Anda di halaman 1dari 15

manusa Yadnya adalah suatu upacara suci atau pengorbanan suci demi kesempurnaan hidup

manusia. Di dalam pelaksanaan upacara Manusa Yadnya masalah tempat, keadaan, dan waktu
sangat penting. Secara umum upacara itu dilaksanakan pada saat anak mengalami masa
peralihan. Sebab ada anggapan bahwa pada saat-saat itulah anak dalam keadaan kritis,
sehingga perlu diupacarai atau diselamati. Dalam menyelenggarakan segala usaha serta
kegiatan spiritual tersebut masih ada lagi kegiatan dalam bentuk yang lebih nyata demi
kernajuan pendidikan, kesehatan dan lain-lain guna persiapan menempuh kehidupan
bermasyarakat.
TUJUAN
Tujuan dari Manusa Yadnya atau Sarira Samskara adalah untuk menyucikan diri lahir bathin
(pamari sudha raga) dan memohon keselamatan dalam upaya peningkatan kehidupan spiritual
menuju kebahagian baik di dunia maupun di alam niskala.
1

Magedong-gedongan (Garbhadhana Samskara)

Upacara kelahiran (Jatakarma Samskara).

Upacara lepas puser (kepus puser).

Upacara nglepas hawon (12 hari)

Upacara kambuhan (42 hari).

Upacara nelu bulanin (Niskramana Samskara).

Upacara otonan (210 hari).

Upacara tumbuh gigi (ngempugin).

Upacara tanggal gigi pertama (makupak).

10

Upacara menek deha (Rajaswala).

11

Upacara potong gigi (mepandes).

12

Upacara perkawinan (Wiwaha Samskara).


Kepustakaan

Pengertian Kepemimpinan menurut S.P. Siagian adalah kemampuan dan


keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan dalam suatu
pekerjaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya supaya
berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku positif ini
memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dari pengertian kepemimpinan diatas, dapat dikemukakan
kepemimpinan itu terdapat unsur-unsur, sebagai berikut :

bahwa

pada

1. Kemampuan mempengaruhi orang lain, dalam hal ini bawahan atau kelompok.
2. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain.
3. Untuk mencapai tujuan organisai atau kelompok.

Tri guna
1. SattwamSifat sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas dan
sifat-sifat baik lainnya. Orang yang dikuasai sifat Sattwam biasanya
berwatak tenang, waspada dan berhati damai dan welas asih.Kalau
mengambil tindakan akan ditimbang dulu secara matang, kemudian
dilaksanakan. Semua pikiran perkataan dan prilakunya mencerminkan
kebajikan. Sepeti tindakan Yudhistira dalam cerita Mahbharata. Demikian
kalau orang dikusai sifat Sattwam.
2. Rajas
Sifat rajas yakni sifat lincah, gesit, tergesa-gesa, bimbang, iri hati, angkuh
dan bernafsu. Orang yang dikuasai sifat Rajas biasanya selalu gelisa,
keinginannya bergerak cepat, mudah marah, senang terhadap yang
memujinya dan bencih orang yang merendahkannya. Yang baik pada sifat
ini adalah giat bekerja dan disiplin. Maka dari itu agar sifat ini dapat
dikendalikan, maka perlu dilatih dengan kesabaran dan ketenangan
sehingga jernih terbebas dari buruk.
3. Tamas
Sifat tamas yakni sifat tamak,paling malas, kumal, rakus dan suka
berbohong. Orang yang dikuasai sifat Tamas, biasanya berifikir, berkata,
dan berbuat sangat lamban. Kadang-kadang, malas suka tidur, rakus, dan
dungu. Besar birahinya, keras keinginannya, serta suka tidur campur
denga anak dan istrinya. Orang yang dikuasai sifat Tamas akan jauh dari
sifat susila (kabajikan), karena perbuatanya hanya mementingkan dirinya
sendiri dan tidak mempunyai rasa kasih saying terhadap orang lain di
sekitarnya. Pengertian Deva, Bhatara dan Awatara
Dewa
Deva adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi yang mempunyai
tugas berbeda-beda. Kata Deva itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta
divyang artinya sinar. Sesuai dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk
menyinari, menerangi alam semesta agar selalu terang dan terlindungi.
Dalam Agama Hindu dikenal banyak Deva dengan berbagai fungsinya,
antara lain:

Deva Indera adalah deva yang menguasai ilmu perang sehingga


dikenal sebagai Deva perang;

Deva Brahma adalah deva pencipta alam semesta beserta isinya;

Deva Wisnu sebagai deva pemelihara dunia beserta isinya;

Deva Siwa sebagai deva pemeralina yang mengembalikan dunia


kembali ke asalnya;

Deva Baruna sebagai deva penguasa laut;

Devi Saraswati sebagai deva penguasa ilmu pengetahuan;

Deva Ganeca sebagai deva kecerdasan dan penyelamat umat


manusia;

Devi Sri sebagai deva kemakmuran; dan

Deva Sangkara sebagai deva penguasa tumbuh-tumbuhan.

Bhatara
Kata Bhatara berasal dari kata bhatryang berarti kekuatan Brahman, Sang
Hyang Widhi yang juga mempunyai fungsi sebagai pelindung umat
manusia dan dunia dengan segala isinya. Dalam Agama Hindu dikenal ada
banyak Bhatara, antara lain:

Bhatara Bayu yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan


udara atau angin.

Bhatara Indra yang mempunyai kekuatan untuk mengadakan hujan.

Bhatara Agni yang mempunyai kekuatan untuk menjadikan api yang


panas.

Bhatara Basuki yang mempunyai kekuatan untuk menciptakan


kesuburan.

Bhatara Anantaboga yang mempunyai kekuatan untuk menstabilkan


bumi.

Awatara
Kata Avatara berarti kelahiran Brahman. Dalam hal ini, Brahman
melahirkan diri-Nya sendiri dengan wujud yang sesuai dengan kehendakNya untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya dari
ancaman kejahatan yang sudah merajalela.
Umat Hindu percaya bahwa kehidupan umat manusia dan bumi beserta
isinya tidak kekal dan berada dalam siklus perubahan abadi yang bisa
baik dan juga bisa buruk. Dalam perjalanan kehidupan umat manusia
tidak dapat lepas dari siklus perubahan.Terkadang pengaruh buruk yang
menguasai alam semesta dan di lain waktu pengaruh baik yang
mempengaruhi.
Manakala dunia beserta isinya berada dalam ancaman pengaruh buruk
sifat manusia, yang ditandai dengan kejahatan merajalela, wanita tidak
lagi diberikan kemuliaan dan penghormatan, perang terjadi di manamana, maka Brahman atau Sang Hyang Widhi turun ke dunia dengan
mengambil wujud sesuai dengan keadaan zaman. Tujuannya untuk
menyelamatkan umat manusia, alam semesta beserta isinya dari
kehancuran.
Dengan demikian, Avatara merupakan penjelmaan Brahman dengan
mengambil wujud tertentu dengan tujuan untuk menyelamatkan umat
manusia dan dunia beserta isinya. Menurut Purana (bagian dari pada
Veda), dikenal ada 10 Awatara Dalam Agama Hindu yang turun ke dunia
untuk tujuan menyelamatkan umat manusia, alam semesta, dan segala
isinya dari kehancuran.

Hubungan Deva, Bhatara, Avatara


Sebagai manifestasi, Deva Wisnu yang turun ke dunia antara Deva,
Bhatara, dan Avatara mempunyai masing-masing hubungan, yaitu:
1. Semuanya bersumber dari Brahman/Sang Hyang Widhi,
2. Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas menyelamatkan dunia
dari adharma,
3. Masing-masing mempunyai sifat yang sama dengan Brahman
4. Deva, Bhatara, dan Avatara adalah maha pemurah terhadap
makhluk hidup.

A.
Pengertian
Sad
Ripu
Sad ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti
musuh. Jadi secara harafiah, Sad Ripu memiliki arti enam musuh. Musuh
yang dimaksud adalah musuh yang berasal atau bersumber dari dalam
diri manusia sendiri. Sebagaimana tercantum dalam kekawin Ramayana,
Bab
I
(Wirama
Sronca),
bait
4
sebagai
berikut
:

Sesungguhnya Sad Ripu tersebut bibitnya telah terbawa bersamaan


dengan karma wesana sejak kelahiran. Demikian juga Sad Ripu akan
selalu muncul akibat perpaduan dari Tri Guna, terutama pada sifat Rajas
dan Tamas, hal inipun akibat rangsangan benda-benda dan pengaruh
lingkungan hidupnya. Maka wiweka-pengetahuan disertai dengan sifat
satwam lah sebagai pengendalinya.
Perpaduan rajas dan tamas sebagai perangsang munculnya Sad Ripu
yang tak bisa diredam dengan satwam dan dharma akan menghasilkan
asubha karma (perbuatan buruk), namun sebaliknya apabila dapat diatasi
dengan Satwam dan Dharma, yang muncul adalah subha karma
( perbuatan baik). Sebagaimana dijelaskan dalam petikan kekawinan
Ramayana di atas, bahwa semuanya bersumber dari diri kita sendiri,
kuncinya tergantung dari kemampuan, pengetahuan, dan pikiran untuk
mengatasi dan mengarahkannya.

