Anda di halaman 1dari 30

Ringkasan Materi

STRATEGI OPERASI
A. Strategi Operasi
Strategi operasi merupakan penjabaran dari strategi bisnis / korporasi. Strategi operasi
terdiri atas 4 komponen yaitu misi, kompetensi, tujuan dan kebijakan.
1. Misi (Mission )
Misi merupakan bagian dari strategi operasi yang mendefinisikan tujuan fungsi operasi /
produksi dalam kaitannya dengan strategi bisnis / korporasi. Misi harus menyatakan prioritas
tujuan yang ingin dicapai.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu yang dapat dilakukan lebih baik dari pesaing yang ada.
Kompetensi dapat diidentifikasikan dalam bentuk tujuan ( objective ) seperti lowest cost, highest
quality, best delivery atau greatest flexibility, ataupun dalam bentuk sumber daya yang
digunakan.
3. Tujuan ( Objective )
Tujuan fungsi operasi dapat dinyatakan dalam bentuk ongkos ( cost ), kualitas ( quality ),
penyampaian ( delivery ), maupun flexibility.
4. Kebijakan Operasi
Kebijakan Operasi menyatakan tujuan operasi yang telah ditetapkan akan dapat dicapai.
Kebijakan operasi ini harus dibuat untuk setiap kategori keputusan proses, kapasitas, persediaan,
tenaga kerja dan kualitas.
B. Siklus produksi
Dalam pengelolaan sistem produksi, dapat diidentifikasikan adanya siklus fabrikasi dan siklus
penjadwalan, sebagai berikut :
1. Siklus Fabrikasi
2. Siklus Penjadwalan
Penjadwalan produksi merupakan kegiatan yang bersifat dinamis. Bahan penyusunan
penjadwalan operasi dimulai dari penentuan besarnya volume permintaan barang / jasa yang
diminta oleh konsumen yang kemudian dilanjutkan dengan :
a.Rencana pengaturan tenaga kerja,
b.Rencana pengaturan mesin / peralatan,
c Rencana pengaturan material.
C. Analisis dan Perencanaan Sistem kerja
Dalam lingkungan manajemen produksi penting untuk :
a. Menetapkan standar kerja yang akan berpengaruh pada ketelitian perencanaan / kepastian
pencapaian yang rasional di seluruh kegiatan, baik perencanaan produksi anggaran perkiraan
keuntungan maupun sasaran-sasaran kerja lainnya,

b. Memberi kepastian kepada para pelaksana / operator, terutama dalam ketetapan prosedur
operasional, dan
c.
Memperbaiki produktivitas kerja.
Banyak pekerjaan diselesaikan lebih lama dari waktu yang sepantasnya dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Fujio Cho dari Toyota menyebutkan kejadian tersebut
sebagai pemborosan, yaitu segala sesuatu yang berlebih diluar kebutuhan atas peralatan, bahan,
komponen, tempat dan waktu kerja yang diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.
1. Perbaikan Produktivitas
Terdapat tiga hal pokok untuk melaksanakan perbaikan produktivitas yaitu adanya
pekerja yang mempunyai budaya kerja produktif, tersedianya teknologi yang memadai serta
adanya kemampuan manajemen yang efektif. Upaya pencapaian produktivitas yang tinggi
merupakan program jangka panjang yang memerlukan dukungan faktor eksternal yang
mencakup keadaan poitik, ekonomi dan sosial negara,keterlibatan para pemegang saham, serta
kondisi usaha yang kompetitif.
Keadaan negara yang damai serta keadaan politik dan ekonomi yang stabil, merupakan
syarat terciptanya ketiga faktor penunjang produktivitas. Berkembangnya ekonomi nasional,
akan meningkatkan pasar domestik. Keterlibatan para pemegang saham / pemilik perusahaan,
juga mempengaruhi jalannya usaha.
Hasil survey oleh Japan Management Association ( JMA ) November 1979 menyatakan
bahwa para pengusaha Jepang menetapkan dua issue kritis, khususnya 5 tahun setelah krisis
minyak, yaitu :
a. Rasionalisasi investasi untuk meningkatkan produktivitas,
b. Pengembangan sumber daya manusia.
Sedang keterlibatan para pemegang saham di perusahaan jepang, tidak terlalu dominan
sehingga sebagian besar ( 64% survey Nihon Keinzai Shimbun 1981 ) menyatakan bahwa
pemilik perusahaan adalah para manajer, pekerja dan pemegang saham.

2.

3.

Pengaruh Standar Produksi pada Perencanaan Keuntungan


Perencanaan keuntungan adalah keputusan jangka pendek yang harus dibuat setiap perusahaan
ketika mendapat pesanan atau ketika perusahaan akan menjual produknya. Untuk melakukan
perkiraan tentang rencana keuntungan, struktur ongkos akan sangat berpengaruh, khususnya
elemen ongkos langsung.

Analisis dan Perencanaan Kerja


Analisis standar produksi merupakan bagian dari analisis dan perencanaan kerja. Secara umum
proses kegiatan analisis dan perancangan kerja adalah penelaahan secara sistematis terhadap
pekerjaan dengan maksud sebagai berikut :
a. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih baik,
b. Membakukan sistem dan metode kerja yang sudah baik,
c.
Menetapkan waktu baku ( Standar Produksi ) untuk suatu pekerjaan,

d.

Membantu melatih pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan metode kerja yang telah
diperbaiki.

Dua unsur dari analisis dan perencanaan kerja adalah sebagai berikut:
Perencanaan metode kerja ( Method Design ), dimaksudkan untuk menetapkan tata cara kerja
atau menyederhanakan pekerjaan dan mengusulkan cara kerja yang lebih baik.
b. Pengukuran kerja ( Work Measurement ), ditujukan untuk menetapkan waktu penyelesaian
suatu pekerjaan secara wajar oleh pekerja yang sudah dirancang dengan baik.
a.

