Pembimbing :
dr. Ni Komang SDU,M.kes, Sp.S
Oleh :
Chairul Arby (2015.04.2.0029)
Enrico Jonathan (2015.04.2.0049)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANGTUAH SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya,
shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
responsi yang berjudul hubungan antara HBO dengan Abses otak.
Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pebimbing dr.
Ni Komang SDU,M.kes, Sp.S. Terima kasih atas bimbingan, saran,
petunjuk dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga responsi ini dapat memberikan
manfaat pada pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini
masih
jauh
mengharapkan
dari
kesempurnaan.
kritik
dan
saran
Dalam
yang
kesempatan
dapat
ini
penulis
membangun
demi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata pengantar .....................................................................................i
Daftar isi ................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan ..............................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka .......................................................................4
2.1 Terapi oksigen hiperbarik ......................................................4
2.2 Abses Otak .........................................................................13
2.3 Hubungan terapi HBO dengan Abses Otak ........................32
BAB III Kerangka Konsep ...................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi oksigen hiperbarik (HBO2) adalah modalitas terapi, di mana
seseorang menghirup oksigen 100% pada tekanan atmosfer yang lebih
tinggi.Terapi ini dijalankan di dalam chamber ( Stephen, 2011). Efek positif
terapi HBO antara lain: 1) efek mekanis dalam mengurangi ukuran
gelembung gas pada decompression sickness dan emboli udara; 2)
hiperoksigenasi, yang berperan dalam stimulasi imun, neovaskularisasi,
peningkatan fibroblast dan osteoklas, efek bakterisida, dan mengurangi
edema (Sahni, 2003).
Saat ini terapi HBO berkembang dengan pesat sebagai terapi
adjuvant untuk berbagai penyakit, salah satunya untuk keadaan inflamasi
seperti gangrene, osteomyelitis, luka bakar, dan luka kronis. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa terapi HBO memiliki efek antiinflamasi dan
immunosupresif karena terapi HBO mempengaruhi pelepasan berbagai
mediator inflamasi biologis seperti sitokin, prostaglandin (PG), dan nitrit
oksida (NO). (Al-Waili and Butler, 2006).
Kerentanan terhadap suatu kejadian infeksi pada susunan saraf
pusat diperankan oleh berbagai faktor metabolik dan seluler seperti fungsi
fagositosis, aktivitas antibacterial dari senyawa-senyawa seperti lizosim,
fagistin, dan enzim-enzim lisosim lainnya, perubahan kualitas dan
kuantitas protein serum, gangguan metabolisme pada tingkat seluler, ada
tidaknya produk jejas pada jaringan yang mempengaruhi permeabilitas
vaskuler, efek tekanan jaringan dan sebagainya (Wijanarko et al, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian eksperimental kejadian infeksi
tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya seperti jenis
kelamin, usia, jenis bakteri penyebab, rute infeksi, adanya antibiotic yang
spesifik atau penyakit lainnya, keadaan gizi, radiasi ionisasi, suhu
lingkungan yang tinggi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terapi Oksigen Hiperbarik
2.1.1
Definisi
juga
meningkat
sesuai
dengan
hukum
Henry, yang
memberikan
oksigenasi
jaringan
bahkan
dalam
keadaan
reperfusi,
leukosit
melekat
pada
jaringan
yang
iskemi,
Fisika
alveolus.
Peningkatan
tekanan
parsial
ini
menyebabkan
dari
dalam
darah
ke
dalam
jaringan
interstisial
dan
Persiapan pasien
Amankan kateter
-
Persiapan chamber
Saat terapi
Amati tekanan dalam chamber dan pastikan waktu dekompresi (510 menit untuk terapi tekanan rendah, 20 menit untuk terapi
tekanan tinggi).
Neovaskularisasi
Peningkatan fibroblas
Peningkatan osteoclasts
Bactericidal
Mengurangi edema
Peningkatan tekanan mekanik akan mengurangi ukuran
bubble dalam kondisi seperti emboli gas dan decompression
sickness. Hiperoksigenasi menyebabkan terjadinya stimulasi sistem
imun
dengan
cara
memperbaiki
fungsi
WBC, meningkatkan
terjadi
peningkatan
pasokan
oksigen
lewat
proses
oksigen
hiperbarik bersifat
bacterisidal pada
10
2.1.6
Indikasi HBOT
Kontraindikasi HBOT
Kontraindikasi
Alasan
Tindakan awal
Absolut
Pneumothorax yang belum
Gas emboli
Thoracostomy
teratasi
Tension Pneumothorax
Bleomycin
Pneumomediastinum
Interstitial Pneumonia
tidak ada
Cisplatin
tidak ada
Disulfiram
Blocks superoxide
Hentikan pengobatan
Tindakan awal
Relative
Asthma
11
mengakibatkan
obat
Claustrophobia
COPD
Disfungsi tuba eustachii
pneumothorax
Anxiety
Susah untuk bernafas
Barotraumas membran
Benzodiazepines
Observasi dalam chamber
Latihan
Demam tinggi
Pregnancy
tympani
Resiko tinggi terjadi kejang
Tidak diketahui efek pada
Antipiretik
Tidak ada tapi jika terjadi
bayi
Barotrauma
HBO
decongestan
2.1.8
Komplikasi
I.
General :
Claustrophobia
Reversible myopia
Fatigue
Headache
Vomiting
II.
Barotrauma
Ear damage
Sinus damage
Lung damage
III.
Oxygen toxicity
Convulsions
Pulmo toxicity
Respiratory failure
IV.
Decompression illness
Decompression sickness
Pneumothorax
12
Gas emboli
materi
piogenik
yang
terjadi
akibat
invasi
dan
dari
struktur
dibawahnya
dan
melalui
hematogen.
yang
dimaksud
dengan
abses
sereberi
ialah
abses
13
dan
insidens
tertinggi
terdapat
pada
negara-negara
bakteri,
jamur
dan
parasit.
Bakteri
yang
tersering
adalah
Streptococcus
alpha
hemolyticus,
E.
coli
dan
14
15
16
kapsul
antara
beberapa
milimeter
sampai
beberapa
17
dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari pertama
dan meningkat pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat pada tunika
adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis
infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi
edema di sekitar otak dan peningkatan efek massa karena
pembesaran abses.
2) Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis) : Saat ini terjadi
perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis
membesar oleh karena peningkatan acellular debris dan pembentukan
nanah karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang. Di tepi pusat
nekrosis didapati daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan
gambaran fibroblast yang terpencar. Fibroblast mulai menjadi
retikulum yang akan membentuk kapsul kolagen. Pada fase ini edema
otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar
3) Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation) :
Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan acellular debris
dan fibroblast meningkat dalam pembentukan kapsul. Lapisan
fibroblast membentuk anyaman reticulum mengelilingi pusat nekrosis.
Di daerah ventrikel, pembentukan dinding sangat lambat oleh karena
kurangnya vaskularisasi di daerah substansi putih dibandingkan
substansi abu. Pembentukan kapsul yang terlambat di permukaan
tengah memungkinkan abses membesar ke dalam substansi alba.
Bila abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis. Pada
pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman reticulum yang
18
19
Gejala
Mengantuk, tidak ada perhatian hambatan dalam mengambil keputusan
Temporalis
Parietalis
20
Serebelum
Tes rutin:
cairan
cerebrospinal
Polymerase
chain
meningkat.
Kadar
serum
sodium
mungkin
lumbal
jarang
dilakukan
dan
merupakan
21
22
yang
paling
baik.
Dibandingkan
CT
scan,
MRI
23
menyeluruh,
mengingat
keterlibatan
infeksinya.
Perlu
pemeriksaan
neurologis
dapat
dimulai
dengan
24
Electroencephalography,
brain
scanning,
computerized
menurun
sampai
90%.
Biopsi
dilakukan
untuk
2.2.9.
Diagnosis Banding
Meningitis
Ensefalitis
Tumor Serebri
Empiema Subdural
Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pengobatan untuk abses otak adalah antibiotik, yang paling
sering digunakan adalah pemberian oxacillin 2 gr IV tiap 4 jam atau
penicillin G 4 juta unit IV tiap 4 jam, metronidazole 500 mg IV tiap 6
25
jam, dan ceftriaxone 2-4 gr tiap 12 jam. Jika tidak ada respon,
dipertimbangkan
pemberian
amfoterisin
untuk
menangani
keadaan
ini,
maka
dilakukan
pembedahan
untuk
26
patogen
pada
umumnya,
dan
lebih
baik
dalam
Cephalosporin
generasi
ketiga
(cefotaxime,
ceftriaxone)
27
negatif.
Seperti
Pseudomonas,
diantisipasi
dengan
Vankomisin
paling
efektif
melawan
methicillin-resisten
28
-laktamase
resisten
penicillin
atau
vankomisin
untuk
b. Pembedahan
Pasien dengan abses otak mungkin dapat baik tanpa
pembedahan, tetapi kebanyakan pasien membutuhkan pembedahan
disamping pemberian antibiotik yang tepat untuk penanganan
definitif.
Hal
menyangkut
tersebut
penilaian
sangat
perlu,
keseluruhan
karena
pasien
bagaimanapun
abses
otak
pada
29
menangani
infeksi
intrakranial,
pembedahan
drainage
diagnosis.
Penundaan
pembedahan
drainage
dapat
Komplikasi
Kejang dan gejala neurologis lainnya, seperti kelumpuhan
30
(batang otak). Proses ini disebut uncal atau tonsil herniasi, dan sering
menyebabkan koma dan kematian. Jika individu tetap sadar (koma)
untuk jangka waktu lama, dapat terjadi kerusakan kulit, luka tekanan,
dan hilangnya mobilitas sendi (kontraktur). Pecahnya abses ke dalam
ruang berisi cairan di dalam otak (ventrikel) biasanya berakibat fatal.
Individu dengan penyakit yang mendasari dan / atau sistem kekebalan
tubuh, seperti diabetes, AIDS, atau kanker, mungkin kurang
kemungkinan untuk sembuh dari abses otak (MD guidline, 2012).
2.2.11.
Prognosis
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak
secara signifikan berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CTScan atau MRI dan antibiotic yang tepat, serta manajemen
pembedahan merupakan faktor yang berhubungan dengan tingginya
angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses mutipel,
kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan
yang terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis,
kejang, hidrosefalus, abnormalitas nervus kranialis dan masalahmasalah pembelajaran lainnya (Iryadi I, 2010).
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:
1) Cepatnya diagnosis ditegakkan
2) Derajat perubahan patologis
3) Soliter atau multipel
4) Penanganan yang adekuat.
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini
dapat lebih cepat didiagnosis sehingga prognosis lebih baik.
Prognosis AO soliter lebih baik dan mu1tipel. Defisit fokal dapat
membaik, tetapi kejang dapat menetap pada 50% penderita.
31
sistem
imun
dalam
tubuh
dalam
menghadapi
32
menunjukan
bahwa
abses
merupakan
infeksi
beberapa
mekanisme
dan
juga
dapat
menghambat
33
tersebut
bersifat
stagnan
dan
terapi
definitifnya
adalah
34
menurunkan
reaksi
Inflamasi,
HBOT
juga
dapat
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
36
37
BAB IV
KESIMPULAN
1. Banyak studi ditemukan yang mendukung untuk penggunaan terapi
oksigen hiperbarik (HBOT) menjadi terapi adjuvan dalam kasus abses
cerebri . Terapi HBO dapat mencegah terbentuknya abses cerebri
dengan cara meningkatkan sistem imun dan juga menghambat
pertumbuhan patogen penyebab tersering terbentuknya abses yaitu
bakteri anaerob. selain itu di bidang molekular HBOT juga diteliti bisa
mengintervensi terbentuknya abses melalui mekanisme aktivitas Sel T
regulator dan menghambat salah satu tahap dari pembentukan abses
yaitu pembentukan kapsul fibrous.
2. Sedangkan bila sudah terjadi abses, Terapi HBO memiliki berbagai
keunggulan dengan kemampuannya untuk meningkatkan tekanan
oksigen jaringan dan fungsi reperfusi dengan cara mengadakan
angiogenesis, terapi HBO bisa mengurangi ancaman terjadi hipoksia
yang sering ditimbulkan karena terjadinya peningkatan tekanan intra
kranial yang pada kasus ini disebabkan adanya massa berupa abses
pada parenkim otak. Terapi HBO selain memiliki efek angiogenesis
juga memiliki neurogenesis yang bisa memperbaiki fungsi saraf pasca
cedera pada otak.
3. Secara empiris juga sudah banyak studi yang menunjukan potensi
terapi HBO terhadap kasus abses cerebri karena diteliti memiliki
dampak terapeutik yang baik apabila disandingkan dengan terapi
definitif dari abses cerebri yaitu drainase abses. Melalui mekanisme
yang tidak dijelaskan secara detail pula terdapat beberapa penelitian
efek terapi HBO pada kasus abses cerebri baik yang sudah diberi
terapi definitif maupun dalam hal pencegahan infeksi sekunder,
pencegahan cedera otak, dan juga memperbaiki fungsi syaraf akibat
cedera.
38
DAFTAR PUSTAKA
AL-Waili.
Noori.2006.Crhonic
Wound
Treatment
and
Cheryl.
2012.
Hyperbaric
Oxygen
Therapy.
MODUL
ABSES
SEREBRI.
http://www.perspebsi.org/doc/info/regulation/26/ABSES_ SEREBRI.pdf
Mardjono, M dan Sidharta, P. 2008. Neurologi Klinis Dasar.
Cetakan ke-12. Jakarta: Dian Rakyat.
39
Saraf
RSUP
Dr.
M.
Djamil
FK-UNAND
Padang.
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/ Bakterial.html
Rahayu. 2002. Abses otak dan Penatalaksanaannya. Fakultas
kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses tanggal 15 April
2013.
di
http://
ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1014/1127
Osenbach, R.K dan Haines, S.J. 2005. Infections in Neurological
Surgery. In Neurosurgery. Department of Neurological Surgery: University
of Washington Medical Center Harborview Medical Center Seattle, WA,
USA
Itzhak, Brook. MD, 2013. Brain Abscess Treatment & Management.
