STRATEGI OPERASI
A. Strategi Operasi
Strategi operasi merupakan penjabaran dari strategi bisnis / korporasi. Strategi operasi
terdiri atas 4 komponen yaitu misi, kompetensi, tujuan dan kebijakan.
1. Misi (Mission )
Misi merupakan bagian dari strategi operasi yang mendefinisikan tujuan fungsi operasi /
produksi dalam kaitannya dengan strategi bisnis / korporasi. Misi harus menyatakan prioritas
tujuan yang ingin dicapai.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu yang dapat dilakukan lebih baik dari pesaing yang ada.
Kompetensi dapat diidentifikasikan dalam bentuk tujuan ( objective ) seperti lowest cost, highest
quality, best delivery atau greatest flexibility, ataupun dalam bentuk sumber daya yang
digunakan.
3. Tujuan ( Objective )
Tujuan fungsi operasi dapat dinyatakan dalam bentuk ongkos ( cost ), kualitas ( quality ),
penyampaian ( delivery ), maupun flexibility.
4. Kebijakan Operasi
Kebijakan Operasi menyatakan tujuan operasi yang telah ditetapkan akan dapat dicapai.
Kebijakan operasi ini harus dibuat untuk setiap kategori keputusan proses, kapasitas, persediaan,
tenaga kerja dan kualitas.
B. Siklus produksi
Dalam pengelolaan sistem produksi, dapat diidentifikasikan adanya siklus fabrikasi dan siklus
penjadwalan, sebagai berikut :
1. Siklus Fabrikasi
2. Siklus Penjadwalan
Penjadwalan produksi merupakan kegiatan yang bersifat dinamis. Bahan penyusunan
penjadwalan operasi dimulai dari penentuan besarnya volume permintaan barang / jasa yang
diminta oleh konsumen yang kemudian dilanjutkan dengan :
a.Rencana pengaturan tenaga kerja,
b.Rencana pengaturan mesin / peralatan,
c Rencana pengaturan material.
C. Analisis dan Perencanaan Sistem kerja
Dalam lingkungan manajemen produksi penting untuk :
a. Menetapkan standar kerja yang akan berpengaruh pada ketelitian perencanaan / kepastian
pencapaian yang rasional di seluruh kegiatan, baik perencanaan produksi anggaran perkiraan
keuntungan maupun sasaran-sasaran kerja lainnya,
b. Memberi kepastian kepada para pelaksana / operator, terutama dalam ketetapan prosedur
operasional, dan
c.
Memperbaiki produktivitas kerja.
Banyak pekerjaan diselesaikan lebih lama dari waktu yang sepantasnya dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Fujio Cho dari Toyota menyebutkan kejadian tersebut
sebagai pemborosan, yaitu segala sesuatu yang berlebih diluar kebutuhan atas peralatan, bahan,
komponen, tempat dan waktu kerja yang diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.
1. Perbaikan Produktivitas
Terdapat tiga hal pokok untuk melaksanakan perbaikan produktivitas yaitu adanya
pekerja yang mempunyai budaya kerja produktif, tersedianya teknologi yang memadai serta
adanya kemampuan manajemen yang efektif. Upaya pencapaian produktivitas yang tinggi
merupakan program jangka panjang yang memerlukan dukungan faktor eksternal yang
mencakup keadaan poitik, ekonomi dan sosial negara,keterlibatan para pemegang saham, serta
kondisi usaha yang kompetitif.
Keadaan negara yang damai serta keadaan politik dan ekonomi yang stabil, merupakan
syarat terciptanya ketiga faktor penunjang produktivitas. Berkembangnya ekonomi nasional,
akan meningkatkan pasar domestik. Keterlibatan para pemegang saham / pemilik perusahaan,
juga mempengaruhi jalannya usaha.
Hasil survey oleh Japan Management Association ( JMA ) November 1979 menyatakan
bahwa para pengusaha Jepang menetapkan dua issue kritis, khususnya 5 tahun setelah krisis
minyak, yaitu :
a. Rasionalisasi investasi untuk meningkatkan produktivitas,
b. Pengembangan sumber daya manusia.
