Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

PUASA

Oleh :

KELOMPOK 13
JENISA NUSFITRA (153646)
EZI DESWITA
Dosen Pembimbing :

NURASIAH AHMAD

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


SYEKH BURHANUDDIN
PARIAMAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan Tugas Kelompok ini yang berjudul
Puasa.
Saya mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan sebagai penulis saya
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.
Pariaman,

Desember 2016
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I

LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan..........................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................

BAB II

PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Paengertian Puasa..................................................................
Dasar hukum puasa................................................................
Syarat-syarat puasa ...............................................................
Rukun-rukun Puasa...............................................................
Macam-macam puasa ...........................................................
Hal-hal yang membatalkan puasa..........................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Agama Islam adalah agama yang rahmatan-lilalamin, yang
mempunyai syariat yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya. Ajaran Islam
disyariatkan karena mengandung banyak hikmah bagi manusia. Semua
makhluk dan kejadian yang diciptakakan oleh Allah SWT pasti ada
hikmahnya, tidak ada perintah dan ciptaan Allah yang sia-sia. Demikian
pula halnya dengan urusan ibadah dan muamalah, baik yang diperintah
maupun yang dilarang-Nya, semuanya mengandung hikmah meskipun
mungkin diantara hikmah-hikmah tersebut belum dapat terungkap oleh
manusia. Salah satu ibadah mengandung banyak hikmah adalah ibadah
puasa.
Puasa dapat dikatakan sebagai ibadah yang istimewa dalam Islam.
Keistimewaan itu antara lain terletak pada adanya keterlibatan banyak aspek
dalam diri manusia selama menjalankan ibadah puasa, baik aspek yang
bersifat jasmaniah maupun aspek yang bersifat ruhaniah, aspek emosional
dan aspek spiritual. Hal ini dapat dilihat dari aturan-aturan dalam
melaksanakan ibadah puasa. Jika dilihat hikmah-hikmah yang terdapat
dalam pelaksanaan ibadah puasa tersebut sangat erat kaitannya dengan
dunia pendidikan. Pendidikan pada dasarnya usaha untuk mengembangkan
segala potensi dalam diri manusia, baik potensi jasmani maupun potensi
rohani.
Sebagaimana dikatakan Hasan Langgulung bahwa tujuan-tujuan
pendidikan agama harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari
agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi
psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilainilai yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna, dan
fungsi

sosial

yang

berkaitan

dengan

aturanaturan

sosial

yang

menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat dimana


masing-masing memiliki hak-hak dan tanggungjawab untuk menyusun

masyarakat yang harmonis dan seimbang.1 Tujuan ini sangat relevan jika
dikaitkan dengan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa dasar hukum puasa?
3. Apa syarat-syarat puasa?
4. Apa rukun-rukun puasa?
5. Apa macam-macam puasa?
6. Apa hal-hal yang membatalkan puasa?

1 Hasan Langgulung, BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM,


(Bandung: Al-Ma.arif, 1962), hlm : 45-46

BAB II
PEMBAHASAN
A. Paengertian Puasa
Puasa (Ash-Shawm) dalam pengertian bahasa adalah
menahan dan berhenti dari sesuatu, sedangkan dalam istilah
agama artinya adalah menahan dari makan, minum, dan
hubungan kelamin, mulai dari waktu fajar sampai Maghrib,
karena

mencari

Ridha

Allah

Dalil

Al-Quran

yang

mewajibkan puasa adalah firman Allah dalam surat AlBaqarah ayat 183.



Artinya :Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,2
B. Dasar hukum puasa
Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan
kepada tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa
puasa Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin,
umat Muhammad Saw., ialah:
a.

Firman Allah Swt., :




Artinya :Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,3
b.

Sabda Nabi Saw., :

2 Zakiah Daradjat, puasa meningkatkan kesehatan mental, (Jakarta: Ruhama,1993).


Hlm.11
3 Zakiah Daradjat, puasa meningkatkan kesehatan mental, (Jakarta: Ruhama,1993). Hlm.11









Artinya : Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada
Tuhan melainkan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
berpuasa Ramadhan dan naik haji ke Baitullah. (H.R Bukhari
dan Muslim dari Ibnu Umar).4
Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa
diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang
terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam
keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh
Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam
yang lima, karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim)
baik laki-laki maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan
nifas), berakal, baligh (dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan
sanggup berpuasa.
Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa
sekarang dalam rangka terapi pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman
namun mereka mendapat manfaat juga dari puasanya yaitu manfaat
jasmaniah.
Kecuali itu dala ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk
kesehatan. Walaupun orang ini berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan
ajaran Islam, namun mereka puasanya tanpa niat ibadah kepada Allah yaitu
dengan niat berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya,
maka puasanya adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat
jasmaniah, tetapi tidak mendapat manfaat rohaniah.5

4 Supiana dan Karman, MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2001) hlm: 84
5 Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri, ENSIKLOPEDI ISLAM AL-KAMIL,( Jakarta: Darus
Sunnah Press,2012), hlm : 823

C. Syarat-syarat puasa
Puasa itu di Fardlukan pada tahun kedua hari Hijrah. Rasulullah
wafat sesudah berpuasa Sembilan hari Ramadhan. Beliau membolehkan
bagi orang sakit dan bagi orang yang dalam perjalanan tidak berpuasa
dengan wajib mengqadlainya di waktu yang lain dan beliau membolehkan
wanita yang sedang mengandung dan yang sedang menyusui anak tidak
berpuasa, dengan memberi fidyah.
Di antara petunjuk Rasulullah ialah tidak memasuki puasa
Ramadhan melainkan dengan nyata-nyata telah melihat bulan, atau dengan
pensaksian seseorang yang adil, apabila tidak terlihat bulan dan tidak
ada

pensaksian

tentang

telah

ada

bulan,

beliau

menyempurnakan bulan Syaban 30 hari. Apabila dua saksi


mengakui melihat bulan sesudah keluar waktu hari raya,
beliaupun berhari raya dan mengerjakan sembayang hari
raya esok harinya. Beliau menyegerakan berbuka dan beliau
berbuka
beberapa

itu

sebelum

biji

kurma

bersembayang
basah,

kalau

maghrib
tidak

ada

dengan
dengan

beberapa biji kurma kering kalau tidak ada dengan beberapa


teguk air.
Beliau kadang-kadang berpuasa di dalam safarnya dan
terkadang-kadang berbuka. Dan beliau menyuruh para
sahabat berbuka apabila mereka telah dekat kepada musuh.
Dan

beliau

tidak

menjangkakan

Masafah

Safar

dalam

membolehkan berbuka itu. Segala yang tersebut dalam


kitab-kitab Fiqh tentang batas Safar yang membolehkan
berbuka dan Qashar sembahyang, adalah dari Ijtihad para
Fuqaha. Penduduk Mekkah bersembahyang safar, yakni
qashar dan jama di Arafah beserta Nabi, pada hal jaraknya
Arafah dari Makkah, tidak sejarak jangka batas yang
diberikan oleh mereka. Para sahabat membuka puasanya
dengan

memulai

Safar,

tidak

menunggu

lewat

perkampungan . mereka mengkhabarkan bahwa demikian


sunnah Nabi.
Pernah Nabi memasuki waktu shubuh dalam keadaan
berjunub.

Maka

sebagaimana

beliaupun

pernah

beliau

mandi
mencium

dan

berpuasa,

isterinya

dalam

keadaan berpuasa.6

D. Rukun-rukun Puasa
Ada

dua

rukun

puasa,

yang

masing-masingnya

merupakan unsure terpenting dari hakikatnya yaitu:


a. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa,
semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari.










Artinya: .Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah
apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan
makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam (QS.Al-Baqarah:187)
Yang dimaksud dengan benang putih dan benang
hitam ialah terangnya siang dan gelapnya malam.
b. Niat
6 Hasbi Ash-Shiddieqy,Kuliah Ibadah,(Jakarta:Bulan Bintang,1952).hlm.202-204

Berniat itu hendaknya sebelum fajar, pada setiap


malam bulan Ramadhan. Berdasarkan hadist Hafsah,
katanya : telah bersabda Rasulullah SAW,
Barang siapa yang tidak membulatkan niatnya buat
berpuasa sebelum Fajar, maka tidak sah puasanya.
(diriwayatkan oleh Ahmad dan Ash-Habus Sunan, dan
dinyatakan sah oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu HIbban).
Dan niat itu sah pada salah satu saat dimalam
hari, dan tidak disyariatkan mengucapkannya, karena itu
merupakan pekerjaan hati, tak ada sangkut-pautnya
dengan lisan. Hakikatnya niat adalah menyengaja suatu
perbuatan demi mentaati perintah Allah Taala dalam
mengharapkan keridhaaNya.7
E. Macam-macam puasa
a. Puasa Fardhu
Puasa Fardhu adalah puasa rukun islam yang wajib
dikerjakan oleh setiap muslim yang mukallaf selama satu
bulan penuh (bulan Ramadhan) setiap Tahunnya. Adapun
dasar hukumnya:



Artinya:Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(QS.Al-Baqarah: 183)

7 Sayid Sabiq,Fiqh Sunnah 3,(Bandung:Almaarif,1985).hlm.173-175

Artinya: ........ maka barangsiapa di antara kamu melihat


bulan (Ramadhan) , Maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu...... (QS.Al-Baqarah: 185)
b. Puasa Qadha Ramadhan
Puasa qadha ramadhan ialah puasa yang dlakukan
untuk membayar puasa Ramadhan yang tertinggal oleh
sebab terlupanya niat di waktu malam hari, atau
dibatalkannya karena ada halangan (udzur syari), atau
sengaja dibatalkannya tanpa alasan yang dapat diterima
secara syarI (agama).
Halangan (udzur syari), misalnya sakit, musafir
atau bekerja berat seperti di tambang batu bara dan
sebagainya. Pembatalan puaa tanpa alasan yang dapat
diterima oleh agama disebut pembatalan tanpa udzur.
Dasar hukumnya puasa Qadha:

Artinya: dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan


(lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain. (QS.Al-Baqarah: 185)
c. Puasa Nadzar (kaulan)
Puasa

Nadzar

(kaulan)

adalah

puasa

yang

diwajibkan orang kepada dirinya sendiri dengan cara


bernadzar

(kaul)

kepada

Allah

swt.

Maka

yang

bersangkuatan harus berpuasa sesuai nadzarnya, baik


cara maupun jumlahnya. Adapun dasar
.......... qq9ur......... NdurR#)

Artinya: .dan hendaklah mereka menepati nadzarnya


(QS. Al Hajj:29)
d. Puasa Kaffarah
Puasa Kaffarah ialah puasa penghapusan dosa
karena melakukan pelanggaran berat yang seharusnya
tidak di lakukannya. Pelanggaran berat yang dimaksud
ialah:
1) Sengaja membatalkan puasanya dibulan ramadhan
dengan melakukan hubungan badan (jima)
2) Melakukan beberapa pelanggaran ketika

masih

dalam keadaan ihram, padahal ia tidak mampu


menyembelih dam (hewan)
3) Membunuh orang tidak sengaja.
4) Terkena
sumpahnya
sendiri

dengan

sebab

melanggarinya.
5) Melakukan zhihar.
e. Puasa tathawwu (sunnat)
Puasa tathawwu atau sunnat ialah puasa-puasa
yang tidak termasuk ke dalam klompok puasa yang
tersebut diatas. Diantara puasa tathawwu yaitu:
a) Puasa enam bulan syawal, sabda Nabi:
barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti
dengan enam hari dari buan syawal, maka seolaholah ia telah berpuasa setahun. (HR. Jamaah)
b) Puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah, yaitu dari
tanggal 1 sampai tanggal 10 dzulhijjah (hari idul
adhah). Akan tetapi pada hari ksepuluh, puasanya
hanya sampai dengan selesai shalat id saja.
c) Puasa
Asyura
(10
muharram)
dan

Tasua

(9muharram)
d) Puasa senin dan kamis,
e) Puasa hari-hari putih (tanggal 13,14,15) setiap
bulan.
Sabda Rasulullah SAW:

Artinya: barang siapa berpuasa tiga hari dalam sebulan,


maka sesungguhnya ia telah berpuasa satu tahun.
(HR. Ahmad dan Tarmidzi)8
f. Puasa bulan Rajab dan sya,ban
Kata

Aisyab,

saya

melihat

Rasulullah

SAW

menyempurnakan puasa satu bulan penuh selan dalam


bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau dalm
bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak dari bulan
syaban (riwayat Bukhari dan Muslim)

g. Puasa Makruh
Dalam hal ini ada beberapa pendapat para ulama. Para
ulama sepakat tentang hari-hari makruh melakukan
puasa, diantaranya puasa pada ari jumat saja atau hari
sabtu

saja,

sehari

atau

dua

hari

sebelum

bulan

ramadhan.

h. Puasa haram
Yang terlarang berpuasa pada hari tertentu adalah pada
kedua hari raya (idul fitri dan idul adha) dan pada hari
tasyrik, yaitu tiga hari sesudah hari raya Adha (tanggal
11-13) bulan zulhijjah.10
F. Hal-hal yang membatalkan puasa
1. Membatalkan niat untuk berpuasa
Apabila seseorang membatalkan niatnya untuk
berpuasa, puasanya menjadi batal, karena niat adalah
salah satu rukun puasa.
2. Makan dan minum dengan sengaja
8 Tgk.H.Z.A.Syihab,Tuntunan Puasa Praktis, (Jakarta:Bumi Aksara,1995). Hlm.12-21
9 Sulaiman Rasyid, fiqh Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensido,1994). Hlm.242
10 Zakiah Daradjat, puasa meningkatkan kesehatan mental, Op,Cit .Hlm.58-59

Seserang yang sengaja merusak puasanya dengan


makan atau minum dengan sengaja maka sebagian
ulama mewajibkan ia mengqdlakan puasanya.11
3. Sengaja memasukan sesuatu benda kedalam rongga
terbuka, meskipun benda itu sekecil apa pun. Rongga
terbuka seperti mulut, hidung, telinga dan kemaluan
4. Keluar sesuatu dari perut, sepeeti muntah walapun
sedikit

dengan

cara

di

sengaja.

Tetapi

jika

tidak

disengaja, maka puasanya tidak batal.


5. Bercampur (jima)
6. Keluar mani, apabila ada unsure kesengajaan. Adapun keluar mani
sebab mimpi, maka hukumnya tidak batal. 12

Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima (bercampur) pada
siang hari di bulan Ramadhan; Orang yang berjima (melakukan hubungan
kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal. Selain itu ia wajib
membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Saw. :




). . : . : :
.(
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah
bercampur dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan,
lalu ia minta fatwa kepada Nabi Saw. : Adakah engkau
11 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy.Op.Cit. hlm.121-122
12 Tgk.H.Z.A.Syihab,Tuntunan Puasa Praktis,Op.Cit. hlm.33-34

mempunyai budak ?. (dimerdekakan). Ia menjwab : Tidak. Nabi


berkata lagi : Kuatkah engkau puasa dua bulan berturutturut ?. Ia menjawab : Tidak. Sabda Nabi lagi : Kalau engkau
tidak berpuasa, maka berilah makan orang-orang miskin
sebanyak enam puluh orang. (HR.Muslim).13

13 Ibid., h. 330.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang
dapat disarikan dalam tema singkat tentang As-Sunnah ini:
1. Puasa (Ash-Shawm) adalah menahan dari makan,
minum, dan hubungan kelamin, mulai dari waktu fajar
sampai Maghrib, karena mencari Ridha Allah . Puasa
(Ash-Shawm)

dalam

pengertian

bahasa

adalah

menahan dan berhenti dari sesuatu, sedangkan dalam


istilah agama artinya adalah menahan dari makan,
minum, dan hubungan kelamin, mulai dari waktu fajar
sampai Maghrib, karena mencari Ridha Allah .
2. Macam-macam puasa ada puasa fardlu, Puasa Qadha
Ramadhan, Puasa Nadzar (kaulan), Puasa Kaffarah,
Puasa

tathawwu

(sunnat),

Puasa

Makruh,

Puasa

haram.
3. Rukun puasa ada dua yaitu Menahan diri dari segala
yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar hingga
terbenam matahari dan niat.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Punulis menyadari
dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh
dari kesan sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang

kontruktif

sangat

penulis

harapkan

demi

kesempurnaan makalah saya selanjutnya. Akhirnya semoga


makalah

ini

bisa

membcanya. Amien.

bermanfaat

bagi

siapa

saja

yang

DAFTAR PUSTAKA
Daradjat,Zakiah, 1993, puasa meningkatkan kesehatan mental, Jakarta: Ruhama,
Ash-Shiddieqy,Hasbi, 1952,Kuliah Ibadah,Jakarta:Bulan Bintang.
H.Z.A.Syihab,Tgk.1995,Tuntunan Puasa Praktis, Jakarta:Bumi Aksara,
Rasyid, Sulaiman, 1994,fiqh Islam, Bandung:Sinar Baru Algensido.
Sabiq,Sayid, 1985,Fiqh Sunnah 3,Bandung:Almaarif.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, pedoman puasa,semarang:Pustaka
Riski Putra
Hasan Langgulung, BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM,
(Bandung: AlAchmad Suyuti, NUANSA RAMADHAN, (Jakarta : Pustaka Imani, 1996), hlm : 72
Edy A. Effendi, RIBUAN HIKMAH PUASA,(Jakarta: Puspa Swara, 1997), hlm: 40
Achmad Suyuti, NUANSA RAMADHAN, (Jakarta: Pustaka Amani, 1996) hlm : 92
Wahjoetomo, PUASA DAN KESEHATAN, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997)
hlm: 5
Wahjoetomo, PUASA DAN KESEHATAN, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
hlm: 4

Anda mungkin juga menyukai