Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

LIMBAH INDUSTRI PUPUK UREA

Disusun oleh :
Dian Ratnasari (12.01.4017)
Farid Fanani (12.01.4023)
Tutut Nurma Sari (12.01.4037)
Teknik Kimia

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK LPP YOGYAKART2014-2015

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses pembuatan pupuk...................................................................................4
2.2 Unit pengeluaran limbah....................................................................................7
2.3 Efek limbah terhadap lingkungan......................................................................8
2.4 Cara menangani limbah pabrik pupuk...............................................................8
2.5 Efek gas amoniak terhadap manusia dan lingkungan........................................9
2.6 Cara penanggulangan limbah udara...................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................................15
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk
butiran curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok
unsur nitrogen. Di tanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium.
Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman
biasanya separuhnya.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea seringkali
disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran
Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna merah
muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna
putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau
pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri
tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu
rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan
amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air
ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
1

dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang


ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:
a. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen
pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan
buangan organik dan bahan buangan anorganik
b. Limbah padat
c. Limbah gas dan partikel
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk
ke atmosfer yang bersih disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi
yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima
(receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara
diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau
dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran.
Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan
bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran
udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber
tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil,
pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source)
seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%
pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)

e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang
memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran
yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran
yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan
dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).

1.2. Rumusan Masalah


Untuk membatasi penguraian pembahasan, maka penyusun membuat batasan
makalah
1. Bagaimana proses pembuatan pupuk urea?
2. Dimanakah unit pengeluaran limbah?
3. Apakah efek limbah terhadap lingkungan?
4. Apakah efek gas amoniak terhadap manusia dan lingkungan?
5. Bgaimana Cara penangulangan limbah udara?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara penanggulangan
limbah udara pada pabrik pupuk urea.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses pembuatan pupuk
urea
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan amoniak (NH3) dengan
karbondioksida (CO2) dan bahan dasarnya biasanya dari gas alam. Kandungan
Nitrogen total berkisar antara 45-46%. Urea mempunyai sifat higroskopis dan
pada kelembaban udara 73% urea akan menarik uap air dari udara. Keuntungan
menggunakan pupuk urea adalah mudah diserap oleh tanaman. Selain itu,
kandungan nitrogen yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman. Kekurangannya adalah apabila diberikan kedalam tanah yang
miskin hara, urea akan berubah ke wujud awalnya yaitu amoniak (NH3) dan
karbondioksida (CO2) yang mudah menguap. Fungsi nitrogen bagi tanaman
adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman, membuat daun tanaman menjadi
lebar dengan warna yang lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman,

meningkatkan

kualitas

tanaman

penghasil

daun-daunan,

dan

meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah.


Prinsip pembuatan urea
Sintesaurea berlangsung dalam dua bagian, selama bagian reaksi pertama
berlangsung dari amoniak dan karbon dioksida akan terbentuk ammonium
karbamat. Reaksi ini bersifat eksoterem.
2NH3(g) + CO2(g) NH2COONH4(s)

H = -159,7 Kj

Pada bagian kedua dari ammonium karbamat terbentuk urea dan air. Reaksi
ini bersifat endoterm.
NH2COONH4(s) NH2CONH2(aq)

H = 41,43 Kj

Sintesa dapat ditulis menurut persamaan reaksi sebagai berikut

2NH3(g) + CO2(g) NH2CONH2(aq) + H2O(i)

H = -188,27 kJ

Skema pembuatan pupuk urea

1) Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea untuk mensintesa
dengan mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 di dalam urea reactor dan ke
dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle carbonat yang berasal dari
bagian recovery. Tekanan operasi proses sintesa adalah 175 kg/cm2. Hasil
sintesa urea dikirim ke bagian purifikasi untuk dipisahkan ammonium
karbamat dan kelebihan amonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.

2) Dekomposisi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amoniak di unit
sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan
pemanasan dengan 2 langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2 dan

22,2 kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirm ke bagian
recovery sedangkan larutan urea dikirim ke bagian kristaliser.
3) Konsentrasi Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum
kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang
diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea
maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea
slurry ke HP absorber dari recovery.

4) Prilling Granulation Unit


Kristal urea kluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8%
dari berat dengan udara panas kemudian dikirmkan ke bagian atas prilling
tower untuk dilelelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari
distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan
menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage
dengan belt conveyor.

5) Recovery Unit
Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian purifikasi
diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother
liquor sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.

6) Waste Water Treatment Unit


Uap air yang menguap dan terpisahkan di bagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hidroliser. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim kembali
ke bagian purifikasi untuk direcover sedang air kondenatnya di kiirm ke
utilitas.

2.2. Unit pengeluaran limbah


1) Limbah Cair
Limbah cair mengandung amoniak dan urea berasal dari pabrik amoniak
dan pabrik urea
Limbah cair mengandung minyak berasal dari compressor dan pompa
Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
Limbah Cair mengandung Lumpur berasal dari pengolahan air
Limbah Sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

2) Limbah Gas dan Kebisingan


Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer
dari pabrik utilitas dan pabrik amoniak. Diatasi dedngan pengoperasian
boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih
Emis gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir.
Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber
dan penggantian filter secara kontinyu
Limbah gas buang (Purge gas) yang berasal dari daur sintesa pabrik
amoniak diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk
memisahkan NH3 dan H2
Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik amoniak
dan pabrik urea diatasi dengan keharusan setian pekerja memakai alat
penyumbat telinga

3) Limbah Padat
Limbah katalis bekas berasal dari pabrik amoniak yang mengandung
oksida-oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan
sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali.

Limbah Debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan


pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle.

2.3. Efek limbah terhadap lingkungan


Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) limbah ini sangat berbahaya bagi
lingkungan dan juga manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan
baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa
kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu
atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. Limbah Cair berdampak
pada ekosistem sungai apabila pembuangan limbah cair tidak ditangani dahulu
sebelum dikembalikan ke sungai. Limbah Udara yang dihasilkan adalah gas
amoniak dan gas CO2. CO2 berakibat merusak ozon dan gas amoniak
menyebabkan hujan asam.

2.4. Cara menangani limbah pabrik pupuk


a. Limbah gas yang berpotensi menjadi polusi udara adalah uap asam amoniak
(NH3). Limbah gas ini dihasilkan oleh menara pembutir dan sintesa pabrik
amoniak. Pada pabrik pupuk gas amoniak dapat di olah kembali dan menjadi
bahan baku lagi ketika sudah di tanggulangi dengan Pure Gas Recovery. Pure
Gas Recovery merupakan unit pengolah gas buang dari pabrik amoniak.
Dalam pabrik pupuk juga terdapat beberapa pabrik dan salah satunya adalah
pabrik amonik yang berfungsi untuk menghasilkan amoniak yang digunakan
sebagai bahan baku pupuk. Untuk emisi gas NH3 dan debu yang dihasilkan
oleh menara pembulir akan ditanggulangi dengan dust separator system wet
scrubber.

b. Limbah cair dari proses yang didapat di bawa ke hidrolizer untuk dipisahkan
air dan off gasnya
c. Limbah cair sarana pembantu proses yang juga didapat diolah menggunakan
bak pengendapan yang akan meisahkan air dan lumpurnya
d. Limbah B3 diproses oleh pihak ke tiga yang berwenang menanganinya

2.5. Efek gas amoniak terhadap manusia dan lingkungan


Uap asam amoniak jika tidak ditanggulangi maka dapat menyebabkan radang
saluran pernafasan. Efek Jangka Pendek (Akut) apabila menghirup gas amoniak
adalah Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan bisa
menimbulkan kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga
kebutaan total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite).
Efek Jangka Panjang (Kronis) adalah Menghirup uap asam pada jangka panjang
mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Termasuk bahan
teratogenik.

2.6. Cara penanggulangan limbah udara


a. Dust Separator System Wet Scrubber
Untuk menagani limbah debu urea berasal dari bagian atas menara
pembutir diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber

Wet scrubber adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk


mengontrol polusi udara dan memindahkan beberapa partikel berbahaya atau
gas dari sistem pembuangan industri. Wetsrubber digunakan karena untuk
menghilangkan bahan yang tidak diinginkan dari aliran gasi. Yang paling
umum cairan yang digunakan untuk melakukan hal ini adalah air. Gas buang
yang disebabkan oleh pembakaran mungkin mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi lingkungan, tetapi wet scrubber akan membersihkan gas
buang atau partikel debu dan polutan lainnya dalam berbagai gas. Gas buang,
seperti hidrogen klorida atau amonia dapat dihapus oleh wet scrubber. Hal ini
sangat penting bahwa scrubber basah dibersihkan secara menyeluruh setelah
digunakan karena mereka dapat menularkan bakteri.
Wet scrubber membuang polutan partikel dari arus gas dengan
menangkap partikel tersebut dalam tetesan/butiran liquid atau lapisan

scrubbing liquid (biasanya air) lalu memisahkan tetesan air tersebut dari arus
gas. Beberapa variabel proses mempengaruhi penangkapan partikel; variabel
tersebut adalah ukuran partikel, ukuran droplet liquid, dan kecepatan relatif
partikel dengan droplet liquid, dengan ukuran polutan partikel menjadi
parameter yang paling. Secara umum, partikel yang lebih besar lebih mudah
untuk ditangkap daripada yang lebih kecil. Kunci dari penangkapan partikel
yang efektif pada wet scrubber adalah dengan menciptakan kabut atau droplet
kecil yang bertindak sebagai target pengumpul : biasanya, makin kecil droplet
dan makin banyak droplet yang tercipta, makin baik kemampuan untuk
menangkap partikel berukuran kecil. Penangkapan partikel secara umum
meningkat seiring dengan tingginya energi sistem yang digunakan karena
energi dibutuhkan untuk memproduksi kabut droplet air. Kecepatan relatif
yang tinggi antara partikel dan droplet liquid (partikel bergerak cepat terhadap
droplet liquid) juga mendukung pengumpulan partikel. Untuk pengumpulan
atau pembuangan polutan gas, polutan tersebut harus mudah terlarut dalam
liquid yang dipilih. Sebagai tambahan, sistem harus didesain sedemikian rupa
agar dapat menyediakan pencampuran yang baik antara fase gas dan liquid,
dan waktu yang cukup (residence time) untuk polutan gas dapat larut.
Pertimbangan lain yang cukup penting untuk kedua jenis pengumpulan
polutan adalah jumlah liquid yang digunakan atau diinjeksikan ke dalam
scrubber pervolume gas yang dihasilkan (disebut juga sebagai liquid-to-gas
ratio) dan pembuangan tetesan air yang terbawa dalam gas. liquid-to-gas ratio
sangat pentinguntuk menjamin jumlah liquid agar cukup untuk pembuangan
polutan yang efektif.

b. Menara Absorben
Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian
purifikasi diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan
mother liquor sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian

sintesa. Mother Liquor (cairan induk) adalah cairan induk yang dipakai
sebagai absorben (cairan pembersih atau recovery liquor) pada proses
absorbsi. Mother Liquor berasal dari unit kristalisasi yang kaya ammonium
karbamat.
Absorbsi adalah operasi pemisahan solute dari fase gas ke fase cair
yaitu dengan mengontakan gas yang berisi solute dengan pelarut cair
(absorben) yang tidak menguap.
Menara absorpsi adalah suatu menara atau tabung tempat terjadinya
proses pengabsorbsi (penyerapan/ penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
menara atau tabung tersebut. Struktur yang dapat pada menara absorber dibagi
menjadi tiga bagian yaitu;
1. Bagian atas, spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair
2. Bagian tengah, packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk di absorbs
3. Bagian bawah, input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam
reactor.

Keterangan
a. Input gas
b. Gas keluaran
c. Pelarut
d. Hasil absorbs
e. Disperser
f. Packed column Prinsip kerja
menara absorber
Menara absorber adalah sebuah menara dimana ada zat yang berbeda
fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia
ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap

reactor kimia. Proses ini dapat berupa absorbsi gas, destilasi, pelarutan yang
terjadi pada semua reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluarkan dari reactor diumpankan ke
bawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu
fasa gas dan fasa cair, mengakibatkan perpindahan masa diffusional dalam
umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan
dari bagian atas menara. Peristiwa absorbs ini terjadi pada sebuah kolom yang
berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat satu
mengandung larutan dari gas yang dimasukan tadi.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pabrik pupuk menghasilkan limbah padat, cair, gas dan limbah B3. Limbahlimbah ini harus ditanggulangi karena akan berakibat buruk terhadap manusia
dan lingkungan. Untuk menanggulangi limbah gas yang dihasilkan maka
diguanakan dust separator system wet scrubber dan menara absorber yang
berguna untuk menyerap NH3.

3.2.Saran
Sebaiknya dalam menangani limbah harus benar-benar serius karena limbah
yang dihasilkan dari industry benar-benar serius, karena efeknya sangat
berbahaya untuk manusia dan lingkungan. Baku mutu limbahpun harus diperjelas
agar setiap pabrik industry dapat menaatinya dan juga harus selalu diadakan
pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.chasmtech.in/wetscrubber.php
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Dust_collector#Wet_scrubbers
3. http://workshop20.blogspot.com/2012/01/wet-scrubbers.html
4. id.wikipedia.org/wiki/pupuk_urea
5. id.wikipedia.org/wiki/limbah

Anda mungkin juga menyukai