Sedang keterlibatan para pemegang saham di perusahaan jepang, tidak terlalu dominan
sehingga sebagian besar ( 64% survey Nihon Keinzai Shimbun 1981 ) menyatakan bahwa
pemilik perusahaan adalah para manajer, pekerja dan pemegang saham.
2.
3.
d.
Membantu melatih pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan metode kerja yang telah
diperbaiki.
Dua unsur dari analisis dan perencanaan kerja adalah sebagai berikut:
Perencanaan metode kerja ( Method Design ), dimaksudkan untuk menetapkan tata cara kerja
atau menyederhanakan pekerjaan dan mengusulkan cara kerja yang lebih baik.
b. Pengukuran kerja ( Work Measurement ), ditujukan untuk menetapkan waktu penyelesaian
suatu pekerjaan secara wajar oleh pekerja yang sudah dirancang dengan baik.
a.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Permasalahan yang potensial pada umumnya terjadi di tempat kerja dimana sebelumnya
tidak pernah terfikirkan untuk membantu kita dalam identifikasi permasalahan seperti ;
a. Daftar pertanyaan ( check sheets ),
b. Peta-peta kerja, dan
c.
Diagram sebab akibat
D. Perancanangan Metode Kerja
Beberapa kemungkinan untuk perbaikan kerja, diantaranya sebagai berikut :
a. Menghilangkan komponen benda kerja yang tidak perlu / tidak mempengaruhi / merubah fungsi
produk ( perbaikan desain ).
b. Menghilangkan proses produksi / kegiatan / gerakan-gerakan kerja yang tidak terlalu
( perbaikan proses produksi ).
c.
Memperbaiki rancangan produk / rancangan produk.
d. Merancang alat bantu produksi.
e.
Menggabung beberapa proses ( memperbaiki proses ) produksi.
f.
Mengubah urutan-urutan pengerjaan atau tata letak tempat kerja.
g. Meyederhanakan metode kerja.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
E.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
Proses manufaktur,
Set up mesin dan perkakas,
Kondisi lingkungan kerja,
Lay out dan material handling,
Manajemen,
Operator.
Prinsip kerja yang biasa digunakan untuk menemukan metode kerja yang lebih baik
diantaranya sebagai berikut ;
Studi gerakan,
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan,
Ergonomi,
Analisis nilai ( Value Analysis / Engineering ).
Pengukuran Kerja
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur performasi suatu sistem kerja diantaranya
sebagai berikut :
Waktu kerja,
Filosofi kerja,
Psikologi kerja dan
Sosiologi kerja.
Beberapa kegunaan pengukuran waktu kerja diantaranya sebaagai berikut ;
Dasar untuk menetapkan waktu standar dan kecepatan produksi,
Dasar untuk menetapkan hari / jam kerja yang wajar untuk dasar menetapkan upah kerja serta
target produksi,
Dasar untuk melakukan perbaikan kerja lebih lanjut,
Dasar untuk menyusun perencanaan dan pengendalian produksi yang wajar,
Dasar penyusunan anggaran serta pengendaliannya.
a.
b.
c.
d.
e.
Teknik pengukuran secara langsung yang paling banyak digunakan adalah teknik jam henti
( Stopwatch time study ) dan teknik sampling pekerjaan ( work sampling ). Pada dasarnya, teknik
sampling pekerjaan akan dipilih sebagai teknik pengukuran kondisi sebagai berikut :
Kesulitan untuk mengenali siklus pekerjaan ( terlalu besar )
Penelitian ditujukan untuk menggambarkan fakta ( tingkat produktivitas )
Pekerjaan dilakukan oleh kelompok kerja
Aktivitas ( elemen pekerjaan ) banyak / bervariasi
Munculnya aktivitas tidak menentu ( random )
b)
c)
d)
pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat
dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis. Hanya sedikit bisnis
yang dapat menghindari proses peramalan dan hanya menunggu apa yang terjadi untuk
kemudian mengambil kesempatan. Perencanaan yang efektif baik untuk jangka panjang maupun
bergantung pada peramalan permintaan untuk produk perusahaan tersebut.
A.
