Makalah TOK
Makalah TOK
TEKNOLOGI OBAT
Kelompok : 3
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah teknologi obat mengenai terapi protein
dan terapi gen dengan apoptin.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah. Pihak-pihak yang turut
membantu penulisan antara lain:
1. Pak Sahlan slaku dosen mata kuliah Teknologi Obat dan Kosmetik,
2. Kak Lucia selaku asisten dosen mata kuliah Teknologi Obat dan Kosmetik,
3. Teman teman yang telah mendukung pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh sebab itu saya memohon maaf apabila terjadi kesalahan teknis maupun non teknis
didalam makalah ini.
Akhir kata, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Terimakasih
Depok, April 2016
Tim Penulis
ii
iii
LATAR BELAKANG
Dewasa ini, seiring dengan kemajaun teknologi, semakin banyak penelitian
yang dilakukan untuk menemukan obat obat yang mampu menyembuhkan
beragam penyakit berat atau penyakit mematikan, seperti kanker.
Dalam membuat dan memformulasi sebuah obat, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Bentuk sediaan yang cocok, tempat pelepasan obat yang
diinginkan, eksipien yang akan dipakai, tujuan pemakaian eksipien, dan lainnya.
Dalam pemilihan eksipien juga harus diperhatikan kembali faktor bioavailabilitas obat
dan farmakokinetiknya. Kedua faktor tersebut akan menentukan apakah obat
terformulasi dengan baik atau tidak.
Dalam penerapannya, kanker diteliti dalam dua (2) macam pengobatan, yaitu
terapi gen dan terapi kanker. Selain itu ditemukan pula protein yang memungkinkan
untuk menyembuhkan kaner, yakni apoptin.
1.2
DEFINISI MASALAH
Apa definisi terapi protein dan gen? Bagaimana kedua terapi tersebut dapat
melawan kanker?
Bagaimana pemasarannya?
2, 3
5, 6
10, 11
12, 13, 14
apoptin terpotong terdiri dari 58 asam amino pertama saja. Signifikansi dari
dugaan tambahan produk gen untuk kematian sel dan manifestasi lain dari
CAV masih belum jelas.
Densitas bouyant CAV sebesar 1,33- 1,34 g/mL. Partikel CAV tahan
terhadap acetone, chloroform, ether, dan pH 3,0. CAV terinaktivasi setelah
pemanasan 80C selama 30 menit dan total terinaktivasi setelah 10 menit
pada suhu 100C 16.
2.1.3
SUMBER
Gen apoptin dikodekan oleh Chicken Anemia Virus (CAV) yang
termasuk Famili Gyrovirus. Untuk
didapatkan
dari
isolasi
dari
mendapatkan
virus
CAV
gen
apoptin
bisa
f.
2.2.2 FUNGSI
menurunkan viskositasnya.7
Menstabilkan emulsi
tidak
15
. DSC merupakan
1.1.
a.
Jenis-jenis Tablet
Tablet Kompresi, yaitu tablet kompresi yang dibuat dengan mencetak
pada punch dan die dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk
Tablet
Kompresi
Ganda,
yaitu
tablet
kompresi
berlapis,
dalam
1.2.
1.3.
2. Pil/ Pillula
Suatu sediaan yang bulat (biasanya berbentuk bola kecil) mengandung satu
atau lebih bahan obat terdiri dari remedia dan bahan tambahan.
Bahan
tambahan mempunyai lima komponen antara lain : zat pengisi, zat pengikat, zat
pembasah, zat penabur dan zat penyalut. Pillula bentuknya kecil, bulat dan juga
dapat berupa oval berisi 100-300mg. Penampangnya kurang dari 5mm.
2.1.
2.2.
Pil secara umum terdiri dari bahan obat dan bahan tambahan. Bahan obat
biasanya berwujud padat, setengah padat ataupun cair. Sementara bahan
tambahan seperti bahan pengisi, pengikat, pembasah, penabur, pemecah, dan
penyalut (coating).
Bahan Pengikat Bahan pengikat berfungsi untuk jenis bahan obat yang
tidak dapat bercampur atau non kohesif. Jenis yang dipakai antara lain :
a. Succus liquiritiae
b. Succus dan Sacch. album aa
c. Gliserin cum tragacantha
d. Adeps lanae atau vaselin album
Bahan Pemecah Pil dengan bahan pengikat adeps lance atau vas album
sulit dipecah atau larut dalam lambung sehingga ditambahakan zat
pemecah seperti NaHCO3
Bahan Penabur berfungsi agar pil tidak lengket dengan kemasan atau
dengan pil lainnya. Bahan yang ditambahkan seperti likopodium, talk,
amylum oryzae, MgCO3, Liquiritiae radix.