4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Tahapan Analisis dan Perancangan Kerja


Secara umum, pelaksanaan analisis dan perancangan kerja mengikuti delapan tahapan berikut,
Pemilihan pekerjaan yang akan diteliti,
Pencatatan segala fakta mengenai pekerjaan ke dalam bentuk penyajian yang memudahkan
untuk analisis lebih lanjut,
Mempelajari dengan seksama catatan yang telah dibuat dengan mempertanyakan segala
sesuatu mengenai pekerjaan untuk membuka peluang bagi perbaikan metode kerja,
Pengembangan / perencanaan alternatif metode kerja yang lebih baik ( beberapa usulan ),
Perhitungan prestasi atau waktu baku untuk masing-masing metode kerja yang diusulkan,
Pemilihan metode kerja yang akan digunakan, kemudian menyusun petunjuk pelaksanaannya,
berikut sasaran prestasi atau penetapan waktu baku,
Pemberitahuan dan pelatihan metode kerja baru kepada para operator,
Pengawasan pemeliharaan agar metode kerja tersebut selalu dijalankan sesuai dengan petunjuk
pelaksanaanya.

Permasalahan yang potensial pada umumnya terjadi di tempat kerja dimana sebelumnya
tidak pernah terfikirkan untuk membantu kita dalam identifikasi permasalahan seperti ;
a. Daftar pertanyaan ( check sheets ),
b. Peta-peta kerja, dan
c.
Diagram sebab akibat
D. Perancanangan Metode Kerja
Beberapa kemungkinan untuk perbaikan kerja, diantaranya sebagai berikut :
a. Menghilangkan komponen benda kerja yang tidak perlu / tidak mempengaruhi / merubah fungsi
produk ( perbaikan desain ).
b. Menghilangkan proses produksi / kegiatan / gerakan-gerakan kerja yang tidak terlalu
( perbaikan proses produksi ).
c.
Memperbaiki rancangan produk / rancangan produk.
d. Merancang alat bantu produksi.
e.
Menggabung beberapa proses ( memperbaiki proses ) produksi.
f.
Mengubah urutan-urutan pengerjaan atau tata letak tempat kerja.
g. Meyederhanakan metode kerja.
a.
b.
c.

Beberapa objek yang mungkin perlu diperbaiki, di antaranya sebagai berikut:


Perancangan komponen benda kerja,
Pemilihan bahan baku dan bahan pembantu yang tepat,
Pemilihan mesin / perkakas dan alat bantu lainnya,

d.
e.
f.
g.
h.
i.

a.
b.
c.
d.
E.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.

Proses manufaktur,
Set up mesin dan perkakas,
Kondisi lingkungan kerja,
Lay out dan material handling,
Manajemen,
Operator.

Prinsip kerja yang biasa digunakan untuk menemukan metode kerja yang lebih baik
diantaranya sebagai berikut ;
Studi gerakan,
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan,
Ergonomi,
Analisis nilai ( Value Analysis / Engineering ).
Pengukuran Kerja
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur performasi suatu sistem kerja diantaranya
sebagai berikut :
Waktu kerja,
Filosofi kerja,
Psikologi kerja dan
Sosiologi kerja.
Beberapa kegunaan pengukuran waktu kerja diantaranya sebaagai berikut ;
Dasar untuk menetapkan waktu standar dan kecepatan produksi,
Dasar untuk menetapkan hari / jam kerja yang wajar untuk dasar menetapkan upah kerja serta
target produksi,
Dasar untuk melakukan perbaikan kerja lebih lanjut,
Dasar untuk menyusun perencanaan dan pengendalian produksi yang wajar,
Dasar penyusunan anggaran serta pengendaliannya.

Teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan atas :


a. Cara langsung yaitu jika pengukuran dilakukan di tempat pekerjaan tersebut dilakukan,dan
b. Cara tidak langsung yaitu perhitungan waktu didasarkan pada tabel-tabel yang sudah
tersedia,dengan terlebih dahulu membakukan metode kerja yang digunakan.

a.
b.
c.
d.
e.

Teknik pengukuran secara langsung yang paling banyak digunakan adalah teknik jam henti
( Stopwatch time study ) dan teknik sampling pekerjaan ( work sampling ). Pada dasarnya, teknik
sampling pekerjaan akan dipilih sebagai teknik pengukuran kondisi sebagai berikut :
Kesulitan untuk mengenali siklus pekerjaan ( terlalu besar )
Penelitian ditujukan untuk menggambarkan fakta ( tingkat produktivitas )
Pekerjaan dilakukan oleh kelompok kerja
Aktivitas ( elemen pekerjaan ) banyak / bervariasi
Munculnya aktivitas tidak menentu ( random )

Perhitungan waktu baku


Rumusan waktu baku adalah sebagai berikut :
Waktu baku : waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan metode tertentu, pada kondisi terbaik saat itu.
a. Pengukuran dengan jam henti
Waktu baku = wkt.Pengamatan x Faktor penyesuaian x(1+Kelonggaran)
Waktu Normal
b.

Pengukuran dengan teknik sampling pekerjaan

Waktu baku = (Total jam kerja)x(%waktu produktif)xFaktor penyesuaianx( 1x kelonggaran)


Jumlah barang yang dihasilkan
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti


Langkah-langkah pengukuran waktu kerja dengan jam henti dilaksanakan dengan langkah
sebagai berikut ;
Tetapkan tugas / aktivitas yang akan diukur,
Pilih operator yang normal,
Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja pada supervisor dan operatornya,
Catat semua data yang berkaitan dengan sistem operasi kerja,
Uraikan tugas atas elemen-elemennya ( aktivitas ),
Laksanakan pengukuran waktu sejumlah N kali,
Cek statistik data ( keseragaman dan kecukupan ),
Hitung waktu siklus ( WS ),
Tetapkan faktor penyesuaian ( p ) dan kelonggaran ( l ) kerja yang wajar,
Hitung waktu normalnya ( WN ) = WS x p,
Tetapkan Waktu baku ( WB ) = WN x ( 1+1).
Pengukuran dengan sampling pekerjaan
Secara umum,langkah-langkah pelaksanaan sampling pekerjaan sebagai berikut :
Tetapkan aktivitas ( elemen pekerjaan ) yang akan diukur,
Tetapkan jadwal pengamatan secara random,
Laksanakan pengamatan,
Cek statistik data,
Analisis hasil studi,tetapkan rasio delay atau ukuran perfomasi atau waktu standar hasil
pengukuran,
Khususnya untuk studi rasio delay/ukuran perfomasi,tarik kesimpulan dan sasaran perbaikan
untuk memperbaiki metode kerja yang ada.

PERAMALAN PERMINTAAN BARANG (MANAJEMEN OPERASI)


PERAMALAN
A. Pengertian
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang
meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Selain itu peramalan juga didefinisikan
sebagai seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang
dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat
subjektif. Atau bias juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan
dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
Peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang
efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan langsung
pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada di luar kendali manajemen, seperti:
ekonomi, pelanggan, pesaing, pemerintah dan lain sebagainya.
Peramalan permintaan memegang peranan penting dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan khususnya dibidang produksi. Aktivitas manajemen operasi menggunakan peramalan
permintaan dalam perencanaan yang menyangkut skedul produksi, perencanaan pemenuhan
kebutuhan bahan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja, perencanaan kapasitas produksi,
perencanaan layout fasilitas, penentuan lokasi, pemenuhan metode proses, penentuan jumlah
mesin, desain aliran bahan dan lain sebagainya. Peranan ini disebabkan adanya tenggang waktu
antara suatu peristiwa dengan kebutuhan mendatang.
Walaupun terdapat banyak bidang lain yang memerlukan peramalan permintaan, namun
aktivitas manajemen operasi di atas merupakan bentuk khas dari keperluan peramalan
permintaan baik jangka pendek, menengah mauppun jangka panjang. Pada gilirannya,
perusahaan perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang meliputi:
a)

Identifikasi dan definisi masalah peramalan

b)

Aplikasi metode peramalan

c)

Pemilihan metode peramalan yang tepat untuk situasi tertentu

d)

Dukungan manajemen untuk menggunakan metode peramalan tertentu


Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan

pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat
dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis. Hanya sedikit bisnis
yang dapat menghindari proses peramalan dan hanya menunggu apa yang terjadi untuk
kemudian mengambil kesempatan. Perencanaan yang efektif baik untuk jangka panjang maupun
bergantung pada peramalan permintaan untuk produk perusahaan tersebut.
A.

METODE PERAMALAN PERMINTAAN


Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk manajemen. Namun yang lebih penting bagi
para praktisi adalah bagaimana memahami karakteristik suatu metode peramalan agar cocok bagi
situasi pengambilan keputusan tertentu. Secara umum metode peramalan dapat dibagi dalam dua
ketegori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibagi
ke dalam deret berkala atau kurun waktu (time series) dan metode kausal, sedangkan metode
kualitatif dapat dibagi menjadi metode eksploratoris dan normative.
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu
yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu. Untuk menggunakan metode
kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu:

Tersedia informasi tentang masa lalu


Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numeric
Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut
B.

METODE RUNTUN WAKTU

Metode runtun waktu atau sering disebut metode deret waktu atau deret berkala menggambarkan
berbagai gerakan yang terjadi pada sederetan data pada waktu tertentu. Langkah penting dalam
memiliki metode runtunwaktu adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat
dibedakan menjadi empat jenis siklus dan trend (makriadis & wheelright, 1983), yaitu:
1.

Pola horizontal, terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.

2.

Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh factor musiman.

3.

Pola siklus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti siklus bisnis.

4.

Pola trend, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam
data.

C.

METODE GERAKAN TREND


Anggapan yang mengatakan bahwa garis trend seharusnya merupakan garis linear tidak selalu
demikian. Terdapat empat cara yang biasa digunakan untuk mengukur gerakan trend, yaitu:

v Metode bebas (freehand method)


v Metode setengah-setengah (semi average method)
v Metode rata-rata bergerak (moving average method)
v Metode kuadrat terkecil (least quares method)
D.

METODE VARIASI MUSIM


Terdapat empat cara yang umumnya digunakan untuk mengukur variasi musim, yaitu:

v Metode rata-rata sederhana


v Metode perbandingan dengan trend
v Metode relative berantara
v Metode perbandingan dengan rata-rata bergerak

E.
1.

Pola dan Teknik Peramalan


Teknik peramalan kualitatif atau subyektif (qualitative forecast)

Teknik peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan
sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Terdapat empat teknik yang berbeda, yaitu :
Keputusan Dari Pendapat Juri Eksekutif (Jury of Executive Opinion). Teknik peramalan
yang meminta pendapat segolongan kecil manajer tingkat tinggi dan menghasilkan estimasi
permintaan kelompok. Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat

tinggi, sering dikombinasikan dengan model statistik, dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi
kelompok.
Metode Delphi (Delphi Method). Teknik peramalan yang menggunakan proses kelompok dimana
para pakar melakukan peramalan. Ada 3 jenis peserta dalam metode ini : pengambil keputusan,
karyawan, dan responden. Pengambil keputusan biasanya terdiri dari 5 hingga 10 orang pakar
yang akan melakukan peramalan. Karyawan membantu pengambil keputusan dengan
menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, serta meringkas sejumlah kuesioner dan hasil
survei. Responden adalah sekelompok orang, biasanya ditempatkan di tempat yang berbeda,
dimana penilaian dilakukan. Kelompok ini memberikan input pada pengambil keputusan
sebelum peramalan dibuat.
Gabungan Dari Tenaga Penjualan (Sales Force Composite). Teknik peramalan berdasarkan
prediksi tenaga penjualan akan penjualan yang diharapkan. Dalam pendekatan ini, setiap tenaga
penjualan memperkirakan berapa penjualan yang bisa ia lakukan dalam wilayahnya. Peramalan
ini kemudian dikaji unutk memastikan apakah peramalan cukup realistis. Kemudian peramalan
dikombinasikan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara
keseluruhan.
Survei Pasar Konsumen (Consumer Market Survey). Metode peramalan yang meminta input
dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka di masa depan. Hal ini membantu tidak
hanya dalam menyiapkan peramalan tetapi juga memperbaiki desain produk dan perencanaan
produk baru. Survei konsumen dan gabungan tenaga penjualan bisa jadi tidak benar, karena
peramalan yang berasal dari input konsumen yang terlalu optimis.
2.

Peramalan Time Series


Teknik peramalan yang menggunakan sekumpulan data masa lalu untuk melakukan peramalan.
Model time-series membuat predikisi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi masa
lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu, dan
menggunakan data masa lalu tersebut untu melakukan peramalan. Jika kita memperkirakan
penjualan mingguan mesin pemotong rumput, kita menggunakan data penjualan minggu lalu
untuk membuat ramalan. Time-series mempunyai empat komponen, yaitu : Tren, Musim,
Siklus, Variasi Acak.

F.

Lima Metode Peramalan Yang Menggunakan Data Masa Lalu :


1.

Pendekatan Naif, teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan, di periode

mendatang sama dengan permintaan terkini. Terbukti untuk beberapa jenis produk, pendekatan
naif (naive approach) ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efesien
dari segi biaya. paling tidak, pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan
model lain yang lebih canggih.
2.

Rata-Rata Bergerak, metode peramalan yang menggunakan rata-rata dari sejumlah

(n) data terkini untuk meramalkan periode mendatang. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.
Rata-rata beergerak = permintaan n periode sebelumnya
n
3.

Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) adalah teknik peramalan

rata-rata bergerak dengan pembobotan dimana data diberi bobot oleh sebuah fungsi
eksponensial. Penghalusan eksponensial mungkin terdengar aneh, tetapi sebenarnya banyak
digunakan dalam bisnis dan merupakan bagian penting dari sistem pengendalian persediaan
berbasis komputer.
4.

Proyeksi Tren, metode peramalan time-series yang mnyesuaikan sebuah garis tren

pada sekumpulan data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan
masa depan.
5.

Analisis Regresi Linier, model matematis garis lurus yang menjelaskan hubungan

fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. persamaan regresi menunjukkan bagaimana
satu variabel berhubungan pada nilai dan perubahan pada variabel lain

PERENCANAAN AGREGAT
Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat
adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan olehpara manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga
18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, danvariabel lain yang
dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dankuartalan yang
mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh
karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

Tujuan Perencanaan Agregat


Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh
suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan.
Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting
daripada biaya rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi
permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat
pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan
menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk
perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal
pekerja.Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:

Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output

Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada
waktu agregat.

Metode untuk menentukan biaya

Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat
dibuat untuk periode perencanaan

Sifat Perencanaan Agregat


Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya
yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas
fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan,
perencana harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang
akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk
tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis
dari

produk

tersebut.

Sebagai

contoh

pada

perusahaan

pembuat

mobil,

hanya

memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil
dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.

Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat


Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam membuat rencana agregat untuk
produksi, manajer operasi tidak hanya menerima input mengenai prediksi permintaan dari
bagian pemasaran, tetapi harus pulaberhadapan dengan data keuangan, personel (tenaga
kerja), persediaan
kapasitas eksternal (subkontraktor), dan ketersediaan bahan baku/mentah. Didalam sebuah
lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara lebih terinci disebut
disagregasi (disagregation). Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal produksi induk (master
production

schedule),yang

menyediakan

input

bagi

system

perencanaan

kebutuhan

material(material requirement planning-MRP system). Master production schedule menangani


pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk membuat produk akhir. Jadwal kerja
yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan bagi produk menghasilkan tahap akhir
system perencanaan produksi.

Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat


Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :

Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)


Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training.
Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga
kerja yang belum berpengalaman.

Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan
produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian ini
mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK,
menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang
bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan
ditanggungperusahaan.

Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan

waktu

lembur

bertujuan

untuk

meningkatkan

output

produksi,

tetapi

konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya


150% dari biaya kerja regular.Disamping biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar
tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan
mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk
kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi
yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya
merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan
tunjangan lainnya.

Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat
tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya
penyimpanan(inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal,pajak,
asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas,
kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya
dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan
persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada
system MTO(Make to order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal
jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock
=Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada
produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan
diperhitungkan

sebagai

kerugian

bagi

perusahaan,

dimana

kerugian

tersebut

akan

dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama
nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.

Subcontract Cost (biaya subkontrak)


Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular,biasanya perusahaan
mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak,
dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri
dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.

Strategi Perencanaan Agregat.


Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas
(capacity option) atau disebut strategi perencanaan agregat secara murni (Pure Strategy) sebab
pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam
permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan (demand option) dimana
perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama periode
perencanaan. Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat
tenaga kerja,kapasitas, dan variabel lain yang dapat dikendalikan
Pilihan Kapasitas / Pure Strategy
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar(produksi) berikut:
1.

Mengubah tingkat persediaan


Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah untuk
memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini dipilih, maka biaya-biaya
yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal
yang diinvestasikan akan meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40%
dari nilai sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa
dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan tidak
terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan pelayanan
pelanggan yang lebih buruk.

2.

Meragamkan jumlah tenaga kerja


Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan.Salah satu cara untuk
memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja
produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru
memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka
menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan
dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

3.

Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong

Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat
permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan
seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang,
dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan
merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk
menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan menurun,
perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan proses yang
sulit.
4.

Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan
subkontrak selama periode permintaan tinggi.Bagaimana pun, subkontrak, memiliki beberapa
kekurangan antaralain :

Mahal

Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing

Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat
mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

5.

Penggunaan karyawan paruh waktu


Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak
terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.
Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :

6.

Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan
permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan
hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon
membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member
diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin.
Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu
mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.

Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.


Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi tidak
mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau
menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan
adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan
pesanan,tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
8.

Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musimyang


berbeda).Sebuah teknik
pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para pengusaha manufaktur adalah
mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan dari barang counterseasonal.
Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin
pemotong rumput dan penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan
pendekatan ini mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area
keahlian atau target pasar mereka.
Strategi Campuran ( mixed Strategy )
Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan sebuah
jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan
permintaan mungkinakan lebih baik.
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan
telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu
digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu membuat rencana agregat
berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas
dalam otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini
dapat terdiri dari :

strategi perburuan (chase strategy)


Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode
yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat terpenuhi dengan
berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja
dengan merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produks idengan
waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.

strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy).

Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap samadari periode ke periode.
Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang
seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang
perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan.
Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.

Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Strategi Perencanaan Agregat


Pilihan
Mengubah tingkat
persediaan

Keunggulan
Perubahan sumber
daya manusia terjadi
secara bertahap atau
tidak ada perubahan
produksi secara tibatiba

Kerugian
Biaya penyimpanan
persediaan dapat
meningkat. Kekurangan
persediaan dapat
menyebabkan
kehilangan pernjualan

Beberapa Komentar
Diterapkan terutama untuk
produksi dan operasi, bukan
jasa

Meragamkan jumlah
tenaga kerja dengan
merekrut atau
memberhentikan
karyawan

Menghindari biaya
alternative lain

Biaya perekrutan, PHK,


dan pelatihan mungkin
berjumlah besar.

Digunakan di mana jumlah


angkatan kerja besar

Meragamkan tingkat
produksi melalui
waktu lembur atau
waktu kosong

Menyesuaikan
fluktuasi musiman
tanpa biaya
perekrutan / pelatihan

Upah lembur mahal;


karyawan lelah;
mungkin tidak dapat
memenuhi permintaan

Memungkinkan fleksibilitas
dalam rencana agregat

Subkontrak

Membolehkan adanya
fleksibilitas dan
memuluskan output
perusahaan

Kehilangan
pengendalian mutu;
mengurangi
keuntungan; kehilangan
bisnis di masa datang

Diterapkan terutama dalam


penentuan produksi

Menggunakan
Lebih murah dan lebih
karyawan paruh waktu fleksibel daripada
karyawan penuh waktu

Biaya perputaran
karyawan/ pelatihan
tinggi; sulit membuat
penjadwalan

Baik untuk pekerjaan yang


tidak membutuhkan
keterampilan di wilayah
dengan jumlah tenaga kerja
sementara yg bnyak

Mempengaruhi
permintaan

Ketidakpastian
permintaan, sulit untuk
menyesuaikan
permintaan pada
pasokan ssecara tepat

Menciptakan ide-ide
pemasaran, sering digunakan
overbook ( permintaan
melebihi pasokan) dalam
beberapa jenis usaha

Mencoba untuk
menggunakan
kapasitas berlebih;
diskon menarik
pelanggan baru

Tunggakan pesanan
selama periode
permintaan tinggi

Dapat menghindari
lembur, menjaga
kapasitas tetap konstan

Pelanggan harus mau


menunggu, tetapi
kehendak baik akan
hilang

Banyak perusahaan melakukan


tunggakan pesanan

Perpaduan produk dan


jasa counterseasonal

Sumber daya yang


dimanfaatkan secara
penuh; memungkinkan
tenaga kerja stabil

Mungkin membutuhkan
keahlian atau peralatan
diluar keahlian
perusahaan

Sangat berisiko untuk


menemukan produk atau jasa
dengan pola permintaan yang
berlawanan

Metode Metode Perencanaan Agregat.


Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregatini tetapi pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Dengan pendekatan Optimasi :
progamma linier
aturan HMMS (Linier Decision Rule)
search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
metode grafik
metode koefisien manajemen
metode parametric, dll
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya semua
metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang
dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.
1

Metode grafik dan diagram (graphical and charting techniques)


Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan digunakan. Pada
dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa variable secara bersamaan agar perencana
dapat membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah trial and error yang tidak menjamin terciptanya
rencana produksi yang optimal, tetapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat
dilakukan oleh staf yang palingdasar pekerjaannya (karyawan administrasi).

Tahapan dalam metode ini


adalah:
A. A. Tentukan permintaan pada tiap periode.
B. B. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk
tiap periode
C. C. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta
biaya penahanan persediaan.
D. D. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan
tingkatan persediaan.
E. E. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.
2.

Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan


Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan
diantaranya:

A.

A. Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat dipandang

sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan,
maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.
B. B. Linear Decision Rule Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk
mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.

Contoh Perhitungan Metode Grafik dan Diagram


1.

Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan.

2.

Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata
kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode
periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan periode-periode
adanya kelebihan barang (inventory).

3.

Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan
barang tersebut.

4.

Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos
terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.
Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara
agregat yang dapat diliihat pada Tabel sebagai berikut :

Periode
1
2
3
4
5
6
7
8

Permintaan
220
170
400
600
380
200
130
300

Kumulatif Permintaan
220
390
790
1.390
1.770
1.970
2.100
2.400

Kecepatan Produksi
Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan
menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif
yang dapat dilakukan yaitu :
1.

Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja


Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenagakerja sesuai dengan
kebutuhan. Laju produksi akan sama dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp 138.000,-

Periode

Permintaan

1
2
3
4
5
6

220
170
400
600
380
200

Biaya
Penambahan
Tenaga Kerja
23.000
20.000
-

Biaya
Pengurangan
Tenaga Kerja
500
33.000
27.000

Biaya Total
500
23.000
20.000
33.000
27.000

7
8
Total
2.

130
300

17.000

10.500
-

10.500
17.000
138.000

Alternatif 2 : Mengendalikan jumlah persediaan


Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja,maka strategi
yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata rata permintaan dan fluktuasi
permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel berikut dan
berdasarkan perhitungan di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada
periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi mulai
dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-,

Period

Permintaa

Kumulatif

Kecepata

Kumulati

Persediaa

Penyesuaia

Biaya

Permintaa

Persediaa

Produksi

Produksi

Persediaan

n
17.500

220

220

300

300

80

(270 unit)
350

170

390

300

600

210

480

24.000

400

790

300

900

110

380

19.000

600

1.390

300

.200

-190

80

4.000

380

1.770

300

1.500

-270

200

1.970

300

1.800

-170

100

5.000

130

2.100

300

2.100

240

13.500

300

2.400

300

2.400

270

13.500

Total

3.

96.500

Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa
permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,-

Periode

Permintaan

220

Kecepatan
Produksi
130

Subkontrak

Biaya Total

90

7.200

2
3
4
5
6
7
8
Total

4.

170
400
600
380
200
130
300

130
130
130
130
130
130
130

40
270
470
250
70
0
170

3.200
21.600
37.600
20.000
5.600
0
13.600
108.300

Alternatif 4 : Strategi Hibrid


Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategi murni dengan
kebijaksanaan sebagai berikut :

1.

Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur
sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi.
2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan
dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel berikut,:

Period
e

Perminta
an

Produk
si jam
normal

1
2
3
4
5
6
7
8
Total

220
170
400
60
380
200
130
300

200
200
200
200
200
200
200
200

Kebutuh
an
tambaha
n setelah
jam
normal
20
-30
200
400
180
0
-70
100

Produk
si jam
lembur

Kebutuh
an jam
normal +
jam
lembur

50
50
50
50
50

-30
-30
150
350
30
-70
50

Biaya
Biaya
Biaya
persediaa lembu perubaha
n
r
n tenaga
kerja
1.500
3.000
0
0
0
0
3.500
1.000

1.000
0
1.000
1.000
1.000
0
0
1.000

0
0
9.000
26.000
33.000
19.500
0
0

Total
Biaya

2.500
3.000
10.000
27.000
34.000
19.500
3.500
2.000
101.50
0

Strategi
Mengendalikan
jumlah tenaga
kerja
Mengendalikan
jumlah
persediaan
Subkontrak
Strategi Hibrid

Biaya Total
138.000
96.500
108.300
101.500

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika
dilakukan analisa, alternative 2 yaitu mengendalikan jumlah persediaan ternyata lebih murah
dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja, subkontrak, maupun strategi
hibrid. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat dilakukan.
Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membantu sebagai
pegangan untuk melakukan operasi harian.

Desain Produk Dan Jasa Manajemen Operasional

2.1. DEFINISI PRODUK

Setiap barang dan jasa yang masuk dalam fase perkenalan, dapat didefinisikan, yaitu berdasarkan
fungsinya, untuk apa produk atau jasa itu digunakan. Perusahaan mendesain suatu produk
dengan tujuan bagaimana meningkatkan fungsi-fungsinya. Selanjutnya definisi suatu produk
dilihat dari aspek desain seperti warna, bentuk dan ukurannya yang dapat diterima oleh pasar.

Gambaran teknis (engineering drawing ) merupakan dimensi dan toleransi atas bahan baku yang
dibeli, atau bahan baku yang diproduksi yang dapat dipergunakan sebagai komponen didalam
proses produksi. Gambaran ini merupakan standar kualitas atau mutu bahan baku yang menjadi
komponen yang akan dipakai dalam proses produksi.
Kartu stok (Bill of Materials ) merupakan daftar dari tiap-tiap komponen dengan uraiannya,
jumlahnya dan berapa kebutuhan yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang. BOM
merupakan dokumen yang dibuat berdasarkan hasil desain produk dan menjadi dasar bagi
manajer produksi untuk melaksanakan proses produksi, sehingga proses produksi dapat
menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan desain yang ditentukan dalam pengembangan
produk.
Suatu produk yang telah didesain untuk memproduksinya membutuhkan dokumen seperti berikut
ini:
1. Gambaran teknis assembling (assembly drawing), yang merupakan cara pengelolahan suatu
produk. Gambaran teknis biasanya merupakan gambaran tiga dimensi, berupa gambaran
isometrik (yang menggambarkan setiap komponen dan cara penggabungannya).
2. Urutan penggabungan komponen (chart assembling), merupakan bentuk skematik bagaimana
suatu produk di-assembling, dibeli komponennya atau dikombinasikan, serta alur tiap komponen
sesuai dengan subassembling yang ada untuk menghasilkan suatu produk akhir.
3. Daftar alir komponen (route sheet), merupakan aturan operasional untuk mengassembling dan
inspeksi kebutuhan untuk memproduksi suatu komponen dengan bahan baku yang spesifik
berdasarkan bill of materials.
4. Order (work order) adalah instruksi untuk membuat sejumlah item produk dan bagianbagiannya yang dilengkapi dengan skedul pembuatannya.
5. Pembertahuan perubahan teknik (engineering change notice), merupakan koreksi teknik akibat
modifikasi dari gambaran teknik atau bill of materials.
6. Sistem perencanaan produk (configuration management), merupakan sistem dari perencanaan
produk dan perubahan komponen yang secara akurat dikenali dan dikendalikan secara
akuntabilitas atas perubahan pemeliharaannya.
2.2. Strategi Produk Dengan Keunggulan Bersaing

Strategi produk disusun dengan melakukan seleksi atas keinginan pelanggan, baik pelanggan
tingkat lokal, regional maupun tingkat dunia yang sesuai dengan acuan patokan (benchmarking)
yang ditetapkan perusahaan. Selanjutnya mendefinisikan produk yang akan dihasilkan ke dalam
sistem manajemen operasional dan implikasinya, dilanjutkan dengan membuat desain produk
yang akan diproduksi melalui manajemen operasional.
Sebagai contoh; strategi Toyota yaitu merespons secara cepat perubahan pelanggan. Desain
produk mobil A di dalam industrinya dilakukan secara cepat, di mana desain produk mobil A
sudah harus mulai dikembangkan sebelum umur desain A mencapai dua tahun, kemudian
ditindaklanjuti dengan penghentian produksi desain A pada tahun ketiga. Maksudnya bahwa
produk berdasarkan satu desain produksinya paling lama hanya tiga tahun, sesudah itu sudah
harus ada perubahan dengan menciptakan desain produk baru.
Produk jam tangan Seiko di desain dengan strategi multi desain, dan setiap desain dikembangkan
dengan tipe generasi seperti; untuk orang tua (lelaki dan wanita), orang muda (teenegers),
sampai untuk anak-anak sekolah dasar (SD).
McDonalds mendesain produk siap saji (fast food) dengan bahan dagung ayam yang berdasarkan
budaya tiap-tiap Negara adalah daging yang tidak haram, seperti India, Indonesia, dan Malaysia,
serta Timur Tengah. Selanjutnya produk dikembangkan dengan pelengkap minuman ringan yang
bervariasi.
2.3. Siklus Kehidupan Produk ( Product Life Cycle)
Product Life Cycle (PLC) yang menggambarkan lahirnya suatu produk baru sampai pada
kematian suatu produk yang dikatakan sudah lama. Secara sederhana, konsep ini menyatakan
bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu
siklus kehidupan yang terdiri atas empat tahap dalam periode waktu terbatas. Tiap tahap dalam
PLC, membuka kesempatan-kesempatan baru dan menimbulkan masalah-masalah baru bagi
manajemen produksi. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus kehidupannya, maka dapat
dirumuskan rencana perbaikan desain dan pengembangan produk yang lebih baik. Secara ringkas
keempat tahap PLC tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
1. Tahap perkenalan (introduction)
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap kejenuhan

4. Tahap penurunan
2.4. Analisis Produk Berdasarkan Nilai
Manajer operasi yang efektif memilih produk yang terlihat paling menjanjikan. Ini merupakan
prinsip Pareto (yakni, fokus pada permasalahan yang sedikit tetapi penting, dan bukan pada
permasalahan yang banyak tetapi sepele) yang diterapkan pada bauran produk. Analisis produk
berdasarkan nilai (product by value analysis) mengurutkan produk secara menurun berdasarkan
kontribusi dollar individu masing-masing produk bagi perusahaan. Analisis ini juga mengurutkan
kontribusi dollar tahunan total dari suatu produk. Kontribusi rendah perunit dari satu produk
tertentu mungkin akan terlihat sama sekali berbeda jika ia mewakili sebagian besar penjualan
perusahaan.
Laporan produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat mengevaluasi strategi yang
mungkin untuk setiap produk. Hal ini mungkin meliputi penambahan arus kas (sebagai contoh,
peningkatan kontribusi dengan meningkatkan harga jual atau menurunkan biaya), peningkatan
total penerimaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern,
perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi akan menghadapi risiko lebih besar untuk
kehilangan pasarnya. Konsumen dan industri pemakai selalu menginginkan produk baru dan
produk lebih baik yang dapat meningkatkan pemenuhan kepuasan mereka.
Langkah-langkah yang diikuti dalam pengembangan produk baru terdiri atas lima langkah
berikut ini
1. Pencarian gagasan
2. Seleksi produk
3. Desain produk pendahuluan
4. Pengujian (testing)
5. Desain akhir (final)
Bagi perusahaan-perusahaan jasa, tahap desain akhir bersangkutan dengan penetapan standarstandar dan prosedur-prosedur pelayanan. Sebagai contoh, dalam kasus sebuah bank, standar
waktu tunggu untuk berbagai tipe pelayanan bank dapat ditentukan.

Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena adanya berbagai
hambatan, diantaranya:
1.Kurangnya gagasan (idea) pengembangan produk baru yang baik
2.Kondisi pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya persaingan dan berbagai produk
substitusi
3.Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan Pemerintah. Sebagai contoh,
perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan pemakaian produk
4.Biaya proses pengembangan produk baru yang sangat mahal; karena untuk dapat menghasilkan
beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan sejumlah besar gagasan produk baru.
Dan dari sejumlah besar gagasan ini hanya sedikit yang sukses diperkenalkan ke pasar sebagai
produk
5.Tingginya tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak
memenuhi pengharapan konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen
6.Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru secara
komersial sukses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain meniru dan membanjiri
pasar dengan produk mereka.
2.5. Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) berkaitan dengan (1) menetapkan apa yang akan
memuaskan pelanggan dan (2) menerjemahkan keinginan pelanggan pada desain yang
ditargetkan. Idenya adalah untuk memahami keinginan pelanggan dan memperkenalkan solusi
proses alternatif. Informasi ini kemudian dipadukan dalam desain produk yang terus berubah.
QFD digunakan di awal proses desain untuk membantu menetapkan apa yang dapat memuaskan
pelanggan dan kemana penyebaran usaha-usaha berkualitas.
Satu alat QFD adalah rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas merupakan teknik grafis
untuk menjelaskan hubungan antara keinginan pelanggan dan produk atau jasa. Hanya dengan
menetapkan hubungan ini seorang manajer operasi dapat membangun produk dan proses dengan
keistimewaan yang diinginkan pelanggan. Penerapan hubungan inilah yang merupakan langkah
awal membangaun sistem produksi tingkat dunia. Untuk membuat rumah kualitas dilakukan
enam langkah dasar :
1. Kenali keinginan pelanggan

2. Kenali bagaimana produk/jasa akan memuaskan keinginan pelanggan


3. Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan dibuat untuk memenuhi
keinginan pelanggan tersebut
4. Kenali hubungan antar sejumlah bagaimana pada perusahaan
5. Buat tingkat kepentingan.
6. Evaluasi produk pesaing
2.6. Kemampuan untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai
Kemampuan untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai (manufacturability and value engineering)
memperhatikan perbaikan desain dan spesifikasi pada tahapan pengembangan produk mulai dari
penelitian, pengembangan, desain, dan produksi. Selain pengurangan biaya yang nyata dan
langsung terlihat, desain agar barang dapat diproduksi dan rekayasa nilai juga menghasilkan
keuntungan lain. Di antaranya adalah:
1. Mengurangi kompleksitas produk
2. Standardisasi tambahan komponen
3. Perbaikan aspek fungsional produk
4. Memperbaiki desain pekerjaan dan keamanan pekerjaan
5. Memperbaiki kemudahan pemeliharaan produk
6. Desain yang tanggung
Kemampuan untuk diproduksi dan aktivitas rekayasa nilai mungkin merupakan teknik terbaik
yang ada untuk menghindari biaya pada manajemen operasi. Hal tersebut dapat menghasilkan
peningkatan nilai dengan memusatkan perhatian untuk mencapai spesifikasi fungsional yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang optimal. Desai produk
mempengaruhi semua aspek pengeluaran operasional. Karena itu juga, pengembangan proses
perlu memastikan evaluasi desain secara menyeluruh sebelum berkomitmen untuk memproduksi.
2.7. Permasalahan Desain Produk
Untuk mengembangkan sebuah sistem dan struktur organisasi yang efektif, telah ditambahkan
beberapa teknik penting untuk merancang suatu produk yaitu:
1. Desain yang Tangguh
2. Desain Modular

3. Computer-Aided Design (CAD)


4. Computer-Aided Manufacturing (CAM)
5. Teknologi Virtual Reality
6. Analisis Nilai
7. Desain yang Ramah Lingkungan
2. 8. Desain Pelayanan
Desain pelayanan merupakan cara perusahaan untuk memberikan pelayanan yang terbaik
terhadap konsumen. Tujuan dari desain pelayanan adalah mengurangi tingkat komplain dari
konsumen untuk diantisipasi oleh perusahaan secara maksimal. Cara untuk memaksimalkan
pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan jalan:
1. membuat desain pelayanan
2. membuat desain pelayanan
3. membuat desain pelayanan
2.9. Aplikasi Pohon Keputusan dalam Desain Produk
Pohon keputusan dipergunakan untuk memutuskan suatu produk baru secara baik, banyaknya
variasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan manajemen. Bentuk pohon keputusan dapat
diikuti melalui prosedur berikut:
1. Mencari alternatif yang memungkinkan dan pernyataan kebiasaan yang terjadi ke dalam
pohon, termasuk pernyataan alternatif dengan tidak melakukan apa-apa.
2. Setiap hasil akan merupakan cabang dari pohon. Merupakan tempat untuk mengembangkan
hasil menjadi penambahan cabang.
3. Pohon keputusan bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai harapan (expected value) dari
setiap keputusan yang diambil. Selanjutnya, setiap keputusan uraiannya dimulai dari kanan dari
pohon keputusan, sedangkan titik cabang keputusan dinyatakan dengan node
2.10.Transisi Menuju Produksi
Akhirnya, suatu produk, baik itu berupa barang atau jasa, telah dipilih, didesain, dan diterapkan.
Produk telah berkembang dari sebuah ide menjadi definisi yang fungsional, dan kemudian

mungkin menjadi sebuah desain. Sekarang, majemen harus membuat keputusan untuk
mengembangkan lebih lanjut dan memproduksi atau menghentikan ide produk.
Saat keputusan dibuat, biasanya ada satu periode produksi percobaan untuk memastikan desain
benar-benar dapat diproduksi. Ini merupakan uji kemampuan untuk diproduksi. Percobaan ini
juga memberikan staf operasi kemungkinan untuk mengembangkan peralatan yang sesuai,
prosedur pengendalian kualitas, dan pelatihan karyawan untuk memastikan bahwa produk dapat
dimulai dengan sukses. Pada akhirnya, saat produk dianggap dapat dipasarkan dan diproduksi,
manajemen lini akan melimpahkan tanggung jawab.
Beberapa perusahaan menunjukkan seorang manajer proyek, sementara yang lainnya
menggunakan tim pengembangan produk untuk memastikan transisi dari pengembangan ke
produk berjalan dengan sukses. Kedua pendekatan ini memungkinkan rentang yang luas
perlunya sumber daya dan potensi sukses untuk memastikan produksi yang memuaskan dari
sebuah produk yang masih dalam kondisi berfluktuasi. Pendekatan ketiga adalah perpaduan
pengembangan produk dan organisasi manufaktur. Pendekatan ini menjadikan perpindahan
sumber daya antara dua organisasi mudah, di saat kebutuhan berubah. Tugas manajer operasi
adalah membuat perpindahan dari litbang ke produksi tanpa gejolak atau sehalus mungkin.
terimakasih anda telah membaca Desain Produk Manajemen Operasional. semoga

bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai