Anda di halaman 1dari 31

PERUBAHAN SIFAT MEKANIK WIRE ROD SETELAH

MELALUI PROSES PIANO WIRE DRAWING


PT. IRON WIRE WORKS INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ALIFKHAN FATIHKARA
2012 - 041 077

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2016

PERUBAHAN SIFAT MEKANIK WIRE ROD SETELAH


MELALUI PROSES PIANO WIRE DRAWING
PT. IRON WIRE WORKS INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ALIFKHAN FATIHKARA
2012 - 041 077
PEMBIMBING
Arka Soewono, B.A.Sc., M.A.Sc., Ph.D.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2016

LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTIK


PT. IRON WIRE WORKS INDONESIA

Nama

: Alifkhan Fatihkara

NIM

: 2012-041-077

Program Studi

: Teknik Mesin

Fakultas

: Teknik

Perguruan Tinggi

: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Telah menyelesaikan Kerja Praktik di PT. Iron Wire Works Indonesia, divisi quality
control, dari tanggal 11 Januari 2016 sampai dengan tanggal 22 Februari 2016, dengan
Penilaian Lapangan sebagai berikut:
1. Kerja Lapangan:
2. Laporan:

Baik Sekali/Baik/Sedang/Tidak Layak


Baik Sekali/Baik/Sedang/Tidak Layak

Tangerang, tanggal-bulan-tahun
Pembimbing dan Penilai,

Nama
Jabatan

LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTIK


PRODI TEKNIK MESIN

Nama

: Alifkhan Fatihkara

NIM

: 2012-041-077

Program Studi

: Teknik Mesin

Fakultas

: Teknik

Perguruan Tinggi

: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Telah menyelesaikan Kerja Praktik di PT. Iron Wire Works Indonesia, dengan
Penilaian sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Laporan
Poster
Presentasi
Nilai Akhir KP

: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D

Jakarta, tanggal-bulan-tahun
Pembimbing Kerja Praktik

Koordinator Kerja

Praktik

Arka Soewono, B.A.Sc., M.A.Sc., Ph.D.

Dr. Prita Dewi Basoeki, Ir.

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan kerja praktik di PT.
Iron Wire Works Indonesia dan membuat laporan kerja praktik dengan judul
Perubahan Sifat Mekanik Wire Rod Setelah Melalui Proses Piano Wire Drawing
guna memenuhi syarat kelulusan pada mata kuliah Kerja Praktik.
Sebagai mahasiswa jurusan Teknik Mesin, PT. Iron Wire Works Indonesia
merupakan perusahaan yang sesuai untuk mengimplementasikan ilmu-imu yang
telah didapat selama perkuliahan, karena PT. Iron Wire Works Indonesia bergerak
pada bidang proses manufaktur.
Laporan ini membahas tentang dampak proses piano wire drawing pada
wire rod. Meliputi struktur mikro material, dari bahan hingga wire rod produk
piano wire drawing.
Pada laporan ini disadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun materi yang disampaikan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan. Diharapkan laporan ini dapat berguna bagi seluruh masyarakat.
Jakarta, 1 Mei 2016

Alifkhan Fatihkara

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan : PT. Iron Wire Works Indonesia, Tangerang, Indonesia
Waktu Pelaksanaan : 11 Januari 2016 22 Februari 2016
Rincian pelaksanaan kerja praktik dapat dilihat pada Tabel
1.1.
1.2. Latar Belakang
Suspensi atau pegas merupakan komponen penting dalam kendaraan
bermotor. Pengaplikasian pegas ada pada mesin maupun rangka. PT. Iron Wire
Works Indonesia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang
memproduksi kawat pegas. Kawat pegas diproduksi dengan cara proses drawing.
Proses drawing suatu kawat atau pejal merupakan teknik proses manufaktur yang
ditujukan untuk memperkecil diameter kawat atau pejal namun juga mengatur
sifat mekaniknya, yakni beban maksimum, tensile strength, dan elongation pada
produknya. Pada prinsipnya, proses drawing menggunakan dies untuk
mengecilkan kawat atau pejal dengan cara, kawat atau pejal ditarik secara paksa
untuk melewati dies dalam temperatur dingin, yang akan membuat kawat atau
pejal yang keluar dari dies akan memiliki diameter yang lebih kecil.
Proses piano wire dibedakan menjadi dua, proses piano wire drawing tanpa
perlakuan panas, dan proses piano wire drawing dengan perlakuan panas. Hal
tersebut ditujukan untuk mengatur sifat mekaniknya. Masing-masing produk
proses piano wire drawing memiliki spesifikasi dan grade bahan yang berbedabeda, dan menghasilkan sifat mekanik yang berbeda-beda. Untuk itu, fenomena
proses piano wire drawing menarik untuk dijadikan studi kasus dalam memahami
lebih lanjut mengenai struktur mikro material dan sifat mekanik material pada
kawat atau pejal.