2.3.
Lebih stabil.
b. Kekurangan Pil
3. Kapsul
Sediaan berupa serbuk obat yang diisikan dalam cangkang kapsul atau
sediaan cairan setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar.
Tujuan Pembuatan Kapsul:
3.1.
Kapsul Keras
Cangkang dibuat dari gelatin dengan isi serbuk, butiran, granul, tablet
kecil, bahan semi padat/cairan.
3.2.
Kapsul Lunak
Cangkang dibuat dari campuran gelatin, gliserol, sorbitol/ metilselulosa
dengan isi cairan, suspensi, bahan bentuk pasta.
4. Pulvis (Serbuk)
Campuran obat dan atau bahan kimia dalam bentuk kering halus dan
homogen . Contoh: Caladine powder, enbatic serbuk tabor
4.1.
Penggunaan Pulvis
5. Pulveres
Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1 atau lebih bahan obat yang
dibuat dalam bentuk terbagi-bagi , yang kering , halus dan homogen.
Tujuan Dibuat dalam bentuk Pulveres:
5.1.
1. Unguenta (Salep)
Salep merupakan sediaan semisolid yang terdiri atas fatty substance yang
dicampurkan dengan bahan aktif. Salep digunakan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Karena memiliki bahan dasar minyak, sediaan berupa
salep dapat mengotori pakaian, biasanya ridak dapat melarutkan obat dengan
baik, serta biasanya menurunkan kemampuan drug delivery dari sistem.
2. Krim
Krim merupakan sistem emulsi semisolid dengan penampakan yang tidak
tembus cahaya jika dibandingkan dengan transluscent ointments. Krim dapat
mengandung satu atau lebih bahan obat dan berbentuk emulsi minyak dalam air
atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam
air. Konsistensi dan karakter reologinya bergantung apakah krim tersebut
merupakan jenis W/O (water dispersed in oil) atau O/W (oil dispersed in water).
Krim O/W merupakan sistem penghantaran obat yang baik, karena memiliki
penampilan yang baik serta menimbulkan rasa yang lebih nyaman setelah
pemakaian (tidak lengket).
10
4. Gel
Gel merupakan sistem semisolid koheren dimana fasa liquid tertahan di dalam
matriks polimerik yang terdiri atas gum natural atau sinteis yang memiliki derajat
keterikatan silang secara kimia maupun fisika yang tinggi. Gel atau jelly memiliki
sifat lebih encer dari salep, serta jernih dan tembus cahaya. Gel digunakan pada
membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau bahan obat dan umumnya
merupakan campuran sederhana dari minyak
Kelebihan dari sediaan setengah padat bila dibandingkan dengan sediaan
setengah cair adalah:
11
obat.
Pemilihan
cairan
pembawa
zat
aktif
obat
harus
b.
c.
d.
e.
f.
semua
persyaratan
untuk
suspensi
steril
setelah
12
dan
adeps
lanae.
Tanah
dan
mineral
contohnya
13
Cocok untuk obat yang mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan
lambung
FARMAKOKINETIK
Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat
dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME) 35.
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya
mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi
dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika dan
berjalan serentak seperti yang terlihat pada Gambar 436.
14
kecepatan
dan
kelengkapan
absorpsi
sekaligus
lidokain),
sublingual
(misalnya
nitrogliserin),
rektal,
atau
15
16
Bersihan
kreatinin
dapat
dijadikan
patokan
dalam
puncak
respon.
Durasi,
Durasi
2.5 BIOAVAILABILITAS
Bioavailability atau bioavailabilitas adalah jumlah seberapa banyak obat yang dapat
di absorb atau diserap oleh tubuh dari dosis yang diberikan, dan merupakan jumlah zat
aktif yag dapat masuk, diserap, dan diedarkan oleh jaringan tubuh seperti darah dan
menghasilkan efek teurapiknya, dinyatakan dalam mg%40. Bioavailabilitas oral mutlak (%
F) adalah ukuran dari paparan sistemik obat relatif oral tertutup untuk dosis intravena. %
F ditentukan dengan mengukur konsentrasi darah dari obat aktif pada interval waktu
banyak menyusul intravena dan dosis oral. Daerah di bawah waktu konsentrasi kurva
(AUC) ditentukan dari darah atau plasma konsentrasi dan bioavailabilitas oral mutlak
dihitung menggunakan persamaan berikut:
17
Ketika obat diberikan secara oral itu dapat dikenakan faktor tambahan yang tidak
terlihat dengan pemberian intravena. Ini termasuk transit gastrointestinal, sekresi
transporter dimediasi, ketidakstabilan kimia dalam saluran pencernaan dan metabolisme
lintas pertama di usus dan / atau hati. Salah satu atau semua proses ini dapat berfungsi
untuk menipiskan jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik untuk dosis oral yang
diberikan. bioavailabilitas tinggi menjamin bahwa dosis efektif terendah dapat digunakan,
dan juga membatasi antar variabilitas40.
