teknis
kebiasaan damai dalam terminologi fiqih disebut Urf atau adapt. Tidak
dapat dikatakan Urf kalau tidak membawa manfaat atau kebaikan bagi
masyarakat. Umar Ibn al Khattab menasehatkan bahwa : Bagi kaum
muslim agar diantara pihak yang mempunyai urusan dapat memilih cara
damai, kecuali perdamaian yang bertujuan menghalalkan yang haram dan
mengharamkan
yang
halal.1
Takharuj
merupakan
suatu
teknis
mengeluarkan
orang-orang
tertentu
dari
pusaka
dengan
3 Syifaul Qulub, Takharuj Dan Akdariyah, (http://rangerwhite09artikel.blogspot.com/2010 /05/ takharuj.html), hlm. 1, diakses tanggal 02 Desember
2014, pukul 10.45.
dilakukan antara para ahli waris atas keluarnya atau mundurnya salah
seorang ahli waris atau sebagian ahli waris untuk tidak menerima hak
bagiannya dari harta warisan peninggalan pewaris dengan syarat
mendapat imbalan tertentu berupa sejumlah uang atau barang dari ahli
waris lain.
Pembagian warisan dalam bentuk Takharuj tidak dijumpai dasar
hukumnya secara jelas baik dalam Al Quran maupun Sunnah (Hadits
Nabi), tetapi dasar hukumnya merupakan hasil dari ijtihad. Pembagian
warisan dalam bentuk Takharuj ini diperbolehkan dalam syara karena
merupakan suatu perdamaian dan semacam penukaran, yaitu menukar
bagian waris dari harta peninggalan dengan memberikan yang lain dari
padanya, baik yang diberikan itu dari harta peninggalan sendiri ataupun
dari selainnya.4 Menurut syara, hal tersebut boleh dilakukan, jika ada
kesepakatan dan kerelaan (ridlo) dari seluruh ahli waris.
Dalam hal ini dikemukakan 3 macam bentuk takharuj :
dibagilah
harta
peninggalan
kepada
semua
waris
dan
bentuk
yang
kedua,
proses
takharuj
juga
ditetapkan
berdasarkan akad jual, karena al-kharij menjual bagiannya kepada wariswaris yang lain. Dengan demikian ahli waris-ahli waris itu dapat memiliki
bagian al-kharij sesuai dengan perjanjian tersebut dalam akad takharuj.
Jika yang dibayar itu dari harta mereka masing-masing dan tidak
ditegaskan cara membagi bagian yang melepaskan haknya, maka haknya
dibagi
sama
rata,
antara
waris-waris
yang
lain.
Apabila
mereka
selama tidak merugikan pihak lain sesuai aturan standar yang berlaku
dalam situasi biasa. Hal ini berbeda dengan hak Allah (atau disebut juga
hak
umum),
seperti
aturan
tentang
larangan
mencuri,
berzina,
dasar
hukum
positif
yang
memiliki
kekuatan
legal,
Kompilasi Hukum Islam menegaskan hal ini dalam pasal 183 yang
berbunyi :
Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam
pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya.
Dengan
demikian
penyelesaian
masalah
waris
dengan
9 Ibid.
masing-masing
ahli
waris
kemudian
bisa
berubah
sesuai
kesepakatan para ahli waris tersebut atas dasar kesadaran penuh dan
keikhlasan setiap ahli waris dimana masing-masing ahli waris harus
terlebih dahulu mengetahui kadar bagian masing-masing sesuai dengan
bagian yang sudah ditentukan dalam hukum waris Islam.
2. Tinjauan Mengenai Perjanjian Dalam Hukum Islam
10 Ibid, hlm. 1-2.
11 Ibid, hlm. 2.
aqd
yang
berarti
mengikat,
menyambung,
atau
menghubungkan
(ar-rabt).13
e. Ash-Shulh (Perdamaian).
1) Pengertian Ash-Shulh
Ash-Shulh berasal dari bahasa Arab, yang berarti menghentikan
perselisihan atau perselisihan, perdamaian.14 Menurut istilah, pengertian
dari Ash-Shuluh yaitu suatu akad atau perjanjian untuk menghilangkan
12 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar
Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 2.
13 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.
68
14 Tuti Alawiyah, Ash-Shulhu ( Perdamaian ),
http://alawiyahtuti18.blogspot.co.id/2011/04/ash-shulhu-perdamaian.html, hlm. 1,
diakses pada tanggal 05 Maret 2016, pukul 21.00.
bertengkar,
saling
dendam,
dan
bermusuhan
dalam
16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, Al Maarif, Bandung, 1987, hlm. 211.
17 Hasby Ash-Shiddiqie, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta,
1984, hlm. 92.
18 Imam Taqiy Al Din Abu Bakr Bin Muhammad, Kifayatul Akhyar, Toha Putra, Semarang,
hlm. 271.
sekaligus
permusuhan
diantara
pihak-pihak
yang
Sesungguhnya
orang
mukmin
itu
bersaudara,
karena
itu
19 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuhu, Beirut, Dar Al-Fikr al-Muashir, 2015,
Jilid IV, hlm. 4330.
21 Ghazali Abdul Rahman, Ihsan Ghufron, Shidiq Saipudin, Fiqih Muamalat, Kencana
Prenada Media Grup, Jakarta, 2010, hlm. 197.
Dapat
diketahui
secara
jelas
sehingga
tidak
melahirkan
24 Suhrawadi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafindo, Jakarta, 2000, hlm.
181-183.
perjanjian
atau
peraturan
yang
harus
ditaati
mengenai
keamanan.
(3) Perdamaian antara suami dan isteri. Yaitu membuat perjanjian
dan aturan-aturan mengenai pembagian nafkah, masalah durhaka, dan
dalam masalah menyerahkan haknya kepada suaminya manakala terjadi
perselisihan.
(4)
Perdamaian
dalam
bidang
muamalah.
Yaitu
membentuk
25 Muhibin Aman Aly, Mengenal Istilah Dan Rumus Fuqaha, Madrasah Hidayatul
Mubtadiin, Kediri, 2002, hlm. 65.
sesuai
dengan
keinginannya
tanpa
syarat
karena