Tabel 1.1 Rincian pelaksanaan kerja praktik


Bulan
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kegiatan
Pengenalan
tempat kerja
Penentuan topik
Penjelasan SOP
Observasi
lingkungan kerja
Pemeriksaan
incoming wire rod

Pengujian
incoming wire
rod
Pickling
Dies
Drawing
Air
patenting/blueing

11

Membuat presentasi
kerja praktik

12

Presentasi kerja
praktik

1
1

1
2

1
3

1
4

1
5

1
8

Januari
1 2 2
9 0 1

2
2

2
5

2
6

2
7

2
8

2
9

Februari
1 1 1 1
1 2 3 4 5 8 9
0 1 2 5

1
6

1
7

1
8

1
9

2
2

1.3. Rumusan Masalah


Proses piano wire drawing dilakukan dengan proses penarikan kawat yang
dilakukan untuk memperkecil diameter, dan menjaga sifat mekaniknya. Oleh
karena itu diperlukan beberapa pengujian setelah melalui proses piano wire
drawing.
1.4. Tujuan
Mengetahui proses produksi proses piano wire drawing dan mengetahui
sifat mekanik dari produk proses piano wire drawing.
1.5. Batasan Masalah
Adanya pembatasan masalah dilakukan agar ruang lingkup pembahasan
dalam studi kasus ini menjadi terfokus, berikut batasan masalah pada laporan ini:
1. Material bahan wire rod yang digunakan ialah baja JIS SWRS 82B.
2. Produk wire rod yang diuji dimensi sesuai dengan spesifikasi wire rod
Showa SWP-B.
3. Mesin drawing yang digunakan adalah mesin drawing piano wire 12B.

BAB 2
TEORI DASAR
Proses wire drawing merupakan proses penarikan kawat melalui dies, yang
ditarik secara paksa. Reduksi yang diakibatkan membuat bertambahnya panjang
kawat namun membuat diameter lebih kecil [5]. Proses piano wire drawing
dilakukan secara dingin, tanpa dipanaskan terlebih dahulu. Oleh karena itu wire
rod hasil dari proses piano wire drawing memiliki tegangan sisa yang cukup besar.
2.1.
Wire Rod
Wire rod adalah istilah bahan mentah berupa kawat untuk proses piano wire
drawing. Untuk bahan kawat, PT. Iron Wire Works Indonesia memiliki beberapa
supplier, yakni Kobe Steel Jepang, Krakatau Steel Indonesia, ISPAT Indo
Indonesia, dan POSCO Korea. PT. Iron Wire Works Indonesia memiliki acuan
pengukuran dan pengujian standar Jepang, yakni JIS. Pada proses piano wire
drawing sendiri, untuk bahan kawat menggunakan grade SWRS-82 (Steel wire
rod spring 82). Angka delapan puluh dua merupakan presentase kadar karbon
yang terkandung pada bahan kawat dalam desimal. Komposisi mekanis kawat
SWRS-82 dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi mekanis kawat SWRS-82 [sumber : SOP QC PT. IWWI].
Kandungan
No

Grade

SWRS
-82

Fe
%
~
100

C%

Si %

Mn %

P%

0.790.86

0.150.35

0.60.9

0.0
3

S
%
0.0
3

Cu
%
0.0
1

Ni
%
0.0
1

Cr
%
0.2
6

2.2.
Dies
Dies merupakan komponen terpenting pada proses piano wire drawing.
Dies berfungsi sebagai untuk memperkecil diameter kawat, meratakan kawat,
serta meluruskan kawat yang keluar saat ditarik. Ilustrasi prinsip kerja dies pada
proses drawing dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Ilustrasi prinsip kerja dies pada proses drawing [2].