Bioavailabilitas obat dari suatu bentuk sediaan obat dapat digambarkan dengan suatu
kurva konsentrasi obat versus waktu yang sampai ke cairan biologis seperti darah,
plasma atau urine. Kajian tentang khasiat obat atau efek farmakologis suatu obat dapat
dimanifestasikan sebagai onset (kerja awal), durasi (lamanya obat berefek), dan
intensitas efek.
Untuk menentukan bioavailabilitas obat, hal yang harus diperhatikan ialah:
1. Sollubilitas (kelarutan)
Kelarutan suatu obat tergantung pada struktur komponen kimia, sifat
fisikokimia, dll, yang secara langsung akan mempengaruhi bioavailabilitas oral
obat. Kelarutan adalah variabel pembatas, dan masalah kelarutan ditangani
dengan berbagai cara, termasuk pemilihan bentuk amorf, pengurangan ukuran
partikel, dan penggunaan cosolvents37.
Istilah kelarutan obat dalam ekspresi Noyes-Whitney dapat digambarkan
sebagai:
Obat dengan tingkat kelarutan tinggi lebih cepat dilepaskan, sedangkan obat
dengan kelarutan yang buruk sering menunjukkan peepasan yang tidak lengkap
sebagai akibat atau dampak dari kelarutan pada laju disolusi dari matriks
formulasi37.
Kelarutan obat dapat diperkirakan di silico berdasarkan struktur, dan
ditentukan in vitro menggunakan standar Farmakope Amerika (USP) buffer seluruh
relevan dalam kisaran vivo pH untuk membuat profil kelarutan pH. Secara khusus,
cairan usus manusia simulasi yang berisi in vivo garam empedu yang relevan dan
surfaktan dan cairan usus nyata manusia telah dievaluasi. Sebuah basa lemah
termasuk bentuk garam berpotensi memicu atas entri di usus kecil menyebabkan
penyerapan lengkap37.
2. Permeabilitas
18
situs-dependen
permeabilitas
obat
tidak
hanya
akan
menyebabkan perbedaan dalam profil penyerapan dari usus kecil bagian atas ke
usus besar dalam satu subjek, tetapi juga menyebabkan tingkat tinggi variabilitas
dalam data penyerapan karena variasi waktu transit antara subjek 37,38.
3. Disolusi
CR formulasi dirancang sedemikian rupa sehingga tingkat penyerapan obat
yang dikontrol oleh laju pelepasan obat dari formulasi, sehingga pembubaran
sebagai rate-limiting step untuk absorbsi. Untuk obat yang harus larut dalam
saluran pencernaan akan diserap ke dalam aliran darah untuk efek farmakologis
sistemik, penyerapan dapat dibatasi oleh kelarutan dan / atau laju disolusi39.
4. Difusivitas
Difusi adalah mekanisme perpindahan massa, dan Gagasan dasarnya
adalah zat terlarut berdifusi dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah yang
berdekatan konsentrasi yang lebih rendah. Mengingat difusi dalam satu arah, x,
Hukum Pertama Fick (FFL) berhubungan fluks difusi, J (aliran massa per satuan
luas) untuk gradien konsentrasi zat terlarut, c, sehingga rumus39:
19
20
hati) atau jaringan tumor dapat diambil dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam
laboratorium. Selama pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untu
kterapi penyakit itu. Kemudian diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel
tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel penderita untuk diperlakukan adalah
untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang merugikan setelah infuse atau
transplantasi.
Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis, kebanyakan
menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam sel
penerima. Secara general, terapi gen ex vivo dijalankan seperti diagram alir
berikut:
sel diambil dari orang
penderita penyakit (pasien)
infuskan atau
transplantasikan kembali ke
pasien
vivo, sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan.
