Anda di halaman 1dari 23

PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN OBAT DAN AROMA

Tanaman Kayu Putih


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman Obat dan Aroma

Oleh :
Kelas F
Kelompok 6
Riska ayung riyani

135040101111166

Cinthya Bella N

135040101111225

Yoshua siahaan

135040101111243

Stella Oktavia

135040101111247

Maya Puspita Sari

135040101111266

Latief Cahya Nugraha

135040101111272

Onyvia Sihotang

135040101111287

Khabibi FAS

135040107111042

Feri Kurnia Sandy

135040107111018

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

TANAMAN KAYU PUTIH

A. Syarat tumbuh
1. Lahan
Secara spesifik tanaman kayu putih tidak memiliki syarat tumbuh
yang spesifik. Untuk jenis tanah yang biasa digunakan adalah dengan jenis
tanah grumosol, latosol maupun regosol.
2

Jarak tanam yang ideal

menggunakan 2 x 1 m atau 3 x 1 m untuk pola tanam tumpangsari.


Untuk pengolahan lahan, dengan luasan lahan yang lebih dari 1 ha,
menggunakan traktor u untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah
dengan traktor. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem
cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 m2 dari titik
tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi
yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk
dengan kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan
awal tanaman. Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80 cm agar ajir mudah
dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
2. Iklim
Kayu putih merupakan tanaman panas. Akan tetapi, dalam
penanamannya, bibit kayu putih memerlukan kelembaban yang tinggi.
Bibit kayu putih ditanam pada bulan januari pebruari, karena memiliki
curah hujan yang tinggi. Jika bibit ditanam pada bulan lain, maka
diperlukan penyiraman agar bibit dapat tumbuh.
3. Intensitas Cahaya
Untuk Intensitas cahaya yang baik mengikuti kelembapan yang
baik untuk tanaman kayu putih yaitu berkisar 40 70 %.

B. Hama dan Penyakit Tanaman Kayu Putih


a. Hama Tanaman Kayu Putih
Tanaman kayu putih sendiri memiliki sifat yang unik. Kandungan
senyawa alkohol yang ada pada daun kayu putih seringkali digunakan
sebagai anti serangga ataupun pestisida nabati. Oleh karena itu, serangan
hama pada komoditas ini lebih terfokus pada batang dan perakaran
tanaman dan sangat minim pada daun.
1. Rayap (Macrotermes spp.)
Rayap menyerang batang tanaman, sumber infestasi dapat berasal
dari bambu yang sebelumnya digunakan sebagai ajir ataupun terbawa
selama aktivitas manusia dan lingkungan. Rayap menyerang bagian
tengah pohon serta beberapa spesies juga ditemukan merusak bagian
batang yang dekat atau tertutup tanah. Untuk mengurangi intensitas
serangan rayap tersebut telah dilakukan penaburan insektisida
(Furadan) di sekitar tanaman. Selain itu, pemilihan bambu yang bebas
rayap sebagai ajir juga penting. Pemanfaatan abu sisa serasah daun
kayu putih atau sisa panen tumpangsari ini juga dapat menjadi
alternative pengendalian, dimana abu ditaburkan di pangkal batang
pada saat tanaman rawan serangan rayap, dan atau ditabur di pangkal
batang saat penanaman.

Gambar 1. Rayap Kayu Putih


2. Hama pengisap (ordo Homoptera-Hemiptera) yang mengisap pucukpucuk ranting, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : warna coklat tua,
ukuran panjang 1,5 mm, tipe mulut pencucuk pengisap, memiliki
sungut/antena panjang, memiliki struktur mirip kornikel panjang di
bagian posterior dorsal abdomen, jumlah kaki 3 pasang, tubuh keras.
Hama ini menyebabkan pucuk tunas muda layu dan kering. Hama kutu

putih/kutu
bersimbiosis

sisik

(pseudococcidae

dengan

semut

hitam.

mealybug),
Bilamana

yang

sering

populasi

tinggi

keberadaan hama ini juga merugikan.

Gambar 2. Kutu Putih


3. Ulat penggerek pucuk menyebabkan daun berlubang-lubang, keriting,
pucuk kering. Aktivitas ulat penggerek dengan kutu pengisap pucuk
menyebabkan turunnya produksi biomassa kayu putih.

Gambar 3. Ulat Penggerek Daun


b. Penyakit Tanaman Kayu Putih
1. Ganoderma sp. merupakan jamur patogen (penyebab penyakit) akar
merah yang menyebabkan kerusakan tanaman perkebunan dan
kehutanan.Karena sifatnya yang memiliki kisaran inang yang luas,
tidak mengherankan kalau Ganoderma sp. Juga menyerang kayu putih
meskipun tidak sering terjadi. Jamur ganoderma terlihat jelas pada
tanaman, karena badan jamur yang besar. Tumbuh dari ujung batang
yang dekat tanah dengan kelembaban tinggi, lalu menyerap unsur hara
dari tanaman, selain itu ganoderma juga dapat menyebabkan busuk
akar pada serangan berat. (Widyastuti, 2007).

Gambar 4. Ganoderma

2. Penyakit Kutil Daun oleh Eriophyoes sp.


Gejala

serangan

terbentuknya

kutil

yaitu

dengan

berwarna

kunign

muda pada permukaan atas daun. Kutil


daun tersebut berkembang membentuk
kutil berukuran besar. Perkembangan
kutil daun dapat terjadi secara sendiri atau mengelompok menjadi satu.
Kutil pada daun yang telah tua relatif tidak mengganggu, namun pada
daun yang masih muda dan belum berkembang sempurna dapat
menggangu pertumbuhan daun. Serangan penyakit kutil daun dapat
megakibatkan sel-sel daun mengalami degenerasi bahkan kerusakan.
Pengendalian dari penyakit ini adalah dengan cara, melakukan sanitasi
dan eradikasi bersmaan dengan waktu pemangkasan tanaman,
melakukan monitoring secara cermat agar intensitas eranga tetap
dibawah ambang ekonomi. Dan menggunakan bibit tanaman kayu
putih yang relatif tahan terhadap penyakit kutil daun sehingga
serangan tungau tidak mengakibatkan berkurangnya jumlah dan
kualitas minyak kayu putih yang dihasilkan.

C. Pengadaan Benih Tanaman Kayu Putih


1.

Setek Pucuk Untuk Keturunan Unggul


Mengandalkan tanaman kayu putih hanya dari benih saja
(perbanyakan generatif) tidaklah bisa menjamin tanaman tumbuh
unggul dari generasi ke generasi, sekalipun asal induknya berasal dari
individu unggul. Oleh karena itu, membibitkan kayu putih dengan cara
vegetatif merupakan langkah yang tepat, karena diyakini oleh banyak
petani/ pengultur tanaman, perbanyakan cara ini dapat menjamin
generasinya mewarisi sifat-sifat unggul induknya.

Gambar 6. Kebun Pangkas Kayu Putih Klon Unggul


Pada tahun 2013, mulai dibangun kebun pangkas dengan
materi berasal dari 25 klon terbaik yaitu materi berendemen >
1%.Penyeleksian 25 klon terbaik terus dilakukan, dan terdapat 10
klon yang mempunyai karakter unggul khusus, seperti pohon selalu
rindang, hijau, setek mudah berakar, dan tahan terhadap hama dan
penyakit.

Gambar 7. Klon Terbaik Penghasil Biomassa Daun Kayu Putih, Rendemen Kayu
Putih dan Kadar Seneol yang Dikembangkan Diperbanyak Sebagai Materi
Pertanaman

Gambar 8. Contoh Panen Perdana Klon Kayu Putih Unggul


b. Memproduksi bibit setek pucuk
Dengan melihat kegiatan program pemuliaan tanaman kayu putih yang
menjanjikan hasilnya, maka diharapkan setahun kedepan (2015) dicoba
perintisan membangun kebun pangkas di beberapa wilayah KPH. Materi yang
diberikan sebanyak 30.000 bibit setek siap tanam sebagai indukan kebun
pangkas dengan produktivitas daun kayu putih di atas 12 kg per pohon dan
rendemen di atas 1 per sen.Tahun 2014 telah siap untuk ditanam sebagai
tanaman operasional tidak kurang dari 100.000 bibit.Potensi ini bisa kita
buktikan paling tidak dalam tahun 2017 dari panenan perdananya. Sejalan
dengan itu kebun pangkas yang dibangun di tahun 2014 dengan indukan
unggul yang sama akan bisa dipanen pucuk-pucuknya dalam tahun 2016.

Gambar 9. Bibit Stek di Pembibitan (kiri) dan Bibit Siap Tanam (Kanan)

D. Teknologi Pengolahan Tanaman Kayu Putih


1. Teknologi Panen Tanaman Kayu Putih
a. Syarat Pemanenan
Pengolahan

daun

kayu

putih

dimaksudkan

untuk

mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada daun tanaman ini.
Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali
dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2
macam cara, yaitu:
1. Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon kayu putih yang
berumur 5 tahun ke atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya
dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah tanaman kayu putih
sudah mempunyai daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan
perimbasan lagi.
2. Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong dengan
menggunakan alat (arit) khusus untuk daun-daun yang sudah
cukup umur. Cara ini menjadi kurang praktis, karena pemetik
harus memilih daun satu per satu.
3. Pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah
tidak banyak turun hujan sehingga tidak mengganggu pekerjaan
pemetikan daun. Di samping itu, jika pemetikan dilakukan pada
awal

musim

musim

kemarau,

hujan

(awal

pada
musim

akhir
kemarau)

tiap tanaman telah menumbuhkan daun dalam jumlah yang


cukup banyak. Dengan demikian, pemetikan atau pengambilan
daun-daun kayu putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun,
jika
subur.Setelah

pertumbuhan
pemetikan

daun,

tanaman
daun

kayu

putih

yang

siap untuk disuling disimpan terlebih dahulu.


4. Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang
kering dan memiliki ketinggian sekitar 20cm, dengan kondisi
suhukamar dan sirkulasi udara terbatas. Dalam penyimpanan
ini, daun-daun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan

mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg dan kadar


sineol dalam minyak rendah. Penyimpanan daun dilakukan
maksimal selama satu minggu. Kerusakan minyak kayu putih
akibat penyimpanan terutama terjadi karena proses hidrolisis dan
pendamaran
yang

komponen-komponen

terdapat

dalam

daun.

Pengaruh

hidrolisis

ini

dapat dicegah dengan menyimpan daun di tempat yang kering


dengan

sirkulasi

udara

sekecil

mungkin.

Sedangkan pengaruh pendamarandapat diminimalkan dengan


mempersingkat waktu penyimpanan dan menurunkan suhu
penyimpanan
2. Teknik Pengolahan Pasca Panen Tanaman Kayu Putih
Dalam pasca panen ini, kelompok kami mengambil tata cara
pengambilan minyak atsiri untuk tanaman kayu putih. Dalam hal kami
mengambil

proses

pembuatan

minyak

kayu

putih.

Proses

penyulingan minyak kayu putih ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu:


1.

Pembuatan Uap
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai
uap panas antara lain
a.

Boiler
Berfungsi untuk memproduksi uap yang akan digunakan
untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada
bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water softener yang
dimasukkan ke dalam boiler dengan pompa. Pada boiler dilengkapi
panel automatic, yang berfungsi sebagai pengontrol boiler agar
aman dan berfungsi dengan baik.

b. Ruang Bakar
Berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar dari
daun

bekas masak kayu putih (bricket) dan sebagai tempat

pemanasan air awal yang dihubungkan dengan boiler.

Konstruksi

dinding

api

dari

pipa-pipa

uap yang melengkung dan menjadi satu di atas dengan pipa u


ap diameter 10 dan digabungkan dengan uap yang terbentuk
di boiler. Lantai ruang bakar terbuat dari semen tahan api dan
berlubang-lubang untuk pemasukan udara segar dari luar yang
dihisap oleh exhaust fan
c. Exhaust Fan
Berfungsi menghisap udara panas yang telah dipakai untuk
memanasi ruang bakar dari ketel uap dan memasukkan udara segar
ke dalam ruang bakar untuk kemudian dihembuskan ke cycloon.
d. Cycloon
Berfungsi

memisahkan

debu

yang

terhisap

dari boiler oleh exhaust fan agar tidak keluar ke udara bebas.
e. Chimney
Berfungsi mengalirkan asap pembakaran ke udara. Sedangkan
untuk pengumpan air digunakan alat-alat sebagai berikut.
f.

Pompa feeding water


Berfungsi memompa air untuk masuk ke dalam boiler secara
otomatis dari tangki air umpan yang telah dilunakkan dalam tangki
wat softener.

g. Water softener
Berfungsi melunakkan air yang masuk ke dalamboiler dari
kadar kapur, agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang
menempel di bagian dalam boiler.
h. Feed pump water softener Berfungsi memompa air yang akan
dilakukan ke dalam water softener dari bak air.
i.

Feed tank Berfungsi menyimpan air yang sudah dilewatkan water


softener dan sudah lunak untuk dipompa masuk ke dalam boiler.

2. Penguapan Daun
Alat-alat yang digunakan pada penguapan atau pemasakan
daun adalah sebagai berikut:

a. Bak Daun
Berfungsi sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun
kayu putih yang akan diberi uap panas dari ketel uap. Kapasitas
bak adalah 1.500 kg. Jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit.
b. Keranjang Daun
Berfungsi untuk tempat daun kayu putih yang akan dimasak /
diuapi dalam bak daun, sehingga mudah untuk dimasukkan dan
dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah 1.250 kg daun kayu
putih. Jumlahnya 2 unit.
c. Hoist Crane
Berfungsi untuk memasukkan dan mengangkat keranjang daun
dari bak daun yang akan dan telah selesai dimasak. Kapasitas daya
angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah.
d. Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air
3. Pendinginan uap minyak air dan uap air kayu putih
Alat-alat yang digunakan:
a. Condensor
Berfungsi mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar
dari ketel uap untuk dijadikan cairan dengan cara didinginkan.
b. Pompa air condensor
Berfungsi memompa air pendingin dari bak air pendingin untu
dipompa

masuk

ke

dalam

condensor dan

keluar

lagi menuji cooling tower.


c. Cooling tower
Berfungsi mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan
melalui condensor, dari suhu 104oF (40oC) menjadi 92oF (33oC).
Sedangkan untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alatalat yang digunakan adalah sebagai berikut:
e. Separator
Berfungsi memisahkan minyak kayu putih dari air yang keluar
bersamaan dari kondensor dengan menggunakan sistem gravitasi.
f. Tangki penampung minyak kayu putih

Berfungsi menampung minyak kayu putih dari separator. Kapasitas


200 liter.

E. Persyaratan Mutu Tanaman Kayu Putih


Dalam dunia perdagangan minyak kayu putih dikenal dengan nama
cajuputi oil dan melaleuca oil yang diperoleh dari hasil penyulingan daun
segar (Lutony,2002). Standar mutu minyak kayu putih menurut EOA adalah
sebagai berikut :
a. Warna

: cairan yang berwarna kuning atau hijau

b. Berat jenis pada 25C

: 0,908-0,925

c. Putaran optic

: 0-(-4)

d. Indeks refraksi 25C

:1,4660-1,4720

e. Kandungan sineol

: 50-65%

f. Minyak pelican

: negatif

g. Minyak lemak

: negatif

h. Kelarutan dalam alcohol 80%: larut dalam 1 volume


Untuk mempertahankan mutunya, sebaiknya minyak kayu putih
dikemas dalam drum berlapis timah putih atau drum besi galvanis (Lutony,
2002).
F. Luas Lahan Produksi dan Sebaran Tanaman Kayu Putih
Tiga jenis kayu putih yang tersebar secara alami tumbuh di Indonesia.
Luas tanaman kayu putih di Indonesia saat ini mencapai 248.756 ha
(Sunanto,2003). Kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri mencapai 1.500
ton pertahun dan baru dapat dipenuhi oleh industry dalam negeri 450 ton
pertahun yang sebagian besar berada di wilayah perum perhutani dengan
produksi tahunan mencapai 300 ton minyak kayu putih. Produksi tahunan
paling banyak berasal dari pulau Maluku dan D.I Yogyakarta.

Gambar 10. Luas Persebaran Tanaman Kayu Putih


G. Analisis Usaha Tani Tanaman Kayu Putih

Gambar 11. Neraca Laba Rugi Agribisnis Minyak Kayu Putih per Tahun
Hasil BEP menunjukkan bahwa berdasarkan unit produksi dalam satu tahun
adalah 92,4 kg. Rata-rata produksi minyak kayu putih dalam satu tahun
sebanyak 854,1 kg. Hal ini berarti produksi minyak kayu putih di Kecamatan
Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat lebih besar dari BEP
produksidiperoleh dari pengurangan antara penerimaan dan pengeluaran
(Hernanto, 1996). Pendapatan tersebut sebesar Rp 59.452.060,00 per tahun,
berarti agribisnis minyak kayu putih di Kecamatan Seram Barat sangat
menguntungkan dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Maarthen (1998) diperoleh keuntungan sebesar
Rp 7.788.758,87 per tahun. Bila dikonversikan ke nilai tahun 2012 diperoleh
keuntungan sebesar Rp 42.941.984,18 per tahun. Keuntungan yang sangat
besar ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang lebih modern dan
mengalami peningkatan harga dari tahun ke tahun. Faktor-faktor internal

