Anda di halaman 1dari 5

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam

dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki
sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi),
penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam
bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur
kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam
heksuronat oleh beberapa peneliti.[2]
Pada umumnya sel eukariota dengan inti sel memiliki konsentrasi asam askorbat yang jauh lebih
pekat, yang diserap melalui transporter SVCT1 atau/dan SVCT2, dibandingkan dengan
konsentrasi pada eritrosit maupun konsentrasi di dalam plasma darah.[3] Misalnya pada
konsentrasi plasma atau eritrosit sekitar 4080 M, konsentrasi asam askorbat pada sitoplasma
limfosit dapat mencapai 4 mM. Di antara para mamalia, manusia memiliki rasio plasma asam
askorbat lebih kecil dan asam urat lebih tinggi, oleh karena mutasi genetik dengan ekspresi
oksidase L-gulonolakton dan urikase.[4]
Asam askorbat merupakan antioksidan menakjubkan yang melindungi sel dari stres ekstraselular,
dengan peningkatan proliferasi sel endotelial, stimulasi sintesis kolagen tipe IV, degradasi
oksidasi LDL, menghambat aterosklerosis dan stres intraselular dengan memelihara kadar tocopherol pada eritrosit dan neuron,[5] dan melindungi hepatosit dari stress oksidatif akibat
paparan alkohol alil. Sifat antioksidan tersebut berasal dari gugus hidroksil dari nomor C 2 dan 3
yang mendonorkan ion H+ bersama-sama dengan elektronnya menuju ke berbagai senyawa
oksidan seperti radikal bebas dengan gugus oksigen atau nitrogen, peroksida dan superoksida.
Meskipun demikian, di dalam sitoplasma dengan konsentrasi senyawa Fe yang tinggi, asam
askorbat dapat bersifat pro-oksidan oleh karena reaksi redoks Fe3+ menjadi Fe2+ yang
mencetuskan senyawa superoksida dan pada akhirnya menjadi radikal bebas dengan gugus
hidroksil yang sangat reaktif.[3] Vasodilasi/penyempitan pembuluh darah yang umumnya
disebabkan oleh turunnya sekresi NO oleh sel endotelial juga dapat diredam asam askorbat
dengan meningkatkan sekresi NO oleh sel endotelial melalui lintasan NO sintase atau siklase
guanilat, mengreduksi nitrita menjadi NO, dan menghambat oksidasi LDL.[6]
Asam askorbat juga memainkan peran yang sangat penting sebagai koenzim dan pendonor
elektron di dalam reaksi organik enzimatik dioksigenase seperti hidroksilasi pada karnitina, EGF;
atau mono- dan di-oksigenasi pada berbagai neurotransmiter dan sintesis hormon peptida,
noradrenalin, kolesterol dan asam amino;[5] demetilasi histon dan asam nukleat; dealkilasi
oksidatif DNA; meningkatkan kualitas asam suksinat, asam malat dan gliserol 3-fosfat di dalam
mitokondria; homeostasis gaya gerak proton; deglikanasi senyawa proteoglikan; menangkap
ROS berlebih hingga menurunkan stres oksidatif.[7] Salah satu fungsi kofaktor yang sangat
dikenal adalah dengan hidroksilase prolil dan lisil yang mengkopling hidroksilasi pada hypoxiainducible factor-1 dan prokolagen.

Oleh karena kapasitasnya sebagai antioksidan yang meredam spesi oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan hipertensi, asam askorbat sering dianggap dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asam askorbat dapat menurunkan rasio plasma Creactive protein, 8-isoprostane, dan malondialdehyde-modified LDL, meskipun tidak selalu
diiringi oleh penurunan tekanan darah.[8]
Asam askorbat juga digunakan sebagai terapi anti kanker pada jenis-jenis tertentu oleh karena
sifatnya yang menekan sitokina IL-18 dan enzim hialuronidase pada degradasi asam hialuronat[9]
guna mencegah metastasis,[10] stimulasi kolagen untuk mengisolasi sel tumor in vivo, mencegah
efek onkogenik virus dan karsinogen. Asam askorbat diketahui bersifat toksik terhadap beberapa
jenis sel kanker, namun tidak bersifat demikian terhadap sel normal tubuh. Studi klinis
menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi, baik melalui injeksi maupun asupan,
dapat meredakan simtoma patogen dan memperpanjang harapan hidup penderita kanker stadium
lanjut, seperti RCC, tumor kandung kemih, limfoma sel B.[11]