21
22
Kelebihan
Kekurangan
1. Waktu hidup terapi gen yang singkat membuat pasien memerlukan terapi
lanjutan
2. Virus vektor berpotensi menyebabkan infeksi atau resksi sistem kekebalan
tubuh
3. Mutasi genetik dapat merusak DNA atau tidak sengaja diperkenalkan ke dalam
sel-sel reporudksi pasien
4. Diagnosis penyakit pada cabang bayi yang menyebabkan masalah kode etik
3.1.3
PROSES
Proses pada terapi gen memiliki tahapan pengisolasian gen, perancangan
plasmid dan primer, hingga metode yang digunakan untuk memasukkan terapi
gen ke dalam tubuh.
3.1.3.1
Isolasi
Teknik isolasi gen yang digunakan adalah metode pemisahan ekstraksi fenol
kloroform. Tahapan isolasi gen dari apoptin adalah melakukan pemisahan dari
DNA CAV dari komponen virus lain. DNA CAV memiliki ukuran sekitar 2,3 kb.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengambil virus CAV yang ingin
di kultur, dengan cara menginjeksi hati ayam broiler yang terinfeksi oleh virus
CAV menggunakan injector. Sampel dari jaringan hati kemudian dipanaskan
untuk mengurai jaringan-jaringan yang kompleks pada suhu 650C selama 20
menit.
Selanjutnya, dilakukan penambahan buffer phenol jenuh dengan volume yang
sama seperti sampel dan dikocok selama 3 menit, sebelum akhirnya
disentrifugasi pada 14000 RPM selama 5 menit. Penambahan fenol berfungsi
untuk memisahkan fasa-fasa pada virus. Fasa organik akan terikat pada fenol
dan kloroform. Fasa organik akan lebih berat dan mengikat protein-protein berat
seperti kapsid yang menyusun virus. Kemudian komponen DNA akan terikat
pada fasa cair yang lebih ringan. Fenol dipilih karena memiliki kelarutan yang
buruk sehingga protein yang larut dalam fenol akan terpisah dari cairan.
Sampel tersebut merupakan hasil isolasi gen yang mengandung DNA
Chicken Anemia Virus murni untuk kemudian dilakukan tahapan selanjutnya
dalam melakukan teknik kloning apoptin.
23
Gen apoptin yang ada pada DNA CAV kemudian di sekuens menggunakan
metode sanger. Setelah mengetahui sekuens dari apoptin, kita bisa membuat
primer yang sesuai untuk selanjutnya dilakukan metode PCR. Ada dua jenis
primer yang akan didesain, yaitu forward primer (5-end) dan reverse primer (3end).
Forward Primer
Forward primer overlap dengan 5-end dari gen of interest. Primer harus
mengandung elemen situs restriksi (yang menyediakan sticky end/ujung lengket
yang sama pada enzim restriksi pada Multiple Clonning Site dari vektor yang
dipilih), Ekstensi 5 hingga situs restriksi (dapat mempengaruhi efisiensi
pemutusan oleh enzim restriksi), Kodon start ATG (harus dimasukan ketika gen
yang ingin disisipi, tidak diberi tag pada N-Terminal atau fusion protein) dan
Overlap dengan gen of interest (Banyaknya basa pada primer yang saling
tumpang tindih dengan gen of interest hingga memberikan Tm = 60C atau
lebih). Berikut adalah prosedur proses desain dari forward primer pada gen
apoptin.
1. Ekstensi 5' (8 Arg Tag)
2. Situs restriksi BamHI (GGATCC)
dan
Overlap
24
25
3.1.4
(a)
(b)
(c)
Gambar 9. Sediaan obat (a) Padat (b) Cair (sirop) (c) Injeksi
(Sumber: obatindonesia.info)
Untuk obat yang akan masuk ke tubuh melalui mulut atau secara oral
umumnya memiliki bentuk padat (misal pulvis, tablet, kapsul, pil, dll) atau dapat
berupa cairan (misal sirup, larutan, dll)6. Sediaan obat untuk terapi gen yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui injeksi memiliki bentuk sediaan cair, dimana
26
Virus, seperti virus penyebab flu atau penyakit infeksi lainnya. Ilmuwan
akan mengaitkan virus pada gen yang dimaksud di dalam sel. Virus
yang digunakan sudah dimodifikasi sehingga tidak akan menyebabkan
penyakit7.