1.Kama
Kama artinya keinginan atau hawa nafsu. Kama sangat besar
pengaruhnya dalam kehidupan, kama dapat mempengaruhi pikiran.
Rangsangan yang kuat akan menarik kama dan mempengaruhi pikiran.
Bila tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan untuk mengatasinya,
maka sifat-sifat buruk lah yang akan muncul yang berakibat buruk pula
terhadap diri sendiri. Kama yang tidak terkendali ini akan muncul sebagai
musuh. Namun sebaliknya, kama akan berfungsi sebagai sahabat apabila
dapat
dikendalikan
atau
disalurkan
kepadahalhalyangbersifatdharma/kebenaran.
ManusiakamaBenarsahabat
Buruk = musuh
2.Lobha
Lobhaberasaldarikatalubhyangberartitamak,rakus.
Rakus merupakan sifat senang yang berlebihan dan tidak terkendali, sifat
yang selalu ingin dipuaskan, sifat yang ingin mementingkan diri sendiri.
Sifat-sifat seperti ini dimiliki oleh setiap orang, apabila kemunculan sifat
ini tidak dikendalikan dengan pengetahuan dharma, tidak memiliki rasa
welas asih, tatwam asi, dan satya, maka lobha seperti ini akan menjadi
musuh. Ia akan mendatangkan rasa benci, rasa cemburu, rasa dendam,
sehingga menimbulkan rasa gelisah, kurang aman, dan was-was.
Biasanya
lobha
akan
tumbuh
dengan

kuatakibatkamayangselaluterpenuhi.
Manusia kama = lobha
3.Krodha
Krodha artinya marah. Krodha muncul diawali oleh ketidakpuasan, rasa
kecewa, rasa dendam, dan rasa terhina. Krodha sangat mempengaruhi
konsentrasi, rasa kesadaran, dan merusak keseimbangan serta kesucian
bathin. Krodha yang tidak terkendali dapat memacu denyut jantung,
merusak kerja syaraf sehingga sulitr berpikir tenang dan rasional,
membuat syaraf tegang. Apabila terus-menerus seperti itu, syaraf-syaraf
akan putus yang mengakibatkan stroke hingga kematian. Krodha juga
dapat muncul akibat minuman keras. Krodha muncul bukan karena
rangsangan dari luar, seperti kecewa, dendam dan sebagainya. Tetapi
kemunculannya akibat pengaruh yang dibuat dari dalam. Miras sangat
mengganggu fungsi kerja syaraf, miras sangat merusak kecerdasan,
ketenangan dan konsentrasi. Cara untuk mengatasi Krodha adalah
dengan pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran diri, serta hindari
mengkonsumsi miras. Alihkan perasaan kecewa, dendam dan rasa tidak
puas kepada rasa jengah untuk memacu diri dalam meraih kesuksesan,
tapi harus berlandaskan dengan dharma (kebenaran).
ManusiaKamaTakterpenuhi=krodha
Pengaruh miras = krodha
4.Mada
Mada artinya mabuk/kemabukan, kemabukan dapat muncul dari dalam
diri sendiri. Kama (keinginan) yang selalu terpenuhi menyebabkan lobha
tak terkendali, hal ini dapat memunculkan mada dengan jenis yang
beraneka
ragam
seperti
berikut
:
Merasa diri paling rupawan (cantik/ganteng) karena mabuk akan
kerupawanan wajahnya (surupa) ia seringkali menghina atau melecehkan
orang
lain.
Merasa diri kaya raya karena banyak memiliki harta benda dan uang. Ia
selalu menggunakan uang dan harta sekehendak hatinya untuk
menghina, mengejek, dan menghancurkan orang lain. Karena memiliki
banyak harta, ia merasa paling mampu dan lupa bahwa semua harta
hanyalah
titipan
sementara.
Merasa diri paling pintar (guna), selalu menganggap orang lain bodoh
dan tidak mampu. Merekayangmeras pintar biasanya akan menjadi
sombong.
Merasa diri punya jabatan atau merasa diri seorang bangsawan
sehingga membuat dirinya menjadi sombong, seolah-olah dialah yang
dapat mengatur segala-segalanya. Karena kemabukan ia menjadi lupa
bahwa ia sesungguhnya berasal dari rakyat biasa, jabatan itu sifatnya
sementara dan kebangsawanan tiada arti tanpa orang lain yang
menghormati
kebangsawanan
seseorang.
Merasa diri muda/remaja dengan tenaga yang kuat (yowana). Ia lupa
bahwa sastra agama menyebutkan masa kecil akan menunggu masa

remaja, dan remaja, tua lah yang dinanti. Sedangkan masa tua hanya
kematian lah yang menunggu. Maka dari itu janganlah mabuk masa
remaja, manfaatkanlah keremajaan untuk mengisi diri mempersiapkan
masa
tua
dengan
sebaik-baiknyaberdasarkandharma.
Merasa selalu percaya diri akibat pengaruh minuman berakohol atau
minuman keras yang akan merusak syaraf, merusak ingatan, merusak
kesehatan pencernaan, ginjal, hati, dan jantung. Akibat minum minuman
keras yang paling sering terjadi adalah timbulnya kekerasan
dantindakcriminal.
Merasa diri selalu menang dan berani. Sering kali mereka yang menang
dalam seuatu peristiwa merasa sombong, mabuk akan kemenangan dan
keberanian.
5.Matsarya
Matsarya artinya iri hati. Iri hati, cemburu, seringkali muncul akibat dari
kekecewaan, ketidakpuasan, ketidakadilan, dan kegagalan dalam
menghadapi suatu peristiwa. Di satu pihak ada yang berhasil dengan
mudah, sedangkan di pihak lain mengalami kegagalan dan hambatan.
Sehingga pihak yang gagal merasa kecewa. Kegagalan yang diakibatkan
oleh ketidakadilan akan menimbulkan perasaan iri hati. Iri hati merupakan
akumulasi dari krodha, bila berkelanjutan akan menimbulkan rasa
dendam, benci, dan permusuhan. Matsarya dapat diredam dengan
kesabaran dan kepasrahan. Bahwa hidup ini adalah cobaan, takdir, dan
karma wasana.
KrodhaMatsaryakecewa-dengki-irihati
Dendam-permusuhan-balas dendam
6.Moha
Moha artinya bingung. Kebingungan tidak dapat menentukan sikap,
karena kebuntuan otak dalam berpikir, kecerdasan hilang, orang tak tahu
arah, tak tahu mana yang benar dan salah, tak tahu mana yang baik
mana yang buruk, tak tahu mana yang berguna dan yang tidak berguna,
kebingungan menghambat segala-galanya. Ada beberapa sumber
penyebab
timbulnyakebingunganantaralainsebagaiberikut
:
Akibat kemabukan, baik itu karena keberhasilan yang berlebihan
maupun
akibat
pengaruh
minumankeras.
Akibat kegagalan/kekecewaan yang bertubi-tubi secara silih berganti.
Sad Atatayi
Pada dasarnya manusia dilahirkan ke alam ini adalah baik. Hal itu terbukti manusia banyak
diberi predikat seperti manusia makhluk individu, berpikir dan religius, dan lainnya. Tentu
saja dengan faktor tersebut manusia diharapkan bisa perpikir yang baik dan berperilaku
sesuai dengan kodratnya. Namun jika manusia tidak dapat menjalankan hal tersebut dengan
baik maka kehidupan ini tidak akan selaras, dengan ajaran asusila manusi diajarkan untuk
menghindari dan mengendalikan sifat buruk.

Sad Atatayi
Sad atatayi terdiri dari kata Sad dan Atatayi. Sad artinya enam, Atatayi artinya kejam atau
pembunuhan. Jadi yang dimaksud Sad Atatayi adalah enam macam pembunuhan yang kejam
yang tidak patut dilaksanakan oleh manusia.
a.

Bagian-bagian Sad Atatayi


Agnida, yaitu membakar hak milik orang lain atau memusnahkan milik orang lain dan juga
dapat diartikan mengadu domba orang sehingga menimbulkan perselisihan yang
mengakibatkan orang menjadi menderita. Ini perilaku atau perbuatan yang terlarang.
Contoh perilaku Agnida:
Rima tidak cocok dengan Agus dalam permainan sepak bola karena Rima dapat mentekel
kaki Agus dan Agus marah kemudian terjadi perang mulut. Namun dapat diselesaikan oleh
wasit. Namun, Agus tidak puas. Agus tetap merasa dendam dengan Rima. Akhirnya burung
Agus bersama sangkarnya sebagai burung kesayangannya dibakar. Betapa kejamnya Agus
membakar burung yang tak bersalah. Inilah yang dimaksud perbuatan kejam sebagai perilaku
Agnida.

b.

Wisada, yaitu meracini atau menyakiti orang lain. Perbuatan meracuni baik sekala maupun
niskala. Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa. Hal ini mengingkari hakikat hidup di dalam
bermasyarakat di dunia fana ini. Bagi orang yang melakukan atau melaksanakan perbuatan
seperti itu sudah di sediakan tempat, yaitu neraka oleh Sang Hyang Widhi.
Contoh perilaku Wisuda:
Pada suatu hari Putra bersama kawannya mengail ikan di sungai, tapi seharian mengail tidak
mendapatkan ikan. Akhirnya si Putra berpikir, mengapa susah-susah mendapatkan ikan?
Lebih baik membeli portas ikan dan memasukkannya ke kolam Yoni, Akibatnya banyak
ikannya yang mati. Lalu kita minta kepada Yoni. Di kolam itu bukan ikan yang besar saja
yang mati tapi yang kecil juga mati. Itu perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Agama
Hindu.

c.

Atharwa, yaitu melakukan atau menjalankan ilmu hitam (black magic). Perbuatan semacam
ini merupakan perbuatan yang tak terpuji dan terkutuk serta dijauhi orang. Orang yang suka
yang terlarang menjalankan ilmu hitam hanya sifatnya senang sementara semasa masih hidup
dapat membuat orang lain menjadi menderita dan sesungguhnya pula dirinya sendiri akan
menderita pula seperti yang diderita orang lain.
Contoh perilaku Atharwa :
Aan sangat mencintai Iin, tapi Iin tidak mencintai Aan. Sehingga Aan mencari paranormal
yang menjalankan ilmu hitam untuk mencelakakan Iin. Akhirnya Iin kena jampi-jampi Aan,
ia sakit keras dan tidak dapat disembuhkan oleh medis manapun, ia putus sekolah. Betapa
besarnya dosa yang dilakukan Aan yang menghancurkan masa depan Iin

d. Sastraghna, yaitu mengamuk atau merampok sehingga menimbulkan kerugian bagi orang
lain. Mengamuk yang dimaksud adalah bias menghilangkan nyawa orang lain dan merampok
menimbulkan penderitaan karena kerugian yang dideritanya. Perbuatan semacam ini amat
bertentangan dengan sastra agama, untuk mencapai ketenangan maupun kedamaian, maka
perbuatan Sastraghna amat dilarang dan berdosa besar dan terkutuk.
Contoh perilaku Sastraghna :
Pada suatu hari Agus dipanggil oleh orang tuanya, namun ia tidak membalas sepatah kata pun
sudah sekian lama oranf tua dan keluarganya memanggil tanpa sebab ia berlari mengambil
sapu dan memukul adiknya, tidak hanya itu saja tetapi ia juga memukul alat-alat dapur. Dan
akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit jiwa.

e.

Drathi Krama, yaitu memperkosa kehormatan seorang wanita. Perbuatan Drathi Krama
sangat bertentangan dengan konsep ajaran agama Hindu. Di mana ajaran Agama Hindu
memiliki konsep Tat Twam Asi. Karena itu, perbuatan Drathi Krama mengingkari
kemerdekaan pribadi orang lain.
Contoh perilaku Drathi Krama :
Seorang kakek yang tega membohongi anak gadis untuk dicarikan pekerjaan di hotel, namun
apes bagi si gadis di hotel ia malah diperkosa oleh kakek tersebut. Dan keesokan harinya si
gadis melaporkan apa yang telah terjadi padanya, kemuadian orang tua si gadis melaporkan
kakek itu ke polisi dan akhirnya ditahan.

f.

Raja Pisuna, yaitu memfitnah atau menghasut dan mengadu domba seseorang denga orang
lain. Perbuatan memfitnah sangatlah keji karena membuat orang lain menderita. Mungkin
orang yang difitnah tidak tahu sebab apa dirinya diberlakukan kurang baik. Memfitnah
hendaknya dibuang jauh dari alam pikiran kita. Maka dikatakn memfitnah lebih kejam dari
pada pembunihan.
Contohnya pada cerita Bawang Merah dan Bawang Putih
Walaupun merupakan suatu pembunuhan yang kejam, Sad Atatayi juga memiliki sisi positif
yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri, sama dengan musuh dalam diri manusia
lainnya, jika Sad Atatayi bisa dikendalikan maka hal-hal positif dari Sad Atatayi ini akan
dapat memperbaiki perilaku manusia, namun jika sebaliknya Sad Atatayi ini dibiarkan
menguasai diri manusia maka hal-hal negatif akan terus meburu manusia.
Walaupun merupakan suatu pembunuhan yang kejam, Sad Atatayi juga memiliki sisi positif
yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri, sama dengan musuh dalam diri manusia
lainnya, jika Sad Atatayi bisa dikendalikan maka hal-hal positif dari Sad Atatayi ini akan
dapat memperbaiki perilaku manusia, namun jika sebaliknya Sad Atatayi ini dibiarkan
menguasai diri manusia maka hal-hal negatif akan terus meburu manusia.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Dampak Negatif Sad Atatayi


Agnida, tidak dibenarkan membakar milik orang lain apalagi sampai menghanguskan
semangat teman untuk belajar. Secara fisik membakar milik orang lain, merupakan suatu
perbuatan yang konyol yang pada akhirnya bisa merugikan diri sendiri.
Visada, meracun adalah perbuatan yang kejam, seperti mecari ikan di kolam dengan
meracun maka akan membunuh ikan kecil yang tidak kita cari. Perbuatan sejenis ini tidak ada
gunanya kecuali merugikan orang lain dan diri sendiri.
Atharwa, Ilmu hitan (black magic) bisa menyebabkan seseorang dari tidak senang menjadi
senang, dari rukun menjadi cerai berai.
Sastragna, perbuatan mengamuk kepada orang tua dengan tidak melihat situasi dan kondisi
orang tua merupakan perbuatan Alpaka Guru
Drathi Krama, perbuatan mengambil milik orang secara paksa merupakan arti dari bagian
sad atatayi ini, awal menuju kesengsaraan apalagi memperkosa seorang gadis di bawah umur.
Raja Pisuna, memfitnah lebih kejam dari pembunuhan, peribahasa yang paling cocok
menggambarkan raja pisuna. Karena masalah membunuh dan dibunuh tidak ada baiknya,
hanya akan menunggu neraka dan menjadi makhluk hina, menderita seumur hidupnya.

Dampak Positif Sad Atatayi

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Agnida, semangat yang berapi-api untuk menjadi pintar dengan jalan belajar, melatih diri,
mencoba dan mempraktikan dengan serius merupakan dasar utama untuk mecapai
kebahagiaan.
Visada, meracun dan membunuh sifat-sifat malas dalam dir, penting sekali apalagi malas
belajar, malas bekerja. Karena orang bijak berkata, siapa yang malas bekerja selagi muda,
sebagai pengemis setelah tua
Atharwa, orang yang menguasai ilmu hitam jika dilandasi dengan dharma maka sangat
berguna untuk membantu orang untuk mengobati dari penyakit non medis.
Sastragna, di zaman sekarang ini pekerjaan sangatlah sulit untuk didapatkan namu dengan
usaha keras dalam hal ini pekerjaan apapun diterima asalkan sesuai denga dharma ngamuk
nyemak gae kalo orang Bali bilang.
Drathi Krama, memperkosa disini berarti seseorang harus berani memperkosa waktunya
yang sedang asyik menonton TV untuk mengalihkan ke waktu belajar, atau membantu orang
tua sehingga mereka merasa senang.
Raja Pisuna, mungkin semua orang pernah memfitnah/berbohong untuk keselamatan diri
dan keluarga terutama memfitnah musuh dan berbohong kepada orang sakit untuk membantu
kesembuhannya.