Awalnya kawat yang masuk ke dalam dies memiliki diameter yang besar,
lalu saat keluar dari dies, diameter dikecilkan oleh dies [3]. Diameter kawat dapat
mengecil dikarenakan lubang dies memiliki profil kemiringan dengan pengecilan
diameter lubang dengan spesifikasi tertentu. Dies memiliki dua bagian yang
terbuat dari baja tungsten. Pertama bagian casing dan kedua bagian inti atau core.
Pada bagian inti atau core, baja tungsten sengaja dihaluskan atau polishing untuk
mengurangi tegangan reduksi saat proses drawing dilakukan. Pada bagian inti
atau core ini sumber terjadinya reduksi tegangan yang menyebabkan tegangan
sisa pada kawat hasil produksi. Oleh karena itu bagian inti ini biasanya direndam
dalam pelumas. Pelumas yang digunakan bukan berupa cairan melainkan berupa
bubuk Koshin. Bubuk Koshin terbuat dari kalsium hidroksida dengan kadar 45%55%. Bubuk Koshin ini yang menjadi pelumas saat proses drawing dilakukan.
Bubuk Koshin dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bubuk Koshin.


Dalam inti dies ada beberapa bagian. Bagian-bagian ini dies dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bagian-bagian inti dies [5].


Bagian-bagian tersebut sudah memiliki ukuran dan derajat kemiringan yang
sudah ditentukan berdasarkan standar JIS. Untuk keterangan gambar inti dies
dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Keterangan inti dies [sumber : SOP QC PT. IWWI].


Untuk ukuran bagian inti dies berdasarkan keterangan Gambar 2.4 dapat dilihat
pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Ukuran inti dies [sumber : SOP QC PT. IWWI].


Tipe
W 103
W 105
W 106
W 107
W 108

Diameter
2.3 - 1.0
6.0 - 4.0
8.0 - 6.0
10.0 - 8.0
13.0 - 10.0

W 109

16.0 - 13.0

W 110

20.0 - 16.0

W 111

26.0 - 20.0

A
30
55
60
70
85
10
0
12
5
14
5

B
15
24
28
35
40

a
12
20
25
30
35

b
8
14
18
22
25

c
2
4
4
4
6

20'
10
12
12
14
14

R
1
2
3
4
5

E
1
2
3
4
5

F
0
0
0
0
2

G
1
1.5
1.5
2
2

L
0
0
0
0
10

45

40

27

14

10

50

50

30

16

10

50

60

35

11

16

10

Keterangan: Semua satuan ukuran dalam millimeter (mm) dan derajat.


Proses piano wire drawing menggunakan teknik multiple dies atau dies
ganda atau lebih. Pengunaan banyak dies ditujukan untuk memperkecil terjadinya
kegagalan pada proses drawing. Oleh karena itu reduksi yang terjadi antar dies
tidak terlalu besar, karena tidak memusatkan pengecilan diameter hanya pada satu
dies, maka digunakan banyak dies untuk mendapatkan diameter yang diinginkan.
Untuk menentukan jumlah dies yang dipakai operator harus menghitung terlebih
dahulu reduksi antar dies. Setiap satu buah dies hanya boleh dikenakan beban
reduksi sebesar 23%-36% saja. Presentase reduksi dies dapat dilihat pada
persamaan berikut:

R=

D1
D2

x 100%

[1]

Keterangan: R = Reduksi
D1 = Diameter kawat bahan [mm]
D2 = Diameter kawat keluar dies [mm]
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses drawing berikutnya ialah
kecepatan proses drawing. Menaikkan kecepatan proses drawing dapat
menaikkan temperatur kawat yang keluar, yang akan berdampak pada kestabilan
lapisan pelumas Koshin pada permukaan kawat, dan dapat berdampak pada
tingginya tegangan sisa, yang membuat kawat menjadi lebih getas. Kecepatan
rata-rata proses drawing berkisar antara rentan 10-5000m/min.
Dengan adanya reduksi pada dies dan kecepatan proses drawing, maka gaya

yang dibutuhkan untuk melakukan proses drawing dapat diketahui berdasarkan


persamaan berikut:
D1
D 22
F = {1.6 (Tsi) {
}
ln
D 2 } x 0.453592
4

[2]

Keterangan: F = Gaya penarikan kawat [Kgf]


Tsi = Tensile strength kawat bahan [Kgf/mm]
D1 = Diameter kawat bahan [mm]
D2 = Diameter kawat keluar dies [mm]
Tensile strength pada persamaan diatas dapat didapatkan dari percobaan
pengujian sampel kawat bahan, dengan cara pengujian tarik. Jadi terdapat dua hal
penting yang terjadi pada dies, pertama ialah besar reduksi yang terjadi pada dies,
dan kedua adalah besar gaya yang dibutuhkan untuk melakukan penarikan kawat
dari dies.
2.3 Mesin Penarikan Wire Rod Drawing
Pada poin sebelumnya kita telah membahas tentang gaya yang dibutuhkan
untuk proses drawing. Gaya tersebut akan menentukan mesin dengan spesifikasi
apa yang cocok untuk menarik kawat dari dies pada proses piano wire drawing.
Mesin penarikan kawat yang digunakan tidak menggunakan aktuator
semacam hidrolik atau pneumatik, melainkan sebuat motor induksi yang memutar
sebuah drum roller untuk menarik kawat. Motor induksi adalah motor listrik yang
merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan arus medan
listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Motor induksi
merupakan motor yang paling banyak digunakan dalam bidang industri [4].
Motor induksi memiliki tiga bagian penting sebagai berikut.
Stator: Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang
dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
Celah: Merupakan celah udara tempat bersikulasinya udara dari stator ke
rotor.
Rotor: Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet
dari kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.
Untuk bagian per komponen motor induksi tiga fasa dapat dilihat pada Gambar
2.5.

Gambar 2.5 Bagian per komponen motor induksi tiga fasa [4].
Dalam praktiknya, motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron,
namun pada kecepatan dasar yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan antara dua
kecepatan tersebut disebabkan adanya slip atau geseran yang meningkat dengan
meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor induksi, untuk menghindari
slip tersebut dipasang sebuah cincin geser, dan motor tersebut dinamakan motor
cincin geser atau slip ring motor. Persentase slip yang terjadi dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut.

Slip =

N SN
NS

x 100

[3]

Keterangan: Ns = Putaran sinkron motor [rpm]


N = Putaran motor [rpm]
Dari persamaan diatas kita mendapatkan persentase nilai slip. Persentase
nilai speed digunakan untuk mencari nilai kecepatan rotor, yang akan berkaitan
dengan spesifikasi motor induksi yang dapat digunakan pada proses drawing.

Persamaan untuk mencari nilai kecepataran rotor sebagai berikut.


N = Ns x (1 - %Slip)

[4]

Keterangan: N = Kecepatan rotor [rpm]


Ns = Putaran sinkron [rpm]
Slip = Persentase slip
Untuk menentukan spesifikasi motor induksi yang digunakan, hal lain yang
perlu diperhatikan adalah berapa daya motor induksi yang dibutuhkan. Setelah
mendapatkan nilai daya motor induksi yang dibutuhkan, maka nilai kecepatan
rotor bisa disesuaikan dengan spesifikasi daya motor. Untuk mendapatkan nilai
daya motor dapat dilihat dari persamaan berikut.
P=

F xV
33000

[5]

Keterangan: P = daya [Hp]


F = Gaya penarikan kawat [Kgf}
V = Kecepatan penarikan kawat [rpm]
33000 = Nilai konstanta konversi agar satuan daya Hp
Kawat yang keluar dari dies ditarik dengan cara, kawat disangkutkan pada
drum roller yang berputar. Maka kawat akan tertarik dan keluar dari dies. Untuk
lebih jelasnya ilustrasi drum roller dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Ilustrasi drum roller [3].

BAB 3
STUDI KASUS DAN ANALISIS
Wire rod Showa dengan grade SWP-B adalah kawat bahan baku pembuatan
shock breaker motor yang umum dipakai pada suspensi kendaraan roda dua di
Indonesia. SWP-B merupakan singkatan dari Steel Wire Product, dan untuk B
adalah nilai grade pada wire rod tersebut. Proses produksi piano wire drawing PT.
Iron Wire Works Indonesia memproduksi tiga tingkatan grade, yakni SWP-A,
SWP-B, dan SWP-C. Wire rod dengan grade SWP-A memiliki nilai tensile
2

strength 150-170 kgf/ mm

. Wire rod dengan grade SWP-B memiliki nilai

tensile strength 165-185 kgf/ mm

. Dan wire rod dengan grade SWP-A

2
memiliki nilai tensile strength <150 kgf/ mm . Dari nilai tensile strength

tersebut, dapat diketahui sifat mekaniknya.


3.1.
Proses Pickling atau Pencucian
Sebelum dilakukan proses drawing, wire rod harus melalui proses pickling
atau proses pencucian terlebih dahulu. Proses pickling bertujuan untuk
membersihkan wire rod dari karat yang timbul akibat penyimpanan yang lama di
gudang. Selain itu proses pickling juga merupakan proses coating atau pelapisan
dengan larutan fosfat.
Proses pickling berlangsung dalam beberapa tahap. Tahap yang pertama
adalah tahap perendaman wire rod dalam larutan HCl. Perendaman dalam laurtan
HCl ini dilakukan selama tujuh menit, dan dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan
HCl yang bersifat asam akan mengkikis lapisan wire rod yang berkarat, sehingga
karat akan terangkat. Tahap kedua adalah proses jet shower. Setelah wire rod
direndam dalam larutan HCl, wire rod dicuci dengan cara disemprotkan air
melalui nozzle yang bertekanan hingga 2 bar. Ph air juga dijaga yakni hanya
berkisar 2-3 Ph, proses ini dibutuhkan waktu sekitar 2-3 menit. Setelah itu, wire
rod melalui proses pembilasan dengan air yang bersirkulasi selama 4-6 menit.
Pembilasan pertama menggunakan air dengan Ph 2-3, setelah itu pembilasan
dilakukan lagi selama 5-6 menit dengan menggunakan air dengan Ph 4-5.
Pembilasan yang dilakukan bertahap ini dilakukan untuk menetralisir keasaman
larutan HCl yang masih melekat pada wire rod. Proses selanjutnya ialah tahap
Phosphating. Pada tahap ini wire rod direndam dalam larutan fosfat dengan
temperatur larutan 80-85 derajat celcius selama 4-6 menit. Perendaman dalam
larutan fosfat bertujuan agar wire rod lebih tahan terhadap korosi setelah melalui
proses drawing. Selanjutnya dilakukan proses pembilasan kembali selama 5-6
menit dengan menggunakan air dengan Ph 5-7. Berikutnya proses neutralizing,

pada tahap ini wire rod direndam kembali dalam air dengan Ph 8-9 dengan suhu
80-85 derajat celcius selama 2-3 menit. Tahap terakhir adalah proses dryer atau
pengeringan. Pada tahap ini wire rod ditiupkan angin oleh blower selama 3-5
menit dengan suhu 80-90 derajat celcius.
3.2.
Proses Piano Wire Drawing
Proses piano wire drawing pada PT. Iron Wire Works Indonesia yang
menerapkan sistem multiple dies, menggunakan motor pada masing-masing drum
roller. Mesin proses drawing yang penulis pakai adalah mesin drawing 12B.
Dimana mesin 12B adalah mesin single dies, atau dengan kata lain setiap satu
drum roller menarik kawat dari satu dies. Mesin 12B memiliki enam drum roller
dan enam buah dies. Drum pada mesin drawing 12B di PT. Iron Wire Works
Indonesia menggunakan motor induksi tiga fasa dengan spesifikasi 11.5 kW atau
setara dengan 15.42 Hp, 3.7 A, 380 V, dengan rentan putaran motor induksi antara
1500rpm-7000rpm. Mesin lain pada proses piano wire drawing lain seperti, mesin
12A dan mesin 12C adalah mesin campuran, artinya satu drum roller menarik
kawat dari satu dies, namun ada juga yang satu drum roller yang menarik kawat
dari dua dies. Mesin lain pada proses piano wire drawing lainnya yaitu mesin
12D. Mesin 12D adalah mesin single dies, yang memiliki drum roller hingga 10
buah. Mesin 12B yang penulis pakai dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan proses
drawing pada mesin 12B dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1 Mesin 12B.

