Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

BAKTERIOLOGI II
“PEMBIAKAN BAKTERI CORYNEBACTERIUM”

DISUSUN OLEH :
GUSTI AYU RATIH WULANDARI
(211310843)

DOSEN PENGAMPU :
NI WAYAN DESI BINTARI, S.Si.,M.Si

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
Judul : Pembiakan Bakteri Corynebacterium

Infeksi saluran pernapasan atau respiratory tract infections adalah infeksi


yang menyerang saluran pernapasan manusia. Infeksi ini dapat dialami oleh segala
usia. Meski demikian, kondisi ini lebih rentan diderita oleh anak-anak karena sistem
pertahanan tubuh mereka terhadap bakteri atau virus penyebab infeksi belum
terbentuk.
Infeksi saluran pernapasan dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Ada
dua jenis infeksi saluran pernapasan berdasarkan letaknya yaitu infeksi saluran
pernapasan atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory
tract infections (URI/URTI) terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan.
Beberapa penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan atas adalah
pilek, sinusitis, tonsillitis, dan laringitis. Sedangkan Infeksi saluran pernapasan
bawah atau lower respiratory tract infections (LRI/LRTI) terjadi pada jalan napas
dan paru-paru. Beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi ini adalah
bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
Beberapa jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas diantaranya Influenza dan Parainfluenza, Thinoviruses, Epstein-
Barr Virus (EBV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup A,
Pertussis, serta Corynebacterium diphtheriae. Sedangkan beberapa jenis virusatau
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran bawah diantaranya adalah
Influenza A, Human metapneumovirus (hMPV), H. influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Klebsiella penumoniae, Staphylococcus aureus, Enterobacteria dan
bakteri anaerob.

Salah satu infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh bakteri


Corynebacterium diphtheriae yang menyebabkan penyakit difteria. Difteria
merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contangius disease).
Penularan difteria dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang
tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga dapat melalui batuk
dan bersin penderita. Penyakit ini akan muncul terutama pada bulan-bulan
dimanatemperatur lebih dingin di negara subtropis. Umumnya penderita
difteria adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10%
kasus difteria dapat berakibat fatal hingga menimbulkan kematian. Selama
permulaan abad ke-20, difteria merupakan penyebab umum kematian bayi
dan anak-anak. Penyakit ini juga dapat dijumpai pada daerah padat
penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, sangatlah
penting menjaga kebersihan karena dapat menunjang kesehatan.

Corynebacterium Diphtheriae
Corynebacterium diphtheriae diisolasi pada tahun 1883 oleh Klebs
dandibuktikan sebagai penyebab penyakit difteria oleh Loeffler pada tahun
1884. Oleh sebab itu, disebut juga basilus Klebs-Loffler. Corynebacterium
diphtheriae merupakan basilus yang pleomorfik yang berarti bahwa ada
variasi ukuran dan bentuk di antara individu sel dalam biakan murni.
Beberapa sel berbentuk lurus, ada pula yang bengkok atau berbentuk
tongkat. Panjangnya berkisar antara 1-8µmdan lebarnya antara 0,3-0,8µm.
Umumnya sel membentuk sudut tegak lurus satu terhadap yang lain. Ciri
khas sel yang lebih tua ialah penampilannya yang seperti butiran bila
diwarnai dengan beberapa pewarna seperti biru metilen atau pewarna
Albert. Butiran-butiran tersebut menampakkan warna yang berbeda
dengan zat warna yang dipakainya, ini disebut butiran makromatik dan
terdiri dari polimer polifosfat anorganik.
Corynebacterium diphtheriae tumbuh dengan baik pada medium
agar darah. Tetapi medium selektif seperti medium serum telur glukosa
terkoagulasi Loeffler dan agar darah dengan kalium telurit menghambat
pertumbuhan bakteri pencemar dan menyuburka pertumbuhan basilus
difteria

Klasifikasi Corynebacterium diphtheriae

Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebecterium
Spesies : Corynebacterium diphtheriae

