Makalah Bakteriologi 3
Makalah Bakteriologi 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, Indonesia sangat riskan polemic polemic yang terjadi di masyarakat,
terutama di lingkup Kesehatan Masyarakat. Dari berbagai aspek,kesehatan sangatlah penting
dalam kehidupan, dan telah sangat banyak masyarakat yang memahami akan pentingnya
kesehatan.Namun hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang memiliki tingkat
perekonomian yang mencuupi,sedang kalangan menegah ke bawah tidak begitu besar
kesadaran personal akan pentingnya kesehatan. Hal itu banyak disebabkan karena tingka
perekonomian yang mencekik beleggu kesadaran tersebut. Sehingga belakangan ini banyak
tersebar berbagai endemic penyakit di Indonesia,misalnya : Difteri.
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang
menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan
faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat,
melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk
dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus
difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama
dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak anak
muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang
kesehatan kita.
Lingkungan
buruk
merupakan
sumber
dan
penularan
penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai
jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak
mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran
pernafasan ini.
Rumusan masalah
1. Seperti apa Bakteri Corynebacterium diptheriaeberdasarkan pengklasifikasian dan
morfologinya ?
2. Bagaimana Corynebacterium diptheriae itu sendiri secara abstrakturnya ?
3. Bagaimana
Pemeriksaan Corynebacterium
diptheriaeterhadap
isolasi
dan
identifikasinya dari pra analitik hingga pasca analitik ?
4. Bagaimana Pemeriksaan Bakteri Corynobacterium diptheriae secara skematis ?
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
bakteri
Corynobacterium
diptheriae
berdasarkan
pengklasifikasiannya dan morfologinya.
2. Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae secara abstraktur terhadap sifat
patogenitasnya.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan Corynobacterium diptheriae terhadap isolasi dan
identifikasi dari pra analitik hingga pasca analitik.
4. Untuk mengetahui skema pemeriksaan bakteri Corynobacterium diptheriae agar
memudahkan dalam pemeriksaannya nanti bagi pranata laboratorium.
BAB II
PEMBAHASAN
Bacteria
Filum
Actinobacteria
Ordo
Actinomycetales
Famili
Corynebacteriaceae
Genus
Corynebecterium
Spesies
Corynebacterium diphtheria
Sub spesies :
Ada tiga tipe C diphtheriae yang berbeda yang dibedakan oleh tingkat
keparahan penyakit mereka yang disebabkan pada manusia yaitu
a.
Gravis : agak kasar, rata,berwarna abu-abu sampai hitam, ukurannya juga paling
besar. bentuk pemukul dan bentuk halter, granula metakromatik sedikit, pada area sel
terwarnai dalam perbedaan corak biru. karakteristik koloni pada Mcleods chocolate. Pada
kaldu membentuk selaput pada permukaan.
b.
Mitis : koloni licin, cembung dan hitam. Bentuk batang pleomorfik dengan
sejumlahgranula metakromatik, batasan sel tersusun huruf V dan W, mirip seperti karakter
tulisan kuno. Penyakit : ringan, karakteristik koloni pada Mcleods chocolate. Pada kaldu :
tumbuh merata.
c.
Intermedius : koloni berukuran kecil dan dan licin dengan pusat berwarna hitam.
batang pendek, terwarnai dengan selang-seling pita biru terang & gelap, tidak adanya granula
metakromatik. Penyakit : pertengahan pada kaldu akan membentuk endapan.
Ketiga tipe diatas sedikit berbeda dalam morfologi koloni dan sifat-sifat biokimia
sepertikemampuan metabolisme nutrisi tertentu. Perbedaan virulensi dari tiga tipe dapat
dikaitkandengan kemampuan relatif mereka untuk memproduksi toksin difteri (baik kualitas
dan kuantitas), dan tingkat pertumbuhan masing-masing. Strain gravis memiliki w
Waktu generasi (in vitro) dari 60 menit; strain intermedius memiliki waktu generasi
dari sekitar 100 menit,dan mitis memiliki waktu generasi dari sekitar 180 menit.. Dalam
tenggorokan (in vivo),tingkat pertumbuhan yang lebih cepat memungkinkan organisme untuk
menguras pasokan besi lokal lebih cepat dalam menyerang jaringan.
D. Patogenesis
Di alam, Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka
luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri
disebarkan melalui droplet atau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh
pada selaput mukosa atau kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin.
Pembentukan toksin ini secara in vitro terutama bergantung pada kadar besi. Pembentukan
toksin optimal pada kadar besi 0,14 g/ml perbenihan tetapi benar-benar tertekan pada 0,5
g/ml. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya toksin in vitro adalah tekanan osmotik,
kadar asam amino, pH, dan tersedianya sumber-sumber karbon dan nitrogen yang cocok.
