STANDARISASI BAHAN OBAT ALAM - JAHE Zing PDF
STANDARISASI BAHAN OBAT ALAM - JAHE Zing PDF
: Angiospermae,
: Zingiberales,
Famili
: Zingiberaceae,
Genus
: Zingiber,
Spesies
Iklim yang
cocok adalah iklim panas sampai sedang dan lembab. Rimpang yang akan dipergunakan
untuk bibit dipotong-potong menjadi 3 cm sampai 7 cm dan mengandung sedikitnya 3
mata tunas. Tiap potong stek rimpang beratnya antara 30 gram sampai 80 gram,
tergantung klon yang dipakai. Stek rimpang yang dipakai dari tanaman yang sudah
berumur 10 bulan sampai 12 bulan
Produk olahan jahe lainnya yang dapat dikembangkan adalah oleoresin jahe.
Oleoresin jahe merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari
ekstraksi serbuk jahe dengan menggunakan pelarut organik.Resin tersebut terdiri dari
komponen-komponen aktif berupa fenol yang terkandung dalam oleoresin seperti
gingerol, shogaol, dan zingerone; yang memberikan rasa pedas. Komponen minyak atsiri
jahe adalah apinene, camphene, phellendrene, mycene, cineol, methythe-ptenone,
borneol, linalool, citral, C10 dan Ca-aldehid, a dan b-zingiberone, a-curcumene,
farnesene, sesquiterpene alcohol yang memberikan karakteristik aroma jahe Komponen
volatile minyak atsiri memberikan aroma yang khas untuk setiap jenis rempahrempah,
sedangkan komponen non volatile terdiri dari gum dan resin untuk tiap rempah-rempah.
Komponen-komponen berupa asam amida misalnya kapsaisin pada lada merah atau
piperin pada lada hitam, karbonil misalnya gingerol pada jahe, dan tioester misalnya
dialilsulfida pada bawang putih dan bawang merah akan memberikan karakteristik
(panas atau pedas) secara berbeda-beda (Fakhrudin, 1978).
Umumnya dikenal 3 klon jahe yakni:
(Jahe Merah)
B. Persebaran Tanaman
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan pekarangan. Tumbuh di
tempat yang terbuka sampai di tempat yang agak kenaungan pada tanah latosal dan
andosal terutama yang mengandung bahan organik tinggi. Umumnya ditanam di tanah
ringan atau yang mudah diolah seperti tanah lempeng berdebu, lempung berliat dan liat
berpasir Tumbuh pada ketinggian tempat sampai 900 m atau lebih di atas permukaan
laut, tergantung pada klon yang ditanam (Materia Medika, 1978).
C. Kandungan Kimia
Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1972),
komponen terbesar penyusun jahe segar adalah air. Komposisi kimia selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 2, sedangkan komposisi jahe kering hasil analisa Thorpe (1941)
terhadap jahe kering dari berbagai negara, dapat dilihat pada table berikut (Fakhrudin,
1978) :
Dalam jahe terdapat dua macam minyak yaitu minyak atsiri dan oleoresin. Jahe
kering mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah
zingiberene dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya
mudah menguap dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung
oleoresin sebanyak 3-4 persen. Komponen penyusunnya adalah gingerol, shogaol, dan
resin. Senyawa-senyawa tersebut yang menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak
mudah menguap, cara memperolehnya dengan proses ekstraksi (Fakhrudin, 1978)
Adanya minyak atsiri dan oleoresin pada jahe inilah yang menyebabkan sifat khas
jahe. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin menyebabkan rasa
pedas. Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan
pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimiawi
rimpang jahe ialah jenisnya, keadaan tanah pada waktu jahe ditanam, cara budidaya,
umur rimpang jahe pada saat dipanen, serta perlakuan terhadap hasil rimpang pasca
panen (Fakhrudin, 1978)
D. Panen
Pemanenan jahe sebaiknya dilakukan setelah tanaman mengalami periode senessen
(menggugurkan daun) pada umur 9 - 10 bulan. Cara menggali rimpang dengan
menggunakan garpu untuk menghindari terjadinya pelukaan kulit rimpang, yang
selanjutnya rimpang dibersihkan dari tanah yang masih melekat tanpa dicuci (dengan
cara dikering anginkan).
4) Pengeringan
Rimpang yang sudah potong-potong selanjutnya dikeringkan. Pengeringan dapat
menggunakan alat yang terbuat dari kawat yang berlubang untuk mempermudah
sirkulasi udara, rimpang dibolak-balik secara periodik untuk memastikan
keseragaman pengeringan serta mencegah fermentasi. Pengeringan juga dapat
dilakukan dengan penjemuran (tidak terkena matahari langsung) menggunakan kain
hitam.
5) Sortasi Kering
Setelah pengeringan dilakukan, tahapan selanjutnya ialah sortasi kering. Tujuannya
ialah untuk memisahkan kotoran-kotoran yangmemungkinkan bercampur dengan
simplisia dan untuk memisahkan simplisia yang baik dengan seimplisia yang sudah
rusak, misalnya akibat ditumbuhi bakteri ataupun jamur.
Untuk dipasarkan grading disesuaikan dengan mutu/kualitas permintaan atau
standar perdagangan.
F. Standarisasi
1) Persyaratan Simplisia (SNI, 2005).
a) Kesegaran
Jahe segar rimpang (rhizoma) dari tanaman jahe Zingiber officinale var emprit,
yang sudah tua/matang fisiologis, berbentuk utuh dan segar serta dibersihkan. jahe
dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus/tidak mengkerut, kaku, dan
mengkilat.
b) Bentuk Rimpang
Rimpang jahe dinyatakan utuh apabila maksimal 2 anak rimpang patah pada
pangkalnya
c) Rimpang Bertunas
Jahe segar dinyatakan rimpang bertunas apabila salah satu atau beberapa ujung dari
rimpang telah bertunas.
d) Kenampakan Irisan Melintang
Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu rimpangnya dinyatakan cerah
apabila penampangnya berwarna cerah khas jahe segar
e) Serangga Hidup, Hama, dan Penyakit
Semua organisme yang dapat dilihat dengan mata tanpa pembesaran.
f) Rimpang yang Terluka
Rimpang yang luka pada jaringan endodermis
g) Rimpang Busuk
Rimpang dinyatakan busuk bila terdapat bagian yang lebih lunak yang disebabkan
jamur atau bakteri dari rimpang yang masih segar
h) Kadar Ekstrak Larut dalam Air
Persentase ekstrak yang larut dalam air dari bahan yang telah dikeringkan di udara.
i) Kadar Ekstrak Larut dalam Etanol
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Farmasi B 2011
Rimpang jahe adalah rimpang Zingiber officinale Rosc. Kadar minyak atsiri tidak
kurang dari 0,7% v/b (Materia Medika, 1978).
Pemerian
Kadar Abu
Kadar Abu yang tidak terlarut dalam Tidak lebih dari 3,9%
asam
Kadar sari yang larut dalam air
Tidak lebih 2%
Penetapan kadar
Penyimpanan
Isi simplisia
Minyak
atsiri
zingiberen,
2%-3%
felanderen,
mengandung
kamfen,
dammar
zingeron
Penggunaan simplisia
Karminatif
yang
mengandung
Syarat Khusus
2) Pemeriksaan Organoleptik
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas. Warna kuning muda. Fragmen pengenal adalah
sel parenkimatik, serabut, pembuluh kayu, kadang-kadang didampingi sel zat warna,
sel damar minyak, damar minyak berbentuk gumpalan atau tetesan kecil yang dengan
iodium LP memberi warna, banyak sekali butir pati, fragmen periderm (Materia
medika, 1978).
3) Pemeriksaan Makroskopik
Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek, pipih, bentuk bulat
telur terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam
bentuk potongan, panjang 5 cm sampai 15 cm, umumnya 3 cm sampai 4 cm, tebal 1
cm sampai 6,5 cm, umumnya 1 cm sampai 1,5 cm. Bagian luar berwarna coklat
kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang ada serat yang bebas. Bekas patahan
pendek dan bersifat menonjol. Pada irisan melintang terdapat berturut-turut korteks
sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga jari-jari, endodermis, stele yang yang
lebar, banyak tersebar berkas pembuluh berupa titik keabu-abuan dan sel kelenjar
berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan.
4) Pemeriksaan Mikroskopik
Di bawah epidermis terdapat hipodemis. Periderm terdiri dari beberapa lapis sel
gabus. Korteks terdiri dari parenkim isodiametrik, dinding sel tipis, berkas pembuluh
tersebar, banyak idioblas, sel idioblas hamper bulat, dinding bertikula, garis tengah 40
sampai 80 , berisi damar minyak, warna kuning kehijauan sampai jingga atau
berwarna coklat kekuningan sampai coklat kemerahan. Endodermis terdiri dari sel
dengan dinding radial agak menebal, tidak berisi pati. Berkas pembuluh kolateral dan
fibrovasal, berkas pembuluh yang terdapat langsung di sebelah dalam endodermis
tersusun teratur dalam satu deretan, berkas-berkas hampir bersentuhan satu sama lain,
umumnya tanpa serabut. Stele terdiri dari sel parenkim berdinding tipis, berkas
pembuluh kolateral banyak dan tersebar, idioblas minyak seperti pada korteks. Xilem
terdiri dari sedikit pembuluh spiral dan pembuluh jala, tidak berlignin, garis tengah
lebih kurang 70 . Floem berklompok. Serabut berkelompok, dinding tipis, panjang
sampai lebih kurang 600 , lebar sampai lebih kurang 30 , bernoktah berbentuk
celah miring. Idioblas bentuk prisma, panjang sampai lebih kurang 130 , lebar 8
pembuluh, berisi zat berwarna coklat kemerahan tua. Butir pati memnuhi parenkim
korteks dan parenkim stele, butir tunggal, bentuk bulat putih telur pipih sampai
hampir segi empat, hilus terdapat pada tonjolan di ujung butir, panjang 5
60 , umumnya 15
sampai
(Butir Amilum)
Cara II
2-3 gram zat
- Ditambahkan air panas
- Disaring melalui kertas saring bebas abu
- Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam
krus yang sama
- Dimasukkan filtrate ke dalam krus
- Diuapkan
- Dipijarkan hingga bobot tetap
- Ditimbang
- Dihitung kadar abu terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara
100%
100%
100
100%
20
100
100%
20
Hasil
)
100%
( )
Hasil
Hasil
b. Cara II
Dilakukan menurut cara yang tertera pada cara I. Sebelum buret diisi penuh
dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 ml xilena P yang diukur saksama.
Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca
dengan volume xilena.
Simplisia
Nama
Buah
kemukus
Rimpamg
kunyit
Buah cabe
jawa
Jumlah
(g)
2
10
Cairan penyulingan
Keadaan
Digiling
(serbuk)
Digiling
(serbuk)
Digiling
(serbuk)
Jenis
Jumlah
Waktu
Cara
penyuling
an (jam)
(ml)
300
II
300
II
300
II
H. Uji Fitokimia
Untuk melihat masih ada tidaknya kandungan senyawa metabolit sekunder pada
ekstrakkental jahe merah ini dilkukan uji fitokimia yang dilakukan adalah uji alkaloid,
flafonoid, saponin, triterpen dan tanin. Hasil dari pengamatan ini adalah sebagai berikut: