TOKSIKOLOGI
oleh
Kelompok 6
oleh :
Anisa Fiatul Kharimah
NIM 142310101014
Lisnawati
NIM 142310101033
Niken Oktaviani
NIM 142310101059
Wahyu Rahmadani
NIM 142310101064
NIM 142310101072
NIM 142310101089
NIM 142310101094
NIM 142310101139
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya amakalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Tak terlupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada : Ns. Baskoro Setioputro, M.Kep. sebagai pihak yang telah memberikan tugas
pengampu pada mata kuliah Toksikologi di Program Studi Ilmu Keperawatan,
Universitas Jember, dan juga membantu penulis dalam menyelesaikan masalah yang
ada dan sebagai bahan pembelajaran bagi penulis.
Penulis berharap isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, namun
penulis juga menyadari akan kekurangan makalah ini, sehingga jauh dari kata
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran supaya pada tugas makalah
berikutnya dapat lebih baik lagi.
Jember, Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1.PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................2
1.3 Manfaat ...............................................................................................2
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1 Definisi .................................................................................................3
2.2 Epidemiologi Keracunan Sianida.........................................................4
2.3 Etiologi .................................................................................................5
2.4 Gejala klinis Keracunan Sianida...........................................................6
2.5 Toksisitas dan Toksikokinetik Sianida..................................................10
2.5.1 Toksisitas Sianida.........................................................................10
2.5.2 Toksikokinetik Sianida.................................................................12
2.6 Efek racun sianida.................................................................................13
2.6.1 Dosis Toksik.................................................................................15
2.6.2 Dosis Letal...................................................................................16
2.7 Penanganan atau penatalaksanan Keracunan Sianida..........................16
BAB 3. PENUTUP...............................................................................................20
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................20
3.2 Saran ....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................21
BAB 1.PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Sianida merupakan salah satu jenis racun yang dihasilkan dari proses
hidrolisis glukosida sianogenik oleh enzim yang terdapat dalam tanaman itu
sendiri. Setiap bagian tanaman mempunyai kandungan sianida yang berkaitan.
Kandungan tertinggi terdapat dalam biji, diikuti oleh buah, daun, batang dan akar.
Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan hanya reaksi kimia. Racun merupakan
zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis
toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.
Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui
rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga cepat, lambat atau secara
kumulatif.Penyerapan keracunan kedalam tubuh tergantung pada kelarutan dan
cara pemberiannya. Racun dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara
melalui mulut (per oral) paling banyak, pernafasan. Daya kerja racun pada
umumnya terjadi jika racun diserap kemudian masuk peredaran darah dan dapat
menimbulkan kerusakan pda organ tertentu karena daya kerjanya yang local dan
umum
Sedangkan definisi atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mnegikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, pelaku, fungsi, dan respon psikologis.
Keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan ketidaknormalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat
menyebabkan kematian.
Tujuan
Untuk mengetahui efek racun sianida, dosis toksik dan dosis letal
Manfaat
1
intoksikasi,
efek
intoksikasi
dan
penanganan
2.1 Definisi
Sianida merupakan salah satu jenis racun yang dihasilkan dari proses
hidrolisis glukosida sianogenik oleh enzim yang terdapat dalam tanaman itu
2
sendiri. Sianida merupakan senyawa anti nutrisi yang banyak terkandung pada
beberapa jenis tumbuhan, seperti ketela pohon, gadung, rebung, dan lain-lain.
Berdasarkan kajian medis diketahui bahwa sianida dapat mengganggu kesehatan,
terutama sistem pernapasan, karena oksigen di dalam darah terikat oleh senyawa
beracun tersebut. Gejala keracunan akibat mengonsumsi sianida yang terkandung
dalam makanan antara lain radang kerongkongan, pusing, lemas, muntahmuntah, pingsan, dan kejang perut (Pambayun, 2007).