Liposom, suatu globul lemak dan air yang digunakan untuk membawa
gen-gen ke dalam sel. Nanosphere adalah partikel sintetik yang juga
dapat digunakan untuk pengiriman gen. Gen-gen yang dimaksud dibawa
oleh plasmid (DNA pendek berben- tuk sirkular). Liposom dan
nanosphere dapat larut ke dalam sel dan melepaskan gen-gen7.
27
28
29
30
31
dalam
struktur
terbuka.
Eksipien
dalam
suspensi
meliputi
32
agregasi
protein,
mengurangi
adsorpsi
permukaan,
dan
tinggi
aktivitasnya
saat
dan
purifikasi
dapat
dan
efektif
menggantikan
untuk
peran
menjaga
komponen
b. Keadaan kering
Lyophilization
merupakan
eksipien
yang
sering
diinduksi
oleh
geseran,
serta
preipitasi
selama
pengiriman.
33
dan
menyebabkan
berbagai
digunakan
pengeringan.
kerusakan
macam
harus
pada
struktur
mekanisme
dapat
Kedua
proses
protein
sehingga
menstabilkan
dapat
dengan
ekspien
yang
efektivitas
protein
pembekuan,
bukan
saat
pengeringan,
penghilangan
mengganggu
strukturnya
pengeringan.
air
dan
dari
protein
mengarah
Selama
terkadang
pada
agregasi
c. Mekanisme
Mekanisme dibagi menjadi 4, dimana keempatnya
melibatkan interaksi dengan air dengan perlakuan berbeda dan
dapat menjelaskan efek stabilisasi dari eksipien, yaitu :
i. Gaya Kohesif
Eksipien
yang
meningkatkan
dapat
menstabilkan
tegangan
protein
permukaan
akan
dengan
Ketertarikan tekanan
34
efek
volume
yang
diabaikan.
tidak
baik
dan
mempunyai
dan
memiliki
pelarut
yang
sedikit
kimia
partikulat
dapat
ditentukan
dari
tidak baik
35
interaksi
istimewa
yang
ekspien
di
sekitar
protein.
Osmolit
36
2. Polimer
a. Larutan
Polimer hidrofilik sering digunakan untuk menstabilkan
protein
dan
meningkatkan
rangkaian
protein,
terutama
urokinase
dengan
berat
yang
rendah
dan
dibandingkan
dengan
protein
spesifik,
dimana
b. Keadaan kering
Polimer telah didemonstrasi untuk menjadi aditif yang
sukses dalam menekan agregasi protein selama liofilisasi dan
untuk
mencegah
penurunan
rekonstitusi.Sebagai contoh,
dan PEG
solubilitas
selama
liofiliasi
yang
tidak
larut
untuk pertumbuhan
37
c. Mekanisme
Pada larutan, polimer menyediakan kestabilan bagi
protein dengan kedua mekanisme protein spesifik dan tidak
spesifik. Polimer bermuatan sebagian besar bekerja dengan
cara protein spesifik, sedangkan polar, polimer hidrofilik
mensabilkan protein dan tidak bergantung pada sifat kimia
alaminya.
Polimer
hidrofilik,
seperti
polietilen
glikol,
putus-putus
yang
mengelilingi
garis
38
3. Surfaktan
a. Larutan
Surfaktan banyak digunakan sebagai penstabil protein,
mensuppress agregasim dan membantu pelipatan protein.
Plysorbat
80
plysorbate
(plyoxyethylene
20
sorbitan
(polyoxyethylene
monooleate)
sorbitan
dan
monolaurate)
4. Arginin
a. Larutan
Arginine bukan merupakan eksipien penstabil protein,
tetapi sangat efektif dalam menekan agregasi protein. Karena
efek tersebut dan karena aman bagi manusia, arginin sering
digunakan untuk menambah umur protein. Inklusi arginin
secara
kelipatan
kembali
menyebabkan
penambahan
39
b. Keadaan kering
Keadaan fisik dari beberapa asam amino termasuk
arginin membentuk padatan amorf, sedangkan yang lainnya
adalah padatan kristalin. Untuk L-arginin, 1.2 wt% kandungan
air residu dan Tg 42OC telah dituliskan. penambahan HCl,
H3PO4, atau H2SO4 pada arginin, cukup untuk membentuk
garam, memproduksi padatan amorf dengan vacuum drying,
namun, garam mengandung air residu yang banyak dan
menyebabkan Tg yang relatif rendah.
Laju pengurangan air memiliki efek pada struktur fisik dari
argiin kering. L-arginin pada dasarnya merupakan kristalin,
meskipun ditemukan dalam bentuk amorf melalui liofilisasi.