Metode runtun waktu atau sering disebut metode deret waktu atau deret berkala menggambarkan
berbagai gerakan yang terjadi pada sederetan data pada waktu tertentu. Langkah penting dalam
memiliki metode runtunwaktu adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat
dibedakan menjadi empat jenis siklus dan trend (makriadis & wheelright, 1983), yaitu:
1.
Pola horizontal, terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.
2.
Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh factor musiman.
3.
Pola siklus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti siklus bisnis.
4.
Pola trend, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam
data.
C.
E.
1.
Teknik peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan
sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Terdapat empat teknik yang berbeda, yaitu :
Keputusan Dari Pendapat Juri Eksekutif (Jury of Executive Opinion). Teknik peramalan
yang meminta pendapat segolongan kecil manajer tingkat tinggi dan menghasilkan estimasi
permintaan kelompok. Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat
tinggi, sering dikombinasikan dengan model statistik, dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi
kelompok.
Metode Delphi (Delphi Method). Teknik peramalan yang menggunakan proses kelompok dimana
para pakar melakukan peramalan. Ada 3 jenis peserta dalam metode ini : pengambil keputusan,
karyawan, dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri dari 5 hingga 10 orang pakar
yang akan melakukan peramalan. Karyawan membantu pengambil keputusan dengan
menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuesioner dan hasil
survei. Responden adalah sekelompok orang, biasanya ditempatkan di tempat yang berbeda,
dimana penilaian dilakukan. Kelompok ini memberikan input pada pengambil keputusan
sebelum peramalan dibuat.
Gabungan Dari Tenaga Penjualan (Sales Force Composite). Teknik peramalan berdasarkan
prediksi tenaga penjualan akan penjualan yang diharapkan. Dalam pendekatan ini, setiap tenaga
penjualan memperkirakan berapa penjualan yang bisa ia lakukan dalam wilayahnya. Peramalan
ini kemudian dikaji unutk memastikan apakah peramalan cukup realistis. Kemudian peramalan
dikombinasikan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara
keseluruhan.
Survei Pasar Konsumen (Consumer Market Survey). Metode peramalan yang meminta input
dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka di masa depan. Hal ini membantu tidak
hanya dalam menyiapkan peramalan tetapi juga memperbaiki desain produk dan perencanaan
produk baru. Survei konsumen dan gabungan tenaga penjualan bisa jadi tidak benar, karena
peramalan yang berasal dari input konsumen yang terlalu optimis.
2.
F.
mendatang sama dengan permintaan terkini. Terbukti untuk beberapa jenis produk, pendekatan
naif (naive approach) ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efesien
dari segi biaya. paling tidak, pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan
model lain yang lebih canggih.
2.
(n) data terkini untuk meramalkan periode mendatang. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.
Rata-rata beergerak = permintaan n periode sebelumnya
n
3.
rata-rata bergerak dengan pembobotan dimana data diberi bobot oleh sebuah fungsi
eksponensial. Penghalusan eksponensial mungkin terdengar aneh, tetapi sebenarnya banyak
digunakan dalam bisnis dan merupakan bagian penting dari sistem pengendalian persediaan
berbasis komputer.
4.
Proyeksi Tren, metode peramalan time-series yang mnyesuaikan sebuah garis tren
pada sekumpulan data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan
masa depan.
5.
Analisis Regresi Linier, model matematis garis lurus yang menjelaskan hubungan
fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. persamaan regresi menunjukkan bagaimana
satu variabel berhubungan pada nilai dan perubahan pada variabel lain
PERENCANAAN AGREGAT
Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat
adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan olehpara manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga
18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, danvariabel lain yang
dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dankuartalan yang
mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh
karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada
waktu agregat.
Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat
dibuat untuk periode perencanaan
produk
tersebut.
Sebagai
contoh
pada
perusahaan
pembuat
mobil,
hanya
memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil
dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.
schedule),yang
menyediakan
input
bagi
system
perencanaan
kebutuhan
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan
produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian ini
mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK,
menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang
bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan
ditanggungperusahaan.
Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan
waktu
lembur
bertujuan
untuk
meningkatkan
output
produksi,
tetapi
Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat
tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya
penyimpanan(inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal,pajak,
asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas,
kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya
dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan
persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada
system MTO(Make to order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal
jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock
=Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada
produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan
diperhitungkan
sebagai
kerugian
bagi
perusahaan,
dimana
kerugian
tersebut
akan
dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama
nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
2.
3.
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat
permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan
seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang,
dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan
merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk
menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan menurun,
perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan proses yang
sulit.
4.
Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan
subkontrak selama periode permintaan tinggi.Bagaimana pun, subkontrak, memiliki beberapa
kekurangan antaralain :
Mahal
Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat
mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
5.
6.
Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan
permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan
hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon
membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member
diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin.
Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu
mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap samadari periode ke periode.
Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang
seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang
perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan.
Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
Keunggulan
Perubahan sumber
daya manusia terjadi
secara bertahap atau
tidak ada perubahan
produksi secara tibatiba
Kerugian
Biaya penyimpanan
persediaan dapat
meningkat. Kekurangan
persediaan dapat
menyebabkan
kehilangan pernjualan
Beberapa Komentar
Diterapkan terutama untuk
produksi dan operasi, bukan
jasa
Meragamkan jumlah
tenaga kerja dengan
merekrut atau
memberhentikan
karyawan
Menghindari biaya
alternative lain
Meragamkan tingkat
produksi melalui
waktu lembur atau
waktu kosong
Menyesuaikan
fluktuasi musiman
tanpa biaya
perekrutan / pelatihan
Memungkinkan fleksibilitas
dalam rencana agregat
Subkontrak
Membolehkan adanya
fleksibilitas dan
memuluskan output
perusahaan
Kehilangan
pengendalian mutu;
mengurangi
keuntungan; kehilangan
bisnis di masa datang
Menggunakan
Lebih murah dan lebih
karyawan paruh waktu fleksibel daripada
karyawan penuh waktu
Biaya perputaran
karyawan/ pelatihan
tinggi; sulit membuat
penjadwalan
Mempengaruhi
permintaan
Ketidakpastian
permintaan, sulit untuk
menyesuaikan
permintaan pada
pasokan ssecara tepat
Menciptakan ide-ide
pemasaran, sering digunakan
overbook ( permintaan
melebihi pasokan) dalam
beberapa jenis usaha
Mencoba untuk
menggunakan
kapasitas berlebih;
diskon menarik
pelanggan baru
Tunggakan pesanan
selama periode
permintaan tinggi
Dapat menghindari
lembur, menjaga
kapasitas tetap konstan
Mungkin membutuhkan
keahlian atau peralatan
diluar keahlian
perusahaan
A.
A. Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat dipandang
sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan,
maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.
B. B. Linear Decision Rule Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk
mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.
Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan.
2.
Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata
kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode
periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan periode-periode
adanya kelebihan barang (inventory).
3.
Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan
barang tersebut.
4.
Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos
terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.
Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara
agregat yang dapat diliihat pada Tabel sebagai berikut :
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
Permintaan
220
170
400
600
380
200
130
300
Kumulatif Permintaan
220
390
790
1.390
1.770
1.970
2.100
2.400
Kecepatan Produksi
Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan
menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif
yang dapat dilakukan yaitu :
1.
Periode
Permintaan
1
2
3
4
5
6
220
170
400
600
380
200
Biaya
Penambahan
Tenaga Kerja
23.000
20.000
-
Biaya
Pengurangan
Tenaga Kerja
500
33.000
27.000
Biaya Total
500
23.000
20.000
33.000
27.000
7
8
Total
2.
130
300
17.000
10.500
-
10.500
17.000
138.000
Period
Permintaa
Kumulatif
Kecepata
Kumulati
Persediaa
Penyesuaia
Biaya
Permintaa
Persediaa
Produksi
Produksi
Persediaan
n
17.500
220
220
300
300
80
(270 unit)
350
170
390
300
600
210
480
24.000
400
790
300
900
110
380
19.000
600
1.390
300
.200
-190
80
4.000
380
1.770
300
1.500
-270
200
1.970
300
1.800
-170
100
5.000
130
2.100
300
2.100
240
13.500
300
2.400
300
2.400
270
13.500
Total
3.
96.500
Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa
permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,-
Periode
Permintaan
220
Kecepatan
Produksi
130
Subkontrak
Biaya Total
90
7.200
2
3
4
5
6
7
8
Total
4.
170
400
600
380
200
130
300
130
130
130
130
130
130
130
40
270
470
250
70
0
170
3.200
21.600
37.600
20.000
5.600
0
13.600
108.300
1.
Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur
sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi.
2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan
dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel berikut,:
Period
e
Perminta
an
Produk
si jam
normal
1
2
3
4
5
6
7
8
Total
220
170
400
60
380
200
130
300
200
200
200
200
200
200
200
200
Kebutuh
an
tambaha
n setelah
jam
normal
20
-30
200
400
180
0
-70
100
Produk
si jam
lembur
Kebutuh
an jam
normal +
jam
lembur
50
50
50
50
50
-30
-30
150
350
30
-70
50
Biaya
Biaya
Biaya
persediaa lembu perubaha
n
r
n tenaga
kerja
1.500
3.000
0
0
0
0
3.500
1.000
1.000
0
1.000
1.000
1.000
0
0
1.000
0
0
9.000
26.000
33.000
19.500
0
0
Total
Biaya
2.500
3.000
10.000
27.000
34.000
19.500
3.500
2.000
101.50
0
Strategi
Mengendalikan
jumlah tenaga
kerja
Mengendalikan
jumlah
persediaan
Subkontrak
Strategi Hibrid
Biaya Total
138.000
96.500
108.300
101.500
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika
dilakukan analisa, alternative 2 yaitu mengendalikan jumlah persediaan ternyata lebih murah
dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja, subkontrak, maupun strategi
hibrid. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat dilakukan.
Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membantu sebagai
pegangan untuk melakukan operasi harian.
Setiap barang dan jasa yang masuk dalam fase perkenalan, dapat didefinisikan, yaitu berdasarkan
fungsinya, untuk apa produk atau jasa itu digunakan. Perusahaan mendesain suatu produk
dengan tujuan bagaimana meningkatkan fungsi-fungsinya. Selanjutnya definisi suatu produk
dilihat dari aspek desain seperti warna, bentuk dan ukurannya yang dapat diterima oleh pasar.
Gambaran teknis (engineering drawing ) merupakan dimensi dan toleransi atas bahan baku yang
dibeli, atau bahan baku yang diproduksi yang dapat dipergunakan sebagai komponen didalam
proses produksi. Gambaran ini merupakan standar kualitas atau mutu bahan baku yang menjadi
komponen yang akan dipakai dalam proses produksi.
Kartu stok (Bill of Materials ) merupakan daftar dari tiap-tiap komponen dengan uraiannya,
jumlahnya dan berapa kebutuhan yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang. BOM
merupakan dokumen yang dibuat berdasarkan hasil desain produk dan menjadi dasar bagi
manajer produksi untuk melaksanakan proses produksi, sehingga proses produksi dapat
menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan desain yang ditentukan dalam pengembangan
produk.
Suatu produk yang telah didesain untuk memproduksinya membutuhkan dokumen seperti berikut
ini:
1. Gambaran teknis assembling (assembly drawing), yang merupakan cara pengelolahan suatu
produk. Gambaran teknis biasanya merupakan gambaran tiga dimensi, berupa gambaran
isometrik (yang menggambarkan setiap komponen dan cara penggabungannya).
2. Urutan penggabungan komponen (chart assembling), merupakan bentuk skematik bagaimana
suatu produk di-assembling, dibeli komponennya atau dikombinasikan, serta alur tiap komponen
sesuai dengan subassembling yang ada untuk menghasilkan suatu produk akhir.
3. Daftar alir komponen (route sheet), merupakan aturan operasional untuk mengassembling dan
inspeksi kebutuhan untuk memproduksi suatu komponen dengan bahan baku yang spesifik
berdasarkan bill of materials.
4. Order (work order) adalah instruksi untuk membuat sejumlah item produk dan bagianbagiannya yang dilengkapi dengan skedul pembuatannya.
5. Pembertahuan perubahan teknik (engineering change notice), merupakan koreksi teknik akibat
modifikasi dari gambaran teknik atau bill of materials.
6. Sistem perencanaan produk (configuration management), merupakan sistem dari perencanaan
produk dan perubahan komponen yang secara akurat dikenali dan dikendalikan secara
akuntabilitas atas perubahan pemeliharaannya.
2.2. Strategi Produk Dengan Keunggulan Bersaing
Strategi produk disusun dengan melakukan seleksi atas keinginan pelanggan, baik pelanggan
tingkat lokal, regional maupun tingkat dunia yang sesuai dengan acuan patokan (benchmarking)
yang ditetapkan perusahaan. Selanjutnya mendefinisikan produk yang akan dihasilkan ke dalam
sistem manajemen operasional dan implikasinya, dilanjutkan dengan membuat desain produk
yang akan diproduksi melalui manajemen operasional.
Sebagai contoh; strategi Toyota yaitu merespons secara cepat perubahan pelanggan. Desain
produk mobil A di dalam industrinya dilakukan secara cepat, di mana desain produk mobil A
sudah harus mulai dikembangkan sebelum umur desain A mencapai dua tahun, kemudian
ditindaklanjuti dengan penghentian produksi desain A pada tahun ketiga. Maksudnya bahwa
produk berdasarkan satu desain produksinya paling lama hanya tiga tahun, sesudah itu sudah
harus ada perubahan dengan menciptakan desain produk baru.
Produk jam tangan Seiko di desain dengan strategi multi desain, dan setiap desain dikembangkan
dengan tipe generasi seperti; untuk orang tua (lelaki dan wanita), orang muda (teenegers),
sampai untuk anak-anak sekolah dasar (SD).
McDonalds mendesain produk siap saji (fast food) dengan bahan dagung ayam yang berdasarkan
budaya tiap-tiap Negara adalah daging yang tidak haram, seperti India, Indonesia, dan Malaysia,
serta Timur Tengah. Selanjutnya produk dikembangkan dengan pelengkap minuman ringan yang
bervariasi.
2.3. Siklus Kehidupan Produk ( Product Life Cycle)
Product Life Cycle (PLC) yang menggambarkan lahirnya suatu produk baru sampai pada
kematian suatu produk yang dikatakan sudah lama. Secara sederhana, konsep ini menyatakan
bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu
siklus kehidupan yang terdiri atas empat tahap dalam periode waktu terbatas. Tiap tahap dalam
PLC, membuka kesempatan-kesempatan baru dan menimbulkan masalah-masalah baru bagi
manajemen produksi. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus kehidupannya, maka dapat
dirumuskan rencana perbaikan desain dan pengembangan produk yang lebih baik. Secara ringkas
keempat tahap PLC tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
1. Tahap perkenalan (introduction)
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap kejenuhan
4. Tahap penurunan
2.4. Analisis Produk Berdasarkan Nilai
Manajer operasi yang efektif memilih produk yang terlihat paling menjanjikan. Ini merupakan
prinsip Pareto (yakni, fokus pada permasalahan yang sedikit tetapi penting, dan bukan pada
permasalahan yang banyak tetapi sepele) yang diterapkan pada bauran produk. Analisis produk
berdasarkan nilai (product by value analysis) mengurutkan produk secara menurun berdasarkan
kontribusi dollar individu masing-masing produk bagi perusahaan. Analisis ini juga mengurutkan
kontribusi dollar tahunan total dari suatu produk. Kontribusi rendah perunit dari satu produk
tertentu mungkin akan terlihat sama sekali berbeda jika ia mewakili sebagian besar penjualan
perusahaan.
Laporan produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat mengevaluasi strategi yang
mungkin untuk setiap produk. Hal ini mungkin meliputi penambahan arus kas (sebagai contoh,
peningkatan kontribusi dengan meningkatkan harga jual atau menurunkan biaya), peningkatan
total penerimaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern,
perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi akan menghadapi risiko lebih besar untuk
kehilangan pasarnya. Konsumen dan industri pemakai selalu menginginkan produk baru dan
produk lebih baik yang dapat meningkatkan pemenuhan kepuasan mereka.
Langkah-langkah yang diikuti dalam pengembangan produk baru terdiri atas lima langkah
berikut ini
1. Pencarian gagasan
2. Seleksi produk
3. Desain produk pendahuluan
4. Pengujian (testing)
5. Desain akhir (final)
Bagi perusahaan-perusahaan jasa, tahap desain akhir bersangkutan dengan penetapan standarstandar dan prosedur-prosedur pelayanan. Sebagai contoh, dalam kasus sebuah bank, standar
waktu tunggu untuk berbagai tipe pelayanan bank dapat ditentukan.
Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena adanya berbagai
hambatan, diantaranya:
1.Kurangnya gagasan (idea) pengembangan produk baru yang baik
2.Kondisi pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya persaingan dan berbagai produk
substitusi
3.Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan Pemerintah. Sebagai contoh,
perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan pemakaian produk
4.Biaya proses pengembangan produk baru yang sangat mahal; karena untuk dapat menghasilkan
beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan sejumlah besar gagasan produk baru.
Dan dari sejumlah besar gagasan ini hanya sedikit yang sukses diperkenalkan ke pasar sebagai
produk
5.Tingginya tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak
memenuhi pengharapan konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen
6.Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru secara
komersial sukses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain meniru dan membanjiri
pasar dengan produk mereka.
2.5. Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) berkaitan dengan (1) menetapkan apa yang akan
memuaskan pelanggan dan (2) menerjemahkan keinginan pelanggan pada desain yang
ditargetkan. Idenya adalah untuk memahami keinginan pelanggan dan memperkenalkan solusi
proses alternatif. Informasi ini kemudian dipadukan dalam desain produk yang terus berubah.
QFD digunakan di awal proses desain untuk membantu menetapkan apa yang dapat memuaskan
pelanggan dan kemana penyebaran usaha-usaha berkualitas.
Satu alat QFD adalah rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas merupakan teknik grafis
untuk menjelaskan hubungan antara keinginan pelanggan dan produk atau jasa. Hanya dengan
menetapkan hubungan ini seorang manajer operasi dapat membangun produk dan proses dengan
keistimewaan yang diinginkan pelanggan. Penerapan hubungan inilah yang merupakan langkah
awal membangaun sistem produksi tingkat dunia. Untuk membuat rumah kualitas dilakukan
enam langkah dasar :
1. Kenali keinginan pelanggan
mungkin menjadi sebuah desain. Sekarang, majemen harus membuat keputusan untuk
mengembangkan lebih lanjut dan memproduksi atau menghentikan ide produk.
Saat keputusan dibuat, biasanya ada satu periode produksi percobaan untuk memastikan desain
benar-benar dapat diproduksi. Ini merupakan uji kemampuan untuk diproduksi. Percobaan ini
juga memberikan staf operasi kemungkinan untuk mengembangkan peralatan yang sesuai,
prosedur pengendalian kualitas, dan pelatihan karyawan untuk memastikan bahwa produk dapat
dimulai dengan sukses. Pada akhirnya, saat produk dianggap dapat dipasarkan dan diproduksi,
manajemen lini akan melimpahkan tanggung jawab.
Beberapa perusahaan menunjukkan seorang manajer proyek, sementara yang lainnya
menggunakan tim pengembangan produk untuk memastikan transisi dari pengembangan ke
produk berjalan dengan sukses. Kedua pendekatan ini memungkinkan rentang yang luas
perlunya sumber daya dan potensi sukses untuk memastikan produksi yang memuaskan dari
sebuah produk yang masih dalam kondisi berfluktuasi. Pendekatan ketiga adalah perpaduan
pengembangan produk dan organisasi manufaktur. Pendekatan ini menjadikan perpindahan
sumber daya antara dua organisasi mudah, di saat kebutuhan berubah. Tugas manajer operasi
adalah membuat perpindahan dari litbang ke produksi tanpa gejolak atau sehalus mungkin.
terimakasih anda telah membaca Desain Produk Manajemen Operasional. semoga
bermanfaat.