Diakses tanggal 15 April 2013. di
http://reference.medscape.com/article/212946-treatment
National Library of Medicine. Brain Abscess. National Institutes of
Health (NIH). Diakses tanggal 15 April 2013. di
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ ency/article/000783.htm
Gebre K Tseggay, MD. CNS ABSCESSES. Diakses tanggal 15
April
2013.
di
http://phdres.caregate.net/curriculum/ppt_files/CNS
%20abscess.ppt
MDguideline. 2012. Brain Abscess. Diakses tanggal 15 April 2013.
http://www.mdguidelines.com/brain-abscess/complications
40
Itzhak
Brook
et
al,
2015.Brain
AbcessTreatmment
and
Gas
Research.
Published
Online
2014
Dec
4 th
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4406166/
John WC et al, 2002. Hyperbaric Oxygenation Prevented Brain
Injury Induced by Hypoxia-Ischemia in a Neonatal Rat Model. Elsevier
Brain Research, Vol 951, Issue 1. Published online 2002 September 27 th :
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0006899302030949
M Ashiwi Kumar et al, 2015. Hyperbaric Oxygen Therapy-A Novel
Treatment Modality in Oral Submucous Fibrosis. Journal of Clinical and
Diagnostic Research, Vol 9, Issue 5: ZE01-ZE04. Published online 2015 :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4484182/
Richard B Mink et al, 1995. Hyperbaric Oxygen After Global
Cerebral Ischemia in Rabbits Reduces Brain Vascular Permeability and
Blood
Flow.
AHA
Journal
http://stroke.ahajournals.org/content/26/12/2307.long
Klaauts K et al, 2014. Repetitive Long Term Hyperbaric Oxygen
Treatment (HBOT) Administered After Experimental Traumatic Brain Injury
in
Rats
Induced
Significant
Remyelination
and
Recovery
of
41
Published
online
2011
July
21 st
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0006899311009838
Lin et al, 2012. Attenuating Inflamation but Stimulating both
Angiogenesis and Neurogenesis using Hyperbaric Oxygen in Rats With
Traumatic Brain Injury. Journal of Trauma and Acute Care Surgery, 72(3) :
650-659
Zhao Lin et al, 2015. Effects of Hyperbaric Oxygen on the Level of
plasma HMGB1/Nf-kB Level in Patients with Acute Spina Cord Injury.
Chinese Journal of Nautical Meidcine and Hyperbaric Medicine, Issue 4 :
255-258.
Keichii Nakahara et al, 2014. Drastic Therapy for Listerial Brain
Abcess Involving Combined Hyperbaric Oxygen Therapy and Antimicrobial
Agents. Journal of Clinical Neurology, 10(4) : 358-362.
Katsuhiro Tofuku et al, 2014. Percutaneous Drainage Combined
with Hyperbaric Oxygen Therapy for Pyogenic Spondylitis with Iliopsoas
Abscess. Asian Spine Journal, 8(3) : 253-259.
Emi Latham, 2014. Hyperbaric Oxygen Therapy. Medscape :
http://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview#a9
Larsson A et al, 2002. Hyperbaric Oxygen Treatment of
Postoperative Neurosurgical Infections. Neurosurgery, 50(2) : 287-295
Senta K et al, 2006. Hyperbaric Oxygen Therapy for the Treatment
of Brain Abscess in Children. Childs Nervous System, 22(1) : 38-42.
42
2010
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/i
nfectious-disease/brain-abscess/
Torbjon N et al, 2012. Hyperbaric Oxygen Treatment in Three
Cases of Necrotizing Infection of neck. Infection Disease Report, 4(1) :e21
Chin-En Chen et al, 2010. Treatment of Diabetic Foot Infection with
Hyperbaric Oxygen Therapy. Elsevier Foot and Ankle Surgery, Vol 16,
Issue 2 : 91-95
Jun Mu et al,2011. Hyperbaric Oxygen Therapy Promotes
Neurogenesis:Where Do We Stand?. Medical Gas Research, 1 : 14.
Eleonora Cesca et al, 2012. Hyperbaric Oxygen Treatment of
Superficial Soft tissue Lession in Children with Oncologic Disease.
Pediatric Report, 4(1) : e1
Marvin Heyboer et al, 2014. The Use of Hyperbaric Oxygen
Therapy in the Treatment of Non-Healing Ulcers Secondary to Graftversus-host Disease. The Journal of The American College of Clinical
Wound Specialist, 5(1) : 14-18
Tatyana
MM
et
al,
2009.
Hyperbaric
Oxygen
Stimulates
43
44