Gambar 3.2 Proses drawing pada mesin 12B.


Pada proses piano wire drawing dengan menggunakan mesin 12B, maka
operator harus dapat memperhitungkan berapa diameter akhir setelah melalui
proses drawing dengan melewati enam buah dies, namun tidak melebihi batas
toleransi nilai reduksi pada tiap-tiap dies. Selain itu operator juga harus dapat
memperhitungkan kecepatan mesin, Oleh karena itu kecepatan akan
mempengaruhi nilai tensile strength suatu wire rod.
Sebagai contoh studi kasus, perusahaan Showa meminta wire rod dengan
grade SWP-B berdiameter 4 mm sebanyak 5 ton. Maka penyelesaian pertama
adalah menentukan bahan mentah wire rod untuk dilakukan proses drawing.
Produk yang diminta adalah grade SWP-B, berarti jika menggunakan mesin 12B
yang memiliki enam drum dan enam buah dies, dengan kecepatan produksi
normal yakni 200m/min, maka bahan mentah wire rod yang digunakan adalah
2
SWRSRH-82B dengan tensile strength awal yakni sekitar 116-119 kgf/ mm .

Hasil tes tensile strength dan komposisi mekanik bahan mentah wire rod
SWRSRH-82B dapat dilihat pada Gambar 3.3. Setelah menentukan bahan mentah
wire rod, selanjutnya adalah menentukan diameter dies. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan diameter dies adalah nilai persentase reduksinya.

Seperti diawal dijelaskan bahwa, standar JIS, persentase reduksi yang


diperbolehkan dalam rentan sekitar 23% hingga 36%. Untuk penyelesaian studi
kasus diatas dapat dlihat pada tabel 3.1. Untuk berat produksi dapat disesuaikan
setelah produksi mencapai berat target, bila berat produksi berlebih maka wire
rod dapat dipotong.

Gambar 3.3 Hasil tes tensile strength dan komposisi mekanik bahan mentah wire rod SWRSRH-82B.
Tabel 3.1 Penyelesaian studi kasus.
No

No. Dies

Tipe dies

Diameter dies (mm)

% Reduksi

Masuk

Keluar

W 107

7.8

33%

W 106

7.8

6.8

31%

W 106

6.8

5.9

32%

W 105

5.9

5.2

28%

W 105

5.2

4.45

36%

W 105

4.45

23%

Keterangan: -Tipe dies dapat dilihat pada Tabel 2.2.


-Diameter wire rod yang dihasilkan memiliki toleransi 0.05 mm dari
ukuran teoritis.
-Nilai reduksi didapatkan dari persamaan [1].
Dari data diatas bisa kita lihat, wire rod setelah melewati proses produksi
piano wire drawing menggunakan mesin 12B, nilai reduksi yang didapat masih
dalam toleransi standar JIS. Dari diameter bahan yang masuk, hingga diameter
produk yang keluar sesuai dengan permintaan perusahaan Showa. Untuk
mengetahui nilai tensile strength wire rod tersebut, maka harus melalui pengujian
uji tarik.

3.3.
Pengujian Pengaruh Proses Drawing Pada Wire Rod
Berikutnya, wire rod yang telah melalui proses drawing dilakukan pengujian
oleh divisi Quality Control. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat
mekanis dari wire rod setelah melalui proses drawing. Untuk piano wire drawing,
pengujian yang dilakukan hanya pengecekan struktur mikro dan uji tarik.
3.3.1. Pengujian struktur mikro
Untuk pengujian struktur mikro, wire rod finish good diambil beberapa
sampel dengan cara dipotong menggunakan mesin gerinda potong. Dalam
pengujian struktur mikro ada dua bidang yang akan diamati. Bidang yang pertama
adalah bidang pemotongan memanjang dan bidang perpotongan. Untuk
memudahkan saat pengujian mikro, sampel uji dipadatkan di dalam resin. Sampel
uji yang siap dilakukan pengujian struktur mikro dapat dilihat pada Gambar 3.4
dan Gambar 3.5.