Kandungan air residu dari arginine kristalin lebih tinggi
dibanding bentuk amorfnya. Penambahan HCl dan H3PO4
menekan
kristalisasi
arginin
selama
vacuum
drying.
c. Mekanisme
Arginin akan lebih efektif pada konsentrasi tinggi diatas
0.1 M meskipun efektivitasnya pada konsentrasi rendah,
sekitar 15-50 mM. Meskipun arginin merupakan asam amino
alami, namun bukan merupakan osmolit. Interaksi dengan
protein bergantung pada konsentrasi eksipien, konsentrasi
40
3.3.1.2 BIOAVAILABILITAS
Bioavailabilitas yang diakibatkan oleh faktor pengguna seperti umur
berat badan dan luas permukaan tubuh ditentukan oleh dosis apoptin dalam
tubuh. Pada anak-anak akan dibutuhkan dosis obat apoptin yang lebih sedikit
daripada orang dewasa berkaitan dengan metabolism anak yang lebih cepat.
Sebagian besar obat disediakan dalam berbagai bentuk sediaan oral.
Sifat yang paling penting dari bentuk sediaan adalah kemanjurannya
melepaskan zat aktif dalam jumlah yang cukup agar dapat menimbulkan efek
farmakologis seperti yang diharapkan. Sifat sediaan obat ini dikenal sebagai
bioavailabilitas (ketersediaan hayati). Pada perkembangan lebih lanjut,
bioavailabilitas didefinisikan sebagai kecepatan dan jumlah relatif obat yang
dapat diabsorpsi ke sirkulasi sistemik (Blanchard &Sawchuck,1979).
Arti definisi tersebut sangat penting nilai bioavailabilitas suatu sediaan
obat, karena bagi obat yang diberikan secara ekstravaskular (termasuk oral),
absorpsi merupakan tahap permulaan yang sangat menentukan ada tidaknya
khasiat obat tersebut (Ritchel, 1980).Efek terapetik suatu obat sangat
tergantung
pada kadar
obat
dalam
darah/plasma,
oleh
karena
itu
obat
dari
suatu
bentuk
sediaan
obat
dapat
digambarkan dengan suatu kurva konsentrasi obat versus waktu yang sampai
ke cairan biologis seperti darah, plasma atau urine. Kajian tentang khasiat
41
untuk
meramalkan
efek
farmakologinya.
kemanjuran,
dan
akseptabilitas
yang
dipenuhi
ketika
42
jenis kelamin
Isi lambung
pH lambung-usus
Pemberian
beberapa
obat
secara
bersamaan
dapat
1. EKIVALENSI OBAT
a. Ekivalensi Obat Secara Kimiawi (Ekivalensi farmasetik)
Dua produk obat dinyatakan ekivalensi bila kedua produk obat terscbut
mengandung zat
aktif dan jumlah yang sama dalam bentuk sediaan obat yang sama,
serta memenuhi
syaratsyarat standart dalam Farmakope Indonesia
b.
c.
Ekivalensi terapetik
Dua produk yang bioekivalen akan memberikan efek terapetik yang
sama pula, apabila
diberikan dengan kondisi dan dosis yang sama kepada penderita akan
menghasilkan
43
3.3.1.3 FARMAKOKINETIK
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat. 43
Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat
absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang
sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm,
disertai dengan vili dan mikrovili).43
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam
tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level
seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan
transport pasif.
a.
Metode Absorpsi
Transport Pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses
difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekulmolekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
Transport Aktif
44
Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit
sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam
tubuh.
c.
d.
Kecepatan Absorpsi
Diperlambat oleh nyeri dan stress. Nyeri dan stress mengurangi aliran
darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
Kombinasi dengan obat lain. Interaksi satu obat dengan obat lain
dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum
Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
45
Permeabilitas kapiler
Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein
dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh. Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a.
b.
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama
terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di
cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah dinding usus,
ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1.
Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, seperti
Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya:
Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa
vs orang tua.
46
Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari
obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah
absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk
menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b.
