ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi
berumur sampai enam bulan. Pemberian ASI di Indonesia baru mencapai 15,3% dan
pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5%.
Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas karanganyar yaitu 10,3%. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang
anak pada usia 3 sampai 6 bulan dipuskesmas karanganyar.
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh bayi yang
berumur 3 6 bulan dipuskesmas Karanganyar yang berjumlah 46 bayi. Alat ukur
menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas dengan jumlah
responden ASI eksklusif sebanyak 30 responden, sedangkan analisis data
menggunakan Uji Statistic chi square.
Perhitungan analisis bivariat menghasilkan koefisien korelasi chi square
sebesar 9,289 lebih besar dari chi kuadrat tabel dengan df = 2 dan = 5 % adalah
sebesar 5,591, maka X2hitung > X2Tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
ada hubungan yang signifikan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang pada
anak umur 3 sampai 6 bulan.
Simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang anak, karena anak
yang diberi ASI eksklusif pertumbuhannya akan sesuai dengan tumbuh kembangnya.
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di Indonesia
pemberian ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula meningkat tiga
kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5%. Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
Anak Kementerian Kesehatan, Budiharja, menyatakan bahwa angka ini cukup
memprihatinkan. Ia menilai rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya kurangnya
pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan pentingnya ASI (Dwiharso,
2011).
Pemberian ASI eksklusif, dimana ibu harus menyusui bayi secara murni dalam
jangka waktu minimal bayi berumur 0 sampai 6 bulan, karena ASI itu sendiri
merupakan nutrisi yang berkualitas, bisa meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan dan menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 yaitu 10,3 %. (Dwiharso, 2011);
(Puskesmas, 2010).
Rendahnya pemberian ASI dapat menjadi ancaman bagi Tumbuh Kembang
Anak (TKA). Padahal, kandungan ASI kaya akan karetonoid dan selenium, sehingga
ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit.
Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan
antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu
formula, sehingga jika anak mendapatkan ASI bisa dihindarkan dari kematian yang
seharusnya tidak perlu. Susu formula dapat meningkatkan resiko terjadinya asma dan
alergi. Sementara itu, menurut Satuan Tugas ASI Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), pemberian ASI bisa menurunkan persentase kematian hingga 13 %
(Dwiharso, 2010); (Assunah, 2007).
Tumbuh kembang dapat berjalan dengan pemberian ASI eksklusif seperti ketrampilan
motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian dimana ketrampilan ini menunjukkan tingkah laku yang
menggerakkan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh, misalnya mengangkat
kepala dan duduk. Dalam melakukan tes perkembangan pada anak di Puskesmas
Karanganyar menggunakan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang dilakukan
setiap kunjungan. Diketahui tumbuh kembang pada bayi usia 3 sampai 6 bulan di
Puskesmas Karanganyar dikatakan normal apabila anak dapat melakukan keseluruhan
skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) dengan baik. Dari study
pendahuluan diperoleh data semua perkembangan bayi baik (Samsunuwiyati, 2006) ;
(Puskesmas, 2011).Tujuan Umum diharapkan dapat mengetahui hubungan pemberian
ASI eksklusif dengan tumbuh kembang pada anak usia 3-6 bulan di Puskesmas
Karanganyar. Sedangkan Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pemberian ASI Eksklusif pada anak, Tumbuh kembang pada anak, serta mengetahui
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan Tumbuh Kembang pada anak usia 3 sampai
6 bulan di Puskesmas Karanganyar
Pengertian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI secara murni kepada bayi tanpa
cairan lain, seperti susu formula atau air putih. Pemberian ASI eksklusif
dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi berumur empat sampai
enam bulan (Danuatmaja, 2006).
2.
Manfaat ASI
a. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kwantitas yang terbaik.
ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan secara premature
komposisinya akan berbeda dengan ASI yang yang dihasilkan ibu yang
melahirkan cukup bulan. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,
baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen
laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi
kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan.
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan
atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut
dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru
lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat
mencapai usia sekitar empat bulan. Pada saat kadar immunoglobulin dari ibu
menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi,
yang memiliki riwayat alergi ternyata memiliki resiko eksim lebih rendah
dibanding saudaranya yang diberi susu formula. Ilmuwan menduga bahwa
asam lemak dan zat imun seperti IgA (immunoglobulin A) pada ASI
mencegah reaksi alergi dengan menghentikan protein asing masuk dalam
sistem tubuh bayi. Bahkan, protein dalam susu sapi adalah salah satu alergen
(zat penyebab alergi) yang menjadi alasan mengapa bayi yang mendapat
susu formula lebih sering mengalami alergi ketimbang bayi yang mendapat
ASI.
c. Mendongkrak IQ
Beberapa studi menemukan hubungan antara menyusui dan IQ yang
lebih tinggi. Hubungan emosional yang terjalin selama menyusui mungkin
berkontribusi terhadap hal ini, namun diduga asam lemak yang terdapat pada
ASI memainkan peran terbesar pada perkembangan otak bayi.
d. Mencegah obesitas
Para ahli melakukan analisis terhadap 61 studi terkait menyusui dan
obesitas pada anak di kemudian hari. Hasilnya menyimpulkan, menyusui
berpengaruh terhadap menurunnya resiko obesitas. Namun mereka
mengatakan, studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan tersebut.
e. Melindungi bayi dari penyakit leukemia
Studi juga menemukan bahwa menyusui dapat menurunkan resiko bayi
terhadap leukemia lymphoblastik dan myelodi akut. Para ahli berkesimpulan
bahwa antibodi pada ASI mendongkrak sistem imun bayi. Masih dilakukan
riset lanjutan terhadap temuan ini.