dalam agribisnis minyak kayu putih adalah lahan potensial yang masih luas,
bahan baku tersedia, tenaga kerja tersedia, minyak kayu putih sudah lama
diusahakan produsen, insfrastruktur memadai (pelabuhan, jalan raya, sarana
transportasi), produksi belum optimal, mutu minyak kayu putih masih
beragam, modal produsen terbatas, teknologi yang digunakan masih
sederhana, informasi pasar nasih kurang bagi produsen, dan sistem kemasan
produk belum memadai.

H. Prospek Tanaman Kayu Putih


a. Kegunaan Kayu Putih
Tumbuhan Kayu putih sudah dikenal oleh orang Indonesia,
dimana ekstrak daunnya bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
minyak kayu putih yang berkashiat untuk obat masuk angin, dll.
Daunnya yang mengandung minyak atsiri terdiri dari sineol 50%-65%,
Alfa-terpineol, Alfa-pineria, carvacrol, valeraldehida, benzaldehida,
limoncna, dan melaleucin. Sedangkan buahnya mengandung tannin.
Kulit pohon tanaman ini mengandung lignin dan melaleucin. Dimana
Melaleuca

berkhasiat

sebagai

analgesik,

diaforetik, desinfektan,

ekspektoran, dan antispasmodic. Komponen utama dalam minyak kayu


putih adalah sineol yang mencapai 65%. Dengan adanya komponen
tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan sebagai obatobatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih juga
digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum.
Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan
kadar yang kebih besar yakni sekitar 85%.
Kayu putih bisa dimanfaatkan sebagai pengobatan setelah
dilakukan penyulingan dan nantinya akan menghasilkan minyak atsiri.
Manfaat lain kayu putih sebagai kesehatan adalah (Ayu, 2011):
1. Anti Septic dan Bakteri : Minyak kayu putih ini sangat efisien
dalam menanggulangi infeksi dari kuman, virus dan jamur, seperti
tetanus, influenza dan penyakit-penyakit menular lainnya seperti
kolera, tipus dan sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk

luka yang disebabkan besi yang berkarat agar terlindung dari


tetanus.
2. Insektisida dan Vermifuge : Minyak kayu putih sangat efisien
dalam berkendaraan jauh agar tidak masuk angin dan membunuh
serangga. Aroma yang kuat sehingga bisa ditambah cairan lain
kemudian dimasukan ke semprotan dan digunakan untuk mengusir
nyamuk dan serangga lainnya.
3. Kosmetik dan Tonik : bermanfaat untuk menghaluskan dan dan
mencerahkan kulit dan bebas dari infeksi sehingga banyak
dipergunakan untuk kosmetik, dapat mencegah infeksi pada kulit
tersebut maka dipergunakan jugu sebagai tonik (pelindung).
b. Potensi Ekonomis Minyak Kayu Putih
Tanaman

kayu

putih

(Melaleuca

Cajuputi

subsp

cajuputi)merupakan sumber bahan baku minyak kayu putih. Di


Indonesia, sumber bahan baku utama terdapat pada tegakan alami di
Kepulauan Maluku, tanaman kayu putih di Jawa dan sebagian didaerah
lainnya di Indonesia Luas tanaman kayu putih di Kepulauan Maluku
diperkirakan mencapai 120.000 Ha. Total produksinya mencapai 196
ton/tahun dan setelah krisis ekonomi turun menjadi 100 ton/tahun. Di
kepulauan

Maluku,

umumnya

penyulingan

dilakukan

secara

tradisional dan skala kecil. Saat ini, di Kepualau Maluku terdapat 100
penyulingan dengan kapasitas 160 kg daun, kata Anto. Minyak kayu
putih merupakan minyak hasil penyulingan tanaman kayu putih. Usaha
penyulingan minyak kayu putih ini sangat prospektif untuk
dikembangkan, selain karena tanaman ini mudah untuk dibudidayakan
termasuk pada lahan kritis sekalipun, tetapi juga masih banyaknya
permintaan akan minyak kayu putih yang belum dapat dipenuhi. Saat
ini, permintaan pasar domestik minyak kayu putih dipenuhi dari Perum
Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi DIY,industri
rakyat di Kepulauan Maluku, dan beberapa sumber kecil lainnya.
Menurut Dinas Kehutanan, kebutuhan minyak kayu putih
dalam negeri belum dapat dipenuhi dari sumber sendiri. Dalam setiap

tahunnya terdapat kekurangan minyak kayu putih kurang lebih 1.000


ton. Selama ini kekurangan tersebut dicukupi dengan mengimpor
minyak Eucaliptus dari Cina.Hal ini mengindikasikan bahwa peluang
untuk pengembangan industri minyak kayu putih masih terbuka lebar.
Selama ini pemasok utama minyak kayuputih dalam negri banyak
didominasi oleh Perum Perhutani, Dinas Kehutanan Yogyakarta serta
industri rumah tangga yang ada di kepulauan Maluku. Perum
Perhutani, dengan luasan tanaman kayuputih kurang lebih 24 000 ha
mengoperasikan pabrik penyulingan di 4 lokasi yaitu di wilayah KPH
Indramayu, KPH Gundih, KPH Madiun, dan KPH Mojokerto (total 10
pabrik penyulingan ). Dengan kapasitas terpasang total 10 pabrik
pengolahan minyak kayuputih sebesar 53.760 ton daun /tahun,
produksi minyak kayuputih yang dihasilkan mencapai 300 ton per
tahun. Sedangkan di Dinas kehutanan DIY produksi tahunannya
mencapai 50 ton. Dinas Kehutanan Propinsi DIY mengoperasikan 2
pabrik penyulingan besar di Sendangmole dan Gelaran. Selain itu juga
mengoperasikan 3 pabrik penyulingan skala kecil yang terletak di
Dlingo, Kediwung, Sremo. Suplai bahan baku diperoleh dari tanaman
kayuputih yang dikelola sendiri oleh Dinas Kehutanan DIY. Perum
Perhutani (2010) menyebutkan bahwa produktivitas rata-rata daun
kayuputih antara tahun 2006-2010 kurang lebih 1,8 kg /pohon dengan
rata-rata rendemen sebesar 0,8 % dan kerapatan tegakan rata- rata
kurang dari 0,8. Dengan produktivitas daun kayuputih yang rendah
tersebut menjadikan bahan baku untuk industri minyak kayuputih jauh
dibawah kapasitas terpasang pabrik penyulingan minyak kayuputih.
Selain itu rendahnya produksi minyak kayuputih juga disebabkan oleh
rendemen minyak yang rendah.
c. Peluang Industri Minyak Kayu Putih Di Indonesia
Berdasarkan informasi dari salah satu produsen minyak kayu putih
(Caplang) bahwa pada tahun 1999, kebutuhan minyak kayu putih di
Indonesia berkisar antara 1.500 ton/tahun. Produksi domestik minyak
kayu putih hanya bisa memenuhi sepertiga bahkan kurang dari

kebutuhan domestik minyak kayu putih. Kekurangan kebutuhan


domestik minyak kayu putih dipenuhi dengan impor minyak ekaliptus
dari Cina sebanyak lebih dari 1000 ton/tahun. Total nilai impor minyak
kayu putih mencapai USD 6 milion atau setara dengan 72 milyar/tahun
(asumsi 1 dolar = Rp. 12.000). Pernyataan ini didukung juga oleh Ir.
Totok Kartono Waluyo, M.Si, Peneliti HHBK Badan Litbang
Kehutanan. Kandungan utama dalam minyak kayu putih adalah sineol.
Zat ini menyebabkan bau minyak kayu putih khas (wangi aromatik)
serta rasanya hangat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
semua ekaliptus mengandung sineol. Kandungan sineol pada ekaliptus
(8-10%) lebih rendah daripada kayu putih (lebih dari 50%). Minyak
kayu putih yang beredar dipasaran Indonesia merupakan campuran
antara minyak kayu putih dan ekaliptus serta zat-zat lain yang
meningkatkan kesegaran aroma. Minyak Kayu putih yang beredar di
pasaran,

paling

tinggi

kandungan

sineolnya

adalah

10-20%.

Berdasarkan analisis finansial dari Badan Litbang Kehutanan, industri


minyak kayu putih merupakan usaha agrobisnis yang layak untuk
dikembangkan. Keuntungan yang diperoleh dari industri minyak kayu
putih sampai menghasilkan minyak kayu putih lebih besar daripada
hanya menyediakan bahan bakunya saja. Harga minyak kayu putih luar
biasa naik. Kenaikannya sebesar Rp. 46.000,-/liter. Diketahui bahwa
harga minyak kayu putih di Jawa pada tahun 2013 sebesar Rp.
165.500,-/liter. Sedangkan pada tahun 2014 menjadi Rp. 211.000,/liter. Selain itu, terdapat juga hasil sampingan dari industri minyak
kayu putih. Limbah hasil rendemen minyak kayu putih bisa dibuat
sebagai kompos dan juga sebagai bahan wood pellet.

I. Perdagangan Dunia
a. Perkembangan Ekspor dan Ekspor Minyak kayu Putih
Peranan

ekspor

minyak

kayu

putih

Indonesia

dalam

penerimaan devisa Negara relative kecil yaitu sebesar 3.949 juta (1,1
persen) dengan jumlah produksi sebesar 312.831 liter pada tahun 1994

(Departemen Kehutanan, 1995). Walaupun penerimaan devisi masih


kecil, tetapi minyak ini mempunyai peranan dalam menyerap tenaga
kerja, peningkatan pendapatan masyarakat petani dan pemanfaatan
tanah yang kurang produktif.

Gambar 12. PerkembanganEkspor-Impor Minyak Kayu Putih Indonesia

Perkembangan nilai ekspor minyak kayu putih di Indonesia dalam


pasaran dunia minyak atsiri masih rendah dibandingkan dengan minyak
atsiri lainnya ( minyak kenangan, minyak akar wangi, minyak sereh
wangi, minyak nilaim, minyak cengke, minyak lada, dan minyak cendana).
Walaupun nilai ekspor nyamasih rendah tetapi komoditas ini tetap
mendapat perhatian sebagai komoditas ekspor yang perlu dikembangkan,
karena

potensi

cukup

besar

jika

dibandingkan

secara

intensif.

Perkembangan ekpor minyak kayu putih mengalami fluktuasi dalam tahun


1993 sampai 1996, begitu pula nilai ekspornya masih belum stabil atau
berfluktuasi.
Pada gambar 12. ditunjukkan bahwa minyak kayu putih dari tahun
ke tahun meningkat. Pada tahun 1993 harga minyak kayu putih ekspor
Indonesia sebesar Rp. 2.988 USS/kg sedangkan pada tahun 1995 sebesar
4.217 USS/kg atau naik 41.13 persen.
Minyak kayu putih selain dikomsumsi oleh masyarakat Maluku
juga diperdagangkan antar pulau dan ekspor. Menurut Perdagangan
Maluku (1990), perkembangan ekspor minyak kayu putih Maluku
menunjukkan adanya kecenderungan yang meningkat, tetapi peningkatan

tersebut tidak banyak berarti karena : (1) Harga minyak kayu putih
Maluku diluar negeri berfluktuasi, (2) Kualitas minyak kayu putih Maluku
belum mampu bersaing di pasar luar negeri, (3) Pemasaran masih bersifat
pesanan, dan (4) Kurangnya informasi mengenai komoditas minyak kayu
putih Maluku dikuar negeri.
Sedangkan

Menurut

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kehutanan kayu putih sebagai salah satu komoditas hasil hutan bukan
kayu memiliki potensi yang cukup menjanjikan. Beberapa sumber
menyebutkan bahwa dari kebutuhan dalam negri terhadap permintaan
kayuputih sebesar 1500 ton per tahun baru dapat dipenuhi oleh industri
dalam negri kurang lebih 500 ton per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan
tersebut perlu mengimport minyak eucalyptus dari Cina dan Vietnam.

J. Perusahaan Indonesia Yang Berhasil Mengolah Minyak Kayu Putih


Kayuputih sebagai salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu memiliki
potensi yang cukup menjanjikan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa dari
kebutuhan dalam negri terhadap permintaan kayuputih sebesar 1500 ton per
tahun baru dapat dipenuhi oleh industri dalam negri kurang lebih 500 ton per
tahun. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut perlu

mengimport minyak

eucalyptus dari Cina. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya peluang


untuk pengembangan industri minyak kayu putih masih terbuka lebar.
Berikut merupakan tiga perusahaan besar

di Indonesia yang berhasil

mengolah minyak kayu putih :


1. PT Eagle Indo Pharma, produsen minyak angin Cap Lang ,Cap Lang terus
berinovasi dengan melihat kebutuhan masyarakat Indonesia. Setelah
sukses dengan produk minyak angin, Cap Lang melakukan diversifikasi
produk dengan meluncurkan jenis balsem, minyak kayu putih, minyak
telon, dan norit.
2. PT Usaha Sekawan Farmasi Indonesia (USFI) sejak 1949 merupakan
produsen minyak kayu putih Cap Gajah. Minyak Kayu Putih dari Pulau
Buru dipilih PT. USFI sebagai satu-satunya bahan baku Minyak Kayu

Putih Cap Gajah karena kualitasnya paling baik dibanding Kayu Putih dari
daerah lain. Minyak Kayu Putih dari Pulau Buru memiliki bau harum dan
segar yang khas dan mempunyai kehangatan yang lama.
3. 8 Juni 1967, PT Konimex Pharmaceutical Laboratories didirikan dan
menghasilkan produk alami antara lain Konicare Minyak Telon, Konicare
Minyak Kayu Putih. Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), Konimex mulai memproduksi obat-obatan
sendiri. Perkembangan usaha ini sangat menggembirakan, seiring
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Memasuki usia kesepuluh, skala usaha
kami yang semakin besar menuntut sistem pengelolaan yang lebih
profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2003. Laporan Akhir Analisis Minyak Kayu Putih di KBUK
Melaleuca cajuputi di KPH.
Anonymous. 2004. Kamus Pemuliaan Pohon. Dirjen RLPS Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan.
Annonymous,

2015.

Online

(web)

http://

www.newalchemistupdate.blogspot.com/2012/11/minyak-kayuputih.html , diakses pada tanggal 31 Mei 2016


Cepu, KPH. Madiun dan KPH Gundih. Kerjasama Puslitbang Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan dengan Perum Perhutani.
Corryanti. 2014. Ketika Kayu Putih Menjadi Harapan.BINA, Edisi 04. Juni 2014.
Corryanti.2014. Lagi -lagi Kayu Putih. BINA. Edisi 09.November 2014.
Departemen Kehutanan. 1995. Buku Saku Statistik 1990-1994. Biro Perencanaan
Kehutanan. Jakarta.
Departemen Perdagangan Maluku. 1990. Profil Industri Minyak kayu Putih.
Departemen Perdagangan. Ambon
Doran, J.C, Rimbawanto A, Gunn, B.V dan Nirsatmanto, A. 1998. Breeding plan
for Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi in Indonesia. CSIRO Forestry and
Forest Products, Australian Tree Seed Centre and Forest Tree Improvement
Research and Development Institute, Indonesia.
Guenther, Ernes. 1987.Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Ketaren, S, 1981. Minyak Atsiri. Jurusan Teknologi Industri, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Khomsah,N et al.2014.Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih.
IPB Press. Jakarta.
Souhuwat, Ronaldo. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis Minyak Kayu Putih
di Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat. Program Studi
Magister Agribisnis : Universitas Udayana.

Susanto, M., Rimbawanto, A., Prastyono., Kartikawati, N.K. 2008. Peningkatan


Genetik Pada Pemuliaan Kayuputih. Jurnal Pemuliaan Hutan Tanaman, vol.
2 No2. September 2008.
Sunanto, H. 2003. Budi Daya dan Penyulingan Kayu Putih. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Beharia. 2009. Jenis-Jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman
Kehutanan.

[online].

Tersedia

di

(https://fitrilebeks.wordpress.com/2009/06/09/jenis-jenis-hama-danpenyakit-yang-menyerang-tanaman-kehutanan/, diakses tanggal 1 Juni


2016)
Widiyanto, A. dan M. Siarudin. 2014. Sifat Fisikokimia Minyak Kayu Putih Jenis
Asteromyrtus Brasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32:243-252.

Anda mungkin juga menyukai