Gambar 3.4 Sampel uji yang siap dilakukan pengujian struktur mikro.

Gambar 3.5 Sampel uji yang siap dilakukan pengujian struktur mikro.
Selanjutnya dilakukan pengujian struktur mikro menggunakan mikroskop
dengan perbesaran tertentu. Mikroskop yang digunakan untuk struktur mikro wire
rod dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Mikroskop yang digunakan untuk struktur mikro wire rod.

3.3.2. Pengujian tensile strength


Untuk pengujian uji tarik ini, diambil lagi sampel dari wire rod yang telah
melalui proses drawing sebelumnya. Pengujian uji tarik ini bertujuan untuk
mengetahui nilai tensile strength dan elongation pada wire rod tersebut. Ketika
nilai tensile strength sudah diketahui, maka grade sebuah wire rod dapat
ditentukan. Sampel wire rod untuk pengujian uji tarik dapat dilihat pada gambar
3.7.

Gambar 3.7 Sampel wire rod untuk pengujian uji tarik.


Pengujian uji tarik dilakukan dengan mesin uji tarik hingga sampel terputus.
Mesin uji tarik wire rod yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.8. Saat
sampel uji tarik terputus maka, komputer akan mengetahui nilai tensile strength.
Sedangkan nilai elongation dilakukan secara manual dengan mengukur wire rod
sebelum diuji tarik dengan wire rod yang sudah terputus. Elongation didapatkan
dari selisih panjang kedua wire rod tersebut. Untuk hasil pengujian uji tarik wire
rod SWRSRH-82B dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.8 Mesin uji tarik wire rod yang digunakan.


3.4.
Analisis
Material logam memiliki berbagai macam sifat, contohnya sifat mampu
elastis dan getas yang berbeda, titik lebur yang berbeda, kekerasan yang berbeda,
hingga ketangguhan yang berbeda. Semua hal tersebut dapat terjadi akibat setiap
material logam memiliki campuran unsur-unsur paduan yang berbeda-beda, serta
perlakuan yang berbeda terhadap logam tersebut [1]. Dari setiap sifat tersebut
memberikan dampak positif maupun negatif saat diaplikasikan ke dalam suatu
rancangan.
Sifat elastis atau getas adalah sifat kemampuan suatu logam untuk berdeformasi. Logam dikatakan elastis bila memiliki tensile strength yang rendah,
sebaliknya material logam dikatakan getas bila memiliki tensile strength yang
tinggi [2]. Sifat elastis dan getas umunya berbanding terbalik dengan sifat
kekerasannya, material yang elastis memiliki permukaan yang lebih lunak,
sedangkan material logam yang getas memiliki permukaan yang keras.
Dari proses drawing hingga proses pengujian yang sudah dilakukan, penulis

akan menganalisis wire rod sebelum dan sesudah proses drawing, dan apa
pengaruhnya terhadap struktur mikro dan sifat mekanis wire rod. Perbandingan
pengujian struktur mikro pemotongan perpanjangan dapat dilihat pada Gambar
3.9 dan perbandingan pengujian struktur mikro perpotongan dapat dilihat pada
Gambar 3.10.

Gambar 3.9 Perbandingan pengujian struktur mikro pemotongan perpanjangan.

Gambar 3.10 Perbandingan pengujian struktur mikro perpotongan.


Keterangan: A = Sebelum proses drawing.
B = Setelah proses drawing
Dari gambar diatas, proses drawing sangat mempengaruhi struktur material
wire rod. Pada hasil pengujian, struktur mikro pemotongan perpanjangan sebelum
proses drawing struktur material masih berukuran besar dan tidak rapat. Namun
setelah proses drawing, struktur material wire rod lebih rapat dan berbentuk
memanjang. Hal ini disebabkan oleh pada proses drawing, seiring dengan
mengecilnya diameter wire rod, proses drawing juga berdampak pada struktur
logam, yang menyebabkan struktur material mengalami deformasi, akibat proses
drawing. Pada hasil pengujian struktur mikro perpotongan dapat dilihat bahwa,
struktur mikro material terlihat lebih rapat dan halus. Karena pergeseran struktur
material searah dengan sumbu wire rod. Pada proses drawing tidak ada material

yang terbuang, tetapi material hanya berubah bentuk dan dimensinya. Oleh karena
itu, bila pada wire rod terdapat goresan atau scratch sebelum proses drawing,
tetapi setelah proses drawing dilakukan goresan tersebut hilang, sebenarnya
goresan tersebut tidak hilang, namun goresan tersebut juga berdeformasi
mengikuti permukaan wire rod yang membuatnya seakan-akan goresan tersebut
hilang.
Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa, dengan struktur mikro material
yang semakin rapat dan padat dalam proses drawing, membuat material
menyimpan banyak tegangan sisa, hal tersebut dapat menyebabkan wire rod lebih
getas dan mudah putus atau fracture. Ditambah lagi dengan bukti data dan grafik
hasil pengujian uji tarik, yang menampilkan perbandingan wire rod sebelum dan
sesudah proses drawing. Wire rod sebelum proses drawing memiliki tensile
strength yang rendah, yang berarti pada saat itu wire rod bisa dikatakan elastis.
Namun setelah proses drawing, wire rod memiliki tensile strength yang lebih
besar, yang membuat wire rod lebih getas. Hasil perbandingan pengujian uji tarik
wire rod sebelum dan sesudah proses drawing dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Hasil perbandingan pengujian uji tarik wire rod sebelum dan
sesudah proses drawing.BAB 4

SIMPULAN
Dari studi kasus dan analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Wire rod showa SWP-B menggunakan bahan mentah wire rod SWRSRH2

82 yang memiliki tensile strength awal berkisar 116-119 kgf/ mm

setelah proses piano wire drawing, wire rod mengalami peningkatan


tensile strength menjadi berkisar 184-186 kgf/ mm

. Hal tersebut terjadi

karena proses drawing dilakukan tanpa perlakuan panas dan dilakukan


beberapa tahap pengecilan dies dengan nilai reduksi yang berbeda-beda,
sehingga tensile strength wire rod meningkat.
2. Besar atau kecilnya persentase reduksi akan mempengaruhi sifat mekanik
dari wire rod. Hal tersebut berkaitan dengan gesekan dan kemiringan
sudut inti dies dari kawat berdiameter besar ke diameter kecil. Semakin
besar nilai persentase reduksi, maka tensile strength wire rod semakin
besar.
3. Kecepatan putaran mesin akan berpengaruh pada sifat mekanik dan
struktur mikro wire rod. Semakin lambat kerja mesin, maka wire rod lebih
ulet.
4. Pelumas Koshin bersifat mendinginkan, melumasi dan melapisi wire rod
saat melalui dies. Saat melewati dies, wire rod mengalami kenaikan
temperatur. Pada saat itu bubuk Koshin mencair, lalu melumasi wire rod
dan dies, sehingga gesekan yang terjadi berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Beer, Ferdinand P., 2001. Mechanics of Material. McGraw Hill. USA
[2] Callister, William D. 2007. Material Science and Engineering. John Wiley and
Sons. USA
[3] Kalpakjian, Serope., Steven R. Schmid. 2004. Manufacturing Engineering and
Technology. Pearson. Singapore
[4] Sakae, Yamamura. 1978. Theory of Linear Induction Motor. University of
Tokyo Press. Jepang
[5] Wright, Roger N. 2011. Wire Technology: Process Engineering and Metalurgy.
Butterworths. Inggris

LAMPIRAN 1
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK

Lampiran 1 Daftar Hadir Kerja Praktik.

Lampiran 2 Sertifikat Pengujian Wire Rod PT. ISPAT Indo.

Lampiran 3 Hasil Pengujian Tensile Strength Produk Wire Rod.

Anda mungkin juga menyukai