Sifat-sifat Asam Askorbat

Vitamin C ini dapat di jumpai pada buah-buahan dan salah satu buah yang cukup terkenal
dengan vitamin C nya adalah buah jeruk.
Selama ini vitamin C atau asam askorbat ini telah di kenal sebagai pencegah , menjaga, dan
dapat memperkuat sistem imunitas terhadap segala macam infeksi yang terjadi di dalam tubuh.

Berikut ini akan kami jabarkan mengenai sifat-sifat dari asam askorbat atau yang biasa di kenal
dengan vitamin C:
- Pada asam askorbat ini akan menunjukkan suatu metallo-enzim yang akan larut jika berada di
dalam garam dan akan memiliki berat molekul kurang lebih 150.000
- Suatu ko-enzim akan mengandung enam atom tembaga pada setiap molekul proteinnya.

- Dengan naiknya suatu kadar tembaga maka elemen ini akan membentuk bagian dari enzim.
- Dengan sebuah kenaikan suatu suhu 10 drajat celcius maka jumlah dari vitamin akan
mengalami dioksidasi 2 hingga mencapai 2,5 setiap kali naiknya. Aktivitas akan optimal akan di
dapat apa bila suhu mencapai 38 derajat celcius.
- Asam askorbat ini memiliki peran yang cukup luas yaitu dari PH 4 hingga 7 dan akan
berpengaruh secara maksimal apabila Ph mencapai 5,6 hingga 6,00 dan apabila Ph di turun kan
maka sebuah enzim akan menjadi inaktif.
Vitamin atau yang biasa di sebut dengan asam askorbat merupakan vitamin yang cukup penting
bagi tubuh manusia, jadi jangan sampai anda mengalami kekurangan vitamin C ini dan perlu di
ingat bahwa anda juga jangan sampai mengalami overdosis vitamin C atau yang biasa di sebut
asam askorbat.

Sifat Vitamin C
- Vitamin C sukar larut dalam chloroform, eter, dan benzene.
- Dengan logam membentuk garam.
- Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enolgroup pada atom C nomor
- pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi(bersifat stabil terhadap
asam, tidak stabil terhadap basa)
- Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih bila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim
askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH
kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti diatas. Oksidasi
vitamin C akan terbentuk asam dehidroaskorbat (Sudarmadji, 2003).
-Vitamin C dapat berbentuk asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat.
Keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. asam askorbat sangat mudah
teroksidasi secara reversible menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam Ldehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih
lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi
(Winarno, 2002).
Pada makanan, pH mempengaruhi stabilitas asam askorbat dengan stabilitas
maksimal pada pH antara 4 dan 6. Pemanasan menyebabkan kehilangan asam
askorbat tergantung pada derajat pemanasan, luas permukaan yang kontak dengan
air, oksigen, pH, dan adanya logam transisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemanasan dapat menurunkan kandungan vitamin C pada suatu bahan.
Gambar 1. Struktur vitamin C
Vitamin C disebut pula asam askorbat karena tanpa adanya vitamin C dalam tubuh
akan menimbulkan skorbut, yaitu perubahan patologis pada gigi dan gusi. Vitamin
ini memiliki berat molekul 176 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk
kristal tidak berwarna, dengan titik cair pada suhu 190-192 0C. Sifat asam
ditentukan oleh ionisasi enol-group pada atom C nomor tiga. Pada pH rendah

vitamin C lebih stabil daripada pada keadaan dengan pH tinggi. Vitamin C cukup
stabil pada pH 4-6 dan dapat disintesa dari D-glukosa. Manusia tidak dapat
mensintesa vitamin C dari galaktosa maupun glukosa, karena tubuh manusia tidak
memiliki enzim L-gulono oksidase yang terdapat dalam mikrosom. (deMan, 1989).

