Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

MAKNA PENGENDALIAN DIRI DAN ETIKA


(Dalam Perspektif Ajaran Agama Hindu)

Oleh: I Wayan Salendra*

Abstract
Kemampuan berwiweka orang dapat memilih yang baik dan benar serta menghindar
dari yang buruk dan yang salah, karena itu dalam diri orang kedua hal tersebut selalu
berdampingan, yaitu unsur baik dan unsur buruk, unsur raksasa dan unsur dewata, maka
orang harus mengarahkan daya pikir dan daya-daya lain dalam dirinya untuk menundukkan
daya-daya yang tidak baik itu. Ini berarti orang harus mampu mengendalikan diri dalam
segala hal, baik berpikir, berkata dan bertindak (Tri Kaya Parisudha), sehingga segala daya
menuju kepada yang baik.
Etika adalah bentuk pengendalian diri dalam pergaulan hidup bersama. Pratyaksa ialah
memperoleh kebenaran atas pengamatan langsung. Anumana ialah memperoleh kebenaran
atas dasar logika berpikir. Agama ialah memperoleh kebenaran atas dasar pertimbangan
orang-orang lain yang dapat dipercaya. Sastratah ialah pertimbangan atas dasar ajaran-ajaran
sastra, gurutah atas dasar pertimbangan ajaran-ajaran guru, dan swatah ialah pertimbangan
atas dasar belajar sendiri dari pengalaman dan sebagainya.
Agama adalah kepercayaan dan keyakinan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan agama itu sendiri. Dengan definisi itu maka
sembahyang, beryajna, melakukan kebajikan kepada sesama manusia adalah merupakan
salah satu wujud praktek agama.

Kata Kunci: Pengendalian diri, Etika, dan Ajaran Agama Hindu

ajaran untuk mengendalikan orang agar


I. PENDAHULUAN dengan pikiran itu dapat menuju harapan
Dalam ajaran agama sering dikatakan orang hidup yang dicita-citakan.
bahwa tumbuh-tumbuhan itu hanya Dari uraian-uraian diatas, maka akhirnya
memiliki bayu, binatang memiliki bayu dan kitapun dapat memahami, bahwa salah satu
sabda dan manusia memiliki bayu aspek kehidupan manusia sebagai pancaran
(kemampuas untuk hidup) , sabda daya pikir itu ialah kemampuan untuk
(kemampuan untuk berbicara), dan idep membedakan, menimbang-nimbang, dan
(akal dan pikiran). Memiliki idep inilah akhirnya memilih antara baik dengan yang
kelebihan manusia dari makhluk-makhluk buruk, antara salah dengan yang benar dan
yang lain. Memang demikianlah kenya sebagainya. Kemampuan yang demikian
taannya yang kita saksikan. Manusia dalam ajaran Hindu disebut wiweka.
adalah makhluk yang memiliki manu, yaitu
mental power, kemampuan berpikir. II. PEMBAHASAN
Kemampuannya inilah yang mengangkat 2.1 Pengendalian Diri
martabatnya menjadi makhluk yang Dengan adanya kemampuan
termulia sehingga dapat menguasai berwiweka maka orang dapat memilih
makhuk-makhluk yang lain. yang baik dan yang benar dan menghindar
Dengan daya pikirannya manusia dapat dari yang buruk dan yang salah. Oleh
membebaskan dirinya dari bermacam- karena itu dalam diri orang kedua itu selalu
macam beban hidup yang membebani berdampingan, yaitu unsur baik dan unsur
dirinya. Oleh sebab itu menjelma menjadi buruk, unsur raksasa dan unsur dewata,
manusia adalah sungguh-sungguh utama, maka orang harus mengarahkan daya pikir
karena ia dapat menolong dirinya dari dan daya-daya lain dalam dirinya untuk
keadaan sengsara dengan jalan berbuat menundukkan daya-daya yang tidak baik
baik. Demikianlah keuntungannya itu. Ini berarti orang harus mengendalikan
menjelma menjadi manusia. Demikianlah diri dalam segala hal, berpikir, berkata dan
sifat pikiran itu maka dalam agama ada
ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra
Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

bertindak (Tri Kaya Parisudha), sehingga Madhu vata rtayate Madhu ksaranti
segala daya menuju kepada yang baik. sidhavah,Madhvir nah
Suatu daya yang terkendali menuju sanvosadhih. Madhu naktam
suatu sasaran akan menjadi tenaga yang utosaso Mandhumat parthivam
maha hebat, baik tenaga yang rajah, Madhu dyam astu nah pita.
menyenangkan maupun tenaga yang Madhuman no vanaspatir, Madhu
menakutkan. Cahaya matahari yang mam astu surya Madhvir gavo
dikendalikan dengan lensa memusat pada bhavantu nah. (Rg Veda I. 90. 6-8)
satu titik, dapat membakar benda pada titik
itu. Air terjun yang terkendali dengan pipa Terjemahan:
saluran tertentu dapat membangkitkan Untuk dia yang hidup menuruti Rta,
tenaga listrik yang amat besar. Demikian Angin akan penuh dengan rasa
pula sumber air dapat dikendalikan dengan manis, Sungai mencurahkan rasa
saluran pipa water leiding masuk ke manis, Begitu banyak pohon penuh
rumah-rumah membawa kemudahan rasa manis untuk kita. Malam terasa
hidup yang amat besar. Kepentingan- manis demikianpun pula fajar Debu
kepentingan yang berlawananpun dapat bumipun manis, Manislah Bapa
dicapai berkat adanya pengendalian yang Langit bagi kita. Semoga hutan
teratur, seperti tertib lalu lintas. kayu penuh rasa manis bagi kita,
Sesungguhnya benda-benda Penuh manis matahari, Dan penuh
angkasa edarnya terkendali pula oleh suatu manis sapi bagi kita.
kekuatan yang maha dahsyat sehingga
lintasannya mengikuti suatu tertib tertentu. Demikian lukisan nikmat dalam Rg
Matahari dan bulan tidak pernah lepas dari Veda bagi dia yang mengikuti Rta. Tetapi
tertib lintasannya. Demikian pula bintang- walaupun manusia harus tunduk pada Rta,
bintang dan planet-planet. Atom selalu dirinya sendiri sering menjadi penghalang
tetap bergerak dalam lintasannya juga. untuk itu. Akibatnya manusia tidak
Tertib demikian dalam kitab Weda disebut bahagia dan karena itu diri sendiri perlu
Rta dan Tuhan dipanggil dengan Rtavana dikendalikan kembali pada tertib itu.
artinya pendukung Rta. Petunjuk-petunjuk untuk kembali pada
Rtavana ni sedatuh, Sarajyaya tertib itu amat banyak kita dapati dalam
sukratu dhrtvrata ksatriya ksatram ajaran-ajaran agama Hindu. Petunjuk-
asatuh. (Rg. Veda VIII. 25.8) petunjuk demikian tersimpul dalam ajaran
dharma. Pengertian akan dharma itu amat
Terjemahan: luas sekali. Tak ada kata dalam Bahasa
Mereka (Mitra dan Varuna) Indonesia yang dapat kita pakai sebagai
pendukung Rta amat kuasa, Mereka terjemahan kata itu. Namun bagaimanapun
menempatkan dirinya untuk juga dapat kita katakan bahwa dharma itu
kekuasaan, Pahlawan yang gagah adalah segala yang mendukung manusia
berani yang hukum-hukumnya untuk mendapatkan kerahayuan.
tegak berdiri. Mereka adalah Adalah dharma kita menolong
penjaga (dunia ini). orang, hidup damai, bekerja dan lain-lain
sebagai anggota masyarakat. Adalah
Karena manusia itu adalah bagian dharma kita makan dan minum dikala lapar
dari alam ini, ia juga tunduk pada Rta ini. dan haus, istirahat dan tidur dikala lelah dan
Dengan tunduk pada Rta ini manusia akan malam hari. Barang siapa yang melawan
hidup harmonis dengan alam dan dharma ia akan mendapatkan kehancuran.
keharmonisan membawa ketentraman, Dari uraian ini dapatlah kita ketahui
kenikmatan hidup. Segala apa yang kita bahwa dharma itu meliputi peraturan-
rasakan, segala yang kita lihat, dengar dan peraturan dan juga ia adalah kodrat. Karena
sebagainya dari lingkungan kita, kita peraturan-peraturan dan kodrat itu
tanggapi sebagai sesuatu yang indah, yang mengantar manusia sebagai manusia yang
manis, bila orang telah mengikuti Rta itu. baik maka dharma juga adalah kebajikan.

ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra


Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

Dengan demikian dharma telah diumpamakan sebagai kuda. Bila ia dapat


mengendalikan orang menuju kepada dikendalikan ia dapat menjadi kuda-kuda
kebajikan, kebahagiaan dan akhirnya untuk yang bagus yang mengantar orang sampai
mendapatkan kelepasan ikatan duniawi ini. ketujuan dan bila ia tidak dapat
Dalam sastra agama Hindu yang paling dikendalikan ia akan menjadi kuda-kuda
banyak mendapat perhatian pengendalian binal yang mengantar orang jatuh pada
itu adalah pikiran dan indriya karena kedua- kesengsaraan. Maka jelaslah bahwa
duanya yang mengguncang-guncang diri pengendalian indria dan kuasa atas
orang. geraknya pikiran akan membawa orang
Indriya menghubungkan pikiran pada keselamatan di dunia dan akhirat.
dengan dunia ini. Sentuhan dengan dunia Ajaran seperti ini hampir selalu kita dapati
inilah menimbulkan bermacam-macam dalam sastra-sastra agama Hindu dengan
fenomena kejiwaan dan bermacam bermacam-macam bentuk.
peristiwa-peristiwa perbuatan manusia.
Dunia ini demikian menariknya, demikian 2.2 Pengertian Etika
indahnya sehingga pikiran orang Bagus Mantra (1993:5)
dininabobokkan melalui indriyanya. Hal ini memberikan definisi etika atau tata susila
menambah dirinya pada dunia ini, sehingga adalah peraturan tingkah laku yang baik dan
dapat pula akan hakekat kemanusiaannya. mulia yang harus menjadi pedoman hidup
Maka itulah indriya harus dikendalikan manusia. Tokoh lain seperti I Gede Sura
supaya sang pribadi dapat menjadikan ia (1993:38) mengatakan bahwa etika adalah
budaknya dan bukan pribadi menjadi bentuk pengendalian diri dalam pergaulan
budaknya. hidup bersama.
Dalam Katha Upanisad I 3-7, kita Mencermati definisi tentang etika
dapatkan suatu parable (pengendalian) ini, dapat dipetik suatu makna bahwa untuk
kereta dan kuda sebagai badan dan indriya mencapai kehidupan bersama tampaknya
dan pengendaliannya. perlu adanya suatu peraturan bertingkah
Atmanam rathinam viddhi, sariram laku bagi setiap orang. Agar kehidupan
rathamtu, bersama ini berjalan harmonis, selaras,
Buddhim tu saradem viddhi, manah serasi dan seimbang, maka orang hatus
pragraham eva ca. mengatur dirinya dalam bertingkah laku
sesuai dengan aturan yang dibuat dan
Terjemahan: disepakati bersama oleh kelompok orang
Ketahuilah bahwa sang pribadi atau masyarakat. Tak ada seorangpun
adalah tuannya, kereta badan adalah berbuat sekehendak hatinya. Masing-
kereta, Ketahuilah bahwa masing orang harus menyesuaikan dirinya
kebijaksanaan itu adalah kusir, dan dengan orang lain, dengan lingkungan, dan
pikiran adalah tali kekangnya. tunduk kepada aturan atau norma yang
berlaku.
Vijnana sarathir yastu manah Apa yang disebut baik dan apa yang
pragrahavan na rah, disebut buruk sulit dirumuskan, kata I Gede
Sodhvanah param apnoti tad visnoh Sura pada bagian lain pernyataannya
paramam padam. (1993:40). Walaupun demikian manusia
tahu apa yang baik dan yang buruk itu.
Terjemahan: Menolong, jujur adalah perilaku yang baik.
Ia yang memiliki kesadaran akan Berbohong, mencuri, menipu, adalah
kusir kereta itu dan mengendalikan perilaku yang buruk. Kesadaran akan
tali kekang pikiran,Ia akan adanya baik dan buruk itu disebut
mencapai akhir dari perjalanan itu “kesadaran etis”. Tetapi apa yang baik
yaitu alam tertinggi, alamnya Ia belum tentu benar dan apa yang buruk
yang meresapi segala. belum tentu salah.
Etika adalah bentuk pengendalian
Kutipan ini menekankan diri dalam pergaulan hidup bersama.
pengendalian indria-indria itu yang Manusia adalah homo socius makhluk

ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra


Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

berteman. Ia tidak dapat hidup sendirian, ia 2) Tingkat kedua sesudah berbentuk


selalu bersama-sama dengan orang lain. pekerti yaitu perbuatan nyata
Manusa hanya dapat hidup dengan sebaik- 3) Tingkat ketiga adalah akibat yang
baiknya dan manusia hanya akan ditimbulkan oleh pekerti ini. Hasil ini
mempunyai arti, apabila ia hidup bersama- boleh jadi hasil baik, boleh jadi juga
sama manusia lainnya di dalam masyarakat. hasil buruk.
Tidak dapat dibayangkan adanya manusia Isi dari pada angan atau niat itulah
yang hidup menyendiri tanpa berhubungan yang direalisasikan oleh perbuatan orang.
dan tanpa bergaul dengan sesama manusia Dalam realisasinya ini dapat terjadi 4
lainnya. Hanya dalam hidup bersama (empat) variabel yaitu:
manusia dapat berkembang dengan wajar. (1) Tujuan baik, tetapi cara mencapainya
Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai tidak baik. Misalnya orang yang ingin
meninggal manusia memerlukan bantuan anaknya diterima menjadi murid
orang lain, untuk kesempurnaan hidupnya. sebuah sekolah. Tujuan ini baik tetapi
Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk dengan cara menyogok guru
memenuhi kebutuhan jasmani tetapi juga disekolah itu.
kebutuhan rohani. Manusia sangat (2) Tujuan tidak baik, namun cara
memerlukan pengertian, kasih sayang, mencapainya baik. Perbuatan seperti
harga diri pengakuan dan tanggapan- ini banyak benar kita dapati dalam
tanggapan emosional yang sangat penting kehidupan sehari-hari. Banyak ada
artinya bagi pergaulan dan kelangsungan orang tampak ramah, manis dan
hidup yang sehat. sebagainya, guna dapat menipu orang.
Semua kebutuhan ini yang (3) Tujuan tidak baik, cara mencapainya
merupakan kebutuhan rohani hanya dapat juga tidak baik. Ini adalah praktik-
ia peroleh dalam hubungannya dengan praktik penjahat, perampok dan
manusia lain dalam masyarakat. Inilah sebagainya dalam mencapai
kodrat manusia sebagai makhluk sosial. tujuannya dengan jalan-jalan
Tak ada seorangpun yang dapat kekerasan, membunuh dan
mengingkari hal ini karena ternyata bahwa sebagainya.
manusia baru dapat disebut manusia dalam (4) Tujuan baik, cara mencapainyapun
hubungannya dengan orang lain, bukan baik juga. Contohnya: mau lulus
dalam kesendiriannya. ujian? Syaratnya ialah belajar yang
Dalam kehidupan bersama ini orang sungguh-sungguh, bukan dengan
harus mengatur dirinya bertingkah laku. menyogok panitia ujian itu.
Tak ada seorangpun boleh berbuat Apa yang disebut baik dan apa yang
sekehendak hatinya. Ia harus menyesuaikan disebut buruk sulit dirumuskan. Walaupun
dirinya dengan lingkungan, tunduk kepada demikian manusia tahu apa yang disebut
aturan bertingkah laku yang berlaku. baik dan buruk itu. Berbohong, mencuri,
Dengan demikian maka orang hanya bebas adalah buruk. Menolong, jujur adalah baik.
berbuat dalam ikatan aturan tingkah laku Kesadaran akan adanya baik dan buruk itu
yang baik. disebut orang kesadaran etis. Tetapi apa
Peraturan untuk bertingkah laku yang baik itu tidak selalu benar dan apa
yang baik disebut orang tata susila. Nama yang buruk itu salah. Untuk menentukan
lainnya ialah etika. Bila etikad beretika manakah perbuatan yang benar dan
masih dalam angan disebut orang berbudi manakah yang disebut salah agama Hindu
baik dan bila diwujudkan dalam tindakan mengajarkan agar orang berpedoman pada
disebut orang budi pekerti yang baik. Tri Pramana (tiga ukuran). Berikut akan
Dalam tujuan etika ini maka orang dinilai disajikan beberapa Tri Pramana:
dari tingkah laku, mana yang dapat dinilai 2.2.1 Desa, Kala dan Patra
baik dan mana yang jahat. Dalam hubungan Disamping ukuran-ukuran lain,
ini tingkah laku orang dapat dinilai pada maka desa, kala dan patra adalah juga
tiga tingkatan, yaitu: merupakan ukuran-ukuran untuk
1) Tingkat pertama semasih dalam bentuk menentukan salah dan benar. Desa artinya
angan atau niat tempat, kala berarti waktu dan patra

ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra


Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

artinya keadaan. Apa yang benar pada mendengkur sengaja. Ia tak tahu bahwa ia
suatu waktu belum tentu benar pula pada mendengkur dan sekitarnya ia dapat
waktu yang lain. Demikian pula apa yang memilih, ia lebih suka tidak mendengkur.
benar pada suatu tempat atau keadaan Tahu dan memilih memang dua hal yang
dapat berubah menjadi salah pada tempat dalam penilaian moril selalu dituntut
atau keadaan yang lain. Demikian adanya. Bagi anak kecil yang belum tahu,
misalnya: Menyanyi untuk hiburan adalah tak ada penilaian etis yang sebenarnya.
benar, tetapi menyanyi di samping orang- Sasaran pandangan etika khusus kepada
orang yang sedang sakit, akan diusir orang tindakan-tindakan manusia yang
karena perbuatan itu perbuatan yang salah, dilakukan dengan sengaja. Pertanyaannya,
begitupula menghidangkan es pada waktu bebaskah orang dapat memilih atas
malam yang dingin akan diterima orang tindakan yang dilakukannya?
dengan enggan, namun bila dihidangkan Manusia makhluk terbatas, maka
ada waktu panas terik akan disambutnya tindakannya untuk memilih itupun terbatas
dengan gembira. pula pada pada kemanusiaannya. Ini
Dari contoh-contoh diatas ini berarti bahwa ia tidak dapat memilih
nyatalah bahwa apa yang disebut orang sebebas-bebasnya. Dalam pada itu agama
tindakan yang salah bilamana tindakan itu Hindu mengajarkan bahwa pada dasarnya
tidak sesuai dengan tempat, waktu dan hakekat manusia itu adalah baik. Sang
keadaan. Maka itu setiap bertindak Hyang Atma yang menjadi inti hidup itu
patutlah tindaka itu disesuaikan dengan adalah suci, jujur dan tak mau mengakui
desa, kala, dan patra. Tentu saja yang buruk itu baik. Maka dalam memilih,
penyesuaian itu harus berdasarkan orang supaya mengikuti bisikan Sang
pertimbangan-pertimbangan yang sehat. Hyang Atma bisikan kata hatinya yang
jujur itu. Nilai atas pilihannya pada yang
2.2.2 Pratyaksa, Anumana dan Agama baik dan benar itulah yang akan
Pramana menentukan nilai pribadi seseorang, bukan
Dapat pula dipertimbangkan benar karena kekayaan, kepandaian atau
salahnya perbuatan kita atas dasar keturunan.
pratyaksa, anumana dan agama. Pratyaksa
ialah memperoleh kebenaran atas 2.3 Agama
pengamatan langsung. Anumana ialah Ada banyak dafinisi agama.
memperoleh kebenaran atas dasar logika Definisi-definisi itu tidak ada yang
berpikir. Agama ialah memperoleh sempurna karena itu tidak dapat
kebenaran atas dasar pertimbangan orang- memuaskan semua orang, lagi pula agama
orang lain yang dapat dipercaya. itu tidak sama, yang mempersulit orang
membuat definisi itu. Walaupun begitu,
2.2.3 Sastratah, Gurutah dan Swatah untuk pegangan baik juga disebut salah
Ada lagi dasar pertimbangan lain satu definisi itu.
untuk mendapatkan kebenaran yaitu atas Agama ialah kepercayaan kepada
dasar sastratah, gurutah dan swatah. Tuhan Yang Maha Esa, serta segala
Sastratah ialah pertimbangan atas dasar sesuatu yang bersangkut paut dengan itu.
ajaran-ajaran sastra yang diyakini benar, Dengan definisi itu maka sembahyang,
gurutah atas dasar pertimbangan ajaran- beryajna, melakukan kebajikan kepada
ajaran guru, dan swatah ialah sesama manusia adalah merupakan salah
pertimbangan atas dasar belajar sendiri satu wujud praktek agama.
dari pengalaman dan sebagainya. Agama bertitik tolak dari
Penentuan baik buruknya atau salah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
benarnya perbuatan itu atas dasar Esa, banyak hal yang membedakan kita
pertimbangan-pertimbangan, ini berarti percaya kepada Tuhan. Hal itu semua
ada faktor kesengajaan atau memilih yang harus kita sadari sebagai suatu keyakinan
baik dan tidak memilih yang buruk. Orang bahwa yang kita yakini memang benar ada,
yang dalam tidurnya nyenyak dan merupakan pengetahuan tertinggi dan
mendengkur, tak akan dikatakan bahwa ia sebuah keindahan yang paling cemerlang

ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra


Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

yang hanya dapat dipahami dalam bentuk- kehidupan manusia sebagai


bentuknya yang paling sederhana. pancaran daya pikir yaitu
Keyakinan itu terletak pada keimanan dan kemampuan untuk berbuat,
keyakinan yang sejati, karena dengan membedakan, menimbang-
agama kita akan merasakan ketenangan nimbang, dan akhirnya memilih
dalam hidup. antara baik dengan yang buruk,
Walaupun kita tidak cepat percaya antara salah dengan yang benar dan
pada sesuatu, tetapi percaya itu perlu pada sebagainya. Kemampuan yang
hidup ini. Orang yang tidak mempunyai demikian dalam ajaran Hindu
kepercayaan pada sesuatu, akan selalu disebut wiweka.
dalam keadaan bimbing, ragu tidak aman, c. Etika adalah suatu cabang filsafat
curiga dan tidak mempunyai tempat yang membicarakan mengenai nilai,
berpegang yang pasti. Demikian pula norma, dan moral yang menentukan
seseorang tidak enak tidurnya karena prilaku manusia dalam hidupnya.
curiga kalau-kalau jendela dibongkar Etika adalah sebuah ilmu dan bukan
orang. Sebaliknya seseorang yang merasa ajaran. Etika adalah perwujudan dan
tenteram hatinya bertempat tinggal pada pengejewantahan secara kritis dan
kaki sebuah gunung berapi karena ia rasional ajaran moral yang siap
percaya bahwa gunung tidak akan meletus, pakai.
walaupun dia tidak tahu apakah benar d. Etika merupakan pola sikap dan
demikian, kita merasa aman berkumpul prilaku yang diharapkan dari setiap
dengan teman kita karena kita percaya individu dan kelompok yang secara
bahwa mereka itu adalah orang baik-baik. keseluruhan akan membentuk
Percaya itu perlu dalam hidup ini budaya (culture), yang sejalan
dan kita berharap bahwa apa yang kita tujuan dan filosofi yang
percayai itu perlu dalam hidup ini dan kita bersangkutan.
berharap bahwa apa yang kita percayai itu Agama ialah kepercayaan kepada
memang benar seperti dugaan kita. Karena Tuhan Yang Maha Esa, serta segala
agama itu adalah kepercayaan dalam hidup sesuatu yang bersangkut paut dengan
ini dan karena kepercayaan kita memiliki agama itu sendiri
rasa aman itu, maka kita akan memiliki
ketetapan hati dalam menghadapi sesuatu. Daftar Bacaan
Dengan iman tertentu yang menambatkan Adia, Wiraatmaja I.G.K. 1992. Etika Susila
ia pada sesuatu tempat berpegang yang Hindu Dharma.
kokoh. Tempat itu tiadalah lain daripada Departemen Pendidikan Nasional. 2008,
Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Widhi Wsa), sumber dari semua Pusat Bahasa. Penerbit : PT.
ketenteraman dan semangat hidup ini suda Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
tentu akan selalu mengalir. Oleh sebab itu Kadjeng, I Nyoman. 1970/1971.
sudah sepantasnya kita selalu berbhakti Sarasamuccaya. Proyek
Kepada-Nya dan memasrahkan diri kita, Penerbitan Kitab Suci Hindu dan
karena tiada tempat lain daripada-Nya Budha Direktorat Jenderal
tempat kita kembali. Bimbingan Masyarakat Hindu dan
Budha Departemen Agama RI.
III. KESIMPULAN Kadjeng, I Nyoman. 2003, Sarasamuccaya,
a. Pengendalian diri adalah fungsi Jakarta, Pustaka Mitra Jaya
kontrol indria-indria dan kuasa atas Magnis Suseno, Frans. 1987, Etika
geraknya perbuatan, perkataan, Dasar,Masalah-Masalah Pokok
maupun pikiran (Tri Kaya Filsafat Moral. Kanisius,
Parisudha) akan membawa orang Yogyakarta
pada keselamatan di dunia dan Masri, Abdul Watif. Etika (jilid I).
akhirat. Yogyakarta: Rake Press.
b. Pengendalian diri adalah Mantra, Ida Bagus. 1993. Tata Susila Hindu
merupakan salah satu aspek dalam Dharma. Jakarta:Hanuman Sakti.

ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra


Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016

Pudja, G dan Sudharta, Tjokorda Rai.


Manawa Dharmasatra. (Tanpa
Penerbit dan Tempat).
Rudia, I Gede, dkk. 2004. Dasar-Dasar
Agama Hindu. Jakarta: Lestari
Karya.
Sura, I Gede, dkk. 2001. Pengendalian diri
dan Etika Dalam Ajaran Agama
Hindu. Penerbit: Hanuman Sakti

ISSN : 2089-6662 I Wayan Salendra

Anda mungkin juga menyukai