41,42,423
47
1,1
48
1,227
Bentuk
Warna
kuning jernih
Bau
>100
HLB
12-16
efek
ganda,
meningkatkan
kelarutan,
stabilitas
1,04
4600
Bentuk
Pasta
Warna, APHA
Max 100
49
6-7,4
Viskositas (cps)
310
HLB
12-18
>10%
3.3.2.2 BIOAVAILABILITAS
Eksipien yang digunakan pada terapi gen ialah Tween 20 dan
Pluronic P85. Penambahan eksipien ini masih harus diuji terlebih
dahulu dari segi baik bioavailabilitas ataupun farmakokinetiknya,
sebab meskipun penambahan eksipien bertujuan untuk meningkatkan
kinerja dari senyawa aktif obat, namun belum tentu eksipien tersebut
baik dan / atau cocok dengan senyawa aktif yang digunakan. Oleh
sebab itu, setelah pemilihan suatu eksipien, makan harus diuji terlebih
dahulu. Cara uji yang paling umum ialah dengan menggunakan pohon
keputusan (decision tree), yaitu:
yang
pernah
dilakukan
adalah
uji kelarutan
50
b. Pluronic P85
Pluronic P85 memiliki kecenderungan untuk larut di air
(larutan polar), dimana hal ini mengindikasikan bahwa
eksipien Pluronic P85 ini tidak larut dalam lemak. Hal ini
dapat menjadi baik ataupun buruk bila digabungkan
dengan senyawa aktif apoptin dimana senyawa ini larut
dalam lemak. Apabila ditujukan untuk meningkatkan larutan
obat terhadap air, maka eksipien ini baik, namun bila
ditujukan untuk meningkatkan sifat kelarutan senyawa aktif,
maka eksipien ini kurang cocok.
Ketahanan pH yang dimiliki oleh eksipien ini ialah 6
hingga 7,4 (Tabel X), sehingga eksipien ini hanya baik bagi
lingkungan dengan pH sedikit asam hingga netral, dimana
baik bagi apoptin tahan hingga pH 3.
Eksipien ini cenderung digunakan dalam sediaan oral
(dimakan
langsung)
25
sehingga
dalam
konteks
dan
faramkogenomik
51
adanya
pengobatan
perbedaan
dan
toksisitas
tingkat
obat.
keberhasilan
Farmakogenetik
farmakogenomik
merupakan
yang
bereda
beda
prinsip
kerjanya.
prodrug,
sekitar
5%
19
. Obat ini
5-FU
yang
5-fluoro-2-deoksiuridin
nukleotida
sitotoksik
monofosfat
yang
(5-
berperan
menjadi
bentuk
metabolit
inaktif
52
menjadi
hidroksikamptoesin
(SN-38)
7-etil-10-
yang
merupakan
3.3.2.4 MEKANISME
Terapi Gen Kanker Payudara tanpa melalui Virus
Perkembangan terapi gen secara viral (melalui virus) menjadi
terbatas untuk pasien dengan penyakit kanker payudara, dengan
percobaan secara luas yang fokus pada prinsip tingginya akses
pada tumor yang berhubungan pada kulit. Dua kesulitan terapi
gen viral yang harus diperhatikan adalah:
1. Memastikan virus dapat ditargetkan dengan teruji in vivo dan
klinis, dan
2. Ketika virus sampai ke target yang dituju, laju infeksitivitas
cukup tinggi sehingga menghasilkan efek terapi yang
signifikan, walaupun kurang akan imunogenetik49.
Biasanya, penyampaian materi genetik melibatkan metode
fisik seperti injeksi atau melakui metode pengiriman kimia.
Beberapa metode fisik transfer gen telah diuji secara klinis untuk
kanker
payudara.
Plasmid
DNA
(pDNA)
(lacZ)
berhasil
53
hasil
yang
telah
dihasilkan
dengan
memerlukan
penggunaan
penghantar
untuk
termasuk
polimer,
liposom,
atau
peptida,
atau
54
tgDCC-E1A
adalah
terapi
nonviral
yang
memiliki
(DCChol)
dan
dioleoylphosphatidylethanolamine
aktivator
sitokrom
P450
1B1
(CYP1B1)
yang
55
dengan
56
3. a. 1/3 (satu per tiga) dari masa simpan, untuk Obat, Obat
Tradisional, Obat Kuasi, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetika;
b. 9 (sembilan) bulan sebelum Batas Kedaluwarsa, untuk
Produk Biologi; dan
c. 2/3 (dua per tiga) dari masa simpan, untuk Pangan Olahan.