Sub spesies : a. Corynebacterium diphtheriae gravis

b. Corynebacterium diphtheriae mitis

c. Corynebacterium diphtheriae intermedius

Morfologi Corynebacterium diphtheriae


Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri anaerobik
fakultatif, Gram positif (+) batang, berukuran panjang/pendek, besar/kecil,
polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula
yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bakteri.
Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 sub spesies yaitu gravis, mitis,
dan intermedius. Di alam, bakteri ini terdapat dalam saluran pernapasan,
dalam luka-luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang
membawa bakteri ini.
Sub spesies
Koloni pada Agar Telurit
Corynebacterium
diphtheriae
Pendek, pada pewarnaan merata, granula
Corynebacterium
metakhromatik sedikit, berbentuk pemukul
diphtheriae
danhalter
Tipe gravis
Panjang, terdapat banyak granula
Corynebacterium metakhromatik, bentuk batang
diphtheriae pleomorfik, sel tersusun seperti hurf V dan
Tipe mitis W mirip seperti
tulisan kuno
Corynebacterium Panjang, pada pewarnaan tidak merata
diphtheriae dengan
Tipe intermedius ujung menyerupai gada

Patogenesis Corynebacterium diphtheriae


Kemampuan menghasilkan toksin (toksigenitas) ikut menentukan
keganasan organisme. Toksigenitas bergantung pada keberadaaan
bakteriofage tenang dan spesifik yang membawa gen tox+ pada galur
bakteri lisogenik tertentu. Galur bakteri yang non lisogenik selalu non
toksigenik maka tidak akan mampu menyebabkan difteria pada inang
alamiahnya. Namun, galur avirulen semacam itu dibuat menjadi galur
penghasil toksin yang virulen dengan cara menginfeksikan bakteriofage
tenang (bakteriofage yang mampu membentuk hubungan yang stabil yang
disebut lisogeni dengan bakteri hidup) yang membawa tox+. Perubahan
sifat sel karena menjadi lisogenik disebut konversi lisogenik.
Bakteri Corynebacterium diphtheriae yang berada dalam tubuh akan
mengeluarkan toksin yang aktivitasnya akan menimbulkan penyakit
difteria. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama
terutama laring,amandel dan tenggorokan. Penyakit ini sering kali diderita
oleh bayi dan anak- anak. Perawatan bagi penyakit ini adalah dengan
pemberian antitoksin difteria untuk menetralkan racun difteria, serta
eritromisin atau penisilin untuk membunuhbakteri difteria.
Penyakit difteria dapat menyebabkan infeksi pada
faring/tenggorokan dan kulit. Infeksi pada faring/tenggorokan dimulai
dengan radang tenggorokan ringan disertai demam ringan dan menggigil.
Radang akan menyebar ke nesofaring atau ke bawah menuju laring atau
trakea. Terjadinya pembengkakan pada kelenjar getah bening leher disertai
sumbatan pernapasan yang menyebabkan gambaran “leher banteng” atau
“bull neck” yang khas. Terbentuknya suatu pseudomembran yang melekat
erat, berwarna kelabu dan menyebar. Bakteri Corynebacterium diphtheriae
tidak merusak jaringan tetapi menghasilkan eksotoksin yang akan
menyebar melalui darah ke jaringan lainnya sehingga menyebabkan
perdarahan dan nekrosis. Sasaran utama jaringan yang akan dirusak yaitu
jantung dan saraf. Sedangkan, infeksi pada kulit tampak sebagai ulkus kulit
kronis, menyebar dan berwarna kelabu. Bentuk infeksi kulit jarang
menyebabkan kerusakan toksis terhadap jantung dan saraf namun, infeksi
ini dapat menular kepada orang lain dan dapat menyebabkan difteria
tenggorok. Sebagian besar infeksi pada kulit terjadi di Amerika bagian
selatan terutama setelah digigit oleh serangga.

