ALIFKHAN FATIHKARA
2012 - 041 077
ALIFKHAN FATIHKARA
2012 - 041 077
PEMBIMBING
Arka Soewono, B.A.Sc., M.A.Sc., Ph.D.
Nama
: Alifkhan Fatihkara
NIM
: 2012-041-077
Program Studi
: Teknik Mesin
Fakultas
: Teknik
Perguruan Tinggi
Telah menyelesaikan Kerja Praktik di PT. Iron Wire Works Indonesia, divisi quality
control, dari tanggal 11 Januari 2016 sampai dengan tanggal 22 Februari 2016, dengan
Penilaian Lapangan sebagai berikut:
1. Kerja Lapangan:
2. Laporan:
Tangerang, tanggal-bulan-tahun
Pembimbing dan Penilai,
Nama
Jabatan
Nama
: Alifkhan Fatihkara
NIM
: 2012-041-077
Program Studi
: Teknik Mesin
Fakultas
: Teknik
Perguruan Tinggi
Telah menyelesaikan Kerja Praktik di PT. Iron Wire Works Indonesia, dengan
Penilaian sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Laporan
Poster
Presentasi
Nilai Akhir KP
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
: A/A-/B+/B/B-/C+/C/D
Jakarta, tanggal-bulan-tahun
Pembimbing Kerja Praktik
Koordinator Kerja
Praktik
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan kerja praktik di PT.
Iron Wire Works Indonesia dan membuat laporan kerja praktik dengan judul
Perubahan Sifat Mekanik Wire Rod Setelah Melalui Proses Piano Wire Drawing
guna memenuhi syarat kelulusan pada mata kuliah Kerja Praktik.
Sebagai mahasiswa jurusan Teknik Mesin, PT. Iron Wire Works Indonesia
merupakan perusahaan yang sesuai untuk mengimplementasikan ilmu-imu yang
telah didapat selama perkuliahan, karena PT. Iron Wire Works Indonesia bergerak
pada bidang proses manufaktur.
Laporan ini membahas tentang dampak proses piano wire drawing pada
wire rod. Meliputi struktur mikro material, dari bahan hingga wire rod produk
piano wire drawing.
Pada laporan ini disadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun materi yang disampaikan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan. Diharapkan laporan ini dapat berguna bagi seluruh masyarakat.
Jakarta, 1 Mei 2016
Alifkhan Fatihkara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan : PT. Iron Wire Works Indonesia, Tangerang, Indonesia
Waktu Pelaksanaan : 11 Januari 2016 22 Februari 2016
Rincian pelaksanaan kerja praktik dapat dilihat pada Tabel
1.1.
1.2. Latar Belakang
Suspensi atau pegas merupakan komponen penting dalam kendaraan
bermotor. Pengaplikasian pegas ada pada mesin maupun rangka. PT. Iron Wire
Works Indonesia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang
memproduksi kawat pegas. Kawat pegas diproduksi dengan cara proses drawing.
Proses drawing suatu kawat atau pejal merupakan teknik proses manufaktur yang
ditujukan untuk memperkecil diameter kawat atau pejal namun juga mengatur
sifat mekaniknya, yakni beban maksimum, tensile strength, dan elongation pada
produknya. Pada prinsipnya, proses drawing menggunakan dies untuk
mengecilkan kawat atau pejal dengan cara, kawat atau pejal ditarik secara paksa
untuk melewati dies dalam temperatur dingin, yang akan membuat kawat atau
pejal yang keluar dari dies akan memiliki diameter yang lebih kecil.
Proses piano wire dibedakan menjadi dua, proses piano wire drawing tanpa
perlakuan panas, dan proses piano wire drawing dengan perlakuan panas. Hal
tersebut ditujukan untuk mengatur sifat mekaniknya. Masing-masing produk
proses piano wire drawing memiliki spesifikasi dan grade bahan yang berbedabeda, dan menghasilkan sifat mekanik yang berbeda-beda. Untuk itu, fenomena
proses piano wire drawing menarik untuk dijadikan studi kasus dalam memahami
lebih lanjut mengenai struktur mikro material dan sifat mekanik material pada
kawat atau pejal.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kegiatan
Pengenalan
tempat kerja
Penentuan topik
Penjelasan SOP
Observasi
lingkungan kerja
Pemeriksaan
incoming wire rod
Pengujian
incoming wire
rod
Pickling
Dies
Drawing
Air
patenting/blueing
11
Membuat presentasi
kerja praktik
12
Presentasi kerja
praktik
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
8
Januari
1 2 2
9 0 1
2
2
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
Februari
1 1 1 1
1 2 3 4 5 8 9
0 1 2 5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
2
BAB 2
TEORI DASAR
Proses wire drawing merupakan proses penarikan kawat melalui dies, yang
ditarik secara paksa. Reduksi yang diakibatkan membuat bertambahnya panjang
kawat namun membuat diameter lebih kecil [5]. Proses piano wire drawing
dilakukan secara dingin, tanpa dipanaskan terlebih dahulu. Oleh karena itu wire
rod hasil dari proses piano wire drawing memiliki tegangan sisa yang cukup besar.
2.1.
Wire Rod
Wire rod adalah istilah bahan mentah berupa kawat untuk proses piano wire
drawing. Untuk bahan kawat, PT. Iron Wire Works Indonesia memiliki beberapa
supplier, yakni Kobe Steel Jepang, Krakatau Steel Indonesia, ISPAT Indo
Indonesia, dan POSCO Korea. PT. Iron Wire Works Indonesia memiliki acuan
pengukuran dan pengujian standar Jepang, yakni JIS. Pada proses piano wire
drawing sendiri, untuk bahan kawat menggunakan grade SWRS-82 (Steel wire
rod spring 82). Angka delapan puluh dua merupakan presentase kadar karbon
yang terkandung pada bahan kawat dalam desimal. Komposisi mekanis kawat
SWRS-82 dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi mekanis kawat SWRS-82 [sumber : SOP QC PT. IWWI].
Kandungan
No
Grade
SWRS
-82
Fe
%
~
100
C%
Si %
Mn %
P%
0.790.86
0.150.35
0.60.9
0.0
3
S
%
0.0
3
Cu
%
0.0
1
Ni
%
0.0
1
Cr
%
0.2
6
2.2.
Dies
Dies merupakan komponen terpenting pada proses piano wire drawing.
Dies berfungsi sebagai untuk memperkecil diameter kawat, meratakan kawat,
serta meluruskan kawat yang keluar saat ditarik. Ilustrasi prinsip kerja dies pada
proses drawing dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Ilustrasi prinsip kerja dies pada proses drawing [2].
Awalnya kawat yang masuk ke dalam dies memiliki diameter yang besar,
lalu saat keluar dari dies, diameter dikecilkan oleh dies [3]. Diameter kawat dapat
mengecil dikarenakan lubang dies memiliki profil kemiringan dengan pengecilan
diameter lubang dengan spesifikasi tertentu. Dies memiliki dua bagian yang
terbuat dari baja tungsten. Pertama bagian casing dan kedua bagian inti atau core.
Pada bagian inti atau core, baja tungsten sengaja dihaluskan atau polishing untuk
mengurangi tegangan reduksi saat proses drawing dilakukan. Pada bagian inti
atau core ini sumber terjadinya reduksi tegangan yang menyebabkan tegangan
sisa pada kawat hasil produksi. Oleh karena itu bagian inti ini biasanya direndam
dalam pelumas. Pelumas yang digunakan bukan berupa cairan melainkan berupa
bubuk Koshin. Bubuk Koshin terbuat dari kalsium hidroksida dengan kadar 45%55%. Bubuk Koshin ini yang menjadi pelumas saat proses drawing dilakukan.