Toksin difteri adalah polipeptoda tidak tahan panas (BM 62.000) yang dapat
mematikan pada dosis 0,1 g/kg. Bila ikatan disulfida dipecah, molekul dapat terbagi
menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen A dan fragmen B. Fragmen B tidak mempunyai aktivitas
tersendiri, tetapi diperlukan untuk pemindahan fragmen A ke dalam sel. Fragmen A
menghambat pemanjangan rantai polipeptida (jika ada NAD) dengan menghentikan aktivitas
faktor pemanjangan EF-2. Faktor ini diperlukan untuk translokasi polipeptidil- RNA transfer
dari akseptor ke tempat donor pada ribosom eukariotik. Fragmen toksin A menghentikan
aktivitas EF-2 dengan mengkatalisis reaksi yang menhasilkan nikotinamid bebas ditambah
suatu kompleks adenosin difosfat-ribosa-EF-2 yang tidak aktif. Diduga bahwa efek nekrotik
dan neurotoksik toksin difteria disebabkan oleh penghentian sintesis protein yang mendadak.
E. Pemeriksaan Corynebacterium Diphtheriae
1.PRA ANALITIK
Waktu pngambilan
Setiap saat terutama pada phase akut , sebaiknya sebelum pemberian antimokroba.
PERALATAN DAN BAHAN
Peralatan
1.Spatula lidah
Bahan
1. Lidi kapas steril
2. Media transport (Amies/stuart Media)
3. Media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Tellurite, Agar Loeffler)
4. Pewarna gram dan Neisser
PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
Penderita duduk ( kalau anak-anak dipangku)
Penderita diminta membuka mulut
Lidah ditekan dengan sptel liidah
Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga
menyentuh dinding belakang faring
Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar
dengan hati-hati, tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada
media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Telluritee, Agar Loeffler) dan di buat
sediaan.
PEMBERIAN IDENTITAS
Formulir permintaan pemeriksaaan
Surat pngantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiiknya
memuat secara lengkap sepert Tanggal permintaan, Tanggal dan jam
pengambilan specimen,Identitas pasien ( Nama, umurr, jenis kelamin, alamat,
nomor rekam medik ),identtits pengirim ( nama, alamat, nomor
telepon),identits specimen ( jenis, volume, lokasi pengambilan),pemeriksaan
laboratorium yang di minta,nama pengambil spsimen,transport media
ketrangan klinis : diagnosis atau riwayat singkat pnyakit, riwayat pengobatan.
Label
Bila specimen tidak dapat di simpan pada heri yang sama, specimen disimpan
dalam refrigerator (20 80C).Untuk biiakan bakteri mikroaerofilikdisimpan dalam
suasana CO2 5-10 % ( Sungkup lilin )
PENGIRIMAN SPESIMEN
Pengiriman specimen dilakukan dengan menggunakan cool box (20
80C). kecuali jika waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 24 jam.
2.ANALITIK
1. Pemeriksaan mikroskopik :
Pembiakan
Uji biokimia
Uji virulensi
1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser
Dibuat preparat hapus dari bahan pemeriksaan dan diwarnai dengan Neisser dan
Gram, hasil yang diamatai adalah sebagai berikut
:Bentuk,Warna,Batang,Granula,Susunan Batang
2. Pemeriksaan Biakan
Dengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah,
gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.
-Loeffler
: gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat
preparatakan tampak granula yang jelas.
- Blood Tellurite Agar : Media selektif differensial.
- Agar tellurit
: gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae
yang selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri.
- Telurit cair
- Agar darah
: gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti
Streptococcus haemolyticus dan Staphylococcus aerus
-Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C. diptheri
dengan kuman sejenis
Adapun proses pemeriksaan bakterinya adalah sebagai berikut :
-Inokulasi
Inkubasi
-
Agar darah pada suhu 35 370C dalam sungkup lilin selama 24 48 jam.
Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 370C selama 24 48 jam
Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan
Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes biokimia dan tes
virulensi.
Tes biokimia
Koloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada glukosa serum
dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu 370C
selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :
3.Tes virulensi
Tes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang
diisolasi adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara,
yakni :
a. in vivo
b. in vitro
caranya
: pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras diletakan 1
strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan
perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian medium dibiarkan
mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang
dengan tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control
positif maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 370C seama 24 48 jam, dilihat ada
tidaknya garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
2. Rumusan Masalah.
3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Klasifikasi Ilmiah Bakteri Corynobacterium diptheriae.......................
2. Morfologi Bakteri Corynobacterium diptheriae.........................
3. Abstrak Corynobacterium diptheriae........
4. Pemeriksaan Corynobacterium diptheriae.............
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka.....................................................................................................................