Pemeriksaan Corynaebaterium diphtheriae


Diagnosis klinik difteria tidak selalu mudah ditegakkan karena
klinikusberpengalaman menyatakan bahwa pemeriksaan ini sebagai salah
satu pemeriksaan yang cenderung untuk salah diagnosis. Kesalahan yang
sering terjadi yaitu dalam membedakan difteria dengan infeksi lainnya
seperti tonsillitis, faringitis reptokokal dan infeksi Vincent. Laboratorium
bakteriologi memerlukan waktu beberapa hari untuk memastikan
toksigenitas bakteri Corynebacterium diphtheriae yang diisolasi.
Laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis hanya berdasarkan
pemeriksaan mikroskopis saja, ini disebabkan stain Corynebacterium
diphtheriae baik yang toksigenik maupun yang non toksigenik tidak dapat
dibedakan satu dengan yang lainnya, karena spesies Corynebacterium yang
lainpun secara morfologi serupa. Oleh karena itu, apabila pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan bakteri-bakteri yang bentuknya khas
seperti Corynebacterium diphtheriae, maka hasil presumtif yang diberikan
adalah ditemukannya bakteri-bakteri tersangka difteria. Hal ini
menunjukan pentingnya diagnosis laboratorium bakteriologi untuk
mendapatkan cara-cara yang mudah, cepat, sederhana dan dipercaya
sehingga dapat membantu klinikus dalam menegakan diagnosis. Diagnosis
bakteriolgi harus dianggap sebagai penunjang dan bukan sebagai pengganti
diagnosis klinik. Selain itu, kepastian diagnosa laboratorium dapat juga
ditunjang dengan suatu tes virulensi terhadap binatang (invivo) atau tes in
vitro yang khas.
Pemeriksaan Corynebacterium diphtheriae dapat dilakukan
berdasarkan pemeriksaan mikroskopik, pembiakan atau isolasi, uji
biokimia dan uji Virulensi dimana sampel didapat dari hapusan tenggorok,
hapusan hidung atau bahan pemeriksaan lainnya yang harus diambil
sebelum pemberian obat-obat antimikroba yang harus segera dikirim ke
laboratorium.

Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan pewarnaa Gram dan
pewarnaan granula menggunakan metode Albert atau Neisser.
Cara kerja pewarnaan Gram yaitu :

• Buat apusan dari kultur pada kaca objek bersih menggunakan ose

• Fiksasi di atas nyala api

• Warnai dengan kristal violet selama 1 menit dan cuci dengan air kran

• Tetesi lugol dan diamkan selama 1 menit kemudian cuci dengan air kran

• Tetesi alkohol 95% selama 20-30 detik dan cuci dengan air kran

• Warnai dengan safranin selama 1 menit

• Cuci dengan air kran dan keringkan sediaan

• Tetesi minyak imersi dan amati bentuk, warna dan susunan di bawah
mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x
Cara kerja pewarnaan granula metode Albert yaitu :

• Pada sediaan yang telah difiksasi tetesi larutan Albert I, diamkan selama
5 menit
• Buang kelebihan pewarna, tambahkan larutan Albert II dan diamkan
selama 1 menit
• Cuci dengan air menggunakan pipet tetes dan keringkan sediaan
menggunakan kertas isap.
Cara kerja pewarnaan granula metode Neisser yaitu :

• Pada sediaan yang telah difiksasi tetesi larutan Neisser A+B, diamkan
selama 1-2 menit
• Keringkan dengan kertas isap
• Tetesi larutan Neisser C diamkan selama 1 menit
• Keringkan dengan kertas isap

Pembiakan Atau Isolasi

Ada beberapa perbenihan atau media yang digunakan untuk


pembiakan atauisolasi Corynebacterium diphtheriae, diantaranya :

a. Media Loeffler, digunakan untuk menyuburkan bakeri sehingga


akan memperlihatkan gambaran huruf Cina dan granula Babes-
Ernst (granula metakromatik) setelah dibuat sediaan dari koloni
yangterbentuk hasil inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.

b. Media Agar Telurit, selain sebagai media pengaya digunakan


juga untuk mengisolasi bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang selanjutnya akan ditanam untuk uji biokimia (glukosa dan
sukrosa) setelah proses inkubasi selama 18-24 jam pada suhu
37˚C. Selain itu, media ini dapat digunakan untuk membedakan
sub spesies Corynebacterium diphtheriae.

c. Media Agar Darah, digunakan untuk membiakan bakeri lainnya


karena infeksi Streptococcus β-hemolyticus menyerupai
penyakit difteria yang disebabkan infeksi Corynebacterium
diphtheriae.

Sub Spesies Koloni Pada


Setelah Diinkubasi
Corynebacterium Agar Telurit
Diphtheriae

Besar, kelabu
Corynebacterium
tua,tak
diphtheriae
mengkilap dan
Tipe gravis
beralur tak
teratur

Corynebacterium
Kecil, hitam
diphtheriae
dengan kelabu
Tipe mitis
dibagian pinggir,
mengkilap dan
cembung

Corynebacterium
Kecil, gepeng,
diphtheriae
kering, kelabu
Tipe intermedius
dengan hitam,
bagiantengah
lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Bonang G dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran


UntukLaboratorium dan Klinik. Jakarta : PT Gramedia.

Johnson, Arthur dkk. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta :


NinarupaAksara.

Irianto Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme.


Bandung :CV. Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai