UNTUK
SEKOLAH DASAR
Oleh : Drs. Ahmadin Sitanggang, M.Pd
Widyaiswara LPMP Sumatera Utara
PENGANTAR
Depdiknas, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga
Kependidikan (Ditjen PMPTK), Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan
melalui LPMP berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu
diantaranya adalah merevitalisasi Kelompok kegiatan Guru (KKG) dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) karena diduga Itensitas dan
kebermaknaan forum-forum dimaksud masih kurang optimum. Pelaksanaan
revitalisasi KKG dan MGMP diharapkan dapat mendukung secara umum
peningkatan kemampuan professional guru dalam pembelajaran di sekolahsekolah terkait.
Modul ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap
sekolah/madrasah mengembangkan kurikulum berdasarkan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
LPMP sebagai pendampingan dari kegiatan KKG dan MGMP di kabupaten/kota
se-Sumatera Utara berkewajiban menyusun modul untuk membantu para guru
dalam mengembangkan KTSP di sekolah masing-masing.
I. PENDAHULUAN
Matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk
suatu struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal tersebut. Untuk dapat
memahaminya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam
Matematika. Karena sifatnya yang abstrak, maka dalam pembelajaran matematika masih
diperlukan benda-benda yang menjadi perantara atau alat peraga yang berfungsi untuk
mengkonkritkan sehingga fakta-faktanya lebih jelas dan lebih mudah diterima oleh siswa.
Oleh karena itu wajar apabila matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa
usia sekolah dasar.
Berdasarkan hal tersebut di atas untuk memahami suatu konsep matematika, siswa
masih harus diberikan rangkaian kegiatan nyata yang dapat diterima akal mereka. Dengan
demikian alat bantu belajar atau biasa disebut media sangatlah diperlukan dalam
pembelajaran matematika, untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna,
mengaktifkan dan menyenangkan.
Alat peraga matematika adalah sebuah atau seperangkat benda konkrit yang dibuat,
dirancang, dihimpun atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Dengan alat peraga, maka hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model,
sehingga siswa dapat memanipulasi objek tersebut dengan cara dilihat, dipegang, diraba,
diputarbalikkan, agar lebih mudah memahami matematika.
b. Sarana Pembelajaran
Fungsi utama sarana pembelajaran adalah alat untuk melakukan pembelajaran
misalnya OHP, jangka, timbangan, computer, alat tulis, busur. Tetapi terkadang sarana
pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat peraga misalnya anak timbangan sebagai contoh
ukuran berat dan busur untuk contoh setengah lingkaran dan besar sudut.
Perlu diingat bahwa tidak semua materi atau topik dalam pembelajaran matematika
dapat dibuat alat peraganya, dan jika diperagakan justru akan mempersulit siswa dalam
memahaminya. Contoh alat peraga untuk pembelajaran perpangkatan
o
0
oR
80
o
0
oK
oF
373 212
o
273
o
32
6
b. Kegunaan :
Dapat menunjukkan perbandingan suhu dari skala yang yang berbeda
dengan sekali proses tampa membawa keempat jenis alat pengukur suhu.
Sebagai alat sederhana yang dapat membuktikan kepada siswa bahwa
perbandingan suhu yang dilakukan dengan perhitungan akan menunjukkan
nilai yang sama pada pengukur suhu sebenarnya.
Mempermudah siswa dalam memahami konsep perhitungan perbandingan
suhu antara skala derajat yang satu dengan yang lain
Siswa mengetahui dasar perhitungan mencari.
c. Cara Pemakaian
Untuk mengetahui derajat suhu yang ditanya, tarik tali yang terdapat diatas sehingga
jarum menunjukkan derajat suhu yang diketahui. Maka suhu yang segaris (sejajar) dengan
derajat suhu yang diketahui adalah nilai suhu yang diinginkan. Kemudian tarik kembali tali
yang terdapat dibawah agar posisi jarum kembali kesemula.
2. Permainan Kartu Pecahan
a. Bentuk Kartu
Permainan kartu bilangan merupakan permainan yang berbentuk kartu dimana setiap
kartu berisi hal-hal yang berkaitan dengan bilangan. Disini ada dua kartu permainan
yang disajikan yaitu kartu permainan persen-pecahan dan pecahan senilai. Setiap kartu
memiliki dua bagian yang berisi soal-soal yang harus diselesaikan oleh pemain. Jumlah
kartu dapat disesuaikan dengan jumlah kartu donimo atau kartu lainnya.
b. Kegunaan :
Ada dua jenis permainan kartu pecahan yaitu :
Kartu Permainan Persen-Pecahan
25 % 1/5
Kegunaan kartu ini untuk melatih pemain (siswa) dalam mengubah persen ke pecahan
dan sebaliknya. Setiap kartu terdiri dari bagian persen dan pecahan.
1/4
2/5
Kartu ini berguna sebagai alat untuk melatih pemain dalam mencari nama-nama lain
dari suatu pecahan yang sama nilainya atau berbeda nilainya disamping membuat
mereka tidak cepat bosan.
c. Cara memainkan
Permainan ini dimainkan oleh 2, 3 atau 4 orang. Kartu dikocok terlebih dulu lalu dibagi
kepada pemain masing-masing sebanyak 5 atau 6 kartu. Buka satu kartu dari tumpukan
kartu yang sisa. Selanjutnya secara bergantian pemain menyambung susunan kartu,
misalnya untuk kartu pecahan biasa disambung dengan persen yang sesuai, dan sebaliknya.
Atau kartu pecahan campuran disambung dengan nilai pecahan desimal yang sesuai, dan
sebaliknya. Penyusunan kartu seperti gambar.
3/5
25%
1/4
20%
1/5
50%
10%
+
Lingkaran positip (+)
b. Kegunaanya
Lingkaran positip negatip dapat mempermudah siswa dalam memahami penjumlahan
dan pengurangan bilangan positip dan bilangan negatip, dimana umumnya siswa
merasa sulit dalam melakukan operasi terhadap bilangan tersebut.
c. Aturan pemakaian
Setiap 1 lingkaran positip (+) direkatkan dengan 1 lingkaran (-). Nilai 1 lingkaran
positip (+) dan 1 lingkaran negatip (-) yang direkatkan adalah 0 (nol). Misalnya siswa
disuruh menjumlahkan +3 dan -2 maka diambil lingkaran (+) sebanyak 3 keping dan
(-) sebanyak 2 keping. Lalu 1 (+) direkatkan dengan dengan 1 (-) sampai habis
berpasangan. Sisa yang tidak memiliki pasangan merupakan hasil penjumlahan.
D.
Dalam menyusun alat peraga matematika, seorang guru tidak terlepas dari ketentuan
syarat dan kriteria yang telah dipaparkan diatas. Diputuskan seorang guru perlu atau tidak
membuat alat peragabdapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
Pokok bahasan
Butuh alat peraga ?
ya
Ada alat peraga?
tidak
ya ada
tidak ada
Studi Pustaka
Memilih bahan
III. PENUTUP
10
11