Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester IV


Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II
Dosen Pengampu : Sri Murni, S.E., M.Si, Ak.

Disusun Oleh :
Rachma Novelia Paramitha

(F0314082/A)

Safira Zakia

(F0314090/A)

Sakinah Faisal Haidaroh

(F0314091/A)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengakuan Pendapatan
Dalam IAS 18, revenue didefinisikan sebagai pendapatan yang timbul dari
aktivitas normal suatu entitas (baik perseorangan atau badan usaha yang melakukan
aktivitas usaha) dalam berbagai varian, mungkin disebut:

Penjualan;
Fee;
Bunga;
Dividend;
Royalti

Pendapatan menurut PSAK 23 revisi 2010 adalah arus kas masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika
arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.
Menurut IAS 18, pendapatan diakui saat risiko yang melekat pada barang /
jasa (yang diperjualbelikan) berpindah ke pembeli atau pengguna jasa.

Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima.


Cara ini dipakai apabila terdapat ketidakpastian mengenai kolektibilitas
piutang dari penjualan tersebut. Hal ini disebabkan oleh belum berpindahnya hak
pemilikan atas barang yang dijual sampai dengan dilunasinya pembayaran, sehingga
ada kemungkinan terjadi pembatalan transaksi penjualan. Contoh: transaksi penjualan
angsuran (installment sales)

Pendapatan dari penjualan konsinyasi


Dalam penjualan konsinyasi, pendapatan baru diakui setelah terjadi penjualan
dan penyerahan barang dari komisioner (consignee) kepada pembeli.

Pendapatan diakui secara proporsional selama tahap produksi


Cara ini dipakai terutama oleh perusahaan kontraktor. Hal ini dilakukan karena
sifat pekerjaan yang dilakukan, yang biasanya memerlukan waktu penyelesaian
melebihi satu periode akuntansi. Cara seperti ini dapat dilakukan apabila taksiran
biaya penyelesaian dan tahap kemajuan penyelesaian kontrak dapat ditentukan
5 langkah proses pengakuan pendapatan:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengidentifikasi kontrak dengan kostumer


Mengidentifikasi kewajiban-kewajiban yang bisa dipisahkan dengan kontrak
Menentukan harga transaksi
Mengalokasikan harga transaksi ke kewajiban
Menentukan/mengakui pendapatan saat kewajiban sudah terpenuhi

Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield terdapat


empat proses pengakuan pendapatan, yaitu:

Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)


Menurut FASB dalam Concepts Statement No. 5, kedua syarat untuk
mengakui pendapatan (direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan) biasanya
terpenuhi pada saat produk atau barang dagang diserahkan atau jasa diberikan kepada
pelanggan.

Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan


Kebanyakan, pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)
digunakan karena sebagian besar ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba
dan harga pertukaran sudah diketahui. Akan tetapi, dalam situais tertentu pendapatan
diakui sebelum penyelesaian dan penyerahan. Contohnya adalah akuntansi kontrak
konstruksi jangka panjang yang menggunakan presentase penyelesaian dan metode
kontrak selesai.

Pengakuan pendapatan setelah penyerahan


Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat dipastikan
secara layak sehingga pengakuan pendapatan akan ditangguhkan. Salah satu dari dua
metode berikut ini biasanya dipakai untuk menangguhkan pengakuan pendapatan
sampai kas diterima, yaitu, metode penjualan cicilan (installment sales method) atau
metode pemulihan biaya (cost recovery method). Dalam beberapa situasi kas diterima
sebelum penyerahan atau pengalihan property dan dicatat sebagai simpanan karena
transaksi penjualan itu belum selesai. Cara ini disebut sebagai metode simpanan
(deposit method).

Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus


Beberapa transaksi khusus memiliki proses pengakuan pendapatan yang berbeda,
contohnya:
a. Waralaba
b. Konsinyasi
B. Kontrak konstruksi (PSAK 34)
Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus
untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu
sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau
tujuan pokok penggunaan.

Pendapatan Kontrak

1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan


2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif:
3. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; dan

4. Dapat diukur secara andal.

Biaya Kontrak
1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu;
2. Dapat dikurangi dengan keuntungan insendental yang tidak termasuk pendapatan
kontrak mis penjualan sisa bahan
3. Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat
dialokasikan pada kontrak tersebut; dan
4. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak.

Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak


Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan
kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui
sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas
kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan
Pengakuan pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian
suatu kontrak sering disebut metode persentase penyelesaian.

Pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laba rugi pada periode
akuntansi di mana pekerjaan dilakukan.

Biaya kontrak biasanya diakui sebagai beban dalam laba rugi pada periode akuntansi
di mana pekerjaan yang berhubungan dilakukan
Jika hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal:

Pendapatan diakui hanya sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut
diperkirakan dapat dipulihkan; dan

Biaya kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.


Sejarah
PT Wijaya Karya (persero) Tbk yang beralamatkan di Jl. D.I. Panjaitan Kav.9 Jakarta
13340. Didirikan Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja (PN Widjaja Karja) pada
tanggal 11 Maret 1960. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.64 tahun 1961 tanggal 29
Maret 1961, perusahaan bangunan bekas milik belanda yang bernama Naamloze
Vennootschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedriif Vis en Co disingkat N.V. Vis
en Co dilakukan nasionalisasi dan dilebur ke dalam PN Widjaja Karja.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40 tanggal 22 Juli 1971, PN Widjaja Karja
dialihkan bentuk dan statusnya menjadi Persahaan Perseroan (Persero). Anggaran dasar
Perseroan yang termuat dalam Akta Pendirian telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir prubahan Anggaran Dasar menjadi Perusahaan Terbuka yaitu Akta Perubahan
Anggaran Dasar No.28 tanggal 13 Agustus 2007 dibuat dihadapan Imas FatimahS.H., Notaris
di Jakarta juncto. Akta perubahan Anggaran Dasar No.13 tanggal 11 September 2007 dibuat
dihadapan Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H, sebagai pengganti dari Imas Fatimah, S.h.,
Notaris di Jakarta yang masing-masing tekah disetujui Mentri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan persetujuan No.W7-09068HT.01.04 Tahun 2007 tanggal
16 Agustus 2007 dan No. W7-10030 HT.01.04 Tahun 2007 tanggal 11 Septeber 2007.
Sesuai dengan undang-undang BUMN Nomor 19 tahun 2003, maksud dan tujuan PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk adalah
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya
dan penerimaan Negara pada khususnya. BUMN diharapkan untuk meningkatkan
mutu pelayanan pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam
meningkatkan pertubuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan keuangan
Negara.
2. Mengejar keuntungan. Namun dalam hal-hal tertentu untuk melaukan pelayanan
umum, persero dapat memberikan tugas khusus dengan memperlihatkan prinsipprinsip pengelolaan perusahaan yang sehat penugasan pemerintah harus disertai
dengan pembiayaan (kompensasi) berdasarkan perhitungan bisnis atau komersial.

3. Menyelenggarakan kemanfaatkan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang


bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajt hidup orang banyak setiap hasil
usaha BUMN, baik barang maupun jasa dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sector
swasta dan koperasi. Kegiatan ini secara komersial tidak menguntungkan. Maka dapat
dilakukan melalui penugasan kepada BUMN.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.

Visi Dan Misi


Pertumbuhan berkesinambungan PT Wijaya karya (Persero) Tbk Indonesia yang telah
berdiri lebih dari 40 tahun merupakan suatu cerita sukses yang merefkeksikan komitmen
tinggi dan usaha kerja keras. Memasuki abad ke 21, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk berusaha
keras meningkatkan kinerja setiap aspek, dimulai dari manajemen, sumber daya manusia
yang tersusun guna mengasilkan inovasi dan tegnologi.
Visi : Menjadi perusahaan terkemuka dalam industri kontruksi dan engineering di Asia
Tenggara.
Misi : mempelopori pengembangan industry kontruksi dan engineering yang berkualitas dan
memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan
Anak Perusahaan
Karena peraturan pemerintah yang mengharuskan BUMN kembali kebisnis intinya, maka
usaha usaha diluar konstruksi dipecah menjjadi anak perusahaan, yaitu:
1. WIKA Realty ( pengabungan perumahan dengan merek dagang Tamansari
diebeberapa kota besar di Indonesia)
Awalnya adalah devisi Realti, kemudian dikembangkan kawasan hunian dengan brand
tamansari yang tersebar diberbagai lokasi di wilayah Indonesia, dengan perumahan
berbagai tipe.
2. WIKA Beton (memprotiduksi barang beton pra-cetak, seperti tiang listrik beton,
jembatan beton pra cetak, bantalan kereta beton dll)
Pembukaan WIKA Beton yang pada awalnya adalah divisi produk beton pada tahun
1997
3. WIKA In-Trade (selain perdagangan perusahaan ini juga memproduksi; AC merek
Wika, pemanas air tenaga surya merk Wika, spare part otomotif dengan merek WIN.
Pembentukan WIKA In-trade yang awalnya adalah divisi industry dan peragangan.
Kegiatan Perusahaan
Sejak tahun 1997 Perseoan focus pada bidang usaha Core Busines jasa konstruksi,
sedangkan bidang usaha pendukung pengembangannya diserahkan ke Anak perusahaan.
Sampai saat ini kegiatan yang dilakukan perushaan adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan sipil umum, meliputi konstruksi jalan, jembatan, jalan kereta api, bangunan
pelabuhan laut dan usara, bangunan pengairan (bendungan, dam, saluran irigasi), dan
bangunan ketenagaan listrik (PLTA,PLTU,PLTN)
2. Pekerjaan konstruksi gedung, meliputi bangunan hunian (hotel, apartment, rumah
sakitm dll) dan bangunan fasilitas (perkantoran, pertokoan, sarana pendidikan, dll)
3. Pekerjaan konstruksi industry, mekanikal dan elektrinikal, meliputi : pembangunan
kawasan industry, pemipaan minyak dan gas, pembangkit listrik, gardu listrik,
transmisi listrik, menara telekomunikasi, pabrik kelapa sawit, bangunan industry
lainnya antara lain pabrik pupuk, semen dan minuman.
4. Pekerjaan EPC yang merupakan pekerjaan rancang bangun, design process, design
engineering, procurement dan construction management.

B. Kebijakan Akuntansi PT. Wijaya Karya Tbk.


Pendapatan bidang usaha konstruksi diakui berdasarkan metode persentase
penyelesaiaan. Persentase penyelesaian konstruksi ditetapkan berdasarkan kemajuan fisik
proyek yang dinyatakan dalam bentuk Berita Acara Opname Proyek (BAOP) yang
ditandatangani kedua belah pihak. Terhadap pendapatan usaha konstruksi yang telah
diterbitkan fakturnya diakui sebagai piutang usaha, sedangkan yang belum diterbitkan
fakturnya diakui sebagai tagihan bruto pemberi kerja.
Pendapatan bidang manufaktur dan perdagangan diakui berdasarkan penyerahan barang
kepada pembeli. Pendapatan penyewaan alat-alat berat dihitung berdasarkan masa
penggunaannya. Terhadap pendapatan yang telah diterbitkan fakturnya diakui sebagai piutang
usaha, sedangkan yang belum diterbitkan fakturnya diperlakukan sebagai pendapatan yang
akan diterima.
Pendapatan bidang usaha perumahan untuk landed house diakui dengan metode akrual
penuh (full accrual method). Berdasarkan ketentuan tersebut, pendapatan dari penjualan
rumah diakui bila seluruh syarat berikut telah terpenuhi :
1. Penjualan tanah dan bangunan fasilitas KPR
a. Pengikatan jual beli telah berlaku;
b. Harga jual akan tertagih di mana jumlah pembayaran yang diterima sekurangkurangnya mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati;
c. Tagihan penjual terhadap pembeli pada masa yang akan datang bebas dari
subordinasi terhadap Utang lain dari pembeli;
d. Penjual telah mengalihkan kepada pembeli seluruh risiko dan manfaat
kepemilikan yang umum yang terdapat pada suatu transaksi penjualan, dan
penjual selanjutnya tidak mempunyai kewajiban atau terlibat lagi secara
signifikan dengan aset (property) tersebut. Dalam hal ini setidak-tidaknya
bangunan tersebut telah diserahterimakan dan siap dihuni.
2. Penjualan tanah dan bangunan tanpa fasilitas KPR
a. Pengakuan pendapat atas penjualan tanah beserta bangunan tanpa fasilitas
KPR bank dilakukan bila pembeli telah membayar minimum 50% dari harga
jual dan nilai progres pembangunan telah mencapai minimal 80%.
3. Penjualan kavling tanah tanpa bangunan
a. Pengikatan jual beli telah berlaku;

b. Harga jual akan tertagih di mana jumlah pembayaran yang diterima sekurangkurangnya telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati;
c. Tagihan penjual terhadap pembeli pada masa yang akan datang bebas dari
subordinasi terhadap Utang lain dari pembeli;
d. Penjual tidak mempunyai Liabilitas yang signifikan lagi untuk menyelesaikan
pematangan lahan yang dijual, pembangunan fasilitas yang dijanjikan ataupun
yang menjadi kewajiban penjual sesuai pengikatan jual beli.
4. Pengakuan pendapatan atas penjualan apartemen diakui dengan metode persentase
penyelesaian, apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi:
a. Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah
selesai dan semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah terpenuhi;
b. Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang
telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;
dan
c. Jumlah pendapatan penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi
dengan andal.
Apabila semua persyaratan tersebut di atas tidak terpenuhi, semua penerimaan uang
yang berasal dari pelanggan dicatat sebagai uang muka dari pelanggan dengan
menggunakan metode deposit, sampai semua persyaratan terpenuhi.
Pendapatan dari bidang usaha pertambangan adalah dari aktifitas penjualan aspal baik
dalam bentuk curah maupun halus. Pendapatan dari penjualan produk diakui saat
terpenuhinya seluruh kondisi sebagai berikut:
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang (produk)
secara signifikan kepada pembeli.
b. Entitas tidak lagi melanjutkan keterlibatan pengelolaan ataupun melakukan
pengendalian efektif atas barang (produk) yang dijual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
d. Dipastikan manfaat ekonomis dari transaksi penjualan akan mengalir kepada
entitas; dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
dapat diukur dengan andal.
Beban diakui sesuai dengan manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (accrual method).
C. Laporan Keuangan dan Pos atau Elemen Laporan Keuangan
Dapat dilihat pada lampiran dibawah ini, bahwa pendapatan PT. Wijaya Karya (Persero)
Tbk disajikan dalam laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain. Dalam
lampiran tersebut kita dapat mengetahui PT. Wijaya Karya (Persero) memiliki beberapa jenis
pendapatan diantaranya dihasilkan dari penjualan bersih, laba ventura bersama, pendapatan
lain-lain, serta Keuntungan aktuarial atas program imbal kerja pasti.
Beberapa jenis pendapatan tersebut setelah diakumulasi dan dikurangkan dengan bebanbeban yang terjadi dan pajak maka akan menghasilkan pendapatan komprehensif pada
periode berjalan. Untuk lebih lengkapnya dapat kita amati pada lampiran dibawah ini:

D. Disclosure atau Catatan atas Laporan Keuangan

a. Infrastruktur dan Gedung terdiri dari bidang usaha jasa konstruksi sipil umum yang
meliputi pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, dermaga,
bandara, bendungan, irigasi, dan gedung .
b. Energi dan Industrial Plant meliputi bidang usaha jasa konstruksi bidang energi dan
EPC serta jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik. Pada segmen ini
termasuk investasi pada sektor kelistrikan yang mayoritas pendanaan dan operasinya
dikendalikan Perseroan.
c. Industri terdiri dari usaha beton pracetak seperti tiang pancang, girder, bantalan rel
kereta api, konstruksi baja, spare part otomotif, produk konversi energi dan industri
pertambangan.
d. Realti dan properti terdiri dari usaha landed housing dan high risk building seperti
apartemen serta pengelola gedung dan kondotel.
Nilai penjualan tersebut tidak termasuk penjualan dari ventura bersama sampai dengan 31
Desember 2015 dan 2014 masing-masing sebesar Rp 3.475.787.434 dan Rp 4.789.469.378.
Tidak ada pendapatan per customer dengan nilai bersih melebihi 10% dari total penjualan.
Rincian Penjualan dikategorikan sebagai berikut :

Penjualan jasa adalah dari bisnis jasa konstruksi, sewa dan properti metode perhitungan
pendapatan atas jasa konstruksi adalah dengan menggunakan metode presentase penyelesaian
kontrak.
Informasi pokok atas kontrak konstruksi terinci sebagai berikut :

Pendapatan Bunga Deposito dan Jasa Giro


Pendapatan bunga deposito dan Jasa Giro merupakan pendapatan bunga atas deposito
berjangka Perseroan dan bunga bank atas saldo rekening giro Perseroan. Pendapatan bunga
tersebut telah memperhitungkan PPh final atas bunga.
Laba Penjualan Aset Tetap
Laba penjualan aset tetap merupakan laba atas penjualan tanah dan bangunan milik perseroan
yang berlokasi di Jakarta dan Makasar.
Laba (Rugi) Selisih Kurs
Laba (rugi) selisih kurs merupakan laba atas penyesuaian saldosaldo laporan posisi keuangan
Perseroan, seperti kas setara kas, piutang, utang dan uang muka diterima dan selisih antara
realisasi atas pengakuan transaksi selisih kurs.
Pendapatan (Beban) dari Pendanaan
Pendapatan (Beban) bunga merupakan selisih nilai bunga atas fasilitas kredit modal kerja
yang dipergunakan oleh Perseroan.
Beban Penurunan Nilai Piutang
Beban penyisihan piutang merupakan beban atas saldo-saldo piutang yang terindikasi terjadi
penurunan nilai karena pencairannya tidak sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
kontrak yang telah disepakati.
Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi
Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi merupakan hak atas laba pada penyertaan pada PT
Marga Nujyasumo Agung, PT WIKA-Industri Energi, PT Wika Jabar Power dan PT Prima
Terminal Peti Kemas.

Keuntungan (Kerugian) Aktuarial Atas Program Imbal Kerja Pasti


Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari penyesuaian dan perubahan dalam
asumsi-asumsi aktuarial dibebankan atau dikreditkan seluruhnya ke laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
PT Wijaya Karya (persero) Tbk beralamatkan di Jl. D.I. Panjaitan Kav.9 Jakarta
13340. Didirikan oleh Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja (PN Widjaja Karja)
pada tanggal 11 Maret 1960. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40 tanggal 22 Juli 1971,
PN Widjaja Karja dialihkan bentuk dan statusnya menjadi Persahaan Perseroan (Persero).
Anggaran dasar Perseroan yang termuat dalam Akta Pendirian telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir perubahan Anggaran Dasar menjadi Perusahaan Terbuka pada tahun
2007.
Kebijakan mengenai pengakuan pendapatan pada PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
yakni : Pendapatan bidang usaha konstruksi diakui berdasarkan metode persentase
penyelesaiaan; Pendapatan bidang manufaktur dan perdagangan diakui berdasarkan
penyerahan barang kepada pembeli; Pendapatan penyewaan alat-alat berat dihitung
berdasarkan masa penggunaannya; Pendapatan bidang usaha perumahan untuk landed house
diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method); dan Pendapatan dari bidang usaha
pertambangan adalah dari aktifitas penjualan aspal baik dalam bentuk curah maupun halus.
Pendapatan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk disajikan dalam laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain. Dalam lampiran tersebut kita dapat mengetahui PT. Wijaya
Karya (Persero) memiliki beberapa jenis pendapatan diantaranya dihasilkan dari penjualan
bersih, laba ventura bersama, pendapatan lain-lain, serta Keuntungan aktuarial atas program
imbal kerja pasti.
Penjualan bersih dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk terdiri atas Infrastruktur dan
Gedung sebesar Rp. 5.984.300.421.000; Energi dan Industrial Plant Rp. 3.369.643.952.000;
Industri Rp. 2.830.253.398.000; serta Realty dan Properti sebanyak Rp. 1.435.903.648.000.
Pada Investasi dalam ventura bersama, PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk memperoleh
laba sebanyak Rp. 288.402.591.000 selama tahun 2015. Kemudian dalam pendapatan lainlain, perusahaan justru menghasilkan beban sebesar Rp. 415.823.583.000 Lalu pada periode
tersebut perusahaan memiliki keuntungan aktuarial yang timbul atas program imbal kerja
pasti sebesar Rp. 6.306.290.000

Anda mungkin juga menyukai