Bubuk Koshin dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Diameter
2.3 - 1.0
6.0 - 4.0
8.0 - 6.0
10.0 - 8.0
13.0 - 10.0
W 109
16.0 - 13.0
W 110
20.0 - 16.0
W 111
26.0 - 20.0
A
30
55
60
70
85
10
0
12
5
14
5
B
15
24
28
35
40
a
12
20
25
30
35
b
8
14
18
22
25
c
2
4
4
4
6
20'
10
12
12
14
14
R
1
2
3
4
5
E
1
2
3
4
5
F
0
0
0
0
2
G
1
1.5
1.5
2
2
L
0
0
0
0
10
45
40
27
14
10
50
50
30
16
10
50
60
35
11
16
10
R=
D1
D2
x 100%
[1]
Keterangan: R = Reduksi
D1 = Diameter kawat bahan [mm]
D2 = Diameter kawat keluar dies [mm]
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses drawing berikutnya ialah
kecepatan proses drawing. Menaikkan kecepatan proses drawing dapat
menaikkan temperatur kawat yang keluar, yang akan berdampak pada kestabilan
lapisan pelumas Koshin pada permukaan kawat, dan dapat berdampak pada
tingginya tegangan sisa, yang membuat kawat menjadi lebih getas. Kecepatan
rata-rata proses drawing berkisar antara rentan 10-5000m/min.
Dengan adanya reduksi pada dies dan kecepatan proses drawing, maka gaya
[2]
Gambar 2.5 Bagian per komponen motor induksi tiga fasa [4].
Dalam praktiknya, motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron,
namun pada kecepatan dasar yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan antara dua
kecepatan tersebut disebabkan adanya slip atau geseran yang meningkat dengan
meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor induksi, untuk menghindari
slip tersebut dipasang sebuah cincin geser, dan motor tersebut dinamakan motor
cincin geser atau slip ring motor. Persentase slip yang terjadi dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut.
Slip =
N SN
NS
x 100
[3]
[4]
F xV
33000
[5]
BAB 3
STUDI KASUS DAN ANALISIS
Wire rod Showa dengan grade SWP-B adalah kawat bahan baku pembuatan
shock breaker motor yang umum dipakai pada suspensi kendaraan roda dua di
Indonesia. SWP-B merupakan singkatan dari Steel Wire Product, dan untuk B
adalah nilai grade pada wire rod tersebut. Proses produksi piano wire drawing PT.
Iron Wire Works Indonesia memproduksi tiga tingkatan grade, yakni SWP-A,
SWP-B, dan SWP-C. Wire rod dengan grade SWP-A memiliki nilai tensile
2
2
memiliki nilai tensile strength <150 kgf/ mm . Dari nilai tensile strength
pada tahap ini wire rod direndam kembali dalam air dengan Ph 8-9 dengan suhu
80-85 derajat celcius selama 2-3 menit. Tahap terakhir adalah proses dryer atau
pengeringan. Pada tahap ini wire rod ditiupkan angin oleh blower selama 3-5
menit dengan suhu 80-90 derajat celcius.
3.2.
Proses Piano Wire Drawing
Proses piano wire drawing pada PT. Iron Wire Works Indonesia yang
menerapkan sistem multiple dies, menggunakan motor pada masing-masing drum
roller. Mesin proses drawing yang penulis pakai adalah mesin drawing 12B.
Dimana mesin 12B adalah mesin single dies, atau dengan kata lain setiap satu
drum roller menarik kawat dari satu dies. Mesin 12B memiliki enam drum roller
dan enam buah dies. Drum pada mesin drawing 12B di PT. Iron Wire Works
Indonesia menggunakan motor induksi tiga fasa dengan spesifikasi 11.5 kW atau
setara dengan 15.42 Hp, 3.7 A, 380 V, dengan rentan putaran motor induksi antara
1500rpm-7000rpm. Mesin lain pada proses piano wire drawing lain seperti, mesin
12A dan mesin 12C adalah mesin campuran, artinya satu drum roller menarik
kawat dari satu dies, namun ada juga yang satu drum roller yang menarik kawat
dari dua dies. Mesin lain pada proses piano wire drawing lainnya yaitu mesin
12D. Mesin 12D adalah mesin single dies, yang memiliki drum roller hingga 10
buah. Mesin 12B yang penulis pakai dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan proses
drawing pada mesin 12B dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Hasil tes tensile strength dan komposisi mekanik bahan mentah wire rod
SWRSRH-82B dapat dilihat pada Gambar 3.3. Setelah menentukan bahan mentah
wire rod, selanjutnya adalah menentukan diameter dies. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan diameter dies adalah nilai persentase reduksinya.
Gambar 3.3 Hasil tes tensile strength dan komposisi mekanik bahan mentah wire rod SWRSRH-82B.
Tabel 3.1 Penyelesaian studi kasus.
