Materi Teknis Pedoman Monev Pemanfaatan Ruang PDF
Materi Teknis Pedoman Monev Pemanfaatan Ruang PDF
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ................................................................................1-1
1.1
1.2
1.3
2.2
BAB III
i
iv
vi
2.1.2
2.1.3
2.2.2
2.2.3
2.2.4
3.2
3.3
3.4
3.1.2
3.2.2
3.2.3
3.3.2
3.6
BAB IV
BAB V
3.5.2
3.5.3
3.5.4
4.2
4.3
5.2
5.3
ii
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.1.5
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.2.6
5.2.7
5.2.8
5.3.2
5.3.3
5.3.4
PENUTUP ..........................................................................................6-1
6.1
6.2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
1-2
1-3
Tabel 2.1
2-1
Tabel 2.2
2-4
Tabel 2.3
2-5
Tabel 2.4
2-9
Tabel 2.5
2-14
Tabel 2.6
2-15
2-20
Tabel 3.1
3-6
Tabel 3.2
3-7
Tabel 3.3
Muatan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang dalam RTRW
Provinsi dan RTRW Kabupaten ...........................................................
3-8
Tabel 3.4
3-10
Tabel 3.5
3-13
Tabel 3.6
3-14
Tabel 3.7
3-14
Tabel 3.8
3-18
Tabel 3.9
3-20
Tabel 5.1
5-10
Tabel 5.2
5-11
Tabel 5.3
5-12
Tabel 5.4
5-13
Tabel 5.5
5-16
Tabel 5.6
5-16
Tabel 5.7
5-17
5-17
5-17
Tabel 1.2
Tabel 2.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
iv
5-18
Tabel 5.11
5-20
Tabel 5.12
5-21
Tabel 5.13
5-21
Tabel 5.14
5-22
Tabel 5.15
5-23
Tabel 5.17
5-28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
1-4
2-20
2-21
3-1
3-2
Gambar 3.3
3-3
Gambar 3.4
3-3
Gambar 3.5
3-4
Gambar 3.6
3-12
Gambar 3.7
3-13
Gambar 5.1
5-1
5-10
Gambar 5.3
5-12
Gambar 5.4
5-30
Gambar 5.5
5-32
Gambar 5.6
5-33
Gambar 5.7
5-35
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 5.2
vi
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan penataan ruang ditujukan untuk menciptakan ruang yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya
adalah dilakukan pelaksanaan penataan ruang yang meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pada tahap perencanaan
tata ruang dihasilkan struktur ruang dan pola ruang yang dituju, sementara dalam tahap
pemanfaatan ruang dilakukan penyusunan program, pembiayaan, dan pelaksanaan
pembangunan. Tahap pemanfaatan ruang ini merupakan tahap untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang yang dituju. Dalam hal ini diperlukan kesesuaian antara
pemrograman pembangunan dengan struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan.
Sesuai tidaknya pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang memerlukan tindakan
pengawasan. Untuk mengawasi berjalannya pemanfaatan ruang dan mengetahui upaya
koreksi yang perlu dilakukan terhadap terjadinya penyimpangan memerlukan kegiatan
monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang. Monitoring pemanfaatan ruang adalah
kegiatan pemantauan untuk mengamati kondisi pemanfaatan ruang pada periode waktu
tertentu. Monitoring juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati kinerja pemangku
kepentingan dalam pemanfaatan ruang. Sementara evaluasi adalah kegiatan menilai
tingkat pencapaian pemanfaatan ruang secara terukur dan obyektif atau kegiatan menilai
tingkat kecocokan struktur ruang dan pola ruang eksisting terhadap rencana tata ruang.
Dengan demikian, melalui kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dapat memberi arah
pada berjalannya pemanfaatan ruang dari waktu ke waktu untuk menuju struktur ruang
dan pola ruang yang direncanakan.
Dalam membantu agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang
direncanakan perlu dihadirkan pedoman. Pedoman bersifat memberi arahan dalam garis
besar kepada para pemangku kepentingan dalam pemanfaatan ruang. Terkait dengan
upaya memberi arah dalam pemanfaatan ruang diperlukan pedoman monitoring dan
evaluasi pemanfaatan ruang. Sesuai dengan hal tersebut, Direktorat Pembinaan Penataan
Ruang Daerah Wilayah I pada tahun anggaran 2014 melakukan Penyusunan Materi
Teknis Pedoman Bidang Penataan Ruang, yang salah satunya adalah Pedoman
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang.
b.
1-1
Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama)
data sekunder yang berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan,
perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normative dapat dilengkapi
dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat.
Tabel 1.1 Stakeholder dan Instansi dalam kegiatan konsinyasi dan FGD
Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
No.
1.
Stakeholder
Instansi ke-PU-an
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
1-2
Instansi
Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Bina Program dan Kemitraan, Direktorat
Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Direktorat
Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Perkotaan, Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah
II, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian
Pekerjaan Umum
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Pengaturan, Direktorat Penataan Ruang
Wilayah Nasional, Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Pengaturan, Direktorat Perkotaan,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian
Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Pengaturan, Direktorat Pembinaan
Penataan Ruang Daerah Wilayah II, Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Kebijakan, Direktorat Perkotaan,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian
Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi Nasional,
Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Direktorat
Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Kebijakan, Direktorat Pembinaan
Penataan Ruang Daerah Wilayah II, Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Kebijakan, Direktorat Pembinaan
Penataan Ruang Daerah Wilayah I, Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Perencanaan Umum, Direktorat Bina
Program dan Kemitraan, Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Sub Direktorat Evaluasi Kerja, Direktorat Bina Program
dan Kemitraan, Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Stakeholder
2.
Pakar
3.
Utusan daerah
4.
b.
Instansi
Kementerian Pekerjaan Umum
18. Bagian Hukum dan Peraturan Perundang-undangan,
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
1.
Perguruan Tinggi
2.
Asosiasi/ Pemerhati/ IAP
1.
Bappeda Provinsi Jawa Barat
2.
Bappeda Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
3.
Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
4.
Bappeda Kabupaten Bogor
5.
Dinas Tata Ruang Dan Pertanahan Kabupaten Bogor
6.
Bappeda Kabupaten Tangerang
7.
Bappeda Kabupaten Bekasi
8.
Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Kabupaten Cianjur
1.
Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan
Hidup, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri
2.
Direktur Pengembangan Wilayah, Deputi Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas
3.
Bagian Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, Badan
Informasi Geospasial
Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan
penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundangundangan
(normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan
kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang
berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.
Tabel 1.2 Provinsi dan Instansi yang menjadi target survey Pedoman
Monitoring Dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
No.
1.
Provinsi
Provinsi Aceh
2.
3.
Instansi
Provinsi Aceh
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Aceh
2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Aceh
Kabupaten Aceh Besar
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Aceh Besar
Kota Banda Aceh
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kota Banda Aceh
Provinsi Jawa Barat
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Bandung
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Bandung
2. Dinas Perumahan, Tata Ruang, dan Kebersihan
Kabupaten Bandung
Kota Bandung
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kota Bandung
2. Dinas Tata Ruang, dan Cipta Karya Kota
Bandung
Provinsi Sulawesi Selatan
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Provinsi Sulawesi Selatan
1-3
Provinsi
Instansi
2. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi
Sulawesi Selatan
Kabupaten Maros
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Maros
Kabupaten Gowa
1. Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kabupaten
Maros
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Gowa
3. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gowa
Kabupaten Takalar
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Takalar
2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Takalar
Peraturan
Perundangundangan
Studi Pustaka
Hasil penelitian
Hasil
pengkajian
Konsepsi muatan
pedoman
Observasi
Wawancara
FGD
Survey
Muatan Pedoman
1-4
2.1.1 Monitoring
Pemantauan adalah usaha atau kegiatan mengamati, mengawasi dan memeriksa
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang. Pemantauan dilakukan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan dengan tujuan mengamati, mengikuti dan mendokumentasikan perubahan
suatu kegiatan pemanfaatan ruang suatu kawasan tertentu dalam periode tertentu.
Pemantuan dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali dan merupakan kegiatan
rutin dan kegiatan lanjutan (adanya laporan dari masyarakat/instansi perihal adanya
penyimpangan pembangunan fisik dengan rencana tata ruang).
Pemantauan rutin terhadap perubahan tata ruang dan lingkungan dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota masing-masing dengan mempergunakan semua laporan
yang masuk, baik yang berasal dari individu masyarakat, Organisasi kemasyarakatan,
aparat RT, RW, kelurahan dan kecamatan. Pemantauan ini menjadi kewajiban
perangkat Pemerintah Daerah sebagai kelanjutan dari temuan pada proses pelaporan
yang kemudian ditindak lanjuti bersama-sama berdasarkan proses dan prosedur yang
berlaku. Namun pemantauan yang baik dilakukan oleh para pelaku pembangunan
(pemerintah, swasta dan masyarakat).
Fungsi pemantauan agar pelaksanaan pemanfaatan ruang dapat sesuai dengan rencana
tata ruang dengan subyek pemantauan terdiri dari instansi di bidang tata ruang (Dinas
Tata Ruang, Dinas Tata Kota/Dinas Pekerjaan Umum atau instansi lain).
Penentuan lokasi wilayah pemantauan pemanfaatan ruang dilakukan terhadap
kota/kabupaten, kondisi lahan terakhir, wilayah terbangun dan wilayah/lahan kosong
dan berdasarkan pada 3 tahapan, yaitu tahap pra konstruksi (bersamaan dengan studi
kelayakan), tahap konstruksi (pada saat kegiatan pembangunan dimulai hingga siap
dimanfaatkan) dan tahap pasca konstruksi (pada saat bangunan telah
dipakai/digunakan untuk suatu kegiatan).
Pemantauan dilakukan dengan 2 cara, yaitu pemantauan yang dilakukan secara
periodik (dilakukan oleh aparat atau instansi yang berwenang berdasarkan prosedur
yang berlaku) dan pemantauan secara insidential (dilakukan oleh aparat atau instansi
yang berwenang untuk memecahkan masalah lokal/masalah yang mendapat perhatian
masyarakat). Ringkasan tahap pemantauan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Tahap Pemantauan
Subyek
Pemantauan
Instansi
Pemerintah
(DTK,
Dinas
Bentuk Pemantauan
- Rutin/periodic (dilakukan
oleh aparat instansi yang
berwenang berdasarkan
Waktu
Pemantauan
- Tahap
Pra
konstruksi
- Tahap Konstruksi
Obyek
Pemantauan
- Wilayah
administrasi
(kota/kabupaten)
2-1
Bentuk Pemantauan
prosedur yang berlaku).
- Isidentil:
untuk
memecahkan
masalah
lokal
(melalui
sidak,
wawancara,
kunjungan
lapangan).
Waktu
Pemantauan
- Tahap
Pasca
Konstruksi
Obyek
Pemantauan
- Kondisi
lahan
terakhir, wilayah
terbangun
atau
lahan kosong.
2.1.2 Evaluasi
Menurut pengertian, istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi juga
mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.
Evaluasi adalah usaha atau kegiatan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan
ruang secara keseluruhan setelah terlebih dahulu dilakukan kegiatan pelaporan dan
pemantauan dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. Inti evaluasi adalah menilai
kemajuan seluruh kegiatan pemanfaatan dalam mencapai tujuan rencana tata ruang.
Kemajuan kegiatan dilakukan oleh semua pelaku pembangunan (pemerintah, swasta
dan masyarakat dengan keluaran berupa rekomendasi mengenai revisi rencana tata
ruang wilayah dan jenis tindakan penertiban yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah
daerah).
Evaluasi adalah upaya menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai
tujuan rencana tata ruang dan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelaporan dan
pemantauan dengan tujuan untuk menilai apakah pemanfaatan ruang yang telah ada
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. Dengan subyek evaluasi :
lembaga/dinas yang berwenang di bidang penataan ruang (Dinas Tata Ruang, Dinas
Tata Kota/Dinas Pekerjaan Umum).
Terdapat berbagai macam tujuan evaluasi, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan membuat potret tata ruang. Setiap
tahunnya hal ini dibedakan dengan kegiatan peninjuan kembali yang diamanatkan UU
Penataan Ruang. Peninjauan kembali adalah usaha untuk menilai kembali kesahihan
rencana tata ruang dan keseluruhan kinerja penataan ruang secara berkala, termasuk
mengakomodasi pemuktahiran yang dirasakan perlu akibat paradigma serta peraturan
atau rujukan baru dalam kegiatan perencanaan tata ruang yang dilakukan setelah dari
kegiatan suatu evaluasi ditemukan permasalahan-permasalahan yang mendasar.
Secara sederhana evaluasi dapat didefinisikan sebagai penilaian kembali kegiatankegiatan yang telah berlalu sampai ke periode tertentu. Dalam tatanan analisis
2-2
evaluasi sumatif adalah upaya untuk mengevaluasi program atau kebijakan yang
telah selesai dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur apakah tujuan suatu
program telah tercapai serta untuk memberikan perbaikan pada program-program
selanjutnya yang masih serupa.. Pada umumnya evaluasi sumatif dilaksanakan
untuk mengevaluasi program atau kebijakan yang relatif baru dan lebih dinamis.
evaluasi formatif adalah upaya untuk mengevaluasi program atau kebijakan yang
masih berjalan (on-going) untuk mendapatkan umpan balik yang berguna untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja program atau kebijakan tersebut agar hasil
akhir yang dicapai sesuai atau mendekati tujuan awalnya.
Dalam melaksanakan studi evaluasi ada tiga pendekatan yang biasa digunakan
yaitu (Dunn, 1994; 612-620) :
1.
Evaluasi formal
Evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan dengan menjadikan tujuan,
sasaran dan informasi lain yang tertera dalam dokumen resmi sebagai variabel
nilai resmi atau formal, yang kemudian digunakan sebagai pembanding dengan
kenyataan di lapangan. Pada pendekatan ini evaluasi dilakukan dengan menilai
tercapai atau tidaknya tujuan maupun sasaran yang telah dicantumkan secara
formal; dalam dokumen resmi.
2.
Evaluasi Semu
Evalusi semu pada intinya dilakukan dengan menggunakan sistem nilai individu
untuk menilai sistem publik. Pada pendekatan semu ini nilai-nilai yang dipiih
sebagai variabel penilai bagi suatu program maupun kebijakan adalah nilai-nilai
pribadi yang sifatnya nonkonvensional atau dapat diterima oleh publik. Variabel
penilai yang dianggap kontroversi tidak diperhatikan dalam pendekatan semu ini
untuk menghindari pelaksanaan evaluasi yang tidak obyektif.
3.
a. Efectiveness
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah kebijakan atau program yang
diterapkan dapat mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
2-3
b. Efficiency
Kriteria efisiensi digunakan untuk mencari tahu perbandingan antar input dan
output suatu program atau kebijaksanaan. Yang di pertanyakan adalah seberapa
besar usaha dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimal dan apakah besarnya
usaha dan hasil dari program atau kebijakan yang diterapkan seimbang.
c. Adequacy
Adequacy digunakan untuk menjawab seberapa jauh program atau kebijakan yang
diterapkan mampu dan tetap untuk memecahkan dan menjawab masalah.
d. Equity
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah biaya dan manfaat dari program atau
kebijakan yang diterapkan terdistribusi secara proposional bagi setiap stakeholders
yang terlibat.
e. Responsiveness
Kriteria responsiveness digunakan untuk menilai apakah hasil dari program atau
kebijakan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan, prefensi atau sistem nilai
kelompok yang menjadi objek program atau kebijakan.
f. Appropriateness
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah tujuan dari program dan kebijakan
yang diterapkan memberi manfaat secara normatif.
Alat/instrumen yang digunakan dalam evaluasi adalah RTRW, ijin lokasi, analisa
mengenai dampak lingkungan (jika ada) serta kriteria lokasi dan standar teknis yang
berlaku di bidang penataan ruang dan hasil evaluasi berupa rekomendasi untuk
ditindaklanjuti, sehingga dapat diketahui sampAi sejauhmana penyimpangan
pemanfaatan ruang yang terjadi.
Obyek yang dievaluasi adalah hasil pelaporan dan pemantauan yang dilakukan oleh
aparat dan masyarakat. Ringkasan tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.2 Ringkasan Tahap Evaluasi
Subyek Evaluasi
Instansi Pemerintah
(DTK, Dinas
Perkim&Tata Ruang,
Dinas PU dan
sebagainya).
Alat Evaluasi
RTRW, ijin lokasi, analisa
mengenai dampak
lingkungan
Kriteria lokasi dan standar
teknis yang berlaku di
bidang penataan ruang.
Obyek Evaluasi
Hasil pelaporan dan hasil
pemantauan yang
dilakukan oleh aparat dan
masyarakat.
2-4
Keterangan
dan
Pengumpulan dan
Pemeliharaan Data
2-5
Sumber
Resmi
Keberadaan Data
Akses Data
Manfaat
Data
Kastodian
2-6
Keterangan
Apabila ada pengguna data yang memerlukan data yang belum tersedia
pada kastodian data, maka pengguna tersebut dapat:
meminta persetujuan kepada kastodian untuk pengumpulan data;
menentukan sumber data yang diperlukan untuk pengumpulan
data atas nama kastodian penyelenggara data; dan
mengumpulkan data sendiri disesuaikan dengan standar dan
persyaratan yang ditentukan oleh kastodian data dan
menyerahkan salinan data kepada kastodian data.
Apabila kastodian data mendelegasikan tanggung jawabnya kepada
institusi lain dalam hal menyediakan dan memproses data untuk
menghasilkan produk informasi yang memiliki nilai tambah, maka harus
dibuatkan suatu perjanjian resmi diantara mereka. Perjanjian tersebut
harus memuat bahwa kastodian data akan memperoleh sebuah salinan
data sesuai dengan standar yang disepakati.
Kastodian data berfungsi sebagai pemberi informasi yang paling dapat
dipercaya mengenai data yang dikelolanya. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kualitas dan keabsahan data.
Kastodian data harus selalu memutakhirkan data dan informasi sesuai
tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing.
Kastodian data sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk
menetapkan standar ketelitian. Untuk menjaga kemutakhiran dan
kesempurnaan data, kastodian dapat menjadi penasehat bagi
penggunaan data yang dikelolanya.
Kastodian data harus menjamin data yang dikelolanya dapat diakses
oleh masyarakat pengguna data.
Kastodian data harus menjamin pemeliharaan akses secara terus
menerus meskipun pelaksanaan pengumpulan data dilakukan oleh
pihak lain.
Kastodian data harus menjamin pengumpulan dan pemeliharaan data
yang ada padanya sesuai dengan standar akses yang telah ditentukan.
Kastodian data sebagai suatu bagian manajemen untuk mengelola
informasi agar pemanfaatan data spasial dapat berlangsung secara efektif
dan efisien, serta bertanggung jawab terhadap pengelolaan kelompok data
dasar IDSD. Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya kastodian
data antara lain adalah:
Menghindari duplikasi kegiatan yang tidak perlu dalam pengumpulan
dan pemeliharaan data spasial.
Mewujudkan adanya koordinasi dalam pengelolaan data spasial.
Mewujudkan adanya suatu infrastruktur data spasial.
Memudahkan dalam pengadaan dan pengelolaan data spasial.
Memudahkan dalam pengumpulan data dan informasi spasial.
Hak yang dimiliki oleh Kastodian Data antara lain adalah:
1) Kastodian data mempunyai hak untuk membuat perjanjian dengan
intitusi lain dalam hal pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian
data.
2) Kastodian data berhak untuk bekerjasama dalam pemanfaatan data
yang dikelolanya dengan syarat dan kondisi tertentu.
3) Kastodian data berhak untuk menentukan perjanjian dengan para
pengguna data, meliputi biaya, pembagian pendapatan, umpan balik
untuk kualitas data, hak cipta dan hak milik intelektual.
Sedangkan hak pengguna data (user) adalah:
1) Pengguna data (user) tidak berhak menjual data jika mereka
mendapatkan dan atau atas nama kastodian data tanpa memperoleh
ijin dari kastodian data.
2) Pengguna dapat memperoleh hak akses terhadap metadata.
3) Pengguna mempunyai hak untuk mengetahui proses pengelolaan
informasi (pengumpulan dan pemeliharaan data) yang dilakukan oleh
kastodian data.
4) Pengguna data mempunyai hak untuk mengetahui rencana dan
kemajuan pemeliharaan dan pengumpulan data yang dilakukan oleh
Tanggung Jawab
Kastodian Data
dan Pengguna
Keterangan
kastodian data.
5) Pengguna berhak memiliki akses ke metadata mengenai informasi
yang dikelola oleh kastodian data.
6) Pengguna
dapat
memanfaatkan
informasi
dalam
lingkup
kewenangannya.
7) Pengguna dapat memberikan bantuan kaji ulang secara periodik
tentang kinerja kastodian data.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pengelolaan data spasial,
maka instansi/lembaga yang ditunjuk sebagai kastodian data memiliki
tanggung jawab sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab dalam pengumpulan, pemeliharaan dan
peningkatan kualitas data. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menentukan jenis data
yang perlu dikembangkan, memberikan informasi pengumpulan,
program pemeliharaan dan standar data yang digunakan.
b. Berkoordinasi untuk menghindari duplikasi kegiatan pengadaan
data spasial dengan memastikan secara bersama dengan instansi
terkait.
2) Bertanggung jawab dalam pengembangan standar, yaitu:
a. Pengembangan standar (proses, produk dan akses) data yang
sesuai dengan kebutuhan stakeholder IDSD.
b. Mengusulkan standarisasi untuk mengatur dan memelihara data
spasial.
c. Menjamin data yang dikelola oleh kastodian data sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
3) Bertanggung jawab terhadap kualitas data, yaitu:
a. Kastodian data bertanggung jawab terhadap ketersediaan,
ketelitian, kelengkapan dan kemutakhiran data; dan
b. Kastodian data bertanggung jawab dalam memelihara kualitas
kelompok data dasar (KDD) IDSD.
4) Bertanggung jawab dalam akses data, yaitu:
a. Kastodian data bertanggung jawab dalam menyediakan informasi
spasial yang mudah diakses oleh para pengguna (user);
b. Menyiapkan pemeliharaan, keamanan dan standar penyimpanan
informasi spasial yang tepat;
c. Melindungi kepentingan pemerintah terhadap penggunaan
informasi melalui perijinan dan nota kesepahaman untuk menjaga
kerahasiaan informasi;
d. Bertindak sebagai sumber yang berwenang untuk ketelitian
informasi;
e. Mendorong penggunaan informasi spasial untuk mengurangi
duplikasi kegiatan; dan
f. Menetapkan kontak person terhadap permintaan data.
5) Bertanggung jawab terhadap metadata, yaitu:
a. Menyediakan metadata terhadap data yang dikelolanya sesuai
dengan metadata yang dirumuskan oleh IDSD Jabar; dan
b. menyerahkan metadata yang telah disusun kepada administrator
IDSD untuk kepentingan bersama.
6) Bertanggung jawab terhadap kerahasiaan data, yaitu:
Kastodian data bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan
kerahasiaan data terhadap kepemilikan pribadi, sebagai contoh antara
lain nama kepemilikan suatu persil tanah, instalasi militer.
7) Bertanggung jawab dalam bernegosiasi, yaitu:
Kastodian data tidak diperkenankan melakukan negosiasi secara
sepihak dengan pihak manapun tetapi dilakukan secara bersamasama dengan para pengguna agar mendapatkan manfaat bersama.
Sedangkan pengguna data spasial memiliki tanggung jawab sebagai
berikut:
1) Melaporkan temuan terhadap kesalahan/kekurangan data kepada
kastodian data.
2-7
Peran Administrator
IDSD
Pengelolaan
dan
Pemanfaatan Data
Keterangan
2) Memberikan masukan kepada kastodian data tentang persyaratan dan
kebutuhan di masa depan.
3) Menggunakan data sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati,
misalnya tidak akan menyebarkan informasi kepada pihak ketiga.
4) Institusi pengguna harus mencantumkan sumber data bilamana
menggunakan datanya.
5) Penggunaan data yang menjadi informasi bernilai tambah harus
berkoordinasi dengan kastodian data.
6) Pengumpulan informasi tertentu atas nama kastodian data harus
menggunakan standar yang telah ditentukan oleh kastodian data.
Ada beberapa tugas kekastodianan yang tidak dapat dilakukan baik oleh
kastodian data itu sendiri maupun pengguna data agar pelaksanaan
kebijakan kekastodianan dapat berjalan. Untuk itu diperlukan kerjasama
yang dikoordinasikan oleh Administrator IDSD sebagai suatu lembaga
koordinasi. Dalam kastodian data tanggung jawab Administrator IDSD
antara lain sebagai berikut:
1) Menyusun draf pedoman pemeliharaan kekastodianan.
2) Menyusun draf yang berhubungan dengan kebijakan operasional
kastodian data, antara lain harga, royalty, lisensi dan lain-lain.
3) Mengidentifikasi dan menetapkan kastodian data;
4) Menunjuk masing-masing kastodian data untuk berkonsultasi dengan
institusi pengguna;
5) Menetapkan perjanjian-perjanjian kekastodianan;
6) Meninjau ulang kastodian-kastodian data jika ada perubahan
mendasar dalam administrasi pemerintahan.
7) Menjamin sinkronisasi kebijakan-kebijakan, standar dan kelompok
data dasar (KDD) IDSD.
8) Membuat, memelihara dan memberikan akses data direktori spasial
daerah (provinsi); dan
9) Mengembangkan sesuai dengan standar nasional.
Dalam pengelolaan dan pemanfaatan data yang mempunyai nilai tambah
perlu dibuat perjanjian resmi (MOU) antara pembangun produk informasi
dengan data kastodian. Di dalam perjanjian perlu diuraikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Persyaratan penggunaan data mempertimbangkan hal-hal yang
terkait dengan hak milik, kerahasiaan, perlindungan pemerintah dan
keamanan nasional;
2) Perlindungan hak cipta;
3) Periode perjanjian;
4) Definisi dan lingkup tanggung jawab terhadap ketelitian, penggunaan,
modifikasi data;
5) Tanggung jawab semua pihak dalam pemeliharaan produk informasi
yang berkelanjutan;
6) Format, penyajian, dan kualitas informasi; dan
7) Pertimbangan-pertimbangan mengenai keuangan, kompensasi, dan
pertimbangan dalam bentuk lain yang dimungkinkan.
2-8
Tema
Jaring kontrol
horizontal
Jaring kontrol
vertikal
KERANGKA
DASAR
PEMETAAN
Jaring kontrol
gaya berat
Titik kontrol
pemetaan
Datum tinggi
Persil/lahan
Kepemilikan
lahan/persil
Batas konsesi
penambangan
BATAS
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang
jaring
kontrol
horizontal
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang jaring kontrol vertikal
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang jaring kontrol gaya
berat
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan data titik
kontrol pemetaan
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang datum tinggi
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang persil/lahan
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang persil/lahan
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang geologi
Batas
administrasi
Alamat
Kode Pos
Kawasan Khusus
Usulan Kastodian
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Jawa
Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Bina Marga
Provinsi Jawa Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Tata Ruang
Pemukiman Provinsi
Jawa Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Tata Ruang
Pemukiman Provinsi
Jawa Barat
2-9
Kelas
Tema
Toponimi
Usulan Kastodian
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi
Vegetasi
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat
Keanekaragaman
Hayati
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat,
Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Jawa
Barat
Sebaran Satwa
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat,
Topografi
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Barat
Batimetri
Garis pantai
UNSUR ALAM
Daerah aliran
sungai
Alur air dan
tubuh air
daratan
Geologi
Sumber daya
mineral
2-10
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan data yang
memuat toponimi
tugasnya
atau
data
tugasnya
atau
data
tugasnya
atau
data
tugasnya
atau
data
Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Perikanan
Provinsi Jawa Barat
Dinas Tarkim, Dinas
PSDA, Bapeda, Dinas
Kehutanan Privinsi Jawa
Barat
Dinas Tata Ruang
Pemukiman Provinsi
Jawa Barat
Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Jawa
Barat
Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Jawa
Barat
Kelas
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Usulan Kastodian
Geohidrologi/
Hidrogeologi
Oseanografi
Iklim
Tema
Sistem lahan
Daerah rawan
bencana
Sensus
Demografi
SOSIALEKONOMI
Zona
Perencanaan
Penggunaan
lahan perkotaan
dan pedesaan
Lingkungan
budaya
LINGKUNGAN
TERBANGUN
Transportasi
Udara
Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Badan
Perencanaan Daerah
Provinsi Jawa Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat
Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Jawa
Barat, Badan
Perencanaan Daerah
Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat
Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat,
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat, Dinas Tata Ruang
Pemukiman Provinsi
Jawa Barat
Dinas Tata Ruang
Pemukiman Provinsi
Jawa Barat, Badan
Perencanaan Daerah
Provinsi Jawa Barat
Badan Perencanaan
Daerah Provinsi Jawa
Barat
Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Barat
2-11
Kelas
Tema
Transportasi Air
Jaringan Jalan
Jaringan Kereta
Api
Instalasi Air
Bersih
Instalasi Irigasi
dan Drainase
Jaringan Air
Limbah
Jaringan listrik
Jaringan gas
Jaringan
telekomunikasi
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
pelabuhan
laut,
fasilitas
disekitar
pelabuhan
dan
termasuk jaringan transportasi
laut
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang jalan
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang jaringan kereta api
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang perairan
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
jaringan irigasi dan sungai
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
tentang air limbah
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
ketenagalistrikan
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
jaringan
pipa
gas
(jaringannya,
stasiun
distribusi, gardu dll.)
Instansi yang dalam tugasnya
memerlukan
atau
menyelenggarakan
data
jaringan
telekomunikasi,
stasiun pemancar
Usulan Kastodian
Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Barat
2-12
1)
2)
3)
4)
Laporan Final Penyiapan Draft Kriteria Evaluasi Dalam Pemanfaatan Ruang (JICA,
2010).
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi draft pedoman
pemantauan sebelumnya, maka kegiatan penyusunan draft kriteria evaluasi
pada sistem pemantauan pemanfaatan ruang akan dilaksanakan dalam
rangka memperkuat sistem pemantauan pemanfaatan ruang pada tingkat
daerah.
Tahap evaluasi akan memberikan gambaran mengenai tinggi atau rendah,
berat atau ringan dari penyimpangan pemanfaatan ruag antara aktualnya
dengan rencananya, dan perkiraan dari pencapaian tujuan dan sasaran pada
konteks implementasi RTR.
5)
6)
2-13
8)
Ketersediaan peta
dan kemampuan
sistem informasi
geografi
Kapasitas dan
kewenangan
instansi pelaksana
2-14
Kota Padang
Ketersediaan
data
lemah dan tersebar.
Belum
terdapat
format data khusus
untuk
melakukan
pemantauan
dan
evaluasi pemanfaatan
ruang.
Pengklasifikasian data
kawasan
(ruang)
yang berbeda-beda
pada setiap instansi.
Kota Cirebon
Ketersediaan
data
lemah dan tersebar.
Pengklasifikasian data
kawasan (ruang) yang
berbeda-beda
dari
berbagai sumber.
Penyediaan
peta
dasar oleh Bappeda
Kota Padang, namun
peruntukannya
terbatas
untuk
kepentingan
perencanaan
tata
ruang.
Tidak
ada
secara
khusus
melakukan
pemantauan
dan
Output
pemantauan dan
evaluasi
pemanfaatan
ruang
Kota Padang
evaluasi
secara
keseluruhan.
Keterbatasan
kewenangan hanya
pada
pemantauan
IMB.
Laporan pemantauan
terbatas pada aspek
perijinan.
Laporan pemantauan
pemanfaatan ruang
pada masing-masing
sektor.
Laporan evaluasi (5
tahunan)
yang
digunakan
untuk
melakukan
revisi
RTRW
Kota Cirebon
evaluasi.
Keterbatasan
kewenangan
hanya
pada pemantauan IMB.
Laporan pemantauan
terbatas pada aspek
perijinan.
Laporan pemantauan
pemanfaatan
ruang
pada
masing-masing
sektor.
Laporan evaluasi (5
tahunan)
yang
digunakan
untuk
melakukan
revisi
RTRW.
Sumber: Penyiapan Draft kriteria Evaluasi Dalam Pemanfaatan Ruang oleh Kementerian PU, 2010.
Provinsi
Aceh
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Menilai
konsistensi
perencanaan
dan
pelaksanaan pemanfaatan
ruang
berdasarkan
program
dan
kegiatan
dalam RTRW
Tanggapan
terhadap
kedudukan
Pedoman
Monitoring Dan Evaluasi
Pemanfaatan
Ruang
terkait telah adanya
PerMendagri
No.
54/2010
tentang
Pelaksanaan
PP
No.8/2008
tentang
Tahapan,
Tatacara
Penyusunan,
Pengendalian,
Dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana Pembangunan
Daerah
Cara menilai perwujudan
Kedudukan
pedoman
monitoring dan evaluasi
pemanfaatan ruang tetap
dibutuhkan agar ada suatu
pedoman
pelaksanaan
monitoring dan evaluasi
yang bersifat lebih teknis
serta
lebih
mudah
diimplementasikan
dan
diharapkan
mampu
mengadop
dari
permendagri.
Pedoman
Monev
Pemanfaatan Ruang dapat
dijadikan sebagai petunjuk
teknis pelaksanaan monev
pemanfaatan ruang yang
harus berpedoman kepada
PerMendagri No. 54/2010.
Membandingkan
antara
Penilaian
berdasarkan
2-15
Provinsi
Aceh
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
ketersediaan
Sistem
Jaringan
Prasarana
berdasarkan
Standar
Pelayanan Minimum.
Tahunan,
5 tahunan
20 tahunan
BAPPEDA,
Dinas Pekerjaan Umum
Instansi Sektoral
Mekanisme
pelaporan
hasil monev ini, apakah
merujuk ke mekanisme
permendagri
atau
dikembangkan.
2-16
BAPPEDA,
Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Tata Ruang dan
Cipta Karya
Bisa mengacu ataupun
tidak
Dengan
melihat
kesesuaian antara rencana
dan
perwujudan
pola
ruang
aktual
melalui
Monitoring dan Evaluasi
Pengawasan
Teknis
Penyelenggaraan
Penataan
ruang
yang
dilaksanakan
setiap
tahunnya.
Awal semester kedua
Tahunan,
5 tahunan
20 tahunan
dan
Provinsi
Aceh
Sulawesi Selatan
Partisipasi
masyarakat
perlu lebih ditingkatkan
dalam monev pemanfaatan
ruang dengan mengacu
pada
pedoman
peran
masyarakat
dalam
penataan ruang
Masyarakat
belum
sepenuhnya
terlibat
karena kegiatan ini hanya
berupa sosialisasi papan
maklumat, peta struktur,
dan pola ruang yang
dipasang pada pinggir
jalan kota/kecamatan dan
lain-lain
sebagai
data
informasi
pemanfaatan
ruang dan proses izin.
Aspek
partisipasi
masyarakat
dalam
mekanisme
monev
pemanfaatan ruang
Jawa Barat
2-17
lahan
yang
kurang
memperhatikan
daya
dukung
2-18
2-19
N2
N1
B1
B2
B3
B4
Perumahan (Perkotaan)
Perumahan (Perdesaan)
Perumahan & Pertanian
Perumahan (Hunian Rendah), Pertanian,
Perkebunan, Perikanan, Peternakan, &
Hutan
Pertanian Lahan Basah (Irigasi Teknis)
Perumahan KZB 50%
B5
B6
B7
B4/HP
B7/Hp
13,7
77,93
0
5.71
100
Sumber : Focus Group Discussion Audit Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Ruang Rapat Ditjen
Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum 01 Juli 2013
2-20
2-21
MONITORING
DAN
EVALUASI
3.1.1 Antarpedoman
Pada subbab ini dibahas kedudukan/posisi pedoman monev pemanfaatan ruang dengan
pedoman bidang penataan ruang lainnya, khususnya Permen PU 15/PRT/M/2009
Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Permen PU 16/PRT/M/2009 Pedoman
Penyusunan RTRW Kabupaten, RapermenPU tentang Pedoman Peninjauan Kembali
RTRW, dan RapermenPU tentang Pengawasan Penataan Ruang.
Dalam Pasal 200 PP 15/2010, dinyatakan bahwa Pengawasan penataan ruang dilakukan
melalui penilaian terhadap kinerja: (1) pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang, (2) fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang, dan (3)
pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. Pengawasan penataan
ruang terdiri atas kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Dimana ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan penataan ruang diatur dengan peraturan
Menteri yang tercantum dalam Pasal 206 PP 15/2010.
Sedangkan amanat untuk membuat/menyusun pedoman monitoring dan evaluasi
pemanfaatan ruang tidak disebutkan secara eksplisit di dalam UU No. 26/2007 tentang
Penataan Ruang dan PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
3-1
3.1.2 Antarmuatan
Pada subbab ini dibahas keterkaitan muatan pedoman monev pemanfaatan ruang
dengan:
(1). muatan pedoman bidang penataan ruang lainnya, khususnya RapermenPU
tentang Pedoman Peninjauan Kembali RTRW, dan RapermenPU tentang
Pengawasan Penataan Ruang.
(2). muatan pedoman sektoral lainnya, antara lain Permendagri 73/2009 tentang Tata
cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pelaksanaan pemanfaatan ruang merupakan bagian dari penyelenggaraan penataan
ruang dalam aspek pelaksanaan (LAK).
UU 26/2007
Penataan Ruang
PP 15/2010
Penyelenggaraan Penataan Ruang
PEMBINAAN
Perencanaan
PELAKSANAAN
Pemanfaatan
PENGAWASAN
Pengendalian
Penyusunan dan
sinkronisasi program
pemanfaatan ruang
Pembiayaan program
pemanfaatan ruang
Indikasi program
Perkiraan biaya
pelaksanaan
waktu
Sumber pembiayaan
Sinkronisasi sektoral
& kewilayahan
Jangka waktu
pembiayaan
Pelaksanaan
program
pemanfaatan ruang
Dilakukan terhadap
Dilakukan melalui tindakan
3-2
Penyusunan dan
Sinkronisasi Program
Program
Fisik
Program
Non Fisik
Pelaksanaan Program
Pembiayaan
Program
Perkiraan
Biaya
Sumber
Biaya
Jangka waktu
pembiayaan
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan
3-3
(1).
(2).
Indikasi program utama 5 (lima) tahunan berisi usulan program utama, lokasi, besaran
dan sumber pendanaan, instansi pelaksana, waktu dan tahapan pelaksanan dalam
kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan. Program utama
5 (lima) tahunan tersebut, dapat dirinci kembali ke dalam program utama tahunan.
Indikasi program utama yang telah termuat di dalam RTR akan menjadi acuan dalam
menyusun rencana program jangka panjang, rencana program jangka menengah, dan
rencana program tahunan.
Dari amanat UU 26/2006 dan PP 15/2010 terkait pemanfaatan ruang, maka definisi dan
lingkup pemanfaatan ruang, sebagai berikut:
PEMANFAATAN RUANG
Mewujudkan
Struktur Ruang
Mewujudkan Pola
Ruang
Program Jangka
Panjang
Lokasi
Sumber
pembiayaan
Instansi
pelaksana
Program Jangka
Menengah
Jangka
waktu
Program Tahunan
Sesuai dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, tujuan utama dari pemanfaatan
ruang adalah untuk mewujudkan struktur dan pola ruang sesuai dengan
rencana tata ruang.
3-4
Monitoring
adalah
kegiatan
mengamati
Evaluasi
3-5
Aspek
Lingkup materi arahan
pemanfaatan ruang
wilayah provinsi
3-6
Muatan
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi,
meliputi:
a. Usulan program Utama
Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan
wilayah provinsi yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama
atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah
provinsi sesuai tujuan.
b. Lokasi
Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
c. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program
utama pengembangan
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD provinsi, APBN, swasta
dan/masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi
pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan),
swasta, serta masyarakat.
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan
20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan
masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi
sesuai kebutuhan. Program utama 5 (lima) tahun dapat dirinci ke dalam
program utama tahunan. Penyusunan indikasi program utama
disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 (lima) tahunan RPJP
Daerah Provinsi.
Usulan program utama yang dalam indikasi program utama sekurangkurangnya harus mencakup:
a. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah provinsi, meliputi:
1) perwujudan pusat kegiatan (PKN, PKSN, PKW, PKL) di wilayah
provinsi; dan
2) perwujudan sistem prasarana nasional dan wilayah dalam wilayah
provinsi, mencakup:
perwujudan sistem jaringan prasarana transportasi di wilayah
provinsi, yang meliputi sistem prasarana transportasi darat,
udara, dan air;
perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya air;
perwujudan sistem jaringan prasarana energi;
perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi; dan
Muatan
perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
b. Perwujudan rencana pola ruang wilayah provinsi, mencakup:
1) perwujudan kawasan lindung nasional dan provinsi; dan
2) perwujudan kawasan budi daya provinsi.
c. Perwujudan kawasan-kawasan strategis provinsi
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi
3.2.3.2
Aspek
Lingkup materi
pemanfaatan
kabupaten
arahan
ruang
Muatan
a. Usulan Program Utama
Usulan
program
utama
adalah
program-program
utama
pengembangan wilayah kabupaten yang diindikasikan memiliki bobot
kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai tujuan penataan
ruang wilayah kabupaten.
b. Lokasi
Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan
dilaksanakan.
c. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan
program utama pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD
provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat.
e. Instansi pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi
pemerintah
(sesuai
dengan
kewenangan
masing-masing
pemerintahan), swasta serta masyarakat.
f. Waktu dan tahapan pelaksanaan
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu
perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)
tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi
pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Program utama 5
tahun pertama dapat dirinci ke dalam program utama tahunan.
Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan
jangka waktu 5 tahunan RPJP Daerah Kabupaten.
Arahan pemanfaatan ruang kabupaten, sekurang-kurangnya memiliki
susunan sebagai berikut:
a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten, mencakup:
1) perwujudan pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten, termasuk
perwujudan pusat kegiatan dalam sistem nasional, yaitu PKSN,
PKW, PKL, dan sistem pusat kegiatan provinsi/metropolitan di
wilayah kabupaten; dan
2) perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten, yang
mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional
di wilayah kabupaten;
perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi di
wilayah kabupaten, yang meliputi sistem prasarana
transportasi darat, udara, dan air;
perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya air;
3-7
Aspek
Muatan
perwujudan sistem jaringan prasarana energi dan kelistrikan;
perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
perwujudan sistem jaringan persampahan sanitasi dan
drainase; dan
perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten, mencakup:
1) perwujudan kawasan lindung; dan
2) perwujudan kawasan budi daya.
c. perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten.
Sumber: Peraturan Menteri PU No.16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten
3.2.3.3
Tabel 3.3 Muatan Peta Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang dalam RTRW
Provinsi dan RTRW Kabupaten
Jenis Peta
Peta Rencana Struktur
Ruang
3-8
a.
b.
a.
b.
Jenis Peta
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 15/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi dan Peraturan
Menteri PU No. 16/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.
3.2.3.4
3-9
2.
3.
Tabel 3.4 berikut menampilkan contoh matriks indikasi program utama lima tahunan
yang tercantum dalam dokumen rencana tata ruang.
Tabel 3.4 Contoh Matriks Susunan Tipikal Indikasi Program Utama dalam
Penyusunan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten
No
Program Utama
Perwujudan
Struktur Ruang
Perwujudan Pusat
Kegiatan
1.1. ..............
1.2. ..............
Perwujudan Sistem
Prasarana
1.1 Transportasi
* ...........
* ...........
1.2 Sumber Daya
Air
* ...........
1.3 ...........
* ...........
Perwujudan Pola
Ruang
Perwujudan
Kawasan Lindung
1.1. ..............
* ...........
1.2. .............
* ...........
Perwujudan
Kawasan Budidaya
2.1. ............
* ...........
* ...........
B
1
3-10
Lokasi
Besaran
Sumber
Dana
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM- PJM- PJM- PJM1
2
3
4
No
Program Utama
Lokasi
Besaran
Sumber
Dana
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM- PJM- PJM- PJM1
2
3
4
2.2. ...............
* ...........
* ...........
Perwujudan
Kawasan
Strategis
Provinsi
1.1. ..............
* ...........
* ...........
1.2. .............
* ...........
* ...........
1.3. .............
* ...........
* ...........
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 15/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi dan Peraturan Menteri PU
No. 16/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.
3.2.3.5
Definisi
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang Daerah
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah Daerah
3-11
1.
3-12
RTRWN
PP26/2008
RTRW
3.3 PENGGUNA
PEDOMAN
PEMANFAATAN RUANG
MONITORING
DAN
EVALUASI
Secara garis besar pengguna pedoman monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang
dapat dibagi menjadi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
3.3.1
Pemerintah
1. Pengawasan
terhadap
pelaksanaan
penataan
ruang di wilayah nasional.
2. Pengawasan
terhadap
pelaksanaan
penataan
ruang di wilayah provinsi.
3. Pengawasan
terhadap
pelaksanaan
penataan
ruang
di
wilayah
kabupaten/kota.
Pemerintahan Daerah
Provinsi
1. Pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan
ruang
di
wilayah
provinsi.
2. Pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan
ruang di wilayah .
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/kota
1. Pengawasan
terhadap
pelaksanaan
penataan ruang di
wilayah
kabupaten/kota.
Sumber : Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota
3-13
BKPRD Provinsi
Gubernur dan Wakil Gubernur
Ketua
Sekretaris
Anggota
BKPRD Kabupaten/kota
Bupati dan Wakil Bupati;
Walikota dan Wakil Walikota
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
SKPD terkait penataan ruang yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah
Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah
Susunan
Kepala Bidang/Sub Dinas pada Dinas yang membidangi penataan
ruang
Kepala Bagian pada Biro Hukum
Kepala Seksi/Sub Bidang pada Dinas yang membidangi penataan
ruang
SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan daerah
Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah
3-14
d.
3-15
tidak sesuai dengan rencana tata ruang, serta dampaknya pada lingkungan. Meskipun
demikian, karena pedoman ini merupakan pedoman yang menjadi bagian dari
pemantauan terhadap penyelenggaraan penataan ruang, maka pedoman ini juga tetap
mempertimbangkan
pemantauan
terhadap
efektivitas
penerapan
instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang, dalam lingkup pemantauan yang lebih sederhana.
Kegiatan pemantauan pemanfaataan ruang dalam Konsep Pedoman ini merupakan
upaya untuk menyiapkan basis data sistem informasi untuk mengukur kinerja fungsi dan
manfaat pemanfaan ruang wilayah perkotaan. Disamping itu juga untuk pemenuhan
standar pelayanan mnimum bidang penataan ruang dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan penataan ruang wilayah perkotaan. Pengukuran kinerja fungsi dan
manfaat pemanfaatan ruang dilakukan melalui pengukuran kinerja ketertiban struktur
dan pola wilayah perkotaan.
Pendekatan terhadap pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan
membandingkan kualitas/kondisi struktur ruang dan pola ruang, serta lingkungan pada
waktu tertentu/aktual terhadap rencana tata ruang.
3.4.2
3-16
3.5.1 Kriteria
Kriteria evaluasi untuk mencapai sasaran dari rencana tata ruang: Nilai dari simpangan
(deviasi) pemanfaatan ruang terahaap rencana tata ruang.
Kriteria evaluasi No. 1: nilai dari simpangan pemanfaatan ruang terhadap rencana tata
ruang.
Kriteria deviasi ini menyangkut analisa terhadap perubahan pada struktur ruang dan
pola ruang yang terjadi selama beberapa tahun sejak dan selama pemanfaatan ruang
pelaksanaan rencana tata ruang. Kondisi yang diharapkan seperti yang tercantum
dalam rencana tata ruang menjadi standar atau dasar rujukan. Dengan demikian
perubahannya harus diperbandingkan dengan dasar rujukan dan diukur tingkat
pencapaiannya terhadap tujuan perencanaan. Kriteria evaluasi deviasi ini terdiri dari
dua klasifikasi atau kelompok indikator:
(1).
(2).
3-17
Indikator-indikator
1.1
1.2
1.3
POLA RUANG
2.1
2.2
2.3
3-18
Indikator-indikator
2.3.6
2.3.7
2.3.8
2.3.9
wilayah
menggunakan
indikator
tingkat
(2).
Keseuaian yang merujuk pada tignkat dan skala pelayanan dari kegiatan yang
dikembangkan pada masing-masing pusat pelayanan tersebut sesuai engan yang
dicantumkan dalam RTRW kota bersangkutan.
3-19
Istilah
Ruang
Tata ruang
Struktur ruang
Pola ruang
Penataan ruang
Rencana tata ruang
Wilayah
Sistem wilayah
Izin pemanfaatan ruang
PP No. 6 Tahun
2008
Pemerintahan Daerah
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah Daerah
selanjutnya disingkat
RPJMD
Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
selanjutnya
disingkat
EPPD
Evaluasi
Kinerja
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
selanjutnya
disingkat
EKPPD
Evaluasi
Kemampuan
Penyelenggaraan Otonomi
Daerah yang selanjutnya
disingkat EKPOD
Evaluasi Daerah Otonom
Baru yang selanjutnya
disingkat EDOB
Sistem
Pengukuran
Kinerja
3-20
Pengertian
Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
Wujud struktur ruang dan pola ruang.
Susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Hasil perencanaan tata ruang.
Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode
5 (lima) tahun.
adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara
sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah, kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan
kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintahan
pada Daerah yang baru dibentuk.
Suatu proses pengumpulan dan analisis data secara
sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja.
Suatu proses pengumpulan dan analisis data secara
sistematis terhadap kemampuan penyelenggaraan otonomi
daerah yang meliputi aspek kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Evaluasi terhadap perkembangan kelengkapan aspek-aspek
penyelenggaraan pemerintahan daerah pada daerah yang
baru dibentuk.
Sistem yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan
membandingkan secara sistematis dan berkesinambungan
Istilah
Pengertian
Indikator Kinerja
PP
No.
15
Tahun 2010
Standar
Pelayanan
Minimal yang selanjutnya
disingkat SPM
Penyelenggaraan
penataan ruang
Pengaturan
penataan
ruang
Pembinaan
penataan
ruang
Pelaksanaan
ruang
penataan
Pengawasan
ruang
penataan
Permen PU No.
15/ PRT/ M/
2009
Pengendalian
pemanfaatan ruang
Rencana
tata
ruang
wilayah (RTRW) provinsi
3-21
Peraturan
Perundangundangan
Istilah
Pengertian
3-22
Istilah
Pengertian
Arahan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
wilayah provinsi
Arahan perizinan
Permen PU No.
16/ PRT/ M/
2009
Rencana
tata
ruang
wilayah
(RTRW)
kabupaten
Pusat
Pelayanan
Lingkungan
yang
selanjutnya disebut PPL
Rencana sistem jaringan
prasarana
wilayah
kabupaten
Rencana sistem perkotaan
di wilayah kabupaten
3-23
Peraturan
Perundangundangan
Istilah
Pengertian
Rencana
pola
ruang
wilayah kabupaten
Rencana
pola
ruang
wilayah kabupaten
Kawasan
kabupaten
budi
daya
Arahan
pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten
Ketentuan perizinan
Peraturan
Mendagri
54/2010
No.
Perencanaan
pembangunan daerah
Rencana
pembangunan
jangka panjang daerah
yang
selanjutnya
disingkat RPJPD
Rencana
pembangunan
jangka menengah daerah
yang
selanjutnya
disingkat
RPJMD
3-24
Istilah
Rencana
pembangunan
jangka
menengah
nasional yang selanjutnya
disingkat
RPJMN
Program
Standar
pelayanan
minimal yang selanjutnya
disingkat SPM
Rencana
tata
ruang
wilayah yang selanjutnya
disingkat RTRW
Pengertian
dokumen perencanaan
periode 5
(lima) tahunan.
pembangunan
nasional
untuk
3-25
4-1
4-2
2)
b.
c.
Laporan pemantauan
instansi/dinas terkait
terhadap
infrastruktur
dilakukan
oleh
4-3
4-4
2)
5-1
sebagai acuan untuk kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang; dan
2)
2)
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5-2
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
5-3
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
ii.
jj.
5-4
5-5
yy.
zz.
aaa.
bbb.
ccc.
ddd.
eee.
fff.
ggg.
hhh.
5-6
diperlukan
untuk
mengurangi
penyimpangan
5-7
pengertian adanya sasaran tertentu yang dijadikan sebagai rujukan untuk mengarahkan
pemanfaatan ruang dan adanya seperangkat criteria untuk mengukur ketercapaian
sasaran.
Dalam konteks manajemen ruang monitoring dan evaluasi adalah kegiatan menilai
kondisi ruang yang diinginkan sebagaimana yang tertuang dalam tujuan
penyelenggaraan tata ruang, yaitu:
Kriteria monitoring dan evaluasi No. 1: Nilai dari simpangan pemanfaatan ruang
terhadap rencana tata ruang
Kriteria deviasi ini menyangkut analisa terhadap perubahan pada struktur ruang dan
pola ruang kota yang terjadi selama beberapa tahun sejak dan selama pemanfaatan
ruang pelaksanaan rencana tata ruang. Kondisi yang diharapkan seperti yang
tercantum dalam rencana tata ruang menjadi standar atau dasar rujukan. Dengan
demikian perubahannya harus diperbandingkan dengan dasar rujukan dan diukur
tingkat pencapaiannya terhadap tujuan perencanaan. Kriteria monitoring dan evaluasi
deviasi ini terdiri dari dua klasifikasi atau kelompok indikator:
a. Mewujudkan struktur ruang yang diharapkan
b. Mewujudkan pola ruang yang diharapkan
Kriteria monitoring dan evaluasi No. 2: Tingkat efektifitas dari perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang
Kriteria monitoring dan evaluasi efektifitas menyangkut analisa terhadap peraturan
pengendalian pemanfaatan ruang yang diterapkan selama periode perencanaan tata
ruang. Pengukuran tingkat efektifitas terhadap regulasi artinya mengkuantifikasi
proporsi dari pelanggaran pada pemanfaatan ruang terhadap regulasi pengendalian
baik berupa regulasi zonasi, perizinan, insentif, dan disinsentif
Kriteria monitoring dan evaluasi No. 3: Kualitas Outcome dari Pemanfaatan Ruang
Kriteria outcome ini menyangkut analisa terhadap dampak pemanfaatan ruang terhadap
kualitas lingkungan dan ruang. Kualitas lingkungan dan ruang ini secara tidak langsung
mencerminkan pula ketercapaian kondisi ekonomi dan social. Analisa ini dapat berupa
hasil tidak langsung dari pemanfaatan ruang dan tidak dapat begitu saja disimpulkan
dalam jangka pendek perencanaan mengingat perlunya waktu pada proses
pemanfaatan ruang
Indikator-indikator pemantauan dan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang
5-8
Kawasan lindung,
5-9
Lingkup kriteria dan indikator monitoring dan evaluasi seperti dalam diagram di bawah
ini:
Struktur Ruang
Pola Ruang
Diimplementa
sikan melalui:
Diukur melalui
Perda RTRW
KRITERIA
konsistensi
Indikasi
Program
Konsistensi
Tingkat kesesuaian struktur dan pola ruang eksisting terhadap rencana tata ruang
1)
2)
3)
4)
5)
6)
1)
2)
Indikator
Ketersediaan program perwujudan sistem pusat
pelayanan
Ketersediaan
program
perwujudan
sistem
prasarana utama
Ketersediaan
program
perwujudan
sistem
prasarana pendukung
Kesesuaian lokasi program sistem pusat pelayanan
Kesesuaian lokasi program sistem prasarana utama
Kesesuaian lokasi program sistem prasarana
pendukung
Tingkat simpangan luasan kawasan eksisting
dibanding kawasan yang direncanakan
Tingkat simpangan batas kawasan eksisting
dibanding batas kawasan yang direncanakan
5-10
Evaluasi tahunan: kegiatan evaluasi ini dilakukan setiap satu tahun selama
pelaksanaan rencana tata ruang,
Evaluasi lima tahunan, yang dilakukan satu kali dalam lima tahun sebagai kegiatan
evaluasi major dan ditujukan untuk meneruskan atau merevisi rencana tata ruang
yang tengah dijalankan, dan
3)
Pada akhir periode rencana tata ruang yaitu setelah selesai tahun ke-20
pemanfaatan ruang terhitung dari tahun awal disahkannya RTRW. Kegiatan
evaluasi ini untuk menilai ketercapaian tujuan dan sasaran dari RTRW.
Kegiatan evaluasi dilakukan pertama kali setelah satu tahun pelaksanaan dari rencana
tata ruang. Hasil pemantauan pada tahun awal rencana dan setelah satu tahun
pelaksanaan akan menjadi dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan rencana tata ruang
pada pertama kali ini. Pada setiap lima tahun rencana dilakukan evaluasi besar untuk
memastikan keberlanjutan relevansi dari kebijakan, program-program, indikatorindikator serta strategi pemanfaatan ruang yang telah dilakukan. Pada evaluasi lima
tahunan ini rekomendasi yang dikeluarkan dapat berupa penyesuaian (revisi) terhadap
rencana jika dipandang diperlukan. Namun demikian, tujuan dan sasaran umum
haruslah tetap sepanjang waktu untuk memberikan kepastian dan konsistensi pada
setiap pengambilan keputusan.
Tabel 5.2 Pendekatan dan Kerangka Waktu Pemantauan dan Evaluasi
Pemanfaatan Ruang
Periode
t0
pengesahan
Rencana
Tata
Ruang (Perda)
Awal
penerapan
rencana tata ruang
Periode t1/t2/t3/t4/
Selama
pelaksanaan
rencana tata ruang
Periode t5/510/t15
Indikasi Program
Periode t20
Akhir masa rencana
tata ruang
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah (RTRW) menjadi
standar rujukan
Akhir
masa
pelaksanaan rencana
tata ruang wilayah
Pemantauan terhadap
kondisi ruang pada
saat ini sebagai posisi
awal
Pemantauan
terhadap
pemanfaatan ruang actual
dibandingkan
dengan
standar (RTRW)
Indikasi
program
menjadi
standar
antara rencana tata
ruang
Pemantauan terhadap
pemanfaatan
ruang
dibandingkan dengan
rencana tata ruang
dan indikasi program
Evaluasi
dengan
menganalisa
kecenderungan
perubahan
pemanfaatan
ruang
untuk memperkirakan
potensi di masa depan
dan
analisa
ketercapaian
target
indikasi
program.
Analisa
dapat
menunjukkan
perubahan positif atau
negatif
Sistem
Pengambilan
Keputusan:
Evaluasi
menjadi
umpan balik untuk
melakukan
penyesuaian
atau
revisi
terhadap
rencana tata ruang
yang
sedang
diterapkan
sesuai
dengan hasil evaluasi
Evaluasi
dengan
melakukan
analisa
terhadap
perubahan
pemanfaatan ruang dan
analisa
tingkat
ketercapaian
target/sasaran
Sistem
Pengambilan
Keputusan:
Evaluasi menjadi umpan
balik untuk mengambil
langkah kebijakan untuk
mencegah penyimpangan
dengan
menguatkan
fungsi pengendalian atau
kebijakan
untuk
meningkatkan kondisit
Pemantauan terhadap
pemanfaatan
ruang
dibandingkan dengan
tujuan dan sasaran
akhir rencana Rencana
Evaluasi
dengan
menganalisas
perubahan
pemanfaatan ruang.
Dan analisa tingakat
kketercapaian tujuan
dari
rencana
tata
ruang
Sistem
Pengambilan
Keputusan:
Evaluasi
menjadi
umpan balik untuk
MENILAI
KETERCAPAIAN
TUJUAN dan sasaran
dari Rencana Tata
Ruang Wilayah
5-11
5.2.4 Data
Untuk dapat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang
diperlukan adanya kelengkapan berikut:
1)
Dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten yang
sudah berkekuatan hukum;
2)
Peta rencana tata ruang wilayah yang meliputi peta rencana struktur wilayah dan
peta rencana pola wilayah dengan skala sesuai dengan ketentuan;
3)
Daftar inventarisasi indikator evaluasi baik tahunan maupun lima tahunan sesuai
dengan lingkup dan kedalaman muatan rencana tata ruang wilayah;
4)
5)
Peta kerja untuk melakukan monitoring yang berbasis peta rencana struktur
ruang dan pola ruang menggunakan perangkat lunak berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG) dengan skala yang disesuaikan dengan skala RTRW Provinsi dan
Kabupaten yang berlaku;
6)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
5-12
Indikator
Ketersediaan program perwujudan
sistem pusat pelayanan
Ketersediaan program perwujudan
sistem prasarana utama
Ketersediaan program perwujudan
sistem prasarana pendukung
Kesesuaian lokasi program sistem
pusat pelayanan
Kesesuaian lokasi program sistem
prasarana utama
Kesesuaian lokasi program sistem
prasarana pendukung
Data
1) Indikasi program Perda RTRW
2) Peta rencana struktur ruang
Perda RTRW
3) Peta sarana aktual
4) Peta jaringan prasarana utama
dan pendukung aktual
5) List program aktual SKPD
6) List pelaporan masyarakat
1)
2)
Indikator
Tingkat
simpangan
luasan
kawasan
eksisting
dibanding
kawasan yang direncanakan
Tingkat simpangan batas kawasan
eksisting dibanding batas kawasan
yang direncanakan
1)
2)
3)
4)
5)
Data
Indikasi program Perda RTRW
Peta rencana pola ruang Perda
RTRW
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
Peta penggunaan lahan
List pelaporan masyarakat
Tema
Jaring kontrol horizontal
Jaring kontrol vertikal
KERANGKA
DASAR
PEMETAAN
BATAS
Kode Pos
Kawasan Khusus
Toponimi
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi Vegetasi
UNSUR ALAM
Keanekaragaman Hayati
Sebaran Satwa
Topografi
Batimetri
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang jaring kontrol
horizontal
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang jaring kontrol vertikal
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang jaring kontrol gaya
berat
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data titik kontrol pemetaan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang datum tinggi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang persil/lahan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang persil/lahan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang geologi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang batas administrasi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data yang memuat alamat
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data yang memuat kode pos
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang pengembangan
kawasan khusus
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data yang memuat toponimi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang tanah
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang kehutanan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang keanekaragaman
hayati
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang penyebaran satwa
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data topografi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang kelautan
5-13
Kelas
Tema
Garis pantai
Daerah aliran sungai
Alur air dan tubuh air
daratan
Geologi
Sumber daya mineral
Geohidrologi/
Hidrogeologi
Oseanografi
Iklim
Sistem lahan
Daerah rawan bencana
Sensus
Demografi
SOSIALEKONOMI
Zona Perencanaan
Penggunaan lahan
perkotaan dan pedesaan
Lingkungan budaya
Transportasi Udara
Transportasi Air
Jaringan Jalan
LINGKUNGAN
TERBANGUN
5-14
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang kelautan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang perairan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang perairan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang geologi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang geologi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang geologi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang kelautan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang iklim/cuaca
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang tanah dan vegetasi
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang bencana alam
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data kependudukan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data kependudukan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang perencanaan suatu
daerah
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang perencanaan suatu
daerah
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data lokasi lingkungan terbangun,
bangunan-bangunan, struktur dan ciri-ciri budaya
lainnya.
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang penerbangan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data pelabuhan laut, fasilitas
disekitar
pelabuhan
dan
termasuk
jaringan
transportasi laut
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang jalan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang jaringan kereta api
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang perairan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data jaringan irigasi dan sungai
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data tentang air limbah
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data ketenagalistrikan
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan
data
jaringan
pipa
gas
(jaringannya, stasiun distribusi, gardu dll.)
Kelas
Tema
Jaringan telekomunikasi
Fungsi Institusi
Kastodian Data
Instansi yang dalam tugasnya memerlukan atau
menyelenggarakan data jaringan telekomunikasi,
stasiun pemancar
5.2.5 Monitoring
Monitoring pemanfaatan ruang dilakukan terhadap berbagai aspek terkait dengan
muatan RTRW dan pelaksanaan pemanfaatan ruang di lapangan.
5.2.5.1
5.2.5.2
a)
b)
Kategori pertama,
simpangan ditampilkan dalam informasi:
a)
b)
5-15
a)
b)
c)
Kawasan pertanian;
Kawasan perkebunan
Kawasan perikanan
Kawasan pertambangan
Kawasan permukiman;
Kawasan industri;
Kawasan pariwisata; dan
Kawasan lainya sesuai yang terdapat pada RTRW yang
bersangkutan.
Kategori kedua,
2)
Jumlah (C)
(A+B)
Prosentase
Objek
Subindikator
Tingakt
perwujudan
sistem pusat
pelayanan
Keterangan:
kolom A diisi dengan ada atau tidak, 1 (ada) 0 (tidak ada)
Kolom B diisi dengan sesuai atau tidak 1 (sesuai) 0 (tidak sesuai)
Kolom C diisi dengan jumlah dari masing-masing hasil sub indikator
Kolom D diisi dengan posentase dari jumlah C terhadap jumlah maksimum subindikator
Kolom lokasi memberikan alternatif penyesuaian kondisi pada tiap daerah, diisi jika tersedia di daerah
yang bersangkutan dan dihilangkan jika tidak tersedia
Tabel 5.6 Kriteria evaluasi mengenai deviasi pemanfaatan ruang pola ruang
Kriteria evaluasi: deviasi pemanfaatan ruang
A.2 klasifikasi: Pola Ruang
Indikator
Lokasi
Simpangan
Jumlah (C)
(A) (0-4)
(TOTAL A)
5-16
Porsentase
(D)
Tabel 5.8 Kriteria evaluasi efektifitas pengendalian pemanfaatan ruang terkait rasio
kawasan kumuh, ruas jalan macet dan kawasan banjir
Kriteria evaluasi: efektifitas pengendalian pemanfaatan ruang
Klasifikasi: perangkat pengendalian pemanfaatan ruang
Indikator
Rasio (%)
Rasio kawasan kumuh terhadap kawasan
permukiman
Rasio ruas jalan macet terhadap ruas jalan
keseluruhan
Rasio kawasan banjir terhadap keseluruhan luas
wilayah
pengumpulan data dan peta terkait struktur dan pola ruang; dan
2)
5.2.5.3
Kriteria
Konsistensi
Struktur Ruang
Data Provinsi
Data Kabupaten
ruang
Perda
5) Peta jaringan
aktual;
prasarana
lainnya
5-17
Kriteria
Data Provinsi
Data Kabupaten
7) List pelaporan masyarakat.
Konsintensi Pola
Ruang
lahan
skala
1) Data Dokumen
Untuk dapat melakukan kegiatan monitoring pemanfaatan
diperlukan adanya kelengkapan dokumen, antara lain:
ruang
1)
2)
2) Data Peta
Untuk dapat melakukan kegiatan monitoring pemanfaatan
diperlukan adanya kelengkapan peta berbasis SIG, antara lain:
ruang
1)
Peta RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten yang meliputi peta rencana
struktur ruang dan peta rencana pola ruang wilayah dengan skala
sesuai dengan ketentuan;
2)
3)
Peta masukan merupakan data atau peta yang digunakan untuk proses
monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang dengan metode proses tertentu.
Peta masukan harus memiliki ketelitian yang pasti, sesuai karakteristiknya.
Tingkat ketelitian geometri peta masukan meliputi:
1)
2)
Pengelolaan peta dan data adalah cara penyimpanan peta yang digunakan,
dokumentasi proses spasial maupun peta penyajiannya kedalam suatu
struktur, format, dan kodefikasi.
Tabel 5.10 Kebutuhan peta
5-18
Jenis Peta
Muatan peta
Peta
ketersediaan
prasarana utama
Jenis Peta
Muatan peta
perencanaan
Peta
ketersediaan
prasarana lainnya
Peta
lahan
penggunaan
Peta program
5.2.5.4
(2).
(3).
(4).
5.2.6 Evaluasi
Evaluasi pemanfaatan ruang dilakukan melalui kegiatan:
1) pengumpulan data dan peta terkait struktur dan pola ruang;
2) analisis overlay peta rencana struktur ruang dan rencana pola ruang dengan peta
kondisi aktual
3) perumusan matrik persandingan tingkat pemenuhan, konsistensi, dan efektifitas
pemanfaatan ruang;
4) analisis permasalahan yang berkontribusi pada rendahnya tingkat pemenuhan,
konsistensi, dan efektifitas;
5) penilaian tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang
6) perumusan kesimpulan dan rekomendasi
5.2.6.1
Pengumpulan data
Untuk dapat mengevaluasi hasil dari kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang
diperlukan adanya kelengkapan berikut:
1)
hasil
2)
Peta rencana tata ruang wilayah yang meliputi peta rencana struktur wilayah
dan peta rencana pola wilayah dengan skala sesuai dengan ketentuan;
3)
5-19
4)
5.2.6.2
Analisis
Kegiatan analisis dilakukan melalui metode analisis kuantitatif dengan cara melakukan
perhitungan berdasarkan skala nilai. Kegiatan analisis dilakukan melalui tahapan
analisis overlay dan Perbandingan data dan informasi
A.
Analisis overlay peta rencana struktur ruang dan rencana pola ruang
dengan peta kondisi aktual
Analisis overlay peta rencana struktur ruang dan rencana pola ruang dengan
peta kondisi aktual digunakan sebagai alat bantu dalam merumuskan
kesesuaian, dan tingkat simpangan.
Tabel 5.11 Ketentuan pemetaan peta hasil proses monitoring dan evaluasi
pemanfaatan ruang
Muatan
Provinsi
Kabupaten
Skala
1:250.000
1:50.000
sistem perkotaan
1)
Ketersediaan
program
perwujudan
sistem
pusat
pelayanan (PKN, PKW, PKL,
PKSN)
Kesesuaian
lokasi
program
sistem pusat pelayanan (PKN,
PKW, PKL, PKSN)
sistem
lainnya
Kesesuaian
lokasi
program
sistem
prasarana pendukung sistem kabupaten
Kawasan lindung
Tingkat simpangan
sistem kabupaten
Kawasan budidaya
Tingkat
simpangan
budidaya sistem provinsi
2)
prasarana
B.
wilayah
kawasan
kawasan
5-20
a)
b)
lindung
b)
Terkait dengan perbandingan penggunaan lahan dan rencana pola ruang RTRW
Provinsi/Kabupaten, maka klasifikasi penggunaan lahan harus disesuaikan dulu
dengan kriteria fungsi dan peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya
yang dimaksud.
Tabel 5.12 Ukuran kuantitatif untuk pola ruang
Kategori
Keterangan
Kategori pertama
simpangan ditampilkan dalam
informasi:
c) Luas simpangan (Ha), yaitu
luas kawasan pemanfaatan
ruang RTRW dikurangi luas
kawasan aktual.
d) Prosentase
simpangan,
yaitu hasil pengurangan
luas kawasan pada RTRW
dengan luas aktual dibagi
luas
kawasn
RTRW
(konstanta)
Kawasan pertanian;
Kawasan perkebunan
Kawasan perikanan
Kawasan pertambangan
Kawasan permukiman;
Kawasan industri;
Kategori kedua
simpangan
yang
berupa
informasi
ketersediaan
dan
kesesuaian
Kategori ini ditujukan bagi objek dalam pola ruang yang tidak
memerlukan kawasan khusus (tersendiri) dalam arti dapat
menggunakan ruang/kawasan pemanfaatan ruang lainnya.
Aspek pengukuran
Tahunan
Ukuran yang dipergunakan adalah lokasi/ruas dan waktu yang dicantumkan pada indikasi
program utama tersebut. Evaluasi tahunan untuk tahun-tahun antara dapat menggunakan
periode indikasi program yang sesuai, sebagai berikut :
(1). Evaluasi Tahunan 1-4 menggunakan rujukan indikasi program utama 5 tahun I (T 5).
(2). Evaluasi Tahunan 6-9 menggunakan rujukan indikasi program utama 5 tahun II (T
10).
(3). Evaluasi Tahunan 11-14 menggunakan rujukan indikasi program utama 5 tahun III
(T 15).
(4). Evaluasi Tahunan 16-19 menggunakan rujukan indikasi program utama 5 tahun IV
(T 20).
5 Tahunan
Pada setiap akhir periode indikasi program utama 5 tahunan perlu dilakukan evaluasi untuk
menilai ketercapaian dari sasaran dan target yang termuat dalam indikasi program utama
tersebut. Evaluasi 5 tahunan ini berasal dari menganalisa trend perubahan simpangan
selama 5 tahun ke belakang serta kondisi akhir pemanfaatan ruang diperbandingkan
5-21
Periodisasi
Aspek pengukuran
dengan rujukan indikasi program utama.
20 Tahun
Evaluasi pada akhir periode rencana tata ruang ini bertujuan menilai ketercapaian tujuan
dan sasaran dari rencana tata ruang. Evaluasi akhir periode ini didapat dari perhitungan
besaran simpangan total (jumlah struktur ruang dan pola ruang) dari pemanfaatan ruang
pada akhir periode rencana dengan tujuan dan sasaran rencana tata ruang wilayah
5.2.6.3
5.2.6.4
ASPEK
BOBOT (%)
PROVINSI
KABUPATEN
60
40
20
20
40
20
40
60
Kawasan Lindung
20
30
Kawasan Budidaya
20
30
Klasifikasi kesesuaian dari hasil pembobotan kriteria dan indikator terdiri dari:
5-22
a.
b.
c.
Rekomendasi
1)
2)
3)
1)
2)
3)
Pemantapan program;
Prioritaskan sektor yang penting tetapi lambat
pertumbuhannya;
Sinkronisasi program.
Pemantapan program;
Prioritaskan sektor yang penting tetapi lambat
pertumbuhannya;
Sinkronisasi program.
b.
Jika tingkat kesesuaiannya sedang, perlu kebijakan atau strategi baru untuk
memperkuat terwujudnya kesesuaian; dan/atau pemantapan pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang;
c.
Jika tingkat kesesuaiannya rendah, (dan temuan faktor lain yang signifikan)
diperlukan adanya peninjauan kembali terhadap rencana tata ruang yang
sedang diterapkan, termasuk peninjauan kembali terhadap perangkat peraturan
pengendalian pemanfaatan ruang yang diberlakukan.
5.2.7 Pelaporan
Tindakan pelaporan merupakan penyampaian hasil monitoring dan evaluasi secara
terbuka, baik kepada pemerintah, masyarakat, dan atau pemangku kepentingan
lainnya.
5.2.7.1
Tahapan Pelaporan
Tahapan pelaporan kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang
dirumuskan sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
5-23
5.2.7.2
b)
Bab Tinjauan RTRW pada kerangka perencanaan tahun ...; ditujukan untuk
melihat arahan indikasi program RTRW pada tahun tersebut. Bab ini berisi
muatan:
1) tujuan, kebijakan, dan strategi RTRW
2) indikasi program RTRW pada tahun pelaksanaan
c)
d)
e)
Bab Penutup
5-24
1.
2.
4.
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
1)
2)
3)
b.
ruang
(berupa:
checklist
4)
5)
c.
1)
2)
Data dan informasi yang diamati di lapangan berupa kondisi aktual dari
struktur ruang dan pola ruang;
3)
Pengumpulan data dan informasi, baik berupa ukuran luas maupun ukuran
kualitatif lainnya, harus dapat diterjemahkan ke dalam matriks/tabel
monitoring;
4)
Data dan informasi spasial disajikan dalam format yang kompatibel dengan
sistem informasi geografis.
Tahap Pelaporan
Hasil dari pantauan/penyelidikan di lapangan tersebut kemudian disusun dalam
bentuk laporan monitoring pemanfaatan ruang.
5-25
b.
c.
d.
Tahap Pelaporan
Hasil dari evaluasi pemanfaatan ruang kemudian disusun dalam bentuk laporan
evaluasi pemanfaatan ruang. Laporan ini disusun dengan format yang standar
sehingga dapat digunakan untuk melihat kecenderungan besaran dan arah
perubahan pemanfaatan ruang dari tahun ke tahun.
5-26
Dokumen Sistem
A.
Definisi
Uraian sistem Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang dijelaskan dalam
dokumentasi yang disusun dengan struktur sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
B.
5.3.3.2
Manual Sistem
A.
5-27
Struktur Dokumentasi
Uraian Sistem Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
dokumentasi yang disusun dengan struktur sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
C.
dijelaskan dalam
Cakupan Dokumentasi
Dokumen sistem yang telah disusun jumlahnya sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5-28
PROSEDUR
Persiapan Monitoring
NAMA DOKUMEN
SOP
FORM
SOP Arahan Peran Form Kedudukan sektor/propinsi pada
RTRWN
Fungsi
Form Daftar Peraturan dan Perundangan
Matrik keterkaitan arahan peran fungsi
NO
PROSEDUR
Monitoring Perencanaan
Ruang Sektor
Monitoring Pemanfaatan
Ruang
Monitoring Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Pengendalian
ketidaksesuaian dan FGD
Peraturan perundangan
Pengendalian Dokumen
Monitoring Perencanaan
Ruang Propinsi
Perbandingan Spasial
RTRWN
NAMA DOKUMEN
SOP
FORM
Form Rumusan Indikator Monitoring
SOP Tipologi
Form Tipologi
Perencanaan
Form Kesetaraan
ruang sektor
Form Monitoring Perencanaan Ruang
SOP Kesetaraan
SOP Keterkaitan
Form Keterkaitan Program Pemanfaatan
Pemanfaatan
Ruang
Ruang
SOP Tipologi
Form Tipologi
Pemanfaatan
Form Monitoring pemanfaatan ruang
ruang
Form Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Form
Form
Form
Form
Form
Form
Form
Form
Form
Form
Form
SOP Tipologi
Perencanaan
ruang propinsi
SOP Persandingan
Perencanaan
ruang propinsi
Ketidaksesuaian RTRWN
Rencana FGD
Agenda FGD
Notulen FGD
Daftar Peraturan Perundangan
update peraturan perundangan
Daftar Prosedur
Daftar SOP
Daftar Catatan
Distribusi dokumen
Revisi dokumen
5.3.3.3
5-29
Perencanaan ruang
sektoral
Database
RTRW RDTR
Prasarana, lingkungan,
pemanfaatan lahan dan
bangunan
Pemantauan pemanfaatan
ruang
Database
Komunitas public
(Individu atau kelompok atau
korporasi
IP IL IMB IPM
5-30
5-31
Penyiapan
peta dasar &
peta tematik
Perencanaan
pembangunan &
koordinasi
Digitasi
Data
satelit
Peta
dasar
Perencanaan
ruang rinci
Peta
tematik
RDTR
RTRW
Kota
Peraturan
zonasi
Perizinan
pemanfaatan
ruang
Pemantauan
evaluasi &
pelaporan
Izin
prinsip
pemanfaatan
Izin
lokasi
evaluasi
IPR
Pelaporan
RTRK
IMB
Database
5-32
Development
planning &
coordination
Basic map
Thematic map
informal
RTRW
RDTR
Zoning regulation
Spatial
utilization
permit
Monitorin,
evaluation
& reporting
Spatial
pattern &
struct
Other sectors
PLN, BPN,
Telkom, Tax
office, etc
pekerja
RTRK
5.3.4 Prosedur
5.3.4.1
5-33
5.3.4.2
pembentukan tim teknis provinsi untuk RTRWP dan tim teknis kabupaten
untuk RTRWK;
2) pembentukan tim teknis ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur atau
Sekretaris Daerah Provinsi/Daerah Istimewa atau Kepala Bappeda
Provinsi/Daerah Istimewa atau Kepala Dinas Provinsi/Daerah Istimewa yang
membidangi penataan ruang untuk monitoring dan evaluasi pemanfaatan
ruang RTRWP.
3) pembentukan tim teknis ditetapkan oleh Surat Keputusan Bupati atau
Sekretaris Daerah Kabupaten atau Kepala Bappeda Kabupaten atau Kepala
Dinas Kabupaten yang membidangi penataan ruang untuk monitoring dan
evaluasi pemanfaatan ruang RTRWK.
4) Pembentukan tim teknis dapat terdiri dari unsur dinas yang membidangi tata
ruang Provinsi atau Bappeda Provinsi dan/atau lintas instansi/lembaga
ditingkat provinsi/daerah istimewa;
5) Pembentukan tim teknis dapat terdiri dari unsur dinas yang membidangi tata
ruang kabupaten atau Bappeda kabupaten dan/atau lintas instansi/lembaga
ditingkat kabupaten; dan
6) Penyusunan rencana kerja untuk monitoring dan evaluasi pemanfaatan
ruang.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang dapat dilihat
pada Gambar 5.8.
