Anda di halaman 1dari 11

OWA KELAWAT (HYLOBATES MUELLERI)

SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI


TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA-BUKIT
RAYA
View/Open
Artikel Ilmiah (9.999Mb)
Artikel Ilmiah (1.320Mb)
Date
2009
Author
Manshur, Afroh
Saputra, M. Yunus A.
Mansyur, Fadhilah Iqra
Metadata
Show full item record
Salah satu keistimewaan dari Owa kelawat / Klampiau (Hylobates muelleri) yang merupakan jenis
primata endemik pulau Kalimantan, adalah perilakunya yang unik dan memiliki daya tank tersendiri.
Namun, saat ini keberadaan Owa kelawat mulai terancam. Tujuan penelitian ini adalah memberikan
informasi mengenai populasi, perilaku dun penyebaran owa kelawat di Taman Nasional Bukit BakuBukit Raya (XVBBBR), menyediakan data acuan Owa kelawat yang saat ini masih kurang, dun
merekomendasikun jalur interpretasi pengamatan yang dapat ditemukun owa kelawat. Penelitian ini
dilabanakan di kawasan pegunungan Schwaner yakni Bukit Brujan dun Bukit Simat, ZVBBBR,
Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat pada tanggal 6-14 Agustus 2008. Pengamatan
populasi, perilaku dun penyebaran Owa kelawat dilakukun dengan metode transek lajur (strip
transect). Pengamatan dilakukan pada pagi hari dan sore hari ketika satwa aktiJ: Habitat utama Owa
kelawat adalah hutan yang didominasi oleh tegakan Dipterocarpaceae. Jumlah populasi Owa
kelawat yang ditemukun yakni sebanyak 13 kelompok dengan jumlah 46 individu yang tersebar di
bukit Brujan dun bukit Simat. Perilaku yang dominan adalah bersuara. Laju perjumpaan yang cukup
tinggi diharapkan bisa dikembangkan menjadi program interpretasi ekowisata pengamatan primata
dengan objek utama Owa kelawat. Jalur yang digunakan yaitu jalur sepanjang Bukit Brujan di KM 37
atau di Buln't Simat di KM 41.
URI
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31038

Collections

PKM - Artikel Ilmiah [220]

Ada Owa Kelawat di Samarinda


Senin, 28 Maret 2016 Jam: 16:36:04 WIB

Owa Kelawat yang ditemukan i Samarinda (Foto: Balitek


KSDA)

KLIKSAMARINDA.COM - Owa Kelawat (Hylobates muelleri) adalah


satwa endemik Kalimantan. Primata ini dikenal dengan nama lain
Gibbon Kalimantan atau Gibbon Abu-abu Kalimantan.
Masyarakat Dayak dan Banjar mengenalnya dengan nama
Kelampiau atau Kalaweit. Satwa terkecil dalam famili Hylobatidae ini
tergolong satwa yang dilindungi (appendix I Cites) dan masuk dalam
daftar merah IUCN dalam kategory/kriteria Endangered A2cd ver
3.1.
Teguh Muslim, seorang peneliti satwa di Balitek Samboja,
menyatakan jika Owa Kelawat ini merupakan satwa arboreal sejati.
Seluruh aktivitas hidupnya dilakukan di atas pohon. Kakinya yang
pendek bahkan hampir tidak pernah digunakan untuk berjalan.
"Untuk berpindah tempat, lengannya yang lebih panjang dominan
digunakan, yaitu dengan cara bergelayut dan berayun dari cabang
ke cabang lain atau ke pohon yang lainnya. Sehingga keberadaan
pohon-pohon menjadi syarat penting kehidupan Owa di habitatnya,
ujar Teguh seperti dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) pada Minggu 27 Maret 2016.
Nah, Balitek KSDA Samboja menerima informasi dari masyarakat
tentang keberadaan Owa Kelawat di Samarinda, Kalimantan Timur
(Kaltim). Pada periode Februari-Maret 2016, Balitek KSDA langsung
melakukan peneltian singkat di lokasi dengan titik koordinat S.
0002852,6 dan E 11701125,6 di sekitar perumahan SKM Borneo,
Kelurahan Mugirejo Jalan Damanhuri.
Dari hasil penelitian tersebut, Balitek KSDA Samboja berhasil
mengidentifikasi 5 individu Owa Kelawat di habitat yang dilaporkan.
Lima ekor ini terdiri dari 2 pasang dewasa dan 1 individu remaja.
Mereka bertahan hidup di kluster bertegakan dengan luas 3,6 ha
dan dikelilingi oleh jalan dan pemukiman, pada tutupan lahan

berupa hutan sekunder dan bekas ladang dengan keberadaan


beberapa pohon sebagai sumber pakan dan sarang.
Menurut Muslim, jenis-jenis pohon pakan yang tersedia di antaranya
cempedak (Artocarpus integer) 12 pohon berbuah, rambutan
(Nephellium lappacium) sebanyak 4 pohon berbuah dan rambai
(Baccaurea motleyana).
Pakan alternatif lainnya yang tersedia di habitat amatan adalah dari
jenis Belimbing (Baccarea sp), Kenidal (Bridelia sp.), Ficus dan Aren
(Arenga pinnata). Sementara itu, pohon yang digunakan sebagai
sarang adalah dari jenis Karet (Hevea brasiliensis), Sukun
(Artocarpus sp.) dan Laban (Vitex sp).
Berdasar amatan kami, potensi pohon yang tersedia cukup
mendukung kebutuhan pakan 5 Owa di habitat tersebut. Kesehatan
Owa yang diamati juga cukup baik, ditandai dengan pergerakannya
yang sangat gesit saat berpindah. Yang menjadi kekuatiran kami
adalah keberlangsungan hidupnya di waktu depan, jelas Muslim.
Namun, Balitek KSDA Samboja menerangkan jika habitatnya sempit
dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat mudah diakses. Kondisi
ini menimbulkan kekuatiran Owa Kelawat terancam perburuan.
"Kekhawatiran utama kita adalah jika nantinya habitat ini tersentuh
pembangunan baru. Jika waktu itu tiba, dapat dipastikan Owa-owa
tersebut akan mati, tutur Warsidi, seorang teknisi di Balitek KSDA.
Habitat satwa di kota Samarinda mengalami penyusutan dari waktu
ke waktu. Termasuk habitat bagi Owa Kelawat, satwa yang memiliki
karakter unik dengan suaranya yang khas bernada panjang dan
berirama.
Saat ini, tersedia ruang bertegakan pohon yang dapat menjadi
tempat Owa Kelawat untuk bertahan hidup sangat sedikit. Salah
satunya seperti yang ditemukan di Samarinda.

Balitek KSDA merekomendasi perlunya translokasi Owa Kelewat


untuk penyelamatan ke habitat baru yang lebih menjamin
keberlangsungan hidup Owa Kelawat ini. (*)

Reporter : Magie Aksan

Editor : Dwi Hendro B

Baca Juga

Ini Status Facebook Terakhir Koko Sebelum


Tenggelam di Lubang Tambang

Kecelakaan di Poros Samarinda-Tenggarong,


Gadis Cantik Ini Tabrak Tiang Listrik

Angkut Rombongan Kuda Lumping, Kapal Ferry


Tenggelam di Sungai Mahakam

Gerhana Matahari Total Dapat Dilihat Dari


Samarinda, Ini Penjelasannya

Rumah Jebol, Pria Ini Temukan Gua di Bawah


Rumahnya

Owa kelempiau
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Owa Kelempiau

Status konservasi

Terancam (IUCN 3.1)[1]


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Mammalia

Ordo:

Primates

Famili:

Hylobatidae

Genus:

Hylobates

Spesies:

H. muelleri

Nama binomial
Hylobates muelleri
Martin, 1841[2]

Agihan owa kelempiau

Sinonim

Hylobates
funereus . Geoffroy,
1850

Hylobates cinereus
abbotti Kloss, 1829

Owa kelempiau atau owa kalawat[3] (Hylobates muelleri), adalah sejenis kera arboreal yang
termasuk ke dalam suku Hylobatidae. Nama-nama lokalnya di antaranya adalah owaowa (Mly.), kalawet (Day.)[2], dan juga klampiau[3] atau kelempiau. Dalam bahasa Inggris ia
disebut Mueller's Gibbon, Grey Gibbon atau Borneo Gibbon[4].
Owa kelempiau menyebar terbatas (endemik) di Pulau Kalimantan (seluruh pulau, kecuali bagian
barat dayanya, yang dihuni owa kalimantan).
Daftar isi
[sembunyikan]

1Pengenalan, anak jenis dan agihan

2Habitat dan ekologi

3Konservasi

4Referensi

5Pranala luar

Pengenalan, anak jenis dan agihan[sunting | sunting sumber]


Owa yang bertubuh kecil, kepala dan tubuh antara 420-470 mm; kaki belakang 128-150 mm; dan
beratnya 5,0-6,4 kg.[3]
Tidak seperti jenis ungko lainnya, owa kelempiau tidak menunjukkan dimorfisme dalam warna
rambutnya. Warna umum owa kelempiau adalah abu-abu, cokelat abu-abu atau kehitaman, dengan
alis berwarna terang keputihan dan warna gelap di atas kepala seperti topi. Namun sedikit banyak
warna ini bervariasi pada ketiga anak jenisnya.[5]

Hylobates m. muelleri berwarna cokelat abu-abu hingga abu-abu pucat, dengan alis putih
tebal dan topi hitam yang terkadang memanjang ke arah tengkuk [5]. Tangan dan kaki umumnya
kehitaman, kontras dengan lengan dan tungkai bawah yang keabu-abuan[4]. Anak jenis ini
menyebar di bagian tenggara dan timur pulau: sebelah timur Sungai Barito di Kalimantan
Selatan hingga sekitar Sungai Karangan di utara Kalimantan Timur[3].

H.m. funereus cenderung lebih kehitaman: abu-abu gelap, abu-abu cokelat, dengan warna
kehitaman atau cokelat kehitaman pada topi, tenggorokan, dada, perut hingga anus, dan bagian
dalam lengan dan kaki. Bagian-bagian lainnya lebih pucat, dan alis berwarna putih, tebal.
[5]
Ujung tangan dan kaki tak begitu kontras kehitaman, bahkan pada hewan dari bagian utara
pulau agak keputihan[4]. Anak jenis funereus terutama menyebar di Kalimantan bagian utara:
sebelah utara S. Karangan, Sabah, ke barat keSarawak hingga wilayah Saribas[3].

H.m. abbotti seluruhnya pucat keabu-abuan[3] (abu-abu tikus), dengan warna gelap (di
sekitar kemaluan) dan terang keputihan (pada alis) yang tidak seberapa kontras [5]. Ia menyebar
di sebelah barat wilayah Saribas di Sarawak, ke selatan hingga aliranSungai
Kapuas di Kalimantan Barat[3].

Habitat dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Di Kebun Binatang Cincinnati

Owa-owa adalah hewan yang beraktivitas pada siang hari dengan habitat pada hutan hujan.
Karakteristik Owa-owa adalah memiliki lengan yang panjang untuk berayun dari pohon ke pohon.
Owa-owa hidup dengan pasangan monogami dan melindungi keluarga dari serangan dengan suara
keras dan panjang. Makanan dari Owa-owa adalah buah. Belum diketahui secara pasti bagaimana
Owa-owa bereproduksi, tapi diperkirakan sama dengan spesies Ungko lainnya.

Konservasi[sunting | sunting sumber]


Owa-owa dilindungi dalam wilayah taman nasional, yaitu Taman Nasional Betung Kerihun, Taman
Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Taman Nasional Kayan Mentarang, Taman Nasional Kutai, dan
Hutan Lindung Sungai Wain di Indonesia. Serta Cagar Alam Lanjak Entimau dan Hutan Lindung
Semengok di Malaysia.[1]

Anda mungkin juga menyukai