Upaya-upaya untuk menghindari diri dari Sad Atatayi


Segala sikap dan usaha dapat memilih yang baik dan benar serta menghindarkan diri dari halhal yang buruk dan salah.
1. Dapat mengadakan hubungan yang harmonis dengan orang lain.
2. Mengamalkan lima pengendalian diri yang bersifat lahiriah yang disebut Panca Yama Brata.
3. Mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha.
4. Menasehati diri sendiri sebelum berbuat.
Konsekuensi pelaksanaa Sad Atatayi
1.
Bila manusia tidak dapat menguasai Sad Atatayi, akan jatuh ke jurang penderitaan atau
neraka
2. Selalu berbuat kejahatan maupun kekejaman selama hidupnya
3. Setiap saat dan bila lengah akan menghancurkan manusia
Diposkan 13th March 2014 oleh Rama Dewa
0
Mahbhrata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau
sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa
dalam kisah Mahbhrata, yakni semenjak kisah para
leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bhar
ata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.
Nama kitab

Adiparwa

Keterangan

Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang


bernafaskan Hindu, seperti misalnya kisah
pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang

menguji ketiga muridnya, kisah para


leluhur Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Byasa,
kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah
tewasnyarakshasa Hidimba di tangan Bhimasena, dan
kisah Arjuna mendapatkan Dropadi.

Kitab Sabhaparwa berisi kisah


pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah balairung
untuk main judi, atas rencana Duryodana. Dropadi ,
istriPandawa, Dursasana , dihapus gaun
Sabhaparwa

nya , Krishna diselamatkan dengan memberikan lapisan


gaun . Karena usaha licik Sangkuni, permainan
dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga
sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke
hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa
penyamaran selama 1 tahun.

Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12


tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut
Wanaparwa

juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di


gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah
Arjuna tersebut menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.

Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun


penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata setelah
mengalami pengasingan selama 12
Wirataparwa

tahun.Yudistira menyamar sebagai ahli


agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru
tari, Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai
pengembala, dan Dropadi sebagai penata rias.

Udyogaparwa

Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang

keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang


bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan
perdamaian dengan
Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyakbanyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir
seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua
kelompok.

Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang


menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam
beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci
Bhismaparwa

antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung.


Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad
Gt. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan
gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha
Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.

Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan


Bagawan Drona sebagai panglima perang Korawa. Drona
berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona
Dronaparwa

gugur di medan perang karena dipenggal


oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas
mendengar kabar yang menceritakan kematian
anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga
diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.

Karnaparwa

Kitab Karnaparwa menceritakan kisah


pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh
Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan
sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan
gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir
kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara

mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan


senjata Pasupati pada hari ke-17.

Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan


Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari
ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang.
Setelah ditinggal sekutu dan
Salyaparwa

saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan


hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa.
Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga
Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima.
Dalam perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia
sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.

Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam


Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia
bersama Kripa dan Kertawarmamenyusup ke dalam
kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang,
Sauptikaparwa

kecuali para Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke


pertapaanByasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama
dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan
permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali
perbuatannya dan menjadi pertapa.

Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita


yang ditinggal oleh suami mereka di medan
pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara
Striparwa

pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan


mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu
pula Dewi Kunti menceritakan kelahiranKarna yang
menjadi rahasia pribadinya.

Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira


karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan
Santiparwa

pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh


Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia
dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai Raja.

Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan


diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk menerima
Anusasanaparwa

ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang


ajaranDharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara,
kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya,
Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.

Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan


upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut
Aswamedhikaparwa

juga menceritakan kisah pertempuranArjuna dengan para


Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula
tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama,
namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.

Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah


kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura,
dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia
Asramawasikaparwa ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada
Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang membawa kabar
bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh
api sucinya sendiri.

Mosalaparwa

Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan


bangsa Wresni. Sri Kresna meninggalkan kerajaannya
lalu pergi ke tengah

hutan. Arjuna mengunjungiDwarawati dan mendapati


bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi
Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh hidup
sanyasin atau mengasingkan diri dan meninggalkan
dunia fana.

Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah


perjalanan Pandawa dan Dropadi ke puncak
Mahaprastanikaparw gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan
a

kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya,


Dropadi dan para Pandawa (kecuali Yudistira), meninggal
dalam perjalanan.

Kitab Swargarohanaparwa menceritakan


kisah Yudistira yang mencapai puncak
gunung Himalaya dan dijemput untuk
Swargarohanaparwa

mencapai surga oleh DewaIndra. Dalam perjalanannya, ia


ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak
masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya
sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang
sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.

Anda mungkin juga menyukai