No
No. Dies
Tipe dies
% Reduksi
Masuk
Keluar
W 107
7.8
33%
W 106
7.8
6.8
31%
W 106
6.8
5.9
32%
W 105
5.9
5.2
28%
W 105
5.2
4.45
36%
W 105
4.45
23%
3.3.
Pengujian Pengaruh Proses Drawing Pada Wire Rod
Berikutnya, wire rod yang telah melalui proses drawing dilakukan pengujian
oleh divisi Quality Control. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat
mekanis dari wire rod setelah melalui proses drawing. Untuk piano wire drawing,
pengujian yang dilakukan hanya pengecekan struktur mikro dan uji tarik.
3.3.1. Pengujian struktur mikro
Untuk pengujian struktur mikro, wire rod finish good diambil beberapa
sampel dengan cara dipotong menggunakan mesin gerinda potong. Dalam
pengujian struktur mikro ada dua bidang yang akan diamati. Bidang yang pertama
adalah bidang pemotongan memanjang dan bidang perpotongan. Untuk
memudahkan saat pengujian mikro, sampel uji dipadatkan di dalam resin. Sampel
uji yang siap dilakukan pengujian struktur mikro dapat dilihat pada Gambar 3.4
dan Gambar 3.5.
Gambar 3.4 Sampel uji yang siap dilakukan pengujian struktur mikro.
Gambar 3.5 Sampel uji yang siap dilakukan pengujian struktur mikro.
Selanjutnya dilakukan pengujian struktur mikro menggunakan mikroskop
dengan perbesaran tertentu. Mikroskop yang digunakan untuk struktur mikro wire
rod dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Mikroskop yang digunakan untuk struktur mikro wire rod.
akan menganalisis wire rod sebelum dan sesudah proses drawing, dan apa
pengaruhnya terhadap struktur mikro dan sifat mekanis wire rod. Perbandingan
pengujian struktur mikro pemotongan perpanjangan dapat dilihat pada Gambar
3.9 dan perbandingan pengujian struktur mikro perpotongan dapat dilihat pada
Gambar 3.10.
yang terbuang, tetapi material hanya berubah bentuk dan dimensinya. Oleh karena
itu, bila pada wire rod terdapat goresan atau scratch sebelum proses drawing,
tetapi setelah proses drawing dilakukan goresan tersebut hilang, sebenarnya
goresan tersebut tidak hilang, namun goresan tersebut juga berdeformasi
mengikuti permukaan wire rod yang membuatnya seakan-akan goresan tersebut
hilang.
Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa, dengan struktur mikro material
yang semakin rapat dan padat dalam proses drawing, membuat material
menyimpan banyak tegangan sisa, hal tersebut dapat menyebabkan wire rod lebih
getas dan mudah putus atau fracture. Ditambah lagi dengan bukti data dan grafik
hasil pengujian uji tarik, yang menampilkan perbandingan wire rod sebelum dan
sesudah proses drawing. Wire rod sebelum proses drawing memiliki tensile
strength yang rendah, yang berarti pada saat itu wire rod bisa dikatakan elastis.
Namun setelah proses drawing, wire rod memiliki tensile strength yang lebih
besar, yang membuat wire rod lebih getas. Hasil perbandingan pengujian uji tarik
wire rod sebelum dan sesudah proses drawing dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Hasil perbandingan pengujian uji tarik wire rod sebelum dan
sesudah proses drawing.BAB 4
SIMPULAN
Dari studi kasus dan analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Wire rod showa SWP-B menggunakan bahan mentah wire rod SWRSRH2
DAFTAR PUSTAKA
[1] Beer, Ferdinand P., 2001. Mechanics of Material. McGraw Hill. USA
[2] Callister, William D. 2007. Material Science and Engineering. John Wiley and
Sons. USA
[3] Kalpakjian, Serope., Steven R. Schmid. 2004. Manufacturing Engineering and
Technology. Pearson. Singapore
[4] Sakae, Yamamura. 1978. Theory of Linear Induction Motor. University of
Tokyo Press. Jepang
[5] Wright, Roger N. 2011. Wire Technology: Process Engineering and Metalurgy.
Butterworths. Inggris
LAMPIRAN 1
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK