Imt Lansia PDF
Imt Lansia PDF
TINJAUAN PUSTAKA
perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya fungsi
dan kemampuan badan secara keseluruhan.16 Lansia merupakan kelompok penduduk
berumur tua yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri lebih dari 60
tahun. WHO mengelompokan lanjut usia atas tiga kelompok, yaitu :20
a. Kelompok middle age (45-59 tahun)
b. Kelompok elderly age (60-74 tahun)
c. Kelompok old age (75-90 tahun)
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari tiga segi
yaitu segi kronologis (umur sama atau telah melampaui 65 tahun), biologis
(berdasarkan perkembangan biologis yang umumnya tampak pada penampilan fisik),
dan psikologis (perilaku yang tampak pada diri seseorang).21
Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia), yaitu :22
a. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia (Lanjut Usia)
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
Saat ini indeks massa tubuh (IMT) sudah digunakan untuk penentuan status
gizi pasien dewasa di beberapa rumah sakit seperti di RSCM (Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo). Dalam menentukan status gizi orang dewasa IMT ternyata sangat
sensitif untuk menentukan berat badan kurang, normal, dan lebih, baik pada laki-laki
maupun perempuan.24
Kesehatan tahun 1997 menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa (18
tahun) adalah 2,5% (pria) dan 5,9% (wanita). Prevalensi obesitas tertinggi terjadi
pada kelompok wanita berumur 41-55 tahun (9,2%).13
Dari survei Indeks Masa Tubuh (IMT) pada kelompok usia 60 tahun di kota
besar di Indonesia tahun 2004, 15,6% pria dan 26,1% wanita mengalami obesitas.16
Sedangkan menurut penelitian pada usia lanjut kelompok binaan Puskesmas di
Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara (2005), 19 orang (30,6%)
lansia mengalami obesitas dari 62 responden.17 Menurut penelitian Juwita (2007),
pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Amplas Medan, 25 orang
(20,7%) lansia mengalami obesitas dari 121 responden.18
Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan
berlebih (overweight), dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun
2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta
di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, prevalensi nasional obesitas pada penduduk berusia 15 tahun adalah
laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%. 15
b. Menurut Tempat (Place)
WHO (2004) menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia.
Panama tercatat sebagai negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni
37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%).6 Di daerah perkotaan Cina,
prevalensi overweight adalah 12,0% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan,
menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak. Hal ini diperberat dengan
kurangnya aktifitas fisik.29
b. Aktifitas Fisik
Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik
dan kebanyakan duduk. Saat sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan
kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit
tenaga untuk aktifitas. Dengan demikian, kurangnya pemanfaatan tenaga akan
menyebabkan simpanan tenaga/energi di dalam tubuh yang lambat laun akan semakin
bertumpuk sehingga menyebabkan obesitas. Jadi memperbanyak aktifitas fisik sangat
dianjurkan.29
Kemajuan
teknologi
menyebabkan
berkuranganya
kebutuhan
untuk
f. Hormon
Hormon adalah salah satu faktor obesitas. Hormon leptin, estrogen dan
hormon pertumbuhan mempengaruhi nafsu makan, metabolisme dan distribusi lemak
tubuh. Orang obesitas memiliki kadar hormon ini yang mendorong akumulasi lemak
tubuh.45
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam
tubuhnya akan menurun. Akibatnya, kemampuan untuk menggunakan energi akan
berkurang. Apalagi pada usia lanjut terjadi penurunan metabolisme basal tubuh
sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badan. Selain hormon
tiroid, hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Hormon
insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi ke dalam sel-sel tubuh.
Seseorang yang mengalami peningkatan hormon insulin akan meningkat pula
timbunan lemak di dalam tubuhnya.26
g. Efek Samping Penggunaan Obat Obatan 26
Terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh.
Dengan demikian, seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan
nafsu makannya. Apalagi jika digunakan dalam waktu yang relatif lama, seperti
dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit. Misalnya pemberian obat oral
antidiabetes (OAD) pada penderita diabetes mellitus tipe II dapat menyebabkan
penambahan berat badan. Oleh karena itu, penggunaan obat ini sebaiknya bila
diperlukan saja. Obat yang dapat merangsang nafsu makan lainnya yaitu pil
kontrasepsi, kortikosteroid, dan antidepresan trisiklik.
2.6.1 Hipertensi
Penderita kegemukan mempunyai risiko yang tinggi terhadap hipertensi.
Seseorang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan systole >140 mmHg dan
diastole >90 mmHg. Penderita obesitas tipe buah apel beresiko lebih tinggi dalam
kemungkinan menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang kurus dan
penderita obesitas tipe buah pear.26
Berat badan yang berlebih sudah tentu akan meningkatkan beban jantung
dalam memompa darah keseluruh tubuh. Hal ini menyebabkan tekanan darah
cenderung akan lebih tinggi. Selain itu, pembuluh darah pada lansia lebih tebal dan
kaku atau disebut aterosklerosis, sehingga tekanan darah akan meningkat. Untuk itu
lansia hendaknya mengurangi konsumsi natrium (garam), karena garam yang berlebih
dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah.22
insulin atau tidak berfungsinya insulin, akibatnya gula dalam darah tertimbun
(tinggi). Biasanya 75% penderita DM tipe II adalah orang yang mengalami obesitas
atau riwayat obesitas.22
Diabetes mellitus sebenarnya merupakan penyakit keturunan, tetapi kondisi
tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Pada
umumnya, penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah.26
2.6.3 Kanker 26
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang mengalami obesitas akan
berisiko lebih tinggi untuk menderita kanker usus besar, rektum, dan kelenjar prostat.
Adapun pada wanita penderita obesitas, akan mengalami risiko terkena penyakit
kanker payudara dan rahim. Wanita yang telah menopause, umumnya pada usia lebih
dari 50 tahun dan mengalami kelebihan berat badan akan mudah terserang penyakit
kanker payudara. Untuk mengurangi risiko terkena kanker, konsumsi lemak total
harus dikurangi.
jantung
koroner
merupakan penyakit
yang
terjadi akibat
2.6.5
terhadap penyakit arthritis (radang sendi) yang lebih serius bila dibandingkan dengan
orang yang memiliki berat badan ideal atau gemuk.
Gout merupakan salah satu bentuk penyakit arthritis atau lebih tepatnya
radang sendi akibat meningkatnya kadar asam urat dan terbentuknya kristal asam urat
pada sendi. Penyakit ini sering menyerang penderita kegemukan yang mengalami
kelebihan berat badan > 30% dari berat badan ideal dan kandungan asam urat dalam
darahnya tinggi.
2.6.6 Batu Empedu 26
Sewaktu tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh,
cairan empedu lebih banyak diproduksi di dalam hati dan di simpan dalam kantong
empedu. Hal inilah yang meningkatkan risiko terkena penyakit batu empedu (adanya
endapan zat-zat berbentuk seperti batu di dalam empedu). Lebih sering terjadi pada
penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan mengobati
penyakit batu empedu, tetapi hanya akan membantu dalam pencegahannya.