Sianida juga merupakan salah satu zat goitrogenik yang secara alami terdapat
di dalam bahan makanan. Zat goitrogenik adalah zat yang dapat menghalangi
pengambilan yodium oleh kelenjar gondok yang berakibat konsentrasi yodium
dalam kelenjar gondok sangat rendah (Moehji dalam Ulunnida, 2011). Sehingga,
jika bahan makanan tinggi sianida tersebut dikonsumsi dalam jangka waktu yang
sering maka dapat berakibat terjadinya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY). Asupan sianida dapat memperburuk kondisi gondok dan kretinisme di
daerah kekurangan yodium.
Keracunan merupakan masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan ketidaknormalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat
menyebabkan kematian. Keracunan makanan (sianida) merupakan keracunan zat
kimia yang sangat toksik dan banyak digunakan dalam berbagai industri. Selain
itu, terdapat pula pada beberapa jenis umbi atau singkong.
2.2 Epidemiologi
Uap sianida dari bahan pemadam kebakaran digunakan untuk mengatasi
kerusuhan di Putins Rusia menyebakan kematian lebih dari 17.000 orang selama
tahun 2006 ( Cyanide Poisoning treatment Coalition 2006). Sebenarnya kasus
keracunan sianida pada ternak jarang ditemukan di lapangan, kecuali karena
adanya unsur kesengajaan (kriminal) atau keteledoran peternak dalam pemberian
pakan. Kebanyakan kasus keracunan sianida terjadi karena pemberian sianida
sintesis potas secara sengaja ke dalam pakan. Biasanya potas yang digunakan
berbentuk bubuk karena cukup murah, mudah diperoleh, dan cukup efisien pada
dosis rendah (1-2,5 mg/kg berat badan sudah dapat mematikan hampir semua
spesies) (Clarke dan Clarke 1977). Hampir 40% dari 35 kasus keracunan
senyawa toksik (sulfat, nitrat-nitrit, klorin, klorida, sianida, rodentisida seng
fosfit, insektisida DDT, diazinon, temik, klorin dan klorida) pada hewan di
Indonesia pada tahun 1992-2005 merupakan keracunan sianida sintetis potas
(Yuningsih, 2007).
Kasus keracunan sianida alami (asal tanaman) biasanya disebabkan kelalaian
peternak dalam pemberian pakan hijauan. Keracunan tanaman angrung (Trema
orientalis) pada salah satu peternakan di Kalimantan Timur menyebabkan 26
ekor kambing mati. Hal ini disebabkan peternak tidak mengetahui bahwa
tanaman angrung mengandung sianida cukup tinggi (Yuningsih 2007) dan
terdesak kekurangan hijauan (musim kering, sehingga peternak memanfaatkan
hijauan yang tumbuh di sekitarnya sebagai pakan. Di Venezuela, terjadi kematian
ternak babi akibat keracunan sianida setelah mengonsumsi ubi kayu pahit asal
sisa makanan anak-anak (umur 8-11 tahun) yang menderita keracunan, dengan
gejala lemah dan sesak nafas serta warna darahnya merah terang (Espinoza et al.
1992).
2.3 Etiologi
Menghirup asap, menelan, dan pajanan industri adalah sumber yang paling sering
dari keracunan sianida.
a. Menghirup asap
Menghirup asap selama kebakaran industri atau rumah adalah sumber
utama dari keracunan sianida di Amerika Serikat. Individu dengan menghirup
asap dari kebakaran di ruang tertutup, kemudian pasien menunjukkan adanya
gejala di mulut atau hidung atau saluran napas, adanya perubahan status
mental, atau hipotensi dapat diduga memiliki keracunan sianida yang
signifikan (konsentrasi sianida darah> 40 mmol / L atau sekitar 1 mg / L).
Banyak senyawa yang mengandung nitrogen dan karbon dapat
menghasilkan gas hidrogen sianida (HCN) ketika dibakar. Beberapa senyawa
4
Sianida
digunakan
terutama
dalam
perdagangan
logam,
Gejala yang paling cepat muncul setelah keracunan sianida adalah iritasi
pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur.Gejala
yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam, mulai dari rasa
nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat
sampai korban tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan
mengakibatkan kematian, tetapi gejala dan tanda awal yang terjadi setelah
menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah kecemasan, sakit kepala,
mual, bingung, vertigo, danhypernoea, yang diikuti dengan dyspnea, sianosis
(kebiruan), hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea AV nodus.
Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks,
gagal jantung, udem pada paru-paru dan kematian.Tanda orang mengalami
keracunan sianida dapat kita ketahui dengan mencium aromanya yang seperti
bitter almond-nya. Namun tidak semua manusia bisa mengetahui aroma dari
racun ini. Kemungkinan hanya 20% manusia yang dapat mengetahui aromanya.
2.4.2 Manifestasi Klinik Intoksikasi Sianida
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang
timbul secara progresif. Akan tetapi, gejala dan tanda fisik yang ditemukan
sangat tergantung dari dosis sianida, banyaknya paparan, jenis paparan, dan
bentuk dari sianida. Sianida berefek pada banyak sistem organ, seperti pada
tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem
otonom dan sistem metabolisme. Penderita akan mengeluh timbul rasa pedih
dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran
pernafasan. Hal yang khusus yang dapat diperhatikan pada penderita dengan
keracunan sianida adalah adanya warna merah terang pada arteri dan vena
retinal pada pemeriksaaan dengan funduskopi.
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30
menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidote.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah hiperpnea sementara, nyeri kepala,
dispnea, kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, berkeringat
banyak, warna kulit kemerahan atau cherry red karena darah vena banyak
mengandung oksigen, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.Tanda
akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi
pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan,
gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka
yang keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita
tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.
berapa banyak racun dalam tubuh yang dapat dikeluarkan. Selama waktu
tertentu pemajanan dapat terjadi hanya sekali atau beberapa kali. Pada dasarnya
setelah zat beracun masuk kedalam tubuh, suatu ketika dapat terdistribusi
kedalam cairan ekstrasel dan intrasel. Berdasarkan atas sifat dan tempat
kejadiannya, mekanisme aksi toksik zat kimia dibagi menjadi dua yakni
mekanisme luka intrasel dan ekstrasel. Setelah diketahui kadar sianida yang
masuk ketubuh dalam dosis besar, maka sianida menjadi toksik. Sianida
menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe3+). Tubuh yang
mempunyai lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh sianida.
Yang paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari sistem enzim sitokrom
oksidase yang terdiri dari sitokrom a-a3 komplek dan sistem transport elektron.
Jika sianida mengikat enzim komplek tersebut, transport elektron akan
terhambat yaitu transport elektron dari sitokrom a3 ke molekul oksigen di blok.
Sebagai akibatna akan menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikat
racun PO2. Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan
kekurangan oksigen dari semua kofaktor dalam sitorom dalam siklus respirasi.
Sebagai akibat tidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih
bergantung pada sitokrom oksidase yang merupakan tahap akhir dari proses
phporilasi oksidatif. Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem
transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen sehingga
menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Hal tersebut menyebabkan
hitotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah oksigen yang mencapai
jaringan normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya. Hal ini berbeda
dengan keracunan CO dimana terjadinya jaringan hipoksia karena kekurangan
jumlah oksigen yang masuk. Jadi kesimpulannya adaldah penderita keracunan
sianida disebabkan oleh ketidakmampuan jaringan menggunakan oksigen
tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa :
10
Pada saat pasien keracunan sianida, di dalam sianida baik dosis yang sedikit
ataupun dosis yang banyak sangat berbahaya bagi tubuh karena di dalam
sianida tergandung banyak bahan toksik yang mana dapat menyebabkan
kerusakan saraf sehingga dapat menyebabkan perubahan perilaku seperti
agitasi dan gelisah.
Larutan natrium sianida dalam air atau bentuk padatan yang terkena kulit yang
lembab dapat menyebabkan kemerahan, rasa nyeri, luka bakar, dermatitis
kontak dan tukak yang penyembuhannya bersifat lambat. Natrium sianida
dapat terserap melalui kulit, apalagi jika terdapat luka yang terbuka. Ketika
sianida terserap dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan efek
sistemik, sebagaimana halnya pada paparan tertelan jangka pendek. Paparan
berulang atau terus-menerus dapat menyebabkan dermatitis dan ruam
sianida, dengan gejala gatal-gatal, erupsi berupa makula, papula, dan
vesikula.
11
Paparan oleh senyawa sianida dalam konsentrasi yang rendah dengan jangka
waktu yang lama dilaporkan dapat menyebabkan penurunan selera makan,
sakit kepala/ pusing, kelemahan dan mual.
12
ditemukan dalam tekanan darah yang rendah, yaitu 0,016 mg/L bagi yang tidak
merokok dan 0,041 mg/L bagi perokok. (Nita dkk, 2005).
Dalam tubuh, sianida akan cepat bereaksi membentuk hidrogen sianida
yang mempunyai afinitas kuat terhadap sitokrom C oksidase ( oksidase terminal
pada rantai transfer electron). Pembentukan ikatan sitokrom C oksidase CN
yang stabil pada mitokondria akan menghambat transfer oksigen dan
menghentikan respirasi selular yang menyebabkan hipoksia sitotoksik walaupun
terdapat Hb O2 dalam jumlah yang cukup. Anoksia jaringan yang diinduksi oleh
inaktivasi dari sitokrom oksidase mengakibatkan perubahan pada metabolisme
sel, dari aerobik menjadi anareobik. Hal ini nantinya akan menyebabkan
berkurangnya glikogen, fosfoceratin , dan ADP seiring dengan akumulasi dari
laktat dan penurunan pH darah. Kombinasi dari hipoksia sitotoksik dengan
asidosis laktat akan menekan CNS, area paling sensitif terhadap anoksia, yang
menyebabkan henti nafas dan kematian (WHO, 2004).
Pada kasus keracunan sianida peroral, efek racun menjadi lebih kronis dan
ringan karena pada jalur ini, sianida terlebih dahulu melewati detoksifikasi hati.
Akan tetapi, paparan sianida yang terus menerus dapat mengakibatkan
berkurangnya dopamine yang diasosiasikan dengan timbulnya parkinson yang
progresif. Intoksikasi sub letal dari sianida juga dapat menimbulkan distonia
(WHO, 2004). Secara umum, efek sianida pada tubuh antara lain :
a. Iritasi pada kulit
Kontak langsung hidrogen sianida dalam bentuk cair pada kulit dapat
menimbulkan iritasi. Efek yang muncul tergantung dari kemampuan penetrasi
epidermal sianida, kelarutannya dalam lemak, kelembapan kulit, luas dan
lama area kontak, serta konsentrasi cairan yang mengenai korban. Gejala
muncul segera setelah paparan atau paling lambat selama 30 hingga 60 menit
(Harry, 2006).
b. Merusak sistem pencernaan
13
Hidrogen sianida adalah cairan tak berwarna. Tapi di suhu kamar, cairan ini
berwarna biru pucat. Hidrogen sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran
pencernaan. Dalam dosis besar, akibat keracunan ini bisa sangat fatal. Setelah
terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika yang masuk
masih dalam jumlah kecil, maka sianida akan diubah jadi tiosianat yang lebih
aman dan bisa dieksresikan tubuh. Hanya saja, yang jadi berbahaya adalah
saat sianida yang masuk dalam tubuh ada dalam jumlah besar dan masuk ke
dalam sistem pencernaan. Jika masuk ke dalam sistem pencernaan, maka
racun ini akan berkumpul di hati. Keracunan sianida akan berakibat buruk
pada sistem kardiovaskuler. Jika keracunannya kronik, maka sistem endokrin
akan terganggu.
c. Gangguan pernafasan yang dapat menimbulkan kematian
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh salah satunya adalah
mengganggu pernafasan bagi penderita. Sinaida merupakan bahan kimia
umum yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu 5-10 menit jika tidak
ditangani dengan segera. Biasanya penderita akan mengeluh kesulitan
bernafas karena racun tersebut mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas
sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi yang tinggi.
Racun klasik seperti H2S , karbon monoksida dan sianida menginhibisi
komplek IV (sitokrom oksidae) yang menghalangi siklus asam trikarboksilat
dan menyebabkan henti nafas. Hanya dalam jangka waktu selama 15 detik,
tubuh akan merespon yang disertai dengan kondisi hiperpnea. Kemudian
15 detik selanjutnya orang tersebut akan mengalami kehilangan
kesadarannya. Lalu 3 menit kemudian akan mengalami apnea dalam
jangka waktu kurang lebih selama 5-8 menit. Dalam waktu tersebut,
aktifitas otot jantung penderita menjadi terhambat dikarenakan
mengalami hipoksia dan selanjutnya dapat mengakibatkan kematian.
2.6.1 Dosis Toksik
14
ppm)
dapat
berakibat
fatal.
Tingkat
udara
yang
a.
b.
c.
d.
e.
15
intravena,
bila
pasien
gelisah
dapat
memberikan
obat-obat
sianida,
sianida
dapat
diubah
menjadi
tiosianat
dengan
17
18
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sianida merupakan salah satu jenis racun yang dihasilkan dari proses
hidrolisis glukosida sianogenik oleh enzim yang terdapat dalam tanaman itu
sendiri. Sianida merupakan senyawa anti nutrisi yang banyak terkandung pada
beberapa jenis tumbuhan, seperti ketela pohon, gadung, rebung, dan lainlain.Keracunan makanan (sianida) merupakan Keracunan zat kimia yang
sangat toksik dan banyak digunakan dalam berbagai industri. Juga terdapat
pada beberapa jenis umbi atau singkong.Menghirup asap, menelan, dan
pajanan industri adalah sumber yang paling sering dari keracunan
sianida.korban keracunan sianida akan menyebabkan adanya penekanan
terhadap susunan saraf pusat dalam bentuk tremor, aritmia, kejang-kejang,
koma, dan penekanan pada pusat pernapasan. Pada akhirnya, keracunan ini
akan menyebabkan gagal napas dan henti jantung. Secara umum, efek sianida
pada tubuh antara lain iritasi kulit, merusak sistem pencernaan dan pernafasan
hingga menyebabkan kematian. Penataksanaan dan penanganan keracunan
sianida yaitu terapi dan pemberian antidotum.
3.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pada kasus ini, penanganan
keracunan secara cepat dan tepat diperlukan. Maka diharapkan bagi seorang
perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam
19
Maryland
USA.
Diakses
dari
www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf.Access
Jurnal Nasional JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 ; Sianida: Klasifikasi,
Toksisitas, Degradasi, Analisis(Studi Pustaka) oleh M. M. PitoiJurusan Kimia,
FMIPA,
Unsrat,
Manado
serial
online
diakses
melalui
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuohttps://klinikanakonline.com/2016/0
1/11/gejala-dan-penanganan-keracunan-sianida/]
Nita dkk, Michael, Irma, Erni, Mulyati, Ridwan, 2005, Toksikologi
Forensik http://www.freewebs.com/toksikologiforensik/obat.htm
Pambayun, R. 2007. Kiat Sukses Teknologi Pengolahan Umbi Gadung. Yogyakarta:
Ardana Media.
Seminar Nasional II tahun 2006 tentang Penentuan Efisiensi Pemisahan Sianida Pada
Pengolahan Umbi Gadung
Utama, Harry Wahyudhy, 2006, Keracunan Sianida.
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160111175300-255-103557/bagaimanasianida-meracuni-tubuh-dan-menyebabkan-kematian/
[serial
Online
diakses
20
serial
online
https://www.scribd.com/doc/308696359/Referat-Sianida
diakses tanggal 23 Juni 2016]
21
[serial
Online