4. Pemasukan Obat
dan
Makanan
juga
harus
mendapat
PraRegistrasi
Untuk pertimbangan jalur evaluasi dan kelengkapan dokumen
registrasi
Registrasi
Penyerahan dokumen registrasi
57
3.5 PEMASARAN
Belakangan ini telah ditargetkan terapi yang diakui oleh FDA (Food and Drug
Administration),
Angka tersebut
tumbuh pesat
dengan
FDA
yakni:
Everolimus
(Fareston), Trastuzumab
(Arimidex), exemestane
(Afinitor), tamoxifen
(Herceptin), fulvestrant
(Aromasin), lapatinib
(Nolvadex), toremifene
(Faslodex), anastrozole
(Tykerb), letrozole
58
59
Obat merupakan zat kimia aktif atau zat yang berfungsi utama untuk menyembuhkan
penyakit. Sediaan obat terbagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya padat, setengah
padat dan cair.
Secara umum bahan penyusun sediaan obat terbagi menajadi dua yaitu bahan obat (zat
kimia aktif) dan bahan penambah atau eksipien.
Eksipien atau bahan penolong didefinisikan sebagai zat tambahan yang digunakan
untuk merubah zat aktif menjadi bentuk sediaan farmasi yang sesuai.
Bahan-bahan eksipien secara umum terbagi atas bahan pengisi, pengikat, pemecah,
penabur, dan penyalut.
Eksipien yang digunakan dalam terapi baik gen ataupun protein bertujuan untuk
meningkatkan kinerja apoptin
Eksipien yang baik untuk terapi gen ialah Tween 20 dan Pluronic P85
60
1. Noteborn, M.H., G.F. de Boer, D.J. van Roozelaar, and C. Karreman. "Characterization
of cloned chicken anemia virus DNA that contains all elements for the infectious
replication cycle." J. Virol., 1991: 3131-3139.
2. Danen, A.A., Y.H. Zhang, S.R. Leliveld, M.C. Seelen, M.W. Bolk, and et al. "Importance
of nuclear localization of apoptin for tumor-specific induction of apoptosis." J. Biol.
Chem., 2003: 27729-27736.
3. Kuusisto, H.V., K.M. Wagstaff, G. Alvisi, and et al. "The C-terminus of apoptin represents
a unique tumor cell-enhanced nuclear targetting module." Int. J. Cancer, 2008: 29652969.
4. Los, Marek, Soumya Panigrahi, Iran Rashedi, and et al. "Apoptin, a tumor-selective
killer." Biochimia et Biophysica Acta, 2009: 1336.
5. Heilman, D.W., J.G. Teodoro, M.R. Green, and et al. "Apoptin nucleocytoplasmic
shuttling is required for cell type-specific localization, apoptosis, and recruitment of the
anaphase-promoting complex/cyclosome to PML bodies." J. Virol., 2006: 7535-7545.
6. Backendrof, C., A.E. Visser, A.G. de Boer, and et al. "Apoptin: therapeutic potential of an
early sensor of carcinogenic transformation." Annu. Rev. Pharmacol. Toxicol., 2008:
143-169.
7. Leliveld, S.R., Y.H. Zhang, J.L. Rohn, and et al. "Apoptin induces tumor-specific
apoptosis as a globular multimer." J. Biol. Chem., 2003: 9042-9051.
8. Leliveld, S.R., R.T. Dame, M.A. Mommaas, and et al. "Apoptin protein multimers form
distinct higher-order nucleoprotein complexes with DNA, Nucleic Acids." Res, 2003:
4805-4813.
9. Noteborn, M.H., C.A. Verschueren, A. Zantema, and et al. "Identification of the promoter
region of chicken anemia virus (CAV) containing a novel enhancer-like element." Gene,
1994: 313-318.
10. Noteborn, M.H., D. Todd, C.A. Veschueren, and et al. "A single chicken anemia virus
protein induces apoptosis." J. Virol., 1994: 346-351.
11. Phenix, K.V., B.M. Meehan, D. Todd, and et al. "Transcrtptional analysis and genome
expression of chicken anemia virus." J. Gen. Virol. , 1994: 905-909.
12. Noteborn, M.H., D. Todd, C.A. Veschueren, and et al. "A single chicken anemia virus
protein induces apoptosis." J. Virol., 1994: 346-351.
13. Maddika, S., F.J. Mendiza, K. Hauff, and et al. "Cancer-selective therapy of the future:
apoptin and its mechanism of action." Cancer Biol. Ther., 2006: 10-19.
14. Noteborn, N.H. "Chicken anemia virus induced apoptosis: underlying molecular
mechanisms." Vet. Microbiol., 2004: 89-94.
61
[onlilne].
Tersedia
di
62
Drug
Delivery
Systems,
First
Edition.
[online].
Tersedia
di:
63