5-34
5-35
6 BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Pedoman monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang telah disusun dengan
memperhatikan peraturan perundangan-undangan terkait. Pedoman digunakan terutama
untuk membantu daerah (provinsi dan kabupaten) di dalam melaksanakan kegiatan
monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang di daerahnya. Hasil monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun agenda penataan ruang ke depan
selain digunakan untuk kepentingan lainnya.
6.2 SARAN
Saran memuat antara lain:
1.
2.
Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan tiap pedoman, agar materi muatan
yang diatur dan kedudukannya tidak saling tumpang tindih dengan pedoman
lainnya.
3.
6-1
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional.2009.Pedoman Evaluasi Kinerja
Pembangunan Sektoral.Jakarta
Japan International Cooperation Agency (JICA).2009.Studi Penyiapan Konsep
Pedoman Pemantauan Pemanfaatan Ruang.Jakarta
Japan International Cooperation Agency (JICA).2010.Penyiapan Draft Kriteria Evaluasi
Dalam Pemanfaatan Ruang.Jakarta
Kementerian Pekerjaan Umum.2009.Studi
Pemanfaatan Ruang.Jakarta
Penyiapan
Konsep
Pemantauan
Program
Kementerian Pekerjaan Umum.2012.Evaluasi Keterpaduan Program Infrastruktur KePU-an yang Berbasis Penataan Ruang.Jakarta
Kementerian Pekerjaan Umum, 2013. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penataan
Ruang di Wilayah 1 Berbasis GIS. Jakarta
Dardak, A. Hermanto, Dr. Ir. M.Sc.2005.Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata
Ruang Sebagai Upaya Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan
Berkelanjutan.Bogor
Kementerian Pekerjaan Umum.2012.Penyiapan Sistem Monitoring dan Evaluasi
Implementasi RTR KSN dan RTR Pulau/Kepulauan.Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Nomor
15
Tahun
2010
tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur, Superimpose Citra Quickbird
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
7 LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
PEDOMAN
MONITORING
DAN
EVALUASI
LAMPIRAN
Lampiran 1
KETERANGAN ANGKET
Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai konsepsi monitoring
dan evaluasi pemanfaatan ruang.
Dengan mengisi angket ini, berarti anda telah ikut serta membantu kami dalam penyelesaian
kegiatan kami.
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi identitas
yang telah disediakan.
Kami ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.
IDENTITAS
NAMA
.....................................................................................................................
NIP
.....................................................................................................................
UNIT KERJA
.....................................................................................................................
JABATAN
.....................................................................................................................
NO TELP/ HP
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
CATATAN :
Apabila jawaban terlalu panjang, dapat dilanjutkan pada lembar isian yang telah disediakan.
Untuk informasi lanjut dapat menghubungi:
Taufiq : 0813 114 3383
Ari : 0815 556 29768 atau 021 7204659
melalui email: matekpedoman.binda1@gmail.com atau arie_47plano@yahoo.co.id
2. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang dalam kerangka perwujudan struktur ruang
a. Dalam RTRW menyatakan sistem perkotaan terdiri atas PKN, PKW, PKSN, PKL, PPK,
dan PPL. Bagaimana cara menilai perwujudan sistem perkotaan tersebut?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
b. Bagaimana cara menilai perwujudan sistem jaringan prasarana (transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, prasarana pengelolaan lingkungan)? Apakah bersifat
keterhubungan atau disesuaikan dengan standar pelayanan minimal?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
c.
Jika indikator yang akan digunakan dalam monev perwujudan struktur ruang adalah (1)
ketersediaan program dan (2) kesesuaian lokasi dan waktu, bagaimanakah tanggapan
saudara terhadap indikator tersebut?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
d. Jika menggunakan metoda ketersediaan dan kesesuaian, apakah ada sumber data pada
instansi Bapak yang dapat digunakan untuk menilai ketersediaan dan kesesuaian
struktur ruang atual?
1) Ya, nama dokumen .......................................................................................................
2) Tidak
3. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang dalam kerangka perwujudan pola ruang
a. Bagaimana cara menilai perwujudan pola ruang aktual seperti yang direncanakan
dalam RTRW baik batang tubuh maupun Lampiran Peta Rencana Pola Ruang?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
b. Jika indikator yang digunakan dalam melakukan penilaian perwujudan pola ruang
adalah kesesuaian antara rencana pola ruang RTRW dan pola ruang aktual,
bagaimanakah tanggapan saudara?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
c.
Jika menggunakan metoda kesesuaian, apakah ada sumber data pada instansi Bapak
yang dapat digunakan untuk menilai kesesuaian penggunaan lahan aktual dengan
rencana pola ruang dalam RTRW?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
d. Jika telah ada perwujudan pola ruang (misalnya keberadaan cagar budaya), apa yang
akan di monitoring dan evaluasi selanjutnya (program atau standar pelayanan
minimal)?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
4. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang dalam kerangka perwujudan kawasan strategis
a. Bagaimana cara menilai perwujudan kawasan strategis (ekonomi, lingkungan,
pertahanan dan keamanan, sosial-budaya, dan SDA/teknologi tinggi?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
b. Jika kawasan strategis-nya berimpitan (overlay) antara kepentingan KSN-KSP-KSK,
bagaimana cara menilai perwujudan kawasan strategis tersebut? Siapakah instansi
yang berwenang?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
6. Ijin pemanfaatan ruang digunakan sebagai salah satu syarat pemanfaatan ruang
a. Jika indikator yang digunakan dalam monev efektivitas pengendalian pemanfaatan
ruang adalah (1) kesesuaian ijin dan (2) jumlah penegakan hukum ijin pemanfaatan
ruang, bagaimanakah tanggapan saudara?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
b. Apakah ada sumber data yang dapat digunakan untuk menilai kesesuaian ijin dengan
pemanfaatan ruang?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
c.
Terkait pemantauan dan evaluasi perijinan, apakah ada data peta ijin pada instansi
bapak atau harus dari SKPD yang bersangkutan?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
9. Ketersediaan data
a. Apakah data/dokumen hasil penilaian penyelenggaraan pemerintah daerah dapat
digunakan sebagai input dalam proses monev pemanfaatan ruang?
1)
2)
2)
3)
4)
Apakah semua informasi perencanaan yang ada dalam batang tubuh Perda RTRW telah
dikompilasikan dalam suatu sistem database?
1)
2)
Tidak
d. Apakah telah ada kompilasi data eksisting sebagai input untuk proses persandingan
kesesuaian dan ketersediaan?
1)
2)
Tidak
e. Jika basis data dalam bentuk spasial, dalam skala berapa peta tersebut?
f.
1)
1:25.000
2)
1:50.000
3)
1:250.0000
4)
Lainnya ......................................................................................................................
2)
Tidak
Bappeda
2)
3)
h. Terkait kerangka waktu pelaksanaan monev pemanfaatan ruang, data atau informasi
tahun berapakah yang dapat digunakan sebagai basis data?
1)
2)
3)
10. Instansi yang melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang
a. Instansi mana yang melakukan kegiatan monev pemanfaatan ruang?
1)
Bappeda
2)
3)
2)
c.
d. Bagaimana cara pelaporan hasil monitoring dan evaluasi? Instansi mana yang akan
dituju Kementerian Keuangan atau Bappenas?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
e. Bagaimana dengan
pemanfaatan ruang?
aspek
partisipasi
masyarakat
dalam
mekanisme
monev
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
PEDOMAN
MONITORING
DAN
EVALUASI
Kegiatan survey Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang dilakukan di wilayah studi:
1.
Provinsi Aceh
2.
3.
PROVINSI ACEH
1)
II
III
IV
TANGGAL
16 Juni 2014
17 Junii 2014
18 Juni 2014
19 Juni 2014
KEGIATAN
Tiba di Aceh
Kunjungan ke BAPPEDA Provinsi Aceh
Kunjungan ke UPTB PDGA BAPPEDA
Provinsi Aceh
Kunjungan ke Bidang Sarana dan Prasarana
BAPPEDA Provinsi Aceh
Kunjungan ke Biro Organisasi Setda Provinsi
Aceh
Kunjungan ke Biro Administrasi
Pembangunan Setda Provinsi Aceh
Survey Lapangan
Kunjungan ke Pekerjaan Umum Bidang Tata
Ruang Kota Banda Aceh
Kunjungan ke BAPPEDA Kota Banda Aceh
Kunjungan ke Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Aceh
Wawancara dengan Bappeda Kabupaten
Aceh Besar
Survey Lapangan
Pengembalian data yang di pinjam dari
Bappeda Provinsi Aceh serta pengambilan
angket wawancara.
Pengambilan angket wawancara di Dinas
PU Bidang tata ruang Kota Banda Aceh
Pengembalian data yang di pinjam dari
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Aceh
Kunjungan ke Dinas Cipta Karya Bidang
Tata Ruang Provinsi Aceh
Survey Lapqngan
Pulang ke Jakarta
KETERANGAN
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Daftar Data
Softcopy
2012-2032
hardcopy
2005-2012
Softcopy
2014
2013
2012-2017
Hardcopy
2 buku
Softcopy
hardcopy
2012-2032
Softcopy
2012-2032
Softcopy
2012-2032
Softcopy
2008-2028
Softcopy
2007-2012
Softcopy
2012-2017
2011-2014
Softcopy
Softcopy
2007-2013
2012-2013
Softcopy
Softcopy
2009-2029
Softcopy
2007-2027
2007-2012
Softcopy
Softcopy
2.
Dinas Pertanian
Tanaman Pangan
KABUPATEN ACEH BESAR
1.
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten
Aceh Besar
3)
Keterangan
2013
Tahun
Bp. Alamsyah
(Ka.Bid. Pengendalian dan
Evaluasi Bappeda Provinsi
Aceh)
Bp. Anshari
(Kabag Akuntabilitas
Hasil Wawancara
Laporan Monitoring dan evaluasi yang berpedoman
pada Permendagri No. 39 masih tetap dilakukan
tetapi tidak ada dana untuk membuat draft.
Provinsi Aceh membentuk Tim yang memonitor
progress semua proyek yang ada yaitu Tim P2K
(Percepatan Pengendalian APBD). Tim P2K memiliki
sumber dana kegiatan dari Bidang Pengendalian
BAPPEDA Provinsi Aceh
Cara kerja Tim P2K ialah dengan menempatkan 1
orang personilnya di Kabupaten/Kota yang bertugas
memantau semua kegiatan infrastruktur di Provinsi
Aceh dengan pelaksanaan kegiatan Monitoring dan
evaluasi setiap hari.
Sebelumnya setiap SKPD diberi target penyerapan
dana kegiatannya. P2K akan memantau dari Kegiatan
Lelang hingga Penyerapan dana di SKPA . P2K
melaksanakan
kegiatan
pemantauan
setelah
anggaran disahkan
Hasil kegiatan TIM P2K hanya bisa diakses oleh yang
punya Password sedangkan umum bisa melihat hasil
rekapan.
Evaluasi RKPK ialah laporan evaluasi SKPD yang baru
dilaksanakan pada tahun ini. Kegiatan evaluasi ini
dilaksanakan pada 2 semester (bulan ke 6 dan ke
12). Kegiatan yang dievaluasi ialah kegitaan tahun
lalu dan kegiatan tahun depan.
Saat ini sedang diusahakan sinkronisasi antara RPJM
dan RKPA, jika kegiatan RKPA tidak ada di dalam
RPJM maka tidak masuk menjadi kegiatan yang
dapat dilaksanakan.
Internal PDGA sudah melakukan survey kegiatan
wilayah secara langsung namun dari pihak SKPA
belum ada yang melaporkan hasil monitoring
kegiatan mereka.
PDGA sudah melakukan update data setiap dana
walaupun belum rutin.
Dalam melaksanakan update data ini terdapat
kesulitas mendapatkan citra yang baik karena
terkendala dana.
PDGA khusus untuk spasial provinsi sedangkan pada
tingkat kabupaten/kota terdapat LabGIS.
Peta hibahan dari WGO pasca tsunami tetapi
dilakukan updating walaupun belum maksimal.
Sementara ini updating dari ZTE spot 5 tahun 2006.
Salah satu cara PDGA terkait updating data dengan
membuat Forum GIS yang terdiri dari 2 perwakilan
yang diasukkan ke masing-masih SKPA.
Produk peta dari UPTB belum bisa dijadikan
pembanding dengan RTRW karena RTRW masih
belum disahkan.
Idealnya hasil dari UPTB PDGA ini bisa membantu
perencanaan mengenai penyediaan data spasial.
Namun sampai saat ini hasil dari kegiatan SKPA
belum bisa dispasialkan oleh UPTB PDGA karena
kurangnya data yang dapat diambil dari masingmasing SKPA yang dapat digunakan .
Program kegiatan terbangun pada tahun 2013 dapat
dispasialkan pada tahun 2014 oleh P2K namun baru 6
kabupaten yang dapat dilaksanakan.
Rencananya semua data spasial kegiatan terbangun
berasal dari UPTB PDGA sehingga kriterianya sama.
Setelah Qanun di sahkan maka programnya
diturunkan didalam RPJMD. RPJMD akan mengawali
Ibu Mardalena
(Kasubid. Perencanaan
Prasarana)
Hasil Wawancara
pembuatan SAKIP.
Lakip diserahkan kepada Presiden
melalui
Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian
pendayagunaan aparatur Negara.
Jika suatu wilayah direncanakan sebagai budidaya
lain maka bagian ini melihat apakah sesuai atau
tidak.
Selama ini penyusunan program sudah sesuai.
Sakip focus pada kinerja pelaksanaan RPJMD
Undang-undang khusus Provinsi Aceh menghasilkan
Dinas Syariat islam.
Pemasukan PAD Aceh salah satunya dalah Zakat
dengan pelaksanaan dipantau dan disesuaikan
dengan syariat islam
Cara melakukan kegiatan monitoring evaluasi RTRW
Prov. Aceh yakni menggunakan Lakip sebagai
Pedoman.
Perwujudan kegiatan digunakan/diadakan tim untuk
memonitorin gdari instansi terkait.
Tim p2K hanya memonitoring pelaksanaan anggaran.
Kegiatan monitoring dilakuka terhadap bangunabanguna yang sudah ada apakah perizinina masih
sesuai dengan penggunaan. Serta melakukan control
terhadap banguna yang sudah tidak sesuai.
Yang paling riskan terhadap penyalahgunaan ialah
pola ruang. Sedangkan struktur ruang belum bisa
didetailakn.
Cakupan pelayan jaringan seperti penerangan jalan
belumbisa di monitoring karena yang melaksanakan
perusahaan terkait seperti PLN.
Dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi
seharusnya bisa bekerja sama dengan semua SKPA
terkait yang kemudian dirangkum dengan standar
tata ruang.
Tdiak mekanisme khusus untuk evaluasi RTRW
Selama ini baru ada evaluasi untuk kegiatan RPJM
yakni Permendagri no. 39
RPJM terbaru masih dalam proses pembahasan di
DPR namun sudah menjadi peraturan walikota
sehingga Rencana Kerja dan Rencana Strategis SKPA
sudah mengacu kegiatan yang ada dialam RPJMD.
Laporan kegiatan baru berupa jumlah infrastruktur
namun belum terakomodir dalam bentuk laporan
secara detail/rapi.
Di dalam RTRW Kota Banda Aceh terbaru,
perencanaan pembangunan fasilitas umum mengarah
pada daerah yang jauh dari pantai. Fasilitas yang
dibangun dekat pantai hanya fasilitas yang memang
harus ada di daerah pinggiran pantai.
Di RPJM terbaru juga sudah mengacu tentang
pencegahan pembangunan di daerah pantai.
Kegiatan Pertanina yang masih mengiikutui RTRW
dianggap tidak melakukan pelanggaran.
Kegiatan Cetak Sawah seharusnya mengacu pada
RTRW Provinsi namun karena RTRW Provinsi masih
belum
disahkan
makan
mengikuti
RTRW
Kabupaten/Kota yang sudah ada lebih dulu.
Kegiatan cetak sawah tidak mengganggu lahan
lindung karena biasanya ada di sekitar areal sungai,
rawa dan lahan kering.
Dan akegiatan Cetak Sawah berasal dari dana APBN
karena dan APBD masih belum mencukupi.
Dalam kegiatan Cetak Sawah sduah mengantisipasi
Bp. Alyadi
(Kabid. Perencanaan
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Kab. Aceh
Besar)
Hasil Wawancara
berbagai dampak yang mungkin terjadi.
Dalam kegiatan cetak sawah ini, dana berasal dari
APBN
sedangkan
Pemerintah
Provinsi
bertanggungjawab dalam hal pembebasan lahan
yang akan digunakan.
Didala Mrpjm Provinsi sudah memunculkan lahanlahan yang akan dikembangkan menjadi sawah baru.
Bappeda Aceh Besar kurang mengetahui perizinin
yang ada karena kurangnya koordinasi dari Kantor
Perizininan Terpadu sehingga izn yang dikeluarkan
belum diketahui Bappeda.
Direncanakan akan ada pemindahan Ibukota Aceh
Besar PKL Jantho yang sudah dibuat didalam KSK
Kota Baru Pemindahn.
Belum ada monitoring dna evaluasi khusus RTRW
kabupaten Aceh Besar tetapid ari Bappeda sudah ada
rencana mereview penyimpangan yang mungkin
terjadi.
Penyimpangan di kabupaten yang banyak terjadi
pada IMB. Seperti penyimpangan IMB Toko biasanya
jumlahnya toko terbangun lebih banyak dari yang
diajukan pada IMB pada areal yang sama. Selain itu
adanya pembangunan diatas irigasi,
Penindaklanjut penyimpangan seharusnya dilakukan
oleh SKPA terkait.
Data penyimpangan perizinin terdapat di Bappeda
namun pelaksana kegiatan monitoring yakni Bappeda
dan PU.
RTRW Kabupaten Aceh Besar baru ada sehingga
perizinan selama ini hanya melewati Perizinan
Terpadu tetapi BLH bekerjasama dengan Bappeda
sudah melakukan pemantauan terhadap kegiatan
penyimpangan lahan yang mungkin terjadi.
Daerah rawan banjir sduah ada datanya tetapi belum
diupdate
Tahun direncanakan penyusunan RDTR dengan dana
APBD.
Untuk kegiatan KAPET BAD, Bappeda sedang
menunggu untuk kegiatan koordinasi, bappeda juga
selalu mengundang untuk sinkronisasi. Wilayah
KAPET BAD adalah wialayah KSN namun pengelolaan
diserahkan ke daerah.
Dalam penyusunan RPJM melihat program yang ada
di RTRW
Monev lebih baik satu saja tetapi mencakup semua
namun selama ini belum ada monev terhadap RTRW.
Idelanya dari monev RTRW ialah adanya tindak lanjut
dari hasil monev RTRW tersebut agar kegiatan ini
tidak sia-sia.
Perlu juga dibuat tim khusus yang ditunjuk dari pusat
tetapi bekerja di daerah. Selain itu tim dari pusat
harus mendampingi dalam kegiatan monev agar
daerah benar-benar memahami proses kegiatan
monev.
Ada kegiatan nasional yakni pembanguna jalan
Jantho-Lamuu yang hingga saat ini belum
terlaksana.
II
2)
TANGGAL
10 Juli 2014
11 Juli 2014
KEGIATAN
KETERANGAN
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
No
Instansi
PROVINSI JAWA BARAT
1
Badan Perencanaan
Pembangunan
Daerah (Bappeda)
Provinsi Jawa Barat
KABUPATEN BANDUNG
1
Badan Perencanaan
Pembangunan
Daerah (Bappeda)
Kabupaten Bandung
Dinas Perumahan,
Tata Ruang, dan
Kebersihan
Kabupaten Bandung
Nama Dokumen
Tahun
Keterangan
2005-2025
Softcopy
2013-2018
Softcopy
4 tahun terakhir
(2011-2014)
Softcopy
2007-2027
Softcopy
2007-2027
2005-2025
2010-2015
2010-2015
2013
Softcopy
Softcopy
Softcopy
Softcopy
Hardcopy
2013
Hardcopy
2007-2027
Softcopy
2013
Hardcopy
2011-2031
Softcopy
Bandung
Utara
(KBU)
Kecamatan
Cimenyan-Kabupaten Bandung
KOTA BANDUNG
1
Badan Perencanaan
Pembangunan
Instansi
Daerah (Bappeda)
Kota Bandung
Nama Dokumen
Materi Teknis RTRW Kota Bandung
Peta rencana struktur ruang, pola ruang, dan
kawasan strategis (format JPEG dan shp)
RPJP Kota Bandung (Perda No. 8 Tahun 2008)
Revisi RPJMD Kota Bandung (Perda No.8
Tahun 2011)
RPJMD Kota Bandung (Perda No.3 Tahun
2014)
LAKIP Kota Bandung
Dokumen/studi lainnya terkait pemantauan
dan evaluasi pemanfaatan ruang
- Buku Data Infrastruktur dan Tata Ruang
Tahun
2011-2031
2011
Keterangan
Softcopy
Softcopy
2005-2025
2009-2013
Softcopy
Softcopy
2013-2018
Softcopy
2011
2011
Softcopy
Softcopy
2011-2031
Softcopy
2011-2031
2012
Softcopy
Softcopy
3)
Bp. Anton
Sunarwibowo, ST, MT
(Kabid Perencanaan
Tata Ruang Sarana
Prasarana BAPPEDA
Kota Bandung)
Hasil Wawancara
Kendala yang dihadapi dalam melakukan Monitoring dan Evaluasi
adalah belum ada mekanisme yang pasti untuk menjadi pedoman serta
belum adanya tindak lanjut bagi bangunan yang sudah ada sebelum
ada perda tata ruang.
Selama ini hanya dibicarakan dengan BKPRD apakah pemanfaatannya
sudah sesuai apa belum.
Monitoring dan Evaluasi yang dikeluarkan oleh Permendagri lebih
kepada Spasial sehingga jika Pedoman Monitoring dan Evaluasi ini
diadakan tidak akan terjadi tumpang tindih.
Cara menilai pusat kota berhasil atau tidaknya yakni dengan melihat
ketersediaan fasilitas pendukung yang menjadi standart.
Percepatan pertumbuhan PPK Gedebage masih belum berhasil
sehingga akan diusahakan pembangunan dan pemindahan pusat
pemerintahan.
Renstra SKPD mengacu pada RPJM dan masih minim yang mengacu
pada RTRW. Padahal seharusnya yang direncanakan oleh BAPPEDA
dalam RTRW menjadi acuan oleh SKPD. Selain itu RPJM tidak
menyebut lokasi hanya menyebut sector.
Data yang dimiliki SKPD belum seragam dengan yang ada di Bappeda
namun Bappeda berusaha menyusun buku data yang bersisi semua
data dari Kota Bandung. Rencananya ke depan ada pengembangan
dari buku data dan informasi infrastruktur ini.
C.
Hasil Wawancara
2 minggu yang lalu ada rapat di BKPRD yakni untuk mengcover
kegiatan di RTRW sebelumnya yang belum terakomodir di tahun 2008
KLHS yang memperlihatkan evaluasi dan monitoring sudah jadi.
Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan baru sekali melakukan
monitoring dan evaluasi.
Kabupaten Bandung ada area yang masuk Kawasan Bandung Utara
sehingga ada peraturan-peraturan yang dikeluarkan pusat dan daerah.
RTRW di evaluasi 5 tahun sekali
Evaluasi yang menggunakan peta diupdate melalui foto udara skala
1:1000 setiap tahun dan sudah dilakukan dari tahun 2006-sekarang
sudah dilakukan pada 15 kecamatan. Namun tahun depan sudah tidak
melakukan foto sendiri karena pihak BIG sudah menyediakan.
Monitoring dan evaluasi infrastruktur dilakukan oleh SKPD lain.
Bidang
penataan ruang
sudah menyiapkan ruang untuk
pemmbangunan told an bangkitan tol tetapi pelaksanaan
pembangunan dilakukan oleh SKPD lain.
II
III
2)
TANGGAL
14 Juli 2014
15 Juli 2014
16 Juli 2014
KEGIATAN
Tiba di Sulawesi Selatan
Kunjungan ke BAPPEDA Kab. Maros
Kunjungan ke Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kab. Maros
Kunjungan ke BAPPEDA Provinsi Sulawesi
Selatan
Kunjungan ke Dinas Tata Ruang dan
Permukiman Provinsi Sulawesi Selatan
Survey Lapangan
Berangkat Survey Ke Kab. Gowa
Kunjungan ke Dinas Pekerjaan Umum Kab.
Gowa
Kunjungan Ke BAPPEDA Kab. Gowa
Kunjungan ke BAPPEDA Kab. Takalar
Kunjungan ke Dinas Pekerjaan Umum Kab.
Takalar
Survey Lapangan
Kunjungan kembali ke Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kab. Maros
Kunjungan ke Satker Tata Ruang Provinsi
Sulawesi Selatan di Baddoka
Pulang ke Jakarta
KETERANGAN
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
Seluruh Tim
No
Instansi
Nama Dokumen
PROVINSI SULAWESI SELATAN
1
Badan Perencanaan
RTRW Provinsi Sulawesi Selatan
Pembangunan Daerah
(Perda No.9 Tahun 2009)
(Bappeda) Provinsi
RPJP Provinsi Sulawesi Selatan (Perda No. 8
Sulawesi Selatan
tahun 2008)
RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan (Perda No.
10 tahun 2013)
Tahun
Keterangan
2009-2029
2008-2028
Hardcopy
Softcopy
Softcopy
2013-2018
Softcopy
Instansi
KABUPATEN MAROS
1
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
(Bappeda)
Kabupaten Maros
KABUPATEN GOWA
1
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
(Bappeda)
Kabupaten Gowa
2
Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten
Gowa
KABUPATEN TAKALAR
1
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
(Bappeda)
Kabupaten Takalar
Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten
Takalar
3)
Nama Dokumen
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi Sulawesi Selatan
RTRW Provinsi Sulawesi Selatan
(Perda No.9 Tahun 2009)
Peta rencana struktur ruang, pola ruang, dan
kawasan strategis (format JPEG dan shp)
Tahun
2015
Keterangan
Softcopy
2009-2029
Softcopy
2013
Softcopy
2012-2032
Softcopy
2012
Softcopy
2005-2025
Softcopy
2008-2013
2011-2014
Softcopy
Softcopy
2012
Softcopy
2012
Softcopy
2010-2015
Softcopy
2013-2014
Softcopy
2012-2032
Softcopy
2012-2031
Softcopy
2012-2031
Softcopy
2005-2025
Softcopy
2008-2013
Softcopy
2013-2018
Softcopy
2010-2012,
2013-2015
2012-2031
Softcopy
2012-2031
Softcopy
Softcopy
Hasil Wawancara
Pelanggaran tata ruang paling banyak ialah terkait IMB dan
Peruntukan namun belum menjadi pelanggaran berat.
Monitoring dan evaluasi Permen 54 sudah mendetail terkait
kegiatan.
Belum ada Monitoring dan Evaluasi untuk RTRW secara tersendiri.
Di BAPPEDA belum ada Monitoring dan Evaluasi untuk RTRW.
Di bidang Penataan Ruang tidak ada Monitoring dan Evaluasi
karena sudah ada di Bidang Pengawasan Bangunan. Tetapi
Monitoring dan Evaluasi Bidang Pengawasan Bangunan untuk
Bangunan. Seharusnya di Penataan Ruang ada Monitoring dan
Evaluasi terkait perubahan alih fungsi lahan tiap tahun.
Monitoring dan Evaluasi disarankan dilakukan triwulan.
Monitoring dan evaluasi dapat dilaksanakan jika rencana (RTRW,
RPJP, RPJM) sudah siap. Namun saat ini kelengkapan tersebut
belum siap.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh konsutan
supaya cepat.
Di dalam kegiatan monitoring dan evaluasi perlu pembagian
kewenangan antara pusat dan daerah.
Saran untuk pedoman ini ialah harus dapat diaplikasikan karena
sudah banyak sekali pedoman yang sudah ada namun sulit
diaplikasikan.
Didalam pedoman harus ada ruang dimana masyarakat dapat
melakukan pengaduan.
Monitoring dan evaluasi diutamakan pada indikasi program yang
ada RTRW dan isu strategis yang muncul. Permasalahan yang biasa
muncul dalam penataan ruang ialah banyaknya inestor yang
mendesak. Sehingga memicu revisi RTRW. Oleh karena itu perlu
ditegaskan waktu dari memonitoring dan merevisi di daerah.
Selama ini investor yang memilih area tanpa mau melihat RTRW.
Monitoring dan evaluasi lebih efektif menggunakan citra satelit.
Lingkup penataan ruang sudah benar yakni adanya program dan
pembiayaan seperti yang ada di RTRW.
Harus ada pihak yang punya kewenangan untuk menengahi agar
tidak terjadi pelanggaran pemanfaatan ruang.
Minimal 1kali dalam 1tahun melaksanakan kegiatan monitoring dan
evaluasi dengan leading Bappeda
Bidang ini terkait perizinan sehingga survey ke lapangan.
Kabupaten Gowa merupakan daerah penyangga Kota Makassar
untuk penyediaan permukiman.
Penataan ruang yang paling menonjol di Kabupaten Gowa ialah
pengendalian permukiman. Namun di Kabupaten Gowa tidak ada
pelanggaran pemanfaatan ruang, hanya pelanggaran GSB.
1. KETERSEDIAAN DATA
Data yang digunakan dalam proses monitoring danevaluasi pemanfaatan ruang dirumuskan dalam
tabel berikut ini:
TABEL KEBUTUHAN DATA MONITORING DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG
No.
1.
2.
3.
Sumber Data
Jenis Informasi
Perangkat
Penunjang
Survey
Perda RTRW
1)
2)
Perda RPJMD
PerKDH RKPD
Survey sekunder
Checklist data,
surat pengantar
survey
Dokumen
evaluasi
1)
2)
LAKIP
laporan
pertanggungjawaban
pelaksanaan' APBD
laporan hasil survey
kepuasan masyarakat
terhadap layanan
pemerintahan daerah
LPPD
Rawan Banjir
Lokasi Genangan/Banjir
Jumlah Lokasi Kejadian
Longsor Tebing Sungai dan
Banjir
Permasalahan Drainase
Tingkat kerusakan dan
Target Perbaikan Jalan
Permasalahan Jaringan
Jalan
Peta dan Data Jaringan
Jalan
Peta Kawasan Hutan
Peta Sebaran Terminal
Peta rencana sebaran
rumah susun
Peta Sistem Air Minum
Perpipaan dan Non
Perpipaan
Peta layanan Gas
Penggunaan Lahan
Peta status lahan
Survey sekunder
Checklist data,
surat pengantar
survey
Data Permasalahan
Survey sekunder
Checklist data,
surat pengantar
survey
Survey sekunder
Surat pengantar
survey,
Kuisioner/Panduan
wawancara,
Perangkat
dokumentasi
(kamera/ video
camera, perekam
suara), Peta
Kawasan/ Foto
Udara skala 1:
5000
Data
Permasalahan
4)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
5.
Metoda
Inventarisasi
Data
Dokumen
perencanaan
tata ruang
Dokumen
perencanaan
pembangunan
3)
4.
Kategori Data
Peta
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Nama Peta
A.
1
Peta Perijinan
5
B.
1
2
C.
Peta simpangan
Muatan Peta
Provinsi
Deliniasi wilayah kabupaten dan kota
yang ada di dalam wilayah provinsi:
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas;
b. Setiap kabupaten dan kota diberi
warna berbeda;
c. Setiap deliniasi kabupaten/kota diberi
nama kabupaten/kota bersangkutan;
dan
d. Setiap deliniasi kabupaten diberi titik
pusat kabupaten.
Kabupaten
a. Rencana
sistem
jaringan
telekomunikasi;
b. Rencana sistem jaringan energi;
c. Rencana sistem jaringan sumber daya
air;
d. Rencana sistem jaringan prasarana
lainnya; dan
e. Nama-nama tempat
Delineasi
rencana
peruntukan
pemanfaatan ruang sesuai dengan
klasifikasi pola ruang wilayah
provinsi
a. Rencana
sistem
jaringan
telekomunikasi;
b. Rencana sistem jaringan energi;
c. Rencana sistem jaringan sumber
daya air;
d. Rencana sistem jaringan prasarana
lainnya; dan
e. Nama-nama tempat
Delineasi
rencana
peruntukan
pemanfaatan ruang sesuai dengan
klasifikasi pola ruang wilayah
kabupaten
1.1
1.2
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
Sub Indikator
Rincian
Instansi
(1)
Sistem
Pelayanan
(2)
PKN
PKW
PKSN
PKL
PPK
PPL
Sistem jaringan
transportasi
darat
(3)
(4)
Pusat
Sistem
jaringan
prasarana utama
Jaringan
Perkeretaapian
Jaringan
transportasi
sungai, danau,
dan
penyeberangan
Sistem jaringan
transportasi laut
Sistem jaringan
transportasi
udara
1)
4) Jalan arteri
sekunder
5) Jalan kolektor primer
6) Jalan kolektor
sekunder
7) Terminal Tipe A
..
8) Terminal Tipe B
..
9) Terminal Tipe C
..
10) Jaringan LLAJ ..
1) Jalur Kereta Api
Utama ..
2) Jalur KA Perkotaan
Waktu
Pemasukan
(5)
Jenis Data
(6)
1.3
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
Sub Indikator
Rincian
Instansi
(1)
(2)
(4)
Sistem
jaringan
prasarana
pendukung
Jaringan
pipa
minyak dan gas
bumi
Pembangkit
tenaga listrik
Jaringan
Transmisi
tenaga listrik
(3)
Pelayanan Tersier ...
4) Bandar Udara
Pengumpan ...
5) Ruang Udara ...
1) Depo BBM
2)
Sumber air
1)
Prasarana air
2)
3)
1)
2)
3)
4)
Sistem
Penyediaan Air
Minum ...
Sistem
Pengelolaan
Limbah ...
Sistem
Persampahan ...
Sistem Drainase
...
Waktu
Pemasukan
(5)
1)
Jaringan Transmisi
...
Jaringan
Menara
Telekomunikasi
Waduk/ Bendungan/
Embung/ Danau ...
Rawa .
Wilayah Sungai ...
Sistem Jaringan
Irigasi ...
Sistem Jaringan Air
Baku ...
Sistem Pengendalian
Banjir ...
Sistem Pengaman
Pantai .
Sistem Penyediaan Air
Minum ...
1)
Sistem Pengelolaan
Limbah ...
1)
Sistem Persampahan
...
Sistem Drainase ...
1)
1)
Jalur Evakuasi
Bencana ...
Keterangan:
Kolom (1) : indikator yang digunakan
Kolom (2) : diisikan dengan sistem yang tercantum dalam batang tubuh Perda RTRW
Kolom (3) : diisikan dengan muatan yang tercantum pada tiap sistem sesuai dengan batang tubuh
Perda RTRW
Kolom (4) : diisikan dengan instansi penyedia data (Nama instansi, nama orang, jabatan)
Kolom (5) : diisikan dengan waktu pemasukan data dan informasi oleh penyedia data
Kolom (6) : diisikan dengan jenis data yang digunakan:
1) dokumen (naskah, tabel)
2) peta (jpg, shp)
1.1
1.2
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
(1)
Sistem
Pelayanan
(2)
PKN
PKW
PKSN
PKL
PPK
PPL
Sistem jaringan
transportasi
darat
Pusat
Sistem
jaringan
prasarana utama
Jaringan
Perkeretaapian
Jaringan
transportasi
sungai, danau,
dan
penyeberangan
Sistem jaringan
transportasi laut
Sistem jaringan
(3)
1)
4) Jalan arteri
sekunder
5) Jalan kolektor
primer
6) Jalan kolektor
sekunder
7) Terminal Tipe A
..
8) Terminal Tipe B
..
9) Terminal Tipe C
..
10) Jaringan LLAJ ..
1) Jalur Kereta Api
Utama ..
2) Jalur KA
Perkotaan
3) Stasiun Kereta Api
1) Pelabuhan Sungai
2) Pelabuhan
Penyeberangan
3) Lintas
penyeberangan
lintas provinsi ..
4) Lintas
penyeberangan
antar
kabupaten..
1) Pelabuhan Utama
...
2) Pelabuhan
Pengumpul
3) Pelabuhan
Pengumpan
4) Alur pelayaran ...
1) Bandar Udara
Lokasi/ruas
(4)
Status
(aktual/rencana)
pada tahun ke
(5)
Skala
dan
Jenis
Kegiatan
(6)
1.3
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
(1)
(2)
transportasi
udara
Sistem
jaringan
prasarana
pendukung
Jaringan
pipa
minyak dan gas
bumi
Pembangkit
tenaga listrik
Jaringan
Transmisi
tenaga listrik
Sumber air
Prasarana air
Sistem
Penyediaan Air
Minum ...
Sistem
Pengelolaan
Limbah ...
Sistem
Persampahan ...
Sistem Drainase
...
(3)
Pengumpul Skala
Pelayanan Primer
...
2) Bandar Udara
Pengumpul Skala
Pelayanan
Sekunder ...
3) Bandar Udara
Pengumpul Skala
Pelayanan Tersier
...
4) Bandar Udara
Pengumpan ...
5) Ruang Udara ...
1) Depo BBM
2)
1) Pembangkit Listrik
...
1) Jaringan
Transmisi ...
2) Jaringan
3) Menara
Telekomunikasi
1) Waduk/
Bendungan/
Embung/ Danau
...
2) Rawa .
3) Wilayah Sungai ...
1) Sistem Jaringan
Irigasi ...
2) Sistem Jaringan Air
Baku ...
3) Sistem
Pengendalian
Banjir ...
4) Sistem Pengaman
Pantai .
1) Sistem
Penyediaan Air
Minum ...
1) Sistem
Pengelolaan
Limbah ...
1) Sistem
Persampahan ...
1) Sistem Drainase
...
1) Jalur Evakuasi
Bencana ...
Lokasi/ruas
(4)
Status
(aktual/rencana)
pada tahun ke
(5)
Skala
dan
Jenis
Kegiatan
(6)
2.1
Form
Waktu Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
Fungsi
Lindung
(2)
Hutan Lindung
Kawasan perlidungan setempat
Kawasan yang memberi
perlindungan terhadap kawasan
di bawahnya
kawasan suaka alam, pelestarian
alam dan cagar budaya
Kawasan
2.2
Fungsi
Budidaya
Kawasan
Rincian Data
(3)
Status (aktual
/rencana)
(4)
Form
Waktu Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
(2)
(3)
Hortikultura
Peternakan
kawasan
peruntukan
pertambangan
kawasan peruntukan industri
kawasan peruntukan pariwisata
kawasan
permukiman
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Rincian Data
peruntukan
Status (aktual
/rencana)
(4)
perikanan tangkap
budi daya perikanan
pengolahan ikan
pariwisata budaya
pariwisata alam
Pariwisata buatan
Peruntukan permukiman perkotaan
Peruntukan permukiman perdesaan
Tanggal Peninjauan
Identitas Pemilik
Nama Perusahaan
Pemilik
Alamat
Jenis Kegiatan
Ijin Lokasi
Nomor UPL/UKL
Luas IMB
Pemilik Ijin
Peninjauan Lapangan
Luas
Rencana Tapak
Hasil Peninjauan
Lampiran
Surat Tugas
Rencana tapak/siteplan yang telah disahkan
Foto hasil peninjauan
Status
tanah
dan
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
1.1
1.2
(1)
Sistem
Pelayanan
Pusat
Sistem
jaringan
prasarana utama
Jaringan
Perkeretaapian
Jaringan
transportasi
sungai, danau,
dan
penyeberangan
Sistem jaringan
Rincian
(3)
1)
Lokasi/ruas
(4)
Waktu pelaksanaan
sesuai Perda RTRW
(5)
Ketersediaan
Program
(Ada/Tidak)
(6)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak Sesuai)
(7)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
(1)
Sistem jaringan
transportasi
udara
1.3
Sistem
jaringan
prasarana
pendukung
Jaringan
pipa
minyak dan gas
bumi
Pembangkit
tenaga listrik
Jaringan
Transmisi
tenaga listrik
Sumber air
Prasarana air
Sistem
Penyediaan Air
Minum ...
Rincian
(3)
2) Pelabuhan Pengumpul
3) Pelabuhan Pengumpan
4) Alur pelayaran ...
1) Bandar Udara Pengumpul Skala
Pelayanan Primer ...
2) Bandar Udara Pengumpul Skala
Pelayanan Sekunder ...
3) Bandar Udara Pengumpul Skala
Pelayanan Tersier ...
4) Bandar Udara Pengumpan ...
5) Ruang Udara ...