Cara Pembuatan Reagen Benedict


Pada beberapa analisa kimia, terutama pada materi kimia farmasi khususnya pada
analisa kualitatif banyak terdapat banyak reagen yang dipergunakan, diantaranya
adalah reagen Benedict atau bisa juga disebut peraksi Benedict.
Cara Pembuatan Reagen Benedict:
Timbang sebanyak17,7 gram CuSO4.10 H2O + 173 gram Natrium Sitrat + 117 gram
Natrium Karbonat, Kemudian larutkan dengan air sehingga tiga solusi tepat 1 Liter.
Larutan Benedict
Larutan Benedict digunakan untuk menguji adanya kandungan glukosa dalam suatu
bahan (makanan). Adanya glukosa dalam bahan ditandai dengan warna merah
bata. Cara membuat larutan Benedict yaitu:
(1) Larutkan 173 gram natrium sitrat dan 100 gram natrium karbonat ke dalam 600
ml air suling.
(2) Panaskan hingga larut, kemudian saring.
(3) Larutkan 17,3 gram kupri sulfat ke dalam 150 ml air suling.
(4) Secara perlahan-lahan, tambahkan larutan kupri sulfat ke dalam larutan natrium
sitrat-natrium karbonat. Aduk terus-menerus.
(5) Tambahkan air suling sehingga mencapai volume 1 L.

AHAN
:
1. Serbuk Na Sitrat
8,65 gram
2. Serbuk Na2CO3
5
gram
3. Serbuk CuSO4
0,86 gram
4. Akuades
50
ml
CARA KERJA
:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Ditimbang masing- masing, serbuk Na Sitrat sebanyak 8,65 gram ,serbuk Na2CO3
sebanyak 5 gram dan CuSO4 sebnanyak 0,86 gram menggunakan neraca teknis.
3. Bahan- bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam beaker glass.
4. Akuades sebanyak 50 ml diambil menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan sedikit demi
sedikit ke dalam beaker glass tersebut sambil diaduk dengan bantuan batang pengaduk hingga
homogen.
5. Setelah homogen, reagen benedict tersebut dimasukkan ke dalam botol reagen dengan bantuan
corong.
6. Kemudian diberi label etiket dan disimpan.
PEMBAHASAN
:

1. Untuk memperoleh larutan Benedict sebanyak 50 ml, serbuk Na Sitrat yang perlu ditimbang:
17,3 = x .
1000 50
1000x = 865
X = 8,65 gram serbuk Na Sitrat
2. Untuk memperoleh larutan Benedict sebanyak 50 ml, serbuk Na2CO3 yang perlu ditimbang:
100 = x .
1000 50
1000x = 5000
X = 5 gram serbuk Na2CO3
3. Untuk memperoleh larutan Benedict sebanyak 50 ml, serbuk CuSO4 yang perlu ditimbang:
1,73 = x .
1000 50
1000x = 865
X = 0,86 gram serbuk CuSO4
Pembuatan Larutan Iodium 0,1 N ( KI3 0,1 N )
Larutan Iodium biasa dikenal dengan larutan obat luka. Namun dalam materi Kimia
Analisa Kuantitatif lain, yang memang Iodium mempunyai Rumus I2, tapi jika hanya
dilarutkan dengan air zat ini akan susah larut atau sukar larut. Jika pun larut, itu
membutuhkan waktu yang relatif lama. Biasanya pembuatan larutan Iodium sering
ditambahkan zat pembantu yaitu KI ( Kalium Iodida ). jadi larutan ini akhirnya
mempunyai rumus senyawa KI3.
Berikut ini cara pembuatannya :
- Timbang dengan seksama sebanyak 12,90 gram Iodium ( I2 ) + 18,00 gram
Kalium Iodida ( KI ) lalu larutkan dengan 200 ml air. Setelah semua Iodium larut,
encerkan larutan dengan air tersebut menjadi 1000 ml larutan.
Larutan ini biasa digunakan sebagai larutan baku pada titrasi volumetri secara
Iodometri.

Anda mungkin juga menyukai