5) Genetik
6) Kelainan kromosom.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
b) Mekanis
c) Toksin/zat kimia
d) Endokrin
e) Radiasi
f) Infeksi
g) Kelainan imunologi
h) Anoreksia embrio
i) Psikologi Ibu
2) Faktor
PersalinanKomplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca bersalin
a) Gizi
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
c) Lingkungan fisis dan kimia
d) Psikologis
e) Endokrin
f) Sosio-ekonomi
g) Lingkungan pengasuhan
h) Stimulasi
i) Obat-obatan
(Depkes, 2007)
4. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pengerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerakan halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
(Depkes, 2007)
5.
Tabel 2.1. Tabel Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Umur 3 Bulan
No
Kemampuan
Motorik Kasar
1.
2.
3.
4.
Pada waktu anak telungkup diatas alas yang datar, apakah ia dapat
mengangkat kepalanya dengan tegak ?
Motorik Halus
5. Pada waktu anak terlentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan
anda dengan menggerakan kepalanya dari kanan / kiri ke tengah?
6. Pada waktu anak telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda
dengan menggerakan kepalanya dari satu sisi hampir sampai pada
sisi yang lain?
Sosialisasi dan Kemandirian
7. Pada waktu anak telentang apakah ia melihat dan menatap wajah
anda?
8. Pada waktu anda mengajak anak berbicara dan tersenyum,apakah ia
tersenyum kembali pada anda?
Bicara dan Bahasa
9.
Kemampuan
Motorik Kasar
1.
9.
26
ASI
73
Eksklu
sif
60,90
%
32,60
Meragu
%
kan
6,50
Penyim
%
pangan
Meragukan
f
%
Penyimpangan
Sesuai
Total
f
%
f
%
f
%
Pemberian ASI eksklusif
ASI
8
17,40
1
2,20
25
54,30
34
73,90
Formula
7
15,20
2
4,40
3
6,50
12
26,10
Jumlah
15
32,60
3
6,60
28
60,80
46
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
Selanjutnya untuk mengetahui signifikan tidaknya hubungan pemberian
ASI eksklusif dengan tumbuh kembang pada anak umur 3 sampai 6 bulan di
Puskesmas Karanganyar digunakan analisa chi kuadrat. Seperti tersaji dalam tabel
analisa chi kuadrat berikut ini:
Tabel 4.4. Analisa Chi Kuadrat
Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square
9.289
2
.010
Likelihood Ratio
9.190
2
.010
N of Valid Cases
46
Sumber: Data Primer, 2011
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil chi kuadrat (X2) sebesar 9,289
dengan df = 2 dan probabilitas sebesar 0,010. Berdasarkan tabel chi kuadrat
dengan = 5 % dan df = 2 didapatkan chi kuadrat tabel sebesar 5,991.
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang
pada anak umur 3 sampai 6 bulan.
Ha: Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang pada
anak umur 3 sampai 6 bulan.
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho diterima apabila X2hitung < X2Tabel
2
N + 2
9,289
46 + 9,289
9,289
55,289
= 0,1680
= 0,410
Tabel 4.5. Pedoman
Korelasi
Untuk
memberikan
Interval Koefisien
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-1,000
Interpretasi
Terhadap Koefisien
Tingkat Hubungan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
DAFTAR PUSTAKA
Assunnah, 2007. http://www.mail-archive.com/assunnah@ yahoogroups
com/msg25269/bahaya_susu_formula.pdf. Diakses pada tanggal 20 April
2011
Danuatmaja, Bonny. 2006. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta : Puspa Swara.
Hal. 36-53.
Depkes, RI. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
Hal. 18
Dwiharso. Christoforus Nata. 2010. Tingkat Pemberian ASI Eksklusif Di
Indonesia Masih Rendah. http:// www.rri.co.id /index.php?option=
com_conten t&task=view&id=4282. Diakses Pada Tanggal 2 April 2011.
Kamus saku kedokteran Dorland. 1998. Jakata: penerbit kedokteran ECG
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta. Hal 3-4, 10-16, 188.
Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal 92.
Puskesmas Karanganyar. 2011. Data jumlah balita di Puskesmas Karanganyar.
Riwidikdo, Handoko.2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: MITRA CENDIKIA.
Hal 41-43.
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi menyusui dini. Jakarta: Pustaka Bunda. Hal 51 - 59.
Samsunuwiyati, Marat, S,Psi 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Hal 98, 99.
Sugiyono, 2008 Statistik Untuk penelitian. Bandung: CV ALFABETA. Hal. 253.
Sugiyono, 2008 Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA. Hal. 61,
62, 68, 253.
Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Miyra
Cendikia Press. Hal. 57, 59.
Utama, Hendra. 2008. Asi Eksklusif. .Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal 17-26.