1) Depo BBM
2)
3) Pembangkit Listrik ...
4)
1)
2)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
4)
1)
Lokasi/ruas
(4)
Waktu pelaksanaan
sesuai Perda RTRW
(5)
Ketersediaan
Program
(Ada/Tidak)
(6)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak Sesuai)
(7)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
(1)
Rincian
(3)
2) Sistem Pengelolaan Limbah ...
Lokasi/ruas
(4)
Waktu pelaksanaan
sesuai Perda RTRW
(5)
Ketersediaan
Program
(Ada/Tidak)
(6)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak Sesuai)
(7)
:
:
:
:
:
:
:
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
2.1
(1)
Fungsi
Lindung
Kawasan
Rincian Data
(3)
Lokasi
(4)
Waktu pelaksanaan
sesuai Perda RTRW
Ketersediaan Program
(Ada/Tidak)
(5)
(6)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak
Sesuai)
(7)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
Sub Indikator
Fungsi
Kawasan
Budidaya
(2)
Kawasan Lindung Lainnya
kawasan
peruntukan
hutan produksi
(1)
2.2
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Kolom (5) :
Lokasi
(3)
(4)
Waktu pelaksanaan
sesuai Perda RTRW
Ketersediaan Program
(Ada/Tidak)
(5)
(6)
dapat
peruntukan
peruntukan
kawasan
peruntukan
pertambangan
kawasan
peruntukan
industri
kawasan
peruntukan
pariwisata
kawasan
permukiman
Rincian Data
peruntukan
perikanan tangkap
budi daya perikanan
pengolahan ikan
pariwisata budaya
pariwisata alam
Pariwisata buatan
Peruntukan
perkotaan
Peruntukan
perdesaan
permukiman
permukiman
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak
Sesuai)
(7)
4. PENGUKURAN
TABEL FORM PENGUKURAN KONSISTENSI STRUKTUR RUANG
1.
1
Form
Waktu
Pelaksanaa
n
Jenis Form
Klasifikasi
indikator
(1)
Sistem Pusat
Pelayanan
(2)
PKN
PKW
PKSN
PKL
PPK
PPL
(3)
Sistem
jaringan
prasarana
utama
Sistem jaringan
transportasi
darat
1)
Lokasi/ruas
(4)
Ketersediaan Program
(Ada/Tidak)
(5)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak Sesuai)
(6)
Total 1.1
1.
2
Jaringan
Perkeretaapian
Jaringan
transportasi
sungai,
danau,
dan
Jumlah
(5)+(6)
(7)
Prosentase Obyek
(%)
(8)
(1)
(2)
penyeberangan
Sistem jaringan
transportasi laut
Sistem jaringan
transportasi
udara
(3)
4) Lintas penyeberangan antar
kabupaten..
5) Pelabuhan Utama ...
6) Pelabuhan Pengumpul
7) Pelabuhan Pengumpan
8) Alur pelayaran ...
6) Bandar Udara Pengumpul Skala
Pelayanan Primer ...
7) Bandar Udara Pengumpul Skala
Pelayanan Sekunder ...
8) Bandar Udara Pengumpul Skala
Pelayanan Tersier ...
9) Bandar Udara Pengumpan ...
10) Ruang Udara ...
Lokasi/ruas
(4)
Ketersediaan Program
(Ada/Tidak)
(5)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak Sesuai)
(6)
Total 1.2
1.
3
Sistem
jaringan
prasarana
pendukung
Jaringan
pipa
minyak dan gas
bumi
Pembangkit
tenaga listrik
Jaringan
Transmisi tenaga
listrik
Sumber air
Prasarana air
1)
2)
Depo BBM
Jumlah
(5)+(6)
(7)
Prosentase Obyek
(%)
(8)
(1)
(2)
Sistem
Penyediaan Air
Minum ...
Sistem
Pengelolaan
Limbah ...
Sistem
Persampahan ...
Sistem Drainase
...
Lokasi/ruas
(4)
Ketersediaan Program
(Ada/Tidak)
(5)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak Sesuai)
(6)
Jumlah
(5)+(6)
(7)
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Kolom (5) :
Kolom (6) :
Kolom (7) :
Prosentase Obyek
(%)
(8)
2.1
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
Fungsi
Kawasan
Lindung
(2)
Hutan Lindung
Kawasan perlidungan
setempat
Kawasan
yang
memberi
perlindungan terhadap
kawasan di bawahnya
kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan
cagar budaya
kawasan
bencana alam
rawan
(3)
Lokasi
(4)
Ketersediaan
Program
(Ada/Tidak)
(5)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak
Sesuai)
(6)
Jumlah
(5)+(6)
(7)
Prosentase
Obyek
(%)
(8)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
Lokasi
(1)
(2)
(4)
kawasan
geologi
lindung
Kawasan
Lainnya
Lindung
(3)
gelombang pasang
kawasan rawan banjir
kawasan cagar alam
geologi
kawasan
rawan
bencana alam geologi
kawasan
yang
memberikan
perlindungan terhadap
air tanah
Ketersediaan
Program
(Ada/Tidak)
(5)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak
Sesuai)
(6)
Total 2.1
2.2
Fungsi
Kawasan
Budidaya
kawasan peruntukan
hutan produksi
kawasan peruntukan
perkebunan
kawasan peruntukan
perikanan
kawasan peruntukan
pertambangan
hutan
produksi
terbatas
hutan produksi tetap
hutan produksi yang
dapat dikonversi
Pertanian
pangan
Hortikultura
Peternakan
tanaman
perikanan tangkap
budi daya perikanan
pengolahan ikan
Jumlah
(5)+(6)
(7)
Prosentase
Obyek
(%)
(8)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
(2)
kawasan peruntukan
industri
kawasan peruntukan
pariwisata
kawasan peruntukan
permukiman
(3)
Lokasi
(4)
Ketersediaan
Program
(Ada/Tidak)
(5)
Kesesuaian Lokasi
(Sesuai/Tidak
Sesuai)
(6)
Jumlah
(5)+(6)
(7)
Prosentase
Obyek
(%)
(8)
pariwisata budaya
pariwisata alam
Pariwisata buatan
Peruntukan
permukiman
perkotaan
Peruntukan
permukiman
perdesaan
Total 2.2
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Kolom (5) :
Kolom (6) :
2.1
Form
Waktu
Pelaksanaan
Kriteria
Klasifikasi
indikator
(1)
Fungsi
Lindung
Kawasan
(2)
Hutan Lindung
Kawasan perlidungan
setempat
Kawasan
yang
memberi
perlindungan terhadap
kawasan di bawahnya
kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan
cagar budaya
kawasan
rawan
(3)
Luas
Aktual
(A)
Rencana
(B)
Penyimpangan
C =(B-A)
(4)
(5)
(6)
Prosentase
Penyimpangan
(D) (%)
(7)
Penilaian
Simpangan
(E)
(0-4)
(8)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Kriteria
Klasifikasi
indikator
(1)
(2)
bencana alam
kawasan
geologi
2.2
Fungsi
Kawasan
Budidaya
lindung
Kawasan
Lindung
Lainnya
kawasan peruntukan
hutan produksi
kawasan peruntukan
perkebunan
kawasan peruntukan
perikanan
(3)
tanah longsor
kawasan
rawan
gelombang pasang
kawasan
rawan
banjir
kawasan cagar alam
geologi
kawasan
rawan
bencana
alam
geologi
kawasan
yang
memberikan
perlindungan
terhadap air tanah
hutan
produksi
terbatas
hutan produksi tetap
hutan produksi yang
dapat dikonversi
Pertanian tanaman
pangan
Hortikultura
Peternakan
perikanan tangkap
budi daya perikanan
Luas
Aktual
(A)
Rencana
(B)
Penyimpangan
C =(B-A)
(4)
(5)
(6)
Prosentase
Penyimpangan
(D) (%)
(7)
Penilaian
Simpangan
(E)
(0-4)
(8)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Kriteria
Klasifikasi
indikator
(1)
(2)
kawasan peruntukan
pertambangan
kawasan peruntukan
industri
kawasan peruntukan
pariwisata
kawasan peruntukan
permukiman
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Kolom (5) :
Kolom (6) :
Kolom (7) :
Kolom (8) :
(3)
pengolahan ikan
Luas
Aktual
(A)
Rencana
(B)
Penyimpangan
C =(B-A)
(4)
(5)
(6)
Prosentase
Penyimpangan
(D) (%)
(7)
Penilaian
Simpangan
(E)
(0-4)
(8)
pariwisata budaya
pariwisata alam
Pariwisata buatan
Peruntukan
permukiman
perkotaan
Peruntukan
permukiman
perdesaan
Sebaran dan luas kawasan budidaya rencana, baik luas keseluruhan maupun luas per-jenis kawasan diketahui dari data RTRW, sedangkan untuk
sebaran dan luas kawasan aktualnya diperoleh dari foto udara terkini dan/atau hasil survey lapangan.
Kawasan budidaya aktual dan rencana, baik masing-masing jenis maupun secara keseluruhan didigitasi pada peta GIS melalui proses Spatial Polygon
Entry
5. ANALISIS
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian monitoring aspek konsistensi struktur ruang dan konsistensi pola ruang, tahap selanjutnya adalah
mengidentifikasi faktor penyebab ketidaksesuaian/ penyimpangan struktur ruang tersebut. Untuk selanjutnya akan diambil tindak lanjut
penyempurnaan/rekomendasi, guna perbaikan rencana tata ruang periode selanjutnya.
TABEL FORM ANALISIS PERMASALAHAN KONSISTENSI STRUKTUR RUANG
No.
Form
Waktu Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
1.1
1.2
(1)
Sistem
Pelayanan
Pusat
Sistem
jaringan
prasarana utama
(2)
PKN
PKW
PKSN
PKL
PPK
PPL
Sistem
jaringan
transportasi darat
Jaringan Perkeretaapian
Jaringan
sungai,
transportasi
danau,
dan
Rincian
(3)
1)
7) Terminal Tipe A ..
8) Terminal Tipe B ..
9) Terminal Tipe C ..
10) Jaringan LLAJ ..
1) Jalur Kereta Api Utama
..
2) Jalur KA Perkotaan
3) Stasiun Kereta Api
1) Pelabuhan Sungai
2) Pelabuhan
Lokasi/ruas
(4)
Hasil Pembobotan/
Penilaian
Ketidaksesuaian
(5)
Faktor Penyebab
Ketidaksesuaian
(6)
Tindak Lanjut
Penyempurnaan
(7)
Form
Waktu Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
Rincian
(3)
3)
4)
Sistem
jaringan
transportasi laut
Sistem
jaringan
transportasi udara
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
4)
1.3
Sistem
jaringan
prasarana pendukung
Prasarana air
5)
1)
2)
3)
4)
1)
2)
1)
2)
3)
1)
2)
Penyeberangan
Lintas penyeberangan
lintas provinsi ..
Lintas penyeberangan
antar kabupaten..
Pelabuhan Utama ...
Pelabuhan Pengumpul
Pelabuhan Pengumpan
Alur pelayaran ...
Bandar Udara Pengumpul
Skala Pelayanan Primer ...
Bandar Udara Pengumpul
Skala Pelayanan Sekunder
...
Bandar Udara Pengumpul
Skala Pelayanan Tersier ...
Bandar Udara Pengumpan
...
Ruang Udara ...
Depo BBM
Pembangkit Listrik ...
Jaringan Transmisi ...
Jaringan
Menara Telekomunikasi
Waduk/ Bendungan/
Embung/ Danau ...
Rawa .
Wilayah Sungai ...
Sistem Jaringan Irigasi ...
Sistem Jaringan Air Baku
...
Lokasi/ruas
(4)
Hasil Pembobotan/
Penilaian
Ketidaksesuaian
(5)
Faktor Penyebab
Ketidaksesuaian
(6)
Tindak Lanjut
Penyempurnaan
(7)
Form
Waktu Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
Sub Indikator
(2)
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Kolom (5) :
Kolom (6) :
Kolom (7) :
Rincian
(3)
3) Sistem Pengendalian Banjir
...
4) Sistem Pengaman Pantai
.
1) Sistem Penyediaan Air
Minum ...
2) Sistem Pengelolaan Limbah
...
3) Sistem Persampahan ...
4) Sistem Drainase ...
5) Jalur Evakuasi Bencana ...
Lokasi/ruas
(4)
Hasil Pembobotan/
Penilaian
Ketidaksesuaian
(5)
Faktor Penyebab
Ketidaksesuaian
(6)
Tindak Lanjut
Penyempurnaan
(7)
2.1
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
(1)
Fungsi Kawasan
Lindung
(2)
Hutan Lindung
Kawasan
perlidungan
setempat
Kawasan yang memberi
perlindungan
terhadap
kawasan di bawahnya
kawasan
suaka
alam,
pelestarian alam dan cagar
budaya
kawasan
alam
rawan
bencana
2.2
Fungsi Kawasan
Budidaya
(3)
Lokasi
(4)
Hasil Pembobotan/
Penilaian Ketidaksesuaian
(5)
Faktor
Penyebab
Ketidaksesuaian
(6)
Form
Waktu
Pelaksanaan
Jenis Form
Klasifikasi
Indikator
Lokasi
(1)
(2)
(4)
(3)
hutan produksi yang dapat dikonversi
Keterangan:
Kolom (1) :
Kolom (2) :
Kolom (3) :
Kolom (4) :
Kolom (5) :
Kolom (6) :
Kolom (7) :
kawasan
perkebunan
kawasan
perikanan
peruntukan
kawasan
pertambangan
kawasan
industri
kawasan
pariwisata
peruntukan
kawasan
permukiman
peruntukan
peruntukan
perikanan tangkap
budi daya perikanan
pengolahan ikan
peruntukan
peruntukan
pariwisata budaya
pariwisata alam
Pariwisata buatan
Peruntukan permukiman perkotaan
Peruntukan permukiman perdesaan
Hasil Pembobotan/
Penilaian Ketidaksesuaian
(5)
Faktor
Penyebab
Ketidaksesuaian
(6)
Dokumen RTRW
Kabupaten berkekuatan
hukum
Peraturan,
Standar,
Literatur
Citra
Satelit & Peta
Pendukung
Indikator Monitoring
Struktur & Pola Ruang
Data &
Informasi
Pendukung
(sekunder)
Pengolahan
Citra Satelit
Peta Tutupan
Lahan Terkini
Peta Kerja Monitoring
Struktur Ruang
Pengecekan
Lapangan
Pengecekan
Lapangan
Hasil Monitoring
Struktur Ruang
Kriteria Penilaian
Kesesuaian
Struktur Ruang
Hasil Monitoring
Pola Ruang
Kompilasi &
Analisis
Struktur Ruang
Kompilasi &
Analisis
Pola Ruang
Hasil Evaluasi
Struktur Ruang
Kriteria Penilaian
Kesesuaian Pola
Ruang
Hasil Evaluasi
Pola Ruang
Rekomendasi Evaluasi
Pemanfaatan Ruang
TABEL MATRIKS PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN TERHADAP STRUKTUR RUANG KABUPATEN BREBES (1)
INDIKATOR 1 : SISTEM PUSAT PELAYANAN
INDIKATOR & SUB INDIKATOR STRUTUR RUANG
1.
LOKASI
KETERSEDIAAN
KESESUAIAN
JUMLAH
(A) (0/1)
(B) (0/1)
( C)=(A)+(B)
33.33%
33.33%
33.33%
43.18%
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3.85%
3.85%
3.85%
3.85%
3.85%
3.85%
Kec. Larangan
3.85%
Kec. Songgom
3.85%
Kec. Tonjong
3.85%
10
Kec. Sirampong
3.85%
11
Kec. Paguyangan
3.85%
12
Kec. Bantarkawung
3.85%
13
Kec. Salem
3.85%
Total
1.2.2
OBYEK (D)
PERSENTASE (%)
SUB
INDIKATOR
INDIKATOR (E)
(F)
31.06%
50.00%
50.05%
4.55%
2.27%
2.27%
2.27%
2.27%
6
7
1
1
1
1
2
2
4.55%
4.55%
2.27%
4.55%
10
2.27%
11
4.55%
Total
36.37%
PERSENTASE (%)
OBYEK (D)
27.08%
81.25%
1
2
Losari - Brebes
Pejagan - Ketanggungan - Bumiayyu - Paguyangan
1
1
1
1
2
2
Total
2.1.2
2.1.3
1
1
Losari - Cikakak
Cibendung - Banjarharjo
6
7
2.1.4
2.1.5
16.66%
110
110
220
Kecamatan Jatibarang
4.17%
Kecamatan Tanjung
4.17%
Kecamatan Losari
4.17%
Kecamatan Salem
2.08%
14.59%
Kecamatan Banjarharjo
1.67%
Kecamatan Kersana
1.67%
Kecamatan Bantarkawung
1.67%
Kecamatan Sirampog
1.67%
Kecamatan Songgom
1.67%
Total
2.1.7
16.67%
16.67%
Total
2.1.6
8.33%
8.33%
INDIKATOR (E)
1
2
3
8.35%
2.78%
2.78%
2.78%
Total
8.33%
Sumber : Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penataan Ruang di Wilayah 1 Berbasis GIS, Direktorat Bina Program dan Kemitraan, Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
LOKASI
KETERSEDIAAN
KESESUAIAN
JUMLAH
(A) (0/1)
(B) (0/1)
( C)=(A)+(B)
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.3
3.3.1
3.4
3.4.1
3.5
3.5.1
3.5.2
3.6
3.6.1
3.6.2
3.6.3
3.6.4
3.6.5
Pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan Jaringan Kabel Telepon dalam PJM I - IV (2011 - 2030)
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Telekomunikasi
Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan telepon umum dan warung
telekomunikasi di lokasi strategis
Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur telepon nirkabel dalam PJM I - IV (2011 -2030)
Penggunaan tower bersama bagi provider
telepon seluler
PERSENTASE (%)
OBYEK (D)
INDIKATOR (E)
LOKASI
KETERSEDIAAN
KESESUAIAN
JUMLAH
(A) (0/1)
(B) (0/1)
( C)=(A)+(B)
PERSENTASE (%)
OBYEK (D)
3.7.2
3.7.3
3.7.4
3.7.5
3.7.6
3.7.7
3.7.8
3.7.9
3.7.10
3.8
3.8.1
1.25%
Seluruh Wilayah Kabupaten
1
2
3
28
Perkotaan Bumiayu
Perkotaan Brebes
Perkotaan Ketanggungan
56
10.00%
Sumber : Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penataan Ruang di Wilayah 1 Berbasis GIS, Direktorat Bina Program dan Kemitraan, Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
INDIKATOR (E)
2.1.3
2.1.4
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.4.2
2.1.4.3
KETERANGAN
hutan
hutan
rumput rawa
perairan
hutan
belukar
padang rumput
sabana
padang alang-alang
ladang/tegalan
persawahan
perkebunan
kebun campuran
hutan
belukar
padang rumput
sabana
padang alang-alang
ladang/tegalan
persawahan
pekebunan
kebun campuran
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan baik
alami maupun
bbudidaya
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan baik
alami maupun
budidaya
- hutan
- belukar
- padang rumput
- sabana
- padang alang-alang
- rumput rawa
- perairan
perairan
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
rumput rawa
perairan
hutan
rumput rawa
perairan
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
rumput rawa
perairan
2.1.4.9
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.5.2
2.1.5.3
KETERANGAN
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
lahan terbuka
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
rumput rawa
perairan
lahan terbuka
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
rumput rawa
perairan
lahan terbuka
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
rumput rawa
perairan
lahan terbuka
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
hutan
belukar
semak
padang rumput
sabana
padang alang-alang
rumput rawa
perairan
lahan terbuka
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
Lahan yang
sebagian besar
ditutupi oleh
tumbuhan atau
bentuk alami
lainnya
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9
KETERANGAN
HUTAN
HUTAN
PERSAWAHAN
- KEBUN CAMPURAN
- LADANG TEGALAN
- PERKEBUNAN
- KEBUN CAMPURAN
PERAIRAN LAUT
PERAIRAN DARAT
- BANGUNAN INDUSTRI
- TANAH TERBUKA
BANGUNAN INDUSTRI
- PERMUKIMAN
- BANGUNAN INDUSTRI
PERMUKIMAN
Teknik kuantifikasi pada masing-masing indicator pola ruang adalah sebagai berikut :
Klasifikasi pola ruang, informasi hasil pantauan prosentase simpangan diterjemahkan ke dalam rentang
kualitatif, dari rendah hingga tinggi.
Selanjutnya penilaian kualitatif ini dibuat dalam ukuran kuantitatif dengan skala 4 (nilai 0 sampai dengan 4),
dimana 0 menunjukkan angka terendah (yang brearti terjadi tidak ada kesesuaian) dan 4 menunjukkan
angka tertinggi (yang berarti telah sesuai). Dengan klasifikasi sebagai berikut :
-
Untuk selanjtnya tata cara menghitung perentase sub indicator dan indicator pola ruang sama dengan tata
cara struktur ruang, hanya saja pada bagian Nilai Simpangan dibagi Nilai Maksimum yang besarnya adalah 4
(maks)
Hasil Penilaian dan pembobtan terhadap pola ruang kabupaten brebes dapat dilihat pada table-tabel di
bagian berikut ini.
Kawasan Lindung
1.1 Kawasan hutan lindung
1.2
1.2.1
1.3
1.4
1.4.1
1.4.2
1.4.3
LUAS (HA)
(%)
(0-4)
NILAI
SIMPANGAN/
NILAI MAKS.
PERSENTASE (%)
SUB
INDIKATOR
INDIKATOR
34.38%
LUAS (HA)
SIMPANGAN
5,247.31
3,547.58
32.39%
21,093.59
19,872.31
5.79%
0.50
12.50%
0.75
18.75%
0.75
18.75%
0.75
18.75%
2.75
68.75%
17,890.27
14,813.21
17.20%
3
44.30
12.06
72.78%
58.14
58.14
0.00%
0.63
0.63
0.00%
4
44,334.24
38,303.93
13.60%
Sumber : Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penataan Ruang di Wilayah 1 Berbasis GIS, Direktorat Bina Program dan Kemitraan, Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
Hortikultura
LUAS (HA)
SIMPANGAN
LUAS (HA)
(%)
(0-4)
NILAI
SIMPANGAN/
NILAI MAKS.
PERSENTASE (%)
SUB
INDIKATOR
INDIKATOR
27.08%
10,004.98
6,904.51
30.99%
0.38
5.36%
20,542.70
7,927.81
61.41%
38,033.20
8,363.56
29,949.83
5,780.84
21.25%
30.88%
3
2
0.67
9.52%
4,691.24
4,434.24
5.48%
15,451.81
3,645.82
76.41%
0.25
3.57%
2.3
2.4
8,429.79
8,130.95
3.54%
1.00
14.29%
2.5
0.11
100.00%
0.00
0.00%
2.6
237.80
237.80
0.00%
1.00
14.29%
2.7
15,929.59
121,684.78
10,810.48
77,822.28
32.14%
36.05%
0.50
3.80
7.14%
54.17%
Sumber : Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penataan Ruang di Wilayah 1 Berbasis GIS, Direktorat Bina Program dan Kemitraan, Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
Luas (Ha)
% Grup Indikator
% Indikator Utama
38,303.93
86.40%
23.07%
6,030.31
13.60%
3.63%
44,334.24
100.00%
26.70%
Budidaya Sesuai
77,822.28
63.95%
46.88%
43,862.50
36.05%
26.42%
121,684.78
100.00%
73.30%
166,019.02
100.00%
116,126.21
69.95%
49,892.81
30.05%
166,019.02
100.00%
Hasil Monitoring dan evaluasi pola ruang RTRW Kabupaten Brebes dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Berdasarkan nilai indicator-indikator pola ruang tersebut di atas maka nilai untuk Grup Indikator
POLA RUANG Kabupaten Brebes adalah : 61,46% yang didapat dari penjumlahan :
Indicator kawasan lindung
= 34,38%
Indicator perwujudan kawasan budidaya
= 21,08%
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara luas rencana pola ruang yang terdapat di Materi Teknis
RTRW Kabupaten Brebes (Perda) dengan luas yang dihitung berdasarkan polygon pola ruang GIS
(,shp) yang ersumber dari Pemerintah Daerah Brebes. Yang signifikan perbedaannya antara lain
adalah pertanian lahan basah (sawah) dan pertanian lahan kering.
3. Inkonsisten perwujudan pola ruang tertinggi dialami oleh rencana cagar alam, kawasan perkebunan,
hutan produksi tetap (di atas 50%)
Proses analisis yang dilakukan terhadap Kawasan Bandung Utara (KBU) di Kecamatan Cimenyan,
diantaranya:
1. Analisis Penggunaan Lahan,
a. Penyimpangan Lahan (Penggunaan Aktual Terhadap Pola Ruang RTRW Kabupaten
Bandung),
b. Penyimpangan Lahan (Penggunaan Aktual Terhadap Pola Ruang Pergub. KBU)
c.
Hasil overlay peta guna lahan aktual tahun 2011 di Kecamatan Cimenyan dengan peta rencana pola
ruang RTRW Kabupaten Bandung yang termasuk dalam wilayah KBU menunjukkan adanya
penyimpangan guna lahan dari rencana. Besar penyimpangan yang terjadi relatif kecil, yaitu 39,4%
atau setara dengan 233,02 ha. Penyimpangan terbesar adalah peruntukan lahan bagi tanaman
tahunan sebesar 58,62 Ha dan Lahan Basah sebesar 52,27 Ha serta Hutan Konservasi sebesar 40,84
Ha yang pada kondisi eksistingnya memiliki beberapa peruntukan lainnya. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel berikut:
TABEL BESARAN LUAS PENYIMPANGAN DAN PERSENTASE TERHADAP RTRW TIAP
DESA/KELURAHAN DI KECAMATAN CIMENYAN
No.
Desa
Luas KBU
Penyimpangan
Terhadap RTRW
Persentase
Penyimpangan
Keterangan
Penyimpangan
1.
Cibeunying
273,85
2,45
0,9
Rendah
2.
Ciburial
821,97
124,31
15,1
Tinggi
3.
Cikadut
402,66
14,36
3,6
Rendah
4.
Cimenyan
909,42
34,53
3,8
Rendah
5.
Mandalamekar
207,20
13,38
6,5
Sedang
6.
Mekarmanik
1.544,83
16,67
1,1
Rendah
7.
Mekarsaluyu
744,09
20,78
2,8
Rendah
Desa
8.
Padasuka
9.
Sindanglaya
Penyimpangan
TOTAL
Keterangan
Terhadap RTRW
Persentase
Penyimpangan
71,17
1,25
1,8
Rendah
135,69
5,29
3,9
Rendah
5.110,89
233,02
39,4
Luas KBU
Penyimpangan
1.200,00
Penyimpangan
1.000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
-
No
1.
Kode Warna
Arahan
Pemanfaatan Ruang
RTRW
Penyimpangan
Lahan (Landuse
Aktual Tahun
2011)
Luas
Penyimpangan
Keterangan (Lokasi)
(Ha)
Kawasan Lindung
a. Hutan Lindung
b. Hutan Konservasi
c. RTH
Kebun Campur
34,16
Permukiman
0,98
Sawah
0,95
Ds. Mekarmanik
Kebun Campur
34,01
Ds. Ciburial
Permukiman
1,83
Ds. Ciburial
Sawah
5,00
Ds. Ciburial
Industri
0,27
Ds. Mekarsaluyu
Permukiman
5,22
Ds. Mekarsaluyu
No
2.
Kode Warna
Arahan
Pemanfaatan Ruang
RTRW
Penyimpangan
Lahan (Landuse
Aktual Tahun
2011)
Luas
Penyimpangan
Keterangan (Lokasi)
(Ha)
Sawah
12,83
Ds. Ciburial
Industri
3,22
Industri
0,75
Ds. Cimenyan
27,42
Semua Desa
24,09
Kawasan Budidaya
a.
Permukiman
b.
Kawasan Pertanian
Lahan Basah
Kebun Campur
Permukiman
c.
d.
e.
Budidaya
Pertanian Lahan
Kering
Kawasan Tanaman
Tahunan
Hutan Rakyat
TOTAL
Industri
1,21
Ds. Cimenyan
Permukiman
19,10
Kebun Campur
29,34
Permukiman
19,22
Sawah
10,06
Permukiman
2,99
Sawah
0,37
Ds. Cimenyan
233,02
Berdasarkan table diatas, penyimpangan yang tinggi terjadi adalah perubahan fungsi lahan
kawasan lindung menjadi kebun campur, dengan luas 34,16 Ha dan Hutan Konservasi sebesar 34,01
Ha. Dengan demikian perlunya dilakukan reklamasi hutan lindung.
Cibeunying
Ciburial
Cikadut
Cimenyan
Mandalamekar
Mekarluyu
-
Mekarmanik
Padasuka
Sindanglaya
Grand Total
2,91
36,09
34,16
Hutan Lindung
32,87
0,31
32,87
1,29
Hutan Lindung-Permukiman
0,31
0,67
Hutan Lindung-Sawah
0,95
0,95
Hutan Konservasi
40,84
40,84
34,01
34,01
Hutan Konservasi-Permukiman
1,83
1,83
Hutan Konservasi-Sawah
5,00
5,00
RTH
12,83
5,48
18,32
RTH-Permukiman
5,49
5,22
RTH-Sawah
12,83
12,83
Hutan Rakyat
0,89
2,47
3,36
Hutan Rakyat-Permukiman
0,53
2,47
2,99
Hutan Rakyat-Sawah
0,37
0,37
1,92
10,68
4,88
12,52
7,52
10,41
2,46
1,25
0,61
52,27
1,72
10,68
4,07
1,64
3,91
2,65
0,89
,25
0,61
27,42
0,20
0,82
10,88
3,61
7,76
1,57
24,09
0,53
2,23
7,36
1,70
2,98
5,51
20,31
0,53
2,23
7,36
1,70
2,98
5,51
19,10
0,98
Cibeunying
Ciburial
Cikadut
Cimenyan
Mandalamekar
Mekarluyu
Mekarmanik
Padasuka
Sindanglaya
Grand Total
23,47
9,48
13,45
1,70
0,68
5,77
4,08
58,62
9,46
10,11
0,28
5,40
4,08
29,34
4,31
9,48
2,98
1,70
0,40
0,37
19,22
9,70
0,36
10,06
2,45
124,31
14,36
34,53
13,38
20,78
16,67
1,25
5,29
299,80
TOTAL PENYIMPANGAN
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2013
Adapun gambar lokasi penyimpangan beserta rinciannya dapat dilihat pada Peta dibawah ini.
Gambar 4.2
Peta Penyimpangan Guna Lahan Aktual KBU Tahun 2011 terhadap RTRW Kabupaten Bandung
Desa
Luas KBU
Terhadap
PERGUB
Persentase
Penyimpangan
Keterangan
Penyimpangan
1.
Cibeunying
273,85
2.
Ciburial
821,97
461.89
56.2
Sedang
3.
Cikadut
402,66
66.05
16.4
Rendah
4.
Cimenyan
909,42
706.03
77.6
Tinggi
5.
Mandalamekar
207,20
161.38
77.9
Tinggi
6.
Mekarmanik
1.544,83
745.88
48.3
Sedang
7.
Mekarsaluyu
744,09
371.31
49.9
Sedang
8.
Padasuka
71,17
9.
Sindanglaya
135,69
34.20
25.2
5.110,89
2,546.74
351.5
TOTAL
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2013
Tidak Ada
Tidak Ada
Rendah
1,600.00
Luas KBU
1,400.00
1,200.00
1,000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
-
No
Arahan
Pemanfaatan
Ruang Pergub
Kode Warna
Penyimpangan
Lahan (Landuse
Aktual Tahun
2011)
Luas
Penyimpangan
Keterangan Lokasi
(Ha)
Kawasan Lindung
a. Hutan Lindung
1.
Belukar
76,39
Kebun Campur
40,36
Permukiman
0,42
Ds. Mekarmanik
Sawah
3,15
Ds. Mekarmanik
Tanah Kosong
0,32
Ds. Cimenyan
Tegal/Ladang
153,33
Belukar
b.
Hutan
Konservasi
4,12
Ds. Ciburial
40,30
Ds. Ciburial
Kolam
1,06
Ds. Ciburial
2,22
Ds. Ciburial
Kebun Campur
No
Kode Warna
Arahan
Pemanfaatan
Ruang Pergub
Penyimpangan
Lahan (Landuse
Aktual Tahun
2011)
Luas
Penyimpangan
Keterangan Lokasi
(Ha)
Permukiman
12,57
Sawah
27,02
Ds. Ciburial
Tegal/Ladang
3,14
Ds. Cimenyan
Industri
1,33
Belukar
89,29
Industri
1,58
Kawasan Budidaya
a.
b.
2.
c.
Permukiman
Budidaya
Pertanian
Lahan Basah
Budidaya
Pertanian
Lahan Kering
Perkebunan
TOTAL
Kebun Campur
83,36
Semua Desa
Lapangan Bola
0,29
Ds. Ciburial
Permukiman
159,76
Tanah Kosong
5,78
Tegal/Ladang
373,60
Belukar
1,64
Permukiman
5,54
Tegal/Ladang
63,34
Belukar
84,40
Industri
2,20
Kebun Campur
d.
Semua Desa
Perdagangan dan
Jasa
131,53
8,26
Permukiman
156,49
Semua Desa
Sawah
133,16
Kecuali Mandalamekar
Tanah Kosong
7,81
Tegal/Ladang
872,97
2.546,73
Penyimpangan yang terjadi di KBU berdasarkan arahan Pergub No. 21 Tahun 2009 terjadi
karena banyaknya permintaan akan tempat tinggal sehingga sebagian besar lahan yang diperuntukan
bagi kegiatan non-permukiman beralih fungsi menjadi permukiman. Dari empat jenis penyimpangan
guna lahan yang terjadi terhadap PERGUB KBU, penyimpangan terbesar adalah dari Hutan Lindung
tegal/lading sebesar 153,53 Ha, Budidaya Lahan Basah Permukiman sebesar 159,76 Ha, Lahan
Basah Tegal/Ladang sebesar 373,60 Ha, Perkebunan Kebun Campur sebesar 131, 53 Ha,
Perkebunan Permukiman 156,49 Ha, Perkebunan Sawah sebesar 133,16 Ha serta yang tertinggi
penyimpangannya adalah Perkebunan Tegal/Ladang sebesar 872,97 Ha.
Dari penyimpangan tersebut diatas, masih banyak lahan yang bias dikembalikan kepada
fungsi arahan pemanfaatan ruang, agar kembali memfungsikan kawasan KBU sebagai kawasan
konservasi terhadap kawasan lain/sekitarnya.
Ciburial
Cikadut
Cimenyan
30,32
63,67
2,75
30,32
10,04
Hutan Lindung-Permukiman
Hutan Lindung-Sawah
0,32
Hutan Lindung-Tegal/Ladang
50,57
86,61
3,82
4,12
40,30
Hutan Konservasi-Kolam
1,06
2,22
Hutan Konservasi-Permukiman
11,89
0,68
Hutan Konservasi-Sawah
27,02
3,14
Budidaya Permukiman
0,46
Budidaya Permukiman-Industri
0,46
Hutan Lindung
Hutan Lindung-Belukar
Hutan Lindung-Kebun Campur
Hutan Konservasi
Hutan Konservasi-Belukar
Hutan Konservasi-Kebun Campur
Hutan Konservasi-Tegal/Ladang
Mandalamekar
Mekarluyu
Mekarmanik
Sindanglaya
Total
179,98
273,97
73,64
76,39
40,36
0,42
0,42
3,15
3,15
0,32
102,76
153,33
90,44
4,12
40,30
1,06
2,22
12,57
27,02
3,14
0,27
0,60
1,33
0,27
0,60
1,33
Kawasan Budidaya
-
Ciburial
Cikadut
Cimenyan
133,58
18,84
125,79
7,59
1,61
7,50
0,62
55,63
5,35
3,50
0,29
67,90
15,10
0,90
1,54
11,88
98,78
2,37
48,00
0,25
2,12
1,22
46,77
205,85
47,20
464,75
2,71
Perkebunan-Belukar
23,14
14,46
Perkebunan-Industri
0,32
1,89
62,38
4,68
20,31
3,54
Perkebunan-Permukiman
26,33
15,73
52,04
Perkebunan-Sawah
90,14
0,67
8,63
Perkebunan-Kebun Campur
Perkebunan-Perdagangan dan Jasa
Mandalamekar
96,52
4,65
9,26
9,87
1,60
71,13
64,87
4,42
5,77
5,57
-
Mekarluyu
Mekarmanik
Sindanglaya
Total
159,13
173,54
6,28
713,67
20,50
44,97
2,47
89,29
0,96
1,58
0,54
8,79
0,28
83,36
0,29
34,95
29,71
2,23
159,76
3,28
5,78
98,90
90,08
1,29
373,60
20,15
70,52
1,40
1,64
2,19
5,54
16,57
63,34
209,91
372,20
27,32
1.392,11
2,00
17,62
17,17
7,58
84,40
2,20
19,12
13,30
5,99
131,53
3,54
18,14
37,09
1,60
156,49
0,89
31,70
1,12
133,16
4,72
Ciburial
Cikadut
Cimenyan
Perkebunan-Tanah Kosong
2,33
Perkebunan-Tegal/Ladang
26,13
365,10
459,19
66,04
706,03
TOTAL
Mandalamekar
0,43
48,68
161,39
Mekarluyu
Mekarmanik
Sindanglaya
Total
2,47
2,59
7,81
151,67
270,35
11,04
872,97
369,31
745,87
34,20
2.542,04
Dari data tersebut diatas, maka nilai tertinggi penyimpangan adalah pertanian lahan basah sebesar 713,67 Ha dan Hutan Lindung sebesar 273,97
Ha. Sedangkan penyimpangan terbesar berada di Desa Mekarmanik dengan luas sebesar 745,87 Ha atau sekitar 29,34 % dari total luas penyimpangan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar 4.4
Peta Penyimpangan Guna Lahan Aktual Tahun 2011 terhadap Pergub No. 21 Tahun 2009
Desa
KWT_Max (%)
KWT Aktual_2011
Cibeunying
273,85
61,08
20%
22,30
Ciburial
821,97
146,26
20%
17,79
Cikadut
402,66
123,03
20%
30,55
Cimenyan
909,42
103,78
20%
11,41
Mandalamekar
207,20
38,64
20%
18,65
Mekarluyu
744,09
176,06
20%
23,66
Mekarmanik
1544,83
80,39
20%
5,20
Padasuka
71,17
28,70
20%
40,32
Sindanglaya
135,69
30,59
20%
22,54
Sesuai dengan pasal 7 ayat 1 dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Jawa Barat No. 21
Tahun 2009 disebutkan bahwa desa/kelurahan dengan KWTa yang telah mencapai KWT
maksimal dilarang melakukan penambahan luas kawasan terbangun. Dengan semakin
intensifnya kegiatan pembangunan di Kecamatan Cimenyan, kondisi saat ini menjadi semakin kritis
dimana hal tersebut dapat dilihat dari nilai KWTa-nya, yaitu pada tabel diatas
Berdasarkan hasil penghitungan luas wilayah terbangun dengan menggunakan peta quickbird,
sebagian kecil desa/kelurahan yang terdapat di Kecamatan Cimenyan memiliki nilai KWTa yang
melampaui batas maksimal yang diperbolehkan, diantaranya adalah desa Cibeunying, Cikadut dan
desa Padasuka. Hal ini menunjukkan perkembangan kegiatan yang terjadi di dalamnya sangatlah
pesat. Pada umumnya setiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Cimenyan memiliki nilai KWT
maksimal antara 20%, yang artinya wilayah tersebut hanya boleh terbangun seluas 20% dari luas
wilayahnya, sisanya merupakan kawasan non-terbangun yang berfungsi sebagai daerah
konservasi/kawasan lindung. Namun pada kenyataannya, kebutuhan akan lahan yang terus
meningkat menyebabkan pembangunan yang terjadi di Kecamatan Cimenyan menjadi tidak
terkendali. Akibatnya banyak terjadi alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun, dimana luasnya
bisa mencapai 57% dari luas wilayah (desa/kelurahan). Berdasarkan tingkat penyimpangannya, dapat
diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu:
Tidak ada penyimpangan
Penyimpangan tinggi
: nilai KWTa >6 kali lebih besar dari nilai KWT Max.
Gambar 4.5
Peta Koefisien Wilayah Terbangun Aktual (KWTa) Per Desa/Kelurahan di KBU Tahun 20