MUSKULOSKELE
TAL PROGRAM
A
PANDUAN
PROSES
PEMBELAJARAN
Disusun Oleh :
1. DR. Elly L Sjattar, S.Kp., M.Kes
2. Ns. Abdul Majid, M.Kep., Ns.,
Sp.KMB
3. Ns. Andina Setyawati, S.Kep.,
M.Kep
4. Ns. Ilkafah, S.Kep., M.Kep
5. Ns. Akbar Harisa, S.Kep., MN
A. Tujuan belajar
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, fisiologi,
biokimia, histologi dan patologi anatomi sIstem muskuloskeletal.
B. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Video presentation (STAD) dengan sintaks
kegiatan sebagai berikut :
1. Mahasiswa mencari video dan presentasi tentang topik pembelajaran
2. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok 1 : anatomi musculoskeletal,
kelompok 2 : komposisi tulang, kelompok 3 : proses pembentukan tulang, kelompok 4 :
klasifikasi sendi dan pergerakannya, kelompok 5 : mekanika gerak tulang)
3. Refleksi dari dosen
4. Dosen memberikan quiz diakhir perkuliahan dalam bentuk soal uji kompetensi (3-5 soal)
berikut pembahasan singkat
C. Persiapan Mahasiswa
Sebelum perkuliahan, mahasiswa diwajibkan mencari video, membaca bahan ajar dan buku
referensi yang disarankan.
D. Referensi
rd
1. Corwin, E.J. (2008). Handbook of pathophysiology (3 Ed). Lippincott. Halaman 281297
rd
2. William, L.S., & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing, 3 ed.
Philadelphia : F.A Davis Company. Halaman 959-961.
3. Buku dan referensi on line terkini lainnya
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu menjelaskan konsep medis dan
keperawatan klien dengan gangguan musculoskeletal dengan topic sesuai silabi.
B. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan case review dengan sintaks kegiatan sebagai
berikut :
1. Dosen memberikan 1-3 kasus terkait topik pembelajaran sehari sebelum perkuliahan
2. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok
3. Mahasiswa mendiskusikan kasus yang telah dibagi
4. Pada hari H, mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi kasus selama 15 menit
5. Dosen memberikan materi dalam bentuk review kasus yang diberikan
6. Dosen memberikan quiz dalam bentuk soal uji kompetensi (3-5 soal) berikut pembahasan
singkat
E. Persiapan Mahasiswa
Sebelum perkuliahan, mahasiswa diwajibkan memperlajari kasus dengan membaca buku
referensi yang disarankan.
F. Referensi
rd
1. William, L.S., & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing, 3 ed.
Philadelphia : F.A Davis Company. Halaman 992-1005
th
2. Timby, B.K., & Smith, N.E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing, 10 ed.
Philadelphia : Lippincott. Halaman 989-990, 993-996
3. Buku dan referensi online terkini lainnya
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu menjelaskan
musculoskeletal yang meliputi pengkajian fisik, diagnostic dan laboratorium.
pengkajian
B. Kegiatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bagian ini adalah dengan menggunakan video watching, dengan
sintaks kegiatan sebagai berikut :
1. Dosen memberikan materi dalam bentuk video dan media lainnya (yang dianggap perlu)
2. Dosen memberikan kesempatan tanya jawab dengan mahasiswa
3. Presentasi oleh 2-3 mahasiswa sesuai video yang dilihat selama 30 menit (mahasiswa
yang presentasi ditunjuk langsung oleh dosen)
4. Refleksi dan klarifikasi oleh dosen
5. Dosen memberikan quiz dalam bentuk soal uji kompetensi (3-5 soal) berikut pembahasan
singkat
C. Persiapan Mahasiswa
Mahasiswa diwajibkan membaca referensi yang dianjurkan sehari sebelum perkuliahan.
D. Referensi
th
1. Timby, B.K., & Smith, N.E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing, 10 ed.
Philadelphia : Lippincott. Halaman 991-993
2. Buku dan referensi on line terkini lainnya
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa mampu searching jurnal, membaca jurnal dan
memahami isi jurnal serta mengetahui intervensi keperawatan terkini terkait gangguan sistem
musculoskeletal.
a.
b.
c.
d.
e.
B. Kegiatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bagian ini adalah dengan menggunakan searching journal
(investigasi kelompok) dilanjutkan dengan journal reading yang dilaksanakan dalam 3
pertemuan, dengan sintaks kegiatan sebagai berikut :
Pertemuan 1 :
1. Sehari sebelum pertemuan 1, masing masing individu mahasiswa harus membawa hasil
pencarian jurnal sesuai topik yang sudah di print out(kelompok 1 : intervensi fraktur,
kelompok 2 : intervensi gangguan struktur tulang, kelompok 3 : intervensi kelainan
tulang kongenital, kelompok 4 : intervensi perioperative musculoskeletal, kelompok 5 :
intervensi gangguan inflamasi tulang)
2. Pada pertemuan 1 kelompok menyatukan hasil pencarian individu anggota melalui
sintesis dan diskusi isi jurnal, dengan di arahkan fasilitator (Kelompok 1 : ns. Andin ,
kelompok 2 : ns. Ilkafah, kelompok 3 : ns. Majid, Kelompok 4 : DR. Elly, Kelompok 5 :
ns. Akbar)
3. Jurnal print out dikumpulkan kepada fasilitator masing-masing untuk
dinilai Pertemuan 2 :
4. Mahasiswa menyusun laporan hasil diskusi journal dalam bentuk makalah secara mandiri
5. Sistematika penyusunan makalah jurnal :
Latar belakang pemilihan topik
Tujuan penulisan makalah
Sintesis dan pembahasan jurnal
Kesimpulan
Implikasi keperawatan
Pertemuan 3 :
6. Semua kelompok mahasiswa mempresentasikan jurnalnya didalam kelas dengan metode
jigsaw
7. Evaluasi dengan presentasi acak individu
8. Dosen memberikan refleksi dan klarifikasi
C. Referensi
Buku/ majalah jurnal atau jurnal on line terkini (maksimal 3 tahun terakhir)
PANDUAN CSL
Tinjau kembali tiga jenis utama kartilago sendi- sinovial, kartilaginosa dan fibrosa- dan berbagai
fasilitas derajat gerakan masing-masing jenis!
Tinjau jenis-jenis sendi sinovial dan hubungannya dengan karakteristiknya masing-masing!
Perhatikan bahwa struktur sendi menentukan fungsi sendi!
PENDEKATAN UMUM
Inspeksi persendian dan jaringan disekitarnya saat anda memeriksa berbagai bagian tubuh
Identifikasi sendi apakah terjadi perubahan struktur dan fungsi dan lakukan pengkajian teliti
terhadap :
1. Kesimetrisan bagian yang sakit-satu atau kedua sisi tubuh, salah satu atau beberapa sendi
2. Deformitas atau ketidaksejajaran tulang
3. Perubahan jaringan lunak disekitarnya-perubahan kulit, nodul subkutaneus, atrofi otot,
krepitus
4. Keterbatasan rentang gerak, kelemahan ligamentum
5. Perubahan kekuatan otot
Perhatikan tanda inflamasi dan arthritis: pembengkakan, hangat, nyeri tekan dan kemerahan
Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal Pada Dewasa dan Lansia
ASPEK YANG DINILAI
A. Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verifikasi order untuk pemeriksaan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil nama klien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien
3. Jawab pertanyaan-pertanyaan klien
C. Tahap Kerja
1. POSTUR
Inspeksi bentuk tubuh terhadap adanya kifosis, lordosis, skoliosis
NILAI
0
1
2
2. GAIT
Inspeksi gaya berjalan, perhatian adanya spastic hemiparesis gait
(stroke),steppage gait (lower motor neuron disease), and
shuffling gait (Parkinsons disease).
3. INTEGRITAS TULANG
Palpasi dan inspeksi adanya deformitas, asimetris, krepitus
5. FUNGSI SENDI
Sendi temporomandibular
1. Inspeksi terhadap adanya bengkak atau kemerahan
2. Palpasi ketika pasien membuka dan menutup mulut
3. Palpasi otot mastikasi : otot maseter, otot temporal dan otot
pterigoid
Bahu
1. Inspeksi kontur bahu dan lingkar bahu dari depan dan belakang
2. Minta pasien untuk :
a. Mengangkat kedua lengan setinggi bahu, telapak tangan
menghadap kebawah
b. Mengangkat kedua lengan vertikal diatas kepala, telapak tangan
saling berhadapan
c. Minta pasien menyentuh skapula yang berlawanan dengan
menggunakan dua gerakan uji regangan Apley
3. Periksa kemampuan untuk mengangkat lengan setinggi bahu
dan turunkan dengan perlahan (tanda lengan turun)
Siku
1. Inspeksi dan palpasi :
a. Prosesus olekranon
b. Epikondilus medial dan lateral
2. Minta pasien untuk :
a. Memfleksikan dan mengekstensikan siku
b. Membalik telapak tangan ke atas dan ke bawah (supinasi dan
pronasi)
Pergelangan tangan dan tangan
1. Inspeksi
a. Gerakan pergelangan tangan (fleksi, ekstensi, deviasi pada area
ulna dan medial), tangan dan jari
b. Kontur pergelangan tangan dan jari tangan
c. Kontur telapak tangan
2. Palpasi
a. Sendi pergelangan tangan
b. Sendi metakarpofalang
c. Sendi interfalang proksimal dan distal
Tulang belakang
1. Inspeksi tulang belakang dari sisi samping dan belakang,
perhatikan setiap kurvatura yang abnormal, perhatikan setiap
bentuk asimetri bahu, krista iliaka atau bokong
2. Periksa dan palpasi
a. Prosesus spinosus pada setiap vertebra
b. Sendi sakroiliaka
c. Otot paravertebral, jika terdapat nyeri
d. Nervus skiatika (garis tengah antara trokanter mayor dan
tuberositas iskial)
3. Uji rentang gerak pada leher dan tulang belakang untuk menilai :
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Rotasi
d. Membungkuk lateral
Pinggul
1. Inspeksi gaya berjalan untuk menilai :
a. Cara berjalan dan lenggangan (gerakan kaki ke depan, tidak
menumpu berat badan)
b. Lebar dasar (biasanya sebesar 5-10 cm dari tumit ke tumit)
pergeseran pelvis, fleksi lutut
2. Palpasi
a. Sepanjang ligamen inguinalis
b. Bursa ileopektineal, arah lateral terhadap nadi femoralis
c. Bursa trokanterik, pada trokanter mayor femur
d. Bursa iskiogluteal, superfisial terhadap tuberositas iskial
3. Periksa rentang gerak
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Abduksi
d. Adduksi
e. Rotasi internal dan eksternal
Lutut
1. Inspeksi
a. Gaya berjalan untuk menilai ekstensi lutut pada hentakan tumit,
fleksi selama seluruh fase lain pada gerak berlenggang dan cara
berdiri
b. Kesejajaran lutut
c. Kontur lutut, termasuk adanya atrofi otot kuadrisep
2. Inspeksi dan palpasi
a. Patela
b. Ruang infrapatelar (area cekungan yang berdekatan dengan
patela)
c. Kondilus tibialis medial
d. Permukaan poplitea
3. Kaji ligamen :
a. Ligamen kolateral medial : dengan posisi lutut sedikit fleksi,
tekan kearah medial terhadap permukaan lateral lutut
menggunakan satu tangan dan tarik ke arah lateral pada
pergelangan kaki dengan menggunakan tangan lainnya (abduksi
atau stres valgus)
b. Ligamen kolateral lateral : dengan lutut agak fleksi, dorong ke
arah lateral disepanjang permukaan medial lutut dengan
menggunakan satu tangan dan tangan lainnya tarik ke arah
medial pada area lutut (adduksi atau stres varus)
2.
ITEM PENILAIAN
Persiapan
a. Keluarga dan klien diberitahu tentang prosedur yang akan
dilakukan
b. Jaga suhu ruangan dan pencahayaan
c. Jaga ruangan untuk menjaga privasi klien
Pelaksanaan
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
b. Bayi atau anak diletakan di atas tempat tidur
Pada bayi baru lahir
c. Inspeksi dan amati langsung ekstermitas secara umum,
kesimetrisan ekstermitas baik atas maupun bawah
d. Inspeksi ekstermitas superior apakah terdapat fekomelia
e. Kaji fleksi dan rentang gerak penuh eksretmitas atas
f. Inspeksi dan amati langsung jari tangan dan jari kaki untuk
melihat apakah ada temuan sindaktili atau polidaktili
g. Inspeksi penggung kuku, temuan bisa didapatkan punggung
kuku merah muda dengan sianosis sementara segera setelah
lahir
h. Ukur nadi brakialis bilateral
i. Kaji putaran kepala dengan memposisikan bayi pada posisi
tengkurap. Apakah bayi bisa menoleh ke kanan dan kiri?
87
Apakah bayi mampu menahan kepala dalam garis horozon
tal
dengan punggung bila tengkurap?
Kaji tanda tanda displasia perkembangan panggul
k. Kaji tonus otot secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi
berlawanan
l. Kaji fleksi dan rentang gerak penuh ekstremitas bawah,
m. Inspeksi lipatan paha dan gluteal, simetris atau tidak?
n. Keterbatasan abduksi panggul seperti terlihat pada fleksi
o. Pemendekan femur seperti terlihat pada fleksi lutut
p. Tes klik ortolani ( bila kaki yang terkena di abduksikan pada
bayi < 4 minggu)
Dilaksanakan
Ya
Tidak
Pada anak
a. Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran,
suhu, warna, nyeri tekan, dan mobilitas
b. Uji adanya perkembangan displasia panggul (tes
trandelenburg)
c. Ukur jarak antara lutut ketika berdiri dengan malleolus
berdekatan (genu varum, > 5 cm pd anak > 2 tahun)
d. Ukur jarak antara maleolus bila anak berdiri dengan kedua
lutut merapat (genu valgum, > 7,5 cm pd anak > 7 tahun)
e. Inspeksi posisi telapak kaki; uji apakah ada deformitas kaki
pada saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau
perkembangan, oleh pergerakan keluar, kemudian kedalam,
sisi telapak kaki: bila dapat normal dengan sendirinya, kaki
mengambil sudut kanan terhadap kaki
a. Pes planus (flat foot): normal pd bayi, anak besar (kelemahan
otot)
b. Pes valgus: eversi seluruh kaki tetapi telapak kaki berada pada
tanah
c. Pes varus: inversi seluruh kaki tetapi telapak kaki berada pada
tanah
d. Metatarsus valgus: eversi kaki bawah sementara tumit tetap
lurus. Disebut juga berjalan dengan jari kaki atau berjalan
bebek.
e. Talipes valgus: eversi dari kaki hanya pada bagian dalam kaki
yg berada di tanah
f. Talipes varus: inversi dari kaki sehingga hanya bagian telapak
luar yg berada di tanah
g. Talipes equinus: ekstensi atau plantar fleksi dari kaki sehingga
hanya bantalan dari ibu jari kaki saja yang berada di tanah
h. Talipes kalkaneus: fleksi dorsal dari kaki sehingga hanya tumit
saja berada di tanah.
f. Inspeksi gaya berjalan : Minta anak berjalan pada garis lurus
(normalnya lemah gemulai dengan kaki saling merapat),
abnormal: bergoyang, menyilang, berjalan dengan jari kaki
g. Perkirakan sudut berjalan degan menarik garis imajiner melaui
bagian tengah kaki dan garis progresi (normal memutar keluar
< 30 derajat dan ke dalam < 10 derajat)
h. Uji refleks plantar dengan menggores telapak kaki lateral dari
tumit ke ibu jari kaki
i. Uji kekuatan :
1) Lengan : dengan meminta anak mengangkat tangan sambil
melawan tekanan dari tangan anda
2) Telapak tangan : dengan meminta anak meremas jari anda
sekeras mungkin.
3) Kaki : dengan meminta anak duduk dengan kaki
menggantung, lanjutkan seperti pada tangan
3
4
REFERENSI
Bickley, Lynn S. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates, Edisi 5.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2008). Textbook Of Medical Surgical Nursing. Jakarta : EGC
NILAI
0
A. Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan perawat untuk rencana perawatan luka
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga
Tahap Kerja
1. Beri kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dimulai
2. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan
3. Atur posisi klien, beri pengalas
4. Lepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung tangan/
pinset dan kapas alkohol
Jika diverban, tehnik pemotongan verban dimulai dari bagian distal
Jika melepas verban gulung, apabila melengket terlalu kuat dikulit,
NaCL steril diberikan pada verban dan kassa untuk memudahkan
melepasnya
Jika kassa melengket di kulit dengan cara memutar pinset yang
menempel di kassa dengan sedikit menekan dan memutar untuk
mengurangi nyeri
5. Cuci tangan
6. Buka alat-alat steril dan pertahankan supaya tidak terkontaminasi,
tuangkan larutan antiseptik, tambahkan alat dan bahan yang
diperlukan
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Bersihkan luka sesuai kondisi luka dengan tetap memperhatikan
sterilitas
Tehnik pencucian luka :
a. Swabbing (menggosok) yaitu mengangkat jaringan nekrotik.
Menghapus daerah luka harus dimulai dari dalam dan dengan
gerakan memutar kearah luar dengan cairan NaCl dan kassa
basah. Pada saat ini, perawat melakukan pengkajian keadaan
luka, warna bagian dasar luka dan keadaan sekitar luka
b. Irigasi biasanya dilakukan pada kondisi luka berongga, dengan
spuit steril yang berisi cairan antiseptik dan NaCl disemprotkan
pada bagian atas agar kotoran dan jaringan mati dapat larut
keluar melalui rongga bawah
c. Cairan pencuci luka adalah NaCL dan povidon iodin
9. Tutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka
Luka terbuka fraktur tulang panjang harus ditutup dengan verban
lembut dan diikuti dengan pemasangan soft band gips spalk agar
patah tulang tidak menimbulkan nyeri.
REFERENSI
Bickley, Lynn. S. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Edisi 5.
Jakarta : EGC.
Haryani., Harsono., dkk. (2004). Skills Lab Pendidikan Keperawatan Medik Program A
Semester V. Yogyakarta : Lab Ketrampilan Medik FK UGM.
Muttaqin,
Gangguan
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta :
EGC
1.
Sumber :
F. Oswari. Bedah dan Perawatannya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya yang bekerja
dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur
mempu memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus dipertahnakan agar traksi tetap efektif.
Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis
dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai
traksi intermiten. Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut.
Traksi skelet tidak boleh putus.
Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
Tubuh klien harus dalam keadaan sejajarr dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang.
Tali tidak boleh putus.
Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.
Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur
Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien terpasang traksi adalah
sebagai berikut.
1. Dekubitus
a. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan intervensi awal
untuk mengurangii tekanan.
b. Perubahan posisi dengan seing dan memakai alat pelindung kulit (missal pelindung siku)
sangat membantu perubahan posisi.
c. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan kulit.
d. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan dokter atau ahli
terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
2. Kongesti Paru dan Pneumonia
a. Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
b. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
c. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus, misalnya spirometri
insentif, bila riwayat klien dan datadasar menunjukkan klien beresiko tinggi mengalami
komplikasi pernapasan.
3. Konstipasi dan Anoreksia
a. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas gaster.
b. Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan pelunak
tinja, laksatif, supositoria, dan enema.
c. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam program diet sesuai
kebutuhan.
4. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
a. Pantau masukan dan keluaran berkemih.
b. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan berkemih tiap
dua sampai tiga jam sekali.
c. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan dengan dokter
untuk menanganinya.
5. Trombosis Vena Profunda
a. Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
b. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
c. Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan melaporkannya kedokter
untuk menentukan evaluasi dan terapi.
GIPS
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh dimana gips
dipasang. Tujuan pemasangan gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi
tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
Jenis-jenis gips antara lain :
1. Gips lengan pendek : memenjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, melingkar
erat didasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukkan dinamakam spika ibu jari (gips gaunlet)
2. Gips lengan panjang : memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah proksimal
lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dalam posisi tegak lurus
3. Gips tungkai pendek : memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki, kakai dalam sudut
tegak lurus pada posisi netral
4. Gips tungkai panjang : mamanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi
5. Gips berjalan
6. Gips tubuh
7. Gips spika bahu
8. Gips spika panggul
Komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi pada penggunaan gips, yaitu :
1. Rasa sakit akibat tekanan
Rasa sakit dapat timbul akibat tekanan pada tonjolan-tonjolan tulang, berasal dari permukaan
dalam gips yang tidak rata, atau berasal darai takanan benda asing diantara gips dan tungkai.
Gajala yang sering tarjadi adalah selama beberapa hari penderita mengeluh tidak enak akan
tempat keras yang menetap, jika keluhan tersebut tidak dihiraukan gejala akan berlanjut,
kemudian jaringan yang tertekan menjadi hilang rasa dan mulai mengelupas, dan lapisan gips
benoda dan cairan akan menumpuk dan sekret bertambah banyak. Cara mengatasi rasa sakit
akibat tekanan dengan cara membuat lubang ventilasi pada gips pada bagian yang dimaksud
dengan gergaji gips bersudut dan kecil. Jika tidak ada ulkus, bersihkan tempat tersebut dan
balut, jika terdapat lesi yang serius, tutupi lubang ventilasi dengan bantalan katun wol yang
seragam. Pada semua kasus, guanakan sepotong gips dan pasanglah pembalut halus diatasnya
untuk menghindari edema dari jaringan lunak yang tidak tersokong didaerah ventilasi.
2. Edema pada distal garis gips
Edema akibat cidera biasanya hilang dalam waktu dua sampai tiga hari dengan
menaikkan tungkai dan melakukan latihan aktif berulang pada sendi-sendi yang tidak
bergips. Jika setelah 2-3 hari edema tidak hilang, mungkin edema tersebut disebabkan oleh
gips yang kencang. Pada kasus demikian, belah gips sepanjang gips dan potong pembalut
atau stockinet sampai ke permuakaan kulit. Usahakan gips membuka 1-2 cm sepanjangpanjang gips tersebut. Angkat tungkai dan lanjutkan latihan aktif.
3. Kulit melepuh
Kekeringan dan bersisik tidak dapat dihindari pada kulit yang dibungkus gips karena epitelepitel yang lepas tidak dapat dibersihkan. Kadang-kadang kulit dapat alergi tehadap gips dan
dapat berkembang menjadi dematitis jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan nyeri hebat
dan dermatitis purulenta. Cara mengatasi dengan pemberian antihistamin, antibiotika
sistemik dan mengangkat tungkai dapat menghilangkan sebagian nyeri dalam waktu 48 jam.
4. Gangren
Terjadinya gangren setelah fraktur biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem vaskular pada
tungkai yang cidera, tetapi dengan pengontrolan yang hati-hati terhadap sirkilasi kapiler (dan
denyut nadi jika memungkinkan) baik sebelum atau sesudah pemasangan gips dapat
menghindari terjadinya gangren atau kontraktur Volkmann akibat lilitan yang keras dan tidak
PROSEDUR PERAWATAN TRAKSI
NO
ASPEK YANG DINILAI
NILAI
0
A.
B.
KOGNITIF / PENGETAHUAN
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan
2. Rasional tindakan
3. Kemampuan komunikasi kepada klien
PSIKOMOTOR / TINDAKAN
Persiapan alat:
1. Skin traksi kit
2. k/p pisu cukur
3. k/p balsam perekat
4. k/p alat rawat luka
5. katrol dan pulley
6. beban
7. K/p Bantalan conter traksi
8. k/p bantal kasur
9. gunting
10. bolpoint untuk penanda/ marker
Persiapan alat pada traksi kulit :
1. Bantal keras (bantal pasir )
2. Bedak kulit
3. Kom berisi air putih
4. Handuk
5. Sarung tangan bersih
TRAKSI KULIT
1. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
2. Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi
dipasang kembali
3. Lepas sarung tangan
4. Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas
distal yang terpasang traksi
5. Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
6. Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan
setiap 2 jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas
bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
7. Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
TRAKSI SKELETAL
1. Cuci tangan
2. Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur
untuk mempertahankan tarikan traksi yang optimal
3. Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan
sarung tangan steril
4. Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin,
menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari
pin (dari dalam ke luar)
5. Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol
RS
6. Tutup kassa di lokasi penusukan pin
7. Lepas sarung tangan
8. Buang alat alat yang telah dipakai ke dalam plastik
khusus infeksius
9. Cuci tangan
10. Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk
membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama
ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
11. Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
C.
AFEKTIF / SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR
NO
A.
B.
KOGNITIF / PENGETAHUAN
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan
2. Rasional tindakan
3. Kemampuan komunikasi kepada klien
PSIKOMOTOR / TINDAKAN
Persiapan alat:
1. Plester
2. Pena untuk menandai drainage
Persiapan perawat dan lingkungan
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Jelaskan prosedur dan rencanakan untuk mengkaji
ulang gips tiap jam dalam 24 jam pertama dan tiap 2
s/d 4 jam seterusnya.
3. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman
Pelaksanaan prosedur
1. Lapisi tiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 - 2 buah
plester
2. Beritahu dokter bila ada area gips yang terlalu kencang
3. Tinggikan ektremitas yang terpasang gips sehingga
sama tinggi dengan jantung
4. Untuk klien yang terpasang gips yang luas, tempatkan
posisi tempat tidur dalam posisi trendelenburg untuk
hari pertama atau hari kedua untuk mencegah
benkak, kecuali ada kontra indikasi dengan kondisi
klien
5. Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu sehiingga
semua permukaan gips terpapar udara sehingga dapat
kering :
a. Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap jam
b. Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja
sudah cukup kecuali klien merasa tidak nyaman
c. Beri bantuan pada klien sehingga dapat mencegah
injuri
6. Minta klien untuk tidak menggunakan pisau, bolpoint
atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk
kulit di bawah permukaan gips
7. Cium / membaui tepi gips yang terbuka ntuk mengkaji
adanya infeksi di bawah gips
NILAI
1
2
EVALUASI
Evaluasi gips dengan memeriksa apakah ada retak atau
remuk, dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan ini :
Apakah ada rasa tidak nyaman di bawah gips ? Apakah
gips menggesek kulit ? Apakah tepi gips lembut ? Apakah
gips kering ? Berbau ?
C.
DOKUMENTASI
Catat temuan-temuan dari pengkajian dan intervensi
dalam catatan perawat.
AFEKTIF / SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR
REFERENSI
Bickley, Lynn. S. (2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Edisi
5.
Jakarta : EGC.
Haryani., Harsono., dkk. (2004). Skills Lab Pendidikan Keperawatan Medik Program A
Semester V. Yogyakarta : Lab Ketrampilan Medik FK UGM.
Muttaqin,
Gangguan