RS
6. Tutup kassa di lokasi penusukan pin
7. Lepas sarung tangan
8. Buang alat alat yang telah dipakai ke dalam plastik
khusus infeksius
9. Cuci tangan
10. Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk
membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama
ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
11. Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
C.

AFEKTIF / SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR

NO

PROSEDUR PERAWATAN GIPS


ASPEK YANG DINILAI
0

A.

B.

KOGNITIF / PENGETAHUAN
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan
2. Rasional tindakan
3. Kemampuan komunikasi kepada klien
PSIKOMOTOR / TINDAKAN
Persiapan alat:
1. Plester
2. Pena untuk menandai drainage
Persiapan perawat dan lingkungan
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Jelaskan prosedur dan rencanakan untuk mengkaji
ulang gips tiap jam dalam 24 jam pertama dan tiap 2
s/d 4 jam seterusnya.
3. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman
Pelaksanaan prosedur
1. Lapisi tiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 - 2 buah
plester
2. Beritahu dokter bila ada area gips yang terlalu kencang
3. Tinggikan ektremitas yang terpasang gips sehingga
sama tinggi dengan jantung
4. Untuk klien yang terpasang gips yang luas, tempatkan
posisi tempat tidur dalam posisi trendelenburg untuk
hari pertama atau hari kedua untuk mencegah
benkak, kecuali ada kontra indikasi dengan kondisi
klien
5. Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu sehiingga
semua permukaan gips terpapar udara sehingga dapat
kering :
a. Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap jam
b. Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja
sudah cukup kecuali klien merasa tidak nyaman
c. Beri bantuan pada klien sehingga dapat mencegah
injuri
6. Minta klien untuk tidak menggunakan pisau, bolpoint
atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk
kulit di bawah permukaan gips
7. Cium / membaui tepi gips yang terbuka ntuk mengkaji
adanya infeksi di bawah gips

NILAI
1
2

EVALUASI
Evaluasi gips dengan memeriksa apakah ada retak atau
remuk, dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan ini :
Apakah ada rasa tidak nyaman di bawah gips ? Apakah
gips menggesek kulit ? Apakah tepi gips lembut ? Apakah
gips kering ? Berbau ?

C.

DOKUMENTASI
Catat temuan-temuan dari pengkajian dan intervensi
dalam catatan perawat.
AFEKTIF / SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR

REFERENSI
Bickley, Lynn. S. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Edisi
5.
Jakarta : EGC.
Haryani., Harsono., dkk. (2004). Skills Lab Pendidikan Keperawatan Medik Program A
Semester V. Yogyakarta : Lab Ketrampilan Medik FK UGM.
Muttaqin,

Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth Textbook of Medical Surgical Nursing (2008).

Gangguan

Anda mungkin juga menyukai