Anda di halaman 1dari 7

PERTAMBANGAN BATU KAPUR PADA GUNUNG KUNYIT,

BANDAR LAMPUNG
(Makalah Mata Kuliah Geoteknik)

Oleh
Nur Syabana Santoso
1315051040

LABORATORIUM EKSPLORASI GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

PERTAMBANGAN BATU KAPUR PADA GUNUNG KUNYIT,


BANDAR LAMPUNG

A. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi sedang digalakan oleh pemerintah agar kemajuan
Negara Indonesia sendiri kian meningkat sehingga dapat bersaing dengan negara
negara lainnya. Dengan adanya salah satu program kerja dari pemerintah ini,
banyak pengusaha pengusaha nasional maupun internasional menanam modal
di Negara Indoneisa. Selain para penanam modal, masyarakat umum juga kini
telah membuka usahanya sendiri untuk memajukan taraf hidup mereka masing
masing.
Perlu diketahui bahwa, suatu negara ketika ingin menjadi negara maju
minimal memiliki wirausaha sebesar 12%. Sedangkan di Indonesia sendiri, hanya
1,9% dari total penduduk Indonesia, sekitar 250 juta jiwa. Sebagai perbandingan,
Negara Singapura sendiri memiliki penduduk yang berwirausaha sebesar 7%.
Dari nilai statistik yang terjadi, dapat diwajarkan bahwa masih banyaknya
masyarakat masyarakat di Indoensia masih memiliki perekonomian yang cukup
rendah.
Menurut badan statistik sendiri, pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung sendiri memiliki pertumubuhan ekonomi sebesar 1,74%. Hal ini
dikarenakan pada pertumbuhan produksi produk-produk industri besar dan
sedang. Masih banyak masyarakat Indonesia, terutama pada Provinsi Lampung
memiliki perekonomian cukup rendah.
Dari hal ini, banyak masyarakat Provinsi Lampung yang memanfaatkan
sumber daya alam untuk mencari kebutuhan hidup. Sebagai contoh, sumber air
panas yang dibuka menjadi pemandian air panas, penambangan batu blerenang
yang dijual serta penambangan batu kapur yang sebagai bahan baku pembuatan
semen ataupun batuan pondasi rumah. Dari semua penambangan secara besar
besaran yang ada, masih terdapat penambangan secara ilegal yang tidak
memperhatikan keselamatan kerja, baik dari pengelola maupun dari sang pelaku

penambang itu sendiri. Salah satu penambangan baru kapur ilegal di Provinsi
Lampung adalah pada bukit kapur, Bukit Kunyit, Bandar Lampung.
Bukit Kunyit berada pada koordinat 2.592LS 101.63BT dan memilik
ketinggian 2.151 meter. Menurut Isbedy, 2014, pertambangan di Bukit Kunyit
telah dimulai pada tahun 1988 secara liar dan ilegal.
Menurut Reza (2010), Bukit Kunyit telah dilakukan penambangan sejak
tahun 2005 secara besar besaran dan dengan tanpa izin dari Dinas
Pertambangan Lampung. Batuan batuan itu dibutuhkan untuk pembangunan
pembangunan perumahan real estate di Bandar Lampung.
Pertambagan ilegal ini menghasilkan batuan batuan yang cukup banyak,
namun memiliki kekurangan pada lingkungan, yaitu pada keselamatan pekerja
serta lingkungan sekitar penambangan Bukit Kunyit. Menurut Rina (2003), telah
terjadi longsor akibat penambangan liar yang telah dilakukan masyarakat sekitar
sejak 15 tahun silam.
Akibat dari penambangan liar ini, Gunung Kunyit yang tadinya cukup
besar, kini tinggal seperempat bagian. Padahal, Bukit Kunyit tersebut dapat
digunakan sebagai pemecah ombak ketika terjadi tsunami ataupun angin
kencang, sehingga dapat menjadi pemecah ombak ataupun pemecah dari arus
angin yang kencang dan dapat mengurangi dampak dari bancana alam tersebut.
Dari banyak hal yang telah disebutkan di atas, perlu dilakukan kajian lebih
lanjut berupa pengawasan yang benar sehingga dapat mengurangi dampak buruk
dari pertambangan ini, yaitu berupa longsoran batuan dalam bentuk boulder
maupun serpihan. Serta penutupan lahan tambang yang akan berdampak pada
keamanan sekitar lokasi Bukit Kunyit.
B. Pembahasan
Telah disebutkan bahwa penambangan yang dilakukan secara ilegal akan
sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan tidak adanya standar serta pengawasan
baik pada bidang keselamatan kerja maupun pada aspek lingkungan di sekitar
area penambangan.
Perlu diketahui bahwa, hasil dari survey yang pernah kami lakukan (11/9),
memperlihatkan bahwa Bukit Kunyit telah memiliki kemiringan lebih kurang 85

- 88 . Menurut Winarno dan Ratminah (2012), keniringan lereng yang

aman untuk dijadikan sebagai lokasi penambangan adalah memiliki sudut


maksimal sebesar 70 , nilai ini tidak terlepas juga terhadap gaya gesek pada
batuan tersebut. Menurut Mudiyanto (2012), terdapat hubungan antara kepadatan
relatif sudut geser dan dikalsifikasikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hubungan Antara Kepadatan Relatif dan Sudut Gesek
Klasifiksi
Kepadatan Relatif (%)
Sudut Gesek ( )
Sangat Lepas
0 15
<30
Lepas
15 35
30 35
Agak Rapat (Sedang)
35 65
35 40
Padat
68 85
40 45
Sangat Padat
85 100
>45
Dari tabel di atas, dapatdilihat bahwa semakin besar sudut kemiringan,
maka akan semakin padat batuan yang berada pada daerah kemiringan tersebut.
Hal ini dikarenakan beban yang tertumpu di bawah akan semakin besar
dibandingkan dengan lokasi yang memiliki keadaan cukup landai. Dapat
dibayangkan jika pada daerah Bukit Kunyit, dengan batuan yang cukup padat
dan sewaktu waktu terjadi pergesran yang dapat menyebabkan batuan
penyusun terlepas dan menjadi longsoran berupa boulder atau batuan batuan
dalam bentuk bongkahan (besar).
Dari hasil pengamatan yang telah kami laukan sebelumnya (11/9),
kesalahan yang terjadi pada saat penambangan di daerah Bukit Kunyit adalah
para penambang terlebih dahulu mengeruk banyak pada kaki Bukit Kunyit. Hal
ini membuat kemiringan Bukit Kunyit semakin terjal dan sangat membahaykan
pekerja serta lingkungan sekitar penambangan. Berikut merupakan perbandingan
dari tahun 2015 dan tahun 2016:

Gambar 1. Gunung Kunyit Pada Tahun 2015 (Sumber: www.google.com)

Gambar 2. Gunung Kunyit Pada Tahun 2016 (Sumber: www.google.com)


Untuk menanggulangi longsor dan dampak dari longsor, maka dapat dibuat
skema berupa pengurangan sudut yang berada di bagian kaki bukit. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan timbunan tanah. Namun, hal ini sangat kecil
tingkat keberhasilannya mengingat keadaan Bukit Kunyit yang tinggal sangat
sedikit dan memiliki kemiringan yang cukup lereng.
Penulis menyarankan, cara yang cukup efektif adalah dengan membuat
suatu penahan agar beban yang terpusat di bawah akan tersimpan, tidak bergerak.
Hal ini dikarenakan penahan akan menahan gaya gerak yang nantinya akan
terjadi jika terjadi suatu reaksi dari luar (getaran dan sebagainya).
C. Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan, dengan memperhitungkan ketinggian Bukit Kunyit


dan kemiringan lereng, pada radius satu kilometer tidak aman untuk dijadikan
pemukiman penduduk.
2. Butuh penanganan khusus pada Bukit Kunyit agar tidak terjadi longsoran
yang begitu parah, salah satunya adalah diberi penahan pada kaki Bukit di
mana sebagai tempat beban terpusat.
3. Butuh pengawasan lebih lanjut pada Bukit Kunyit agar dapat mengurangi
bencana yang berlebih.
4. Ditutupnya lokasi penambangan agar tidak terjadi bencana alam, berupa
longsoran batuan, yang berakibat pada kerugian materi atapun jatuhnhya
korban jiwa.
D. Referensi
Isbedy, 2014, Gunung Kunyit: Ceritamu Dulu, Nasibmu Kini, Media Tama,
Bandar Lampung
Murdiyanto, 2012, Analisa dan Perancangan Pondasi I, Edisi Kedua, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta
Reza, 2010, Kerusakan Gunung Kunyit Parah, Lampost, diakses pada tanggal
3/11, pukul 19.40 WIB
Rina, 2003, Longsor Gunung Kunyit Menghancurkan Rumah di Lampung,
Liputan6.com, diakses pada tanggal 3/11, pukul 19.32 WIB
Winarno dan Ratminah, 2012, Pengaruh Kesetabilan Lereng Terhadap
Penambangan Bauksit, Prosiding Simposium dan Seminar, 4-83

E. Penutup
Mohon ampun kepada Allah S.W.T dan mohon maaf kepada pembaca jika
terdapat kesalahan kata ataupun informasi yang kurang tepat, penulis tidak

bermaksud untuk memberikan informasi yang salah ataupun menyesatkan


pembaca. Makalah ini dibuat dari cara pandang sang penulis pada saat ini yang
masih harus belajar sehingga kemungkinan memiliki informasi yang kurang
akurat dan perlu dilakukan refisi.
Terima kasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai