Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan organ manusia yang paling peka. oleh karena itu,
sediaan obat mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif
dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri dan tidak merangsang) dan
steril. Obat tetes mata adalah obat tetes steril, umumnya isotonis dan
isohidris. Penggunaannya dengan cara meneteskannya kedalam lekuk mata
atau ke permukaan selaput bening mata.
Salah satu contoh penyakit pada mata adalah Blefaritis. Blefaritis
adalah peradagan pada kelopak mata. Penyakoit ini menyerang kulit di
kelopak mata, dan biasanya mengenai kolopak mata dimana tempat
tumbuhnya bulu mata. Biasanya, Blefaritis terjadi ketika kelenjar minyak ini
terganggu, akan terjadi pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya,
menyebabkan

peradangan

pada

kelopak

mata.

Blefaritis

seringkali

merupakan kondisi yang sudah berlangsung lama dan sukar disembuhkan.


Walaupun menyebabkan ketidaknyamanan, blefaritis tidak menyebabkan
kerusskan permanen pada mata. Blefaritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Blefaritis anterior : blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,
tempat dimana bulu mata tertanam.
2. Blefaritis posterior : blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,
bagian yang kontak langsung dengan bola mata.
Gejala umum yang terjadi pada blefaritis adalah iritasi mata, rasa panas
di mata, keluar air mata yang berlebihan, terasa adanya benda asing dalam
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

mata, mata merah, kelopak mata gatal, merah dan bengkak, bulu mata rontok
atau tumbuh tidak kearah yang seharusnya. Kelopak mata dapat kotor dan
terdapat kotoran mata. Kotoran ini dapat menyebabkan kelopak mata lengket
dan menempel pada malam hari terkadang hanya terdapat sisa- sisa air mata
yang mengering yang terasa seperti butiran pasir yag lembut.
Penyebab dari penyakit blefaritis adalah infeksi bakteri staphylococcus
blepharitis atau ketombe di kepala dan alis mata. Walaupun jarang dapat juga
disebabkan karena alergi. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena
produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk
tumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit seperti jerawat
dan ketombe.
Cara penanganan penyakit blefariitis adalah menggunakan salep mata
Erlamycetin. Erlamycetin salep mata mengandung 1 mg chloramphenikol
base dalam basis salep mata yang sesuai. Cara penggunaannya adalah aleskan
pada mata yang sakit 3-4 x sehari selama 10 sampai 15 menit. Cara kerja
obat, kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas, bersifat bakteriostatika
terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerja sebagai
bakterisida, dan oleh karena itu salep mata ERLAMY CETIN sangat ideal
bagi pengobatan infeksi mata. Chloramfenikolk base menghambat sintesa
protein dengan protein dengan cara mengganggu transfer asam amino yang
diaktifkan yang terbukti pada bakteria.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

Keunggulan tetes mata secara umum larutan berair seperti tetes mata
lebih stabil dari pada salep, serta tidak mengganggu penglihatan saat
digunakan. Meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi
lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air.
Zat aktif tetes mata khloramfenikol yang digunakan untuk pembuatan
tetes mata, yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan
infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tetes mata.
2. Untuk mengetahui khasiat dan penggunaan kloramfenikol.
3. Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril, khususnya sediaan tetes
mata kloramfenikol.
.
.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat mata (optalmika) adalah tetes mata (Oculoguttae), salep mata
(Oculenta), pencuci mata (Colyria) dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus
(lamela dan penyemprot mata) serta inserte sebagai bentuk depo yang ditentukan
untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. obat mata digunakan sebagai efek
diagnosis dan terpetik lokal (Stefanus Lukas, 2011).
Menurut Farmakope Indonsia Edisi III, 1979 hal. 10 Tetes mata (Guttae
Opthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk
mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata diekitar kelopak mata
dan bola mata. Tetes mata berair umunya dibuat menggunakan caian pembawa
berair yang mengandung zat pengawet. terutama fenilrasksa (II) nitrat atau
fenilrasksa (II) asetat 0,002% b/v, Benzalkonium Klorida 0,01% b/v atau
Klorheksidima asetat 0,01% b/v, yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran
zat pengawet terhadap obat yang terkandung didalamnya selama waktu tetes mata
itu memungkinkan untuk digunakan. Benzolkonim klorida tidak cocok digunakan
sebagai zat pengawet untuk tetes mata yang mengandung anastetikum lokal. tetes
mata yang berupa larutan harus jernih, bebas zat asing, serat dan benang.
Menurut Farmakope Indonsia Edisi IV, 1995 pembuatan larutan mata (larutan
optalmik) memerlukan perhatian khusus seperti pada larutan hidung dan telinga,
dalam hal :

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

a.
b.
c.
d.
e.
f.

DIPLOMA - III

Toksisitas bahan obat


Nilai isotonisitas
Kebutuhan bahan dapar
Kebutuhan bahan pengawet
Sterilitas
Kemasan yang tepat
Pada pembuatan obat mata pelarut air, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pembuatan tersebut (Stefanus Lukas, 2006) :


1.

Steril
Farmakope modern mensyaratkan sterilisasi kuman bagi optalmika
(angka kuman harus = 0). Pembutan tetes mata pada dasarnyadilakukan pada

2.

kondisi kerja aseptik.


Kejernihan
Persyaratan larutan bebas partikel bertujuan untuk menghindari
rangsangan akibat bahan padat. Filtrasi dengan kertas saringatau kain wol
tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel melayang. Oleh karena itu,

3.

sebagai material penyaring kita menggunakan leburan gelas.


Bahan pengawet (antimicrobial preservative)
Bahan pengawet yang digunakan adalah thiomersal 0,002%, garam
fenil merkuri 0,002%, garam alkonium dan garam benzalkonium 0,002%0,01% dalam kombinasinya dengan natrium edetat 0,1% khorheksidin 0,0050,001%, klorbutanol 0,5% dan benzilalkohol 0,5-1%.

4.

Tonisitas
Karena kandungan elektrolid dan koloid didalamnya, cairan air mata
memiliki tekanan osmotik yang nilainya sama dengan darah dan cairan
jaringan. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis.
Larutan yang digunakan pada mata luka atau yang telah dioperasi
menggunakan larutan isotonis.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

5.

DIPLOMA - III

Stabilitas (pendaparan, viskositas, dan aktivitas permukaan)


a. Pendapar
Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. pada tetesan biasa,
larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7.
Namun, daerah pH 5,5-11,4 masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat
berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun kita sangat sulit
merealisasikannya.
b. Viskositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan
keluar dari saluran konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun,
melalui peningkatan viskositas tetes mata dapat mencapai distribusi
bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih
panjang.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

1. Larutan pembawa yang digunakan dalam obat tetes mata (Syamsuni, 2006)
a. Pembawa asam borat
Dibuat dengan cara melarutkan 1,9 gram asam borat dalam air
secukupnya sampai 100 mL. pembawa ini bersifat isotonis terhadap
mata dan mempunya pH sedikit di bawah 5.
b. Pembawa asam borat khusus
Dibuat dengan cara melarutkan 100 mg Na-sulfit anhidrat dalam
pembawa asam borat secukupnya sampai 100 mL. Larutan pembawa
ini cocok untuk melarutkan zat-zat yang mudah teroksidasi, misalnya
epinefrin, fisostigmin.
c. Pembawa fosfat isotonik
dibuat dengan cara mencampurkan larutan Na-hidrogen fosfat anhidrat
0,8% b/v, larutan Na-fosfat anhidrat 0,947% b/v, dan Na-klorida
secukupnya sampai didapatkan larutan yang isotonik. Pembawa ini
bersifat dapar, yang dengan mengatur perbandingan volume larutan
Na-hidrogen fosfat , akan didapat pH larutan yang diinginkan.
2. Cara pembuatan obat tetes mata (Anonim, 1979)
1. Obat dilarutkan kedalama cairan pembawa yang mengandung salah
satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain ynag cocok dan
larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan kedalam wadah,
tutup wadah dan sterilkan dengan cara sterilisasi A yang tertera pada
injectiones.
2. Obat dilarutkan kedalama cairan pembawa berair yang mengandung
salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain ynag cocok dan
larutan disterilikan dengan cara disterilisasikan C yang tertera pada
injectiones, masukkan kedalam wadah secara aseptik dan tutup rapat.
3. Obat dilarutkan kedalama cairan pembawa berair yang mengandung
salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain ynag cocok dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan kedalam wadah,


tutup rapat, disterilkan dengan cara sterilisasi B yang tertera pada
injectiones.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

BAB III
FORMULA
A. Master Formula
1. Kloramfenikol

2.

R/ Kloramfenikol

0,5 %

Metil Paraben

0,1%

Propil paraben

0,1%

Methylcellulose

0,5%

Kloramfenikol
A.P.I

ad

R/ Kloramfenikol

10 mL

0,5 %

Nipagin

0,1%

Nipasol

0,1%

Methylcellulose

0,75%

A.P.I

10 mL

ad

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

3.

Kloramfenikol

R/ Kloramfenikol

0,5 %

Metil paraben

0,1%

Propil paraben

0,1%

Methylcellulose

1%

A.P.I

10 mL

ad

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

B. Kelengkapan Formula
1. Kloramfenikol

Dr. ika
SIP. 879/IDI/2014
Jln. Asrama haji No.10 Kendari
Telp.040123455
No. 1

Tgl: 20-11-2016

R/ Kloramfenikol

0,5 %

Nipagin

0,1%

Nipasol

0,1%

Methylcellulose

0,5%

A.P.I

10 mL

Pro

ad

: Ani

Umur : 22 Tahun
Alamat : Jln. Sorumba

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

2. Kloramfenikol
Dr. ika
SIP. 879/IDI/2014
Jln. Asrama haji No.10 Kendari
Telp.040123455
No. 1

Tgl: 20-11-2016

R/ Kloramfenikol

0,5 %

Nipagin

0,1%

Nipasol

0,1%

Methylcellulose

0,75%

A.P.I

10 mL

Pro

ad

: Andika

Umur : 22 Tahun
Alamat : Jln. wua-wua

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

3. Kloramfenikol
Dr. ika
SIP. 879/IDI/2014
Jln. Asrama haji No.10 Kendari
Telp.040123455
No. 1

Tgl: 20-11-2016

R/ Kloramfenikol

0,5 %

Metil paraben

0,1%

Propil paraben

0,1%

Methylcellulose

1%

A.P.I

10 mL

Pro

ad

: Ana

Umur : 22 Tahun
Alamat : Jln. Sorumba

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

Ket :
R/

(Recipe)

: Ambillah

da

(da)

: berikanlah

Pro

(Pronum)

: Untuk

S.U.C

(signa usus cognitus)

: tandai pemakaian diketahui

m.f

(misce fac)

: campur, buat

ad

(add)

: sampai

A.P.I

(Aqua Pro Injection)

: Air untuk injeksi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

C. Alasan Penggunaan Bahan


a. Alasan Pemilihan Bahan
1) Kloramfenikol
Karena kloramfenikol merupakan zat aktif yang digunakan
dalam pembuatan obat salep mata yakni berkhasiat sebagai
antibiotikum (zat-zat yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme) tetapi dalam pembuatannya, zat ini
tidak boleh terlalu banyak karena efeknya sangat fatal yakni terjadi
infeksi.

Secara

spesifik,

kloramfenikol

brfungsi

sebagai

bakteriostatik atau bakteriosid (Rahardja, 2007).


b. Alasan penggunaan bahan tambahan
1) Nipagin/metil paraben
Digunakan sebagai zat tambahan yang berguna sebagai
bahan pengawet (Pharmaceutical Eksipien, hal. 442).
2) Nipasol/propil paraben.
Digunakan sebagai zat tambahan yang berguna sebagai
bahan pengawet (Pharmaceutical Eksipien, hal. 596).
3) Methylcellulosa
Karena merupakan bahan pengental atau

viskositas

(Pharmaceutical Eksipien, hal. 438).


4) A.P.I
API di gunakan karena pelarut yang paling sering digunakan
pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran adalah air untuk
suntik (water for injection VSP) (Ansel, 1989 : 406)
Steril water for injection ( air steril untuk injeksi ) adalah air
untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai
tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya
( Stefanus Lukas, 2006 : 53 ).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

D. Uraian Bahan
1. Kloramfenikol (FI edisi IV halaman 189 ; FI III hal 143)
Nama resmi
: CHLORAMPHENICOLUM
Sinonim
: Kloramfenikol
Rumus molekul : C11H12Cl2N2O5.
BM
: 323,13
Suhu Lebur
: Antara 1490 dan 1530 C.
pH Larutan
: Antara 4,5 dan 7,5
Stabilitas
: Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui
paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas
baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu
25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3
tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa.
Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan
hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam
basis minyak dalam air, basis adeps lanae.
Pemerian

(Martindale edisi 30 hal 142).


: Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih

Kelarutan

kekuningan
: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etenol,

dalam propilena glikol.


Penyimpanan
: Wadah tertutup rapat
K/P
: Antibiotikum
2. Metil Paraben (FI Edisi III hal. 378)
Nama resmi: METHYLIS PARABENUM
Sinonim
: Metil Paraben, Nipagin M
Rumus molekul
: C8H8O3
BM
: 152,15
Pemerian
: Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak
bebau; tidak mempunyai rasa, kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

Kelarutan

DIPLOMA - III

: larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian


air mendidih, dalam 3,5 bagian (95%) P
dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut
dalam eter P dan dalam larutan alkali
hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol
P panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas, jiks didinginkan

larutan tetap jernih.


Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik.
K/P
: Zat tambahan, Zat pengawet.
3. Propil Paraben (FI Edisi III hal. 535)
Nama resmi
: PROPYLIS PARABENUM
Sinonim
: Propil paraben, Nipasol
Rumus molekul
: C10H12O3
BM
: 180,21
Pemerian
: Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak rasa.
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5
bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian
aseton P; dalam 140 bagian gliserol P dan
dalam 40 bagian minyak lemak,mudah larut
Penyimpanan
K/P

dalam larutan alkali hidroksida.


: Dalam wadah tertutup baik.
: Zat pengawet.

4. Methylcellulosa (FI Edisi IV Hal. 544)


Nama resmi
: METHYLCELLULOSUM
Sinonim
: Metilselulosa
Pemerian
: Serbuk berserat atau granul, berwarna putih.
Suspensi dalam air bereaksi netral terhadap
lakmus P; mengembang dalam air dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

membentuk suspensi yang jernih hingga


Kelarutan

opalese, kental, oloidal.


: Tidak larut dalam etanol, dalam eter dan
dalam kloroform; larut dalam asam asetat
glasial dan dalam campuran volume sama

Penyimpanan

etanol dan kloroform.


: Dalam wadah terttup baik.

5. A.P.I (FI Edisi III hal. 97)


Nama Resmi
: AQUA PRO INJEKSI
Sinonim
: Air untuk injeksi
Pemerian
: Keasaman-kebasaan, ammonium, besi, tembaga
timbal,

kalsium,

klorida,

nitrat,

sulfat,

zat

teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada


Penyimpanan

aqua destillata.
: Dalam wadah tertutup kedap, jika dalam wadah
tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam

K/P

waktu 3 hari setelah pembuatan.


: Sebagai pelarut untuk injeksi.

BAB IV
METODE KERJA
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

A.

Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
1. Autoklaf
2. Aluminium foil
3. Batang pengaduk
4. Botol kaca infus 100 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Gelas ukur 100 mL
7. Kapas
8. Kertas perkamen
9. Labu ukur 100 mL dan 500 mL
10. Natrium karbonat
11. Spoit 1 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc
12. Sendok tanduk
13. Tali godam
14. Timbangan digital

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

b. Bahan yang digunakan


1. A.P.I
2. Kloramfenikol
3. Methylcellulosa
4. Nipagin/metil paraben
5. Nipasol/propil paraben

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

B. Perhitungan
a. Perhitungan bahan
1. Kloramfenikol 1
a) Kloramfenikol 0,5%
Kloramfenikol

0,5
100

x 10

= 0,05 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,05
= 0,005 gram
Ditimbang
= 0,05 + 0,005
= 0,055 gram
b) Metil paraben 0,1%
0,1
Nipagin
= 100 x 10
= 0,01 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,01
= 0,001 gram
= 0,01 + 0,001
= 0,011 gram
c) Propil paraben 0,1%
0,1
Nipasol
= 100 x 10
Ditimbang

= 0,01 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,01
= 0,001 gram
Ditimbang
= 0,01 + 0,001
= 0,011 gram
d) Methylcellulosa 0,5%
0,5
Parafin Cair
= 100 x 10
= 0,05 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,05
Ditimbang

= 0,005 gram
= 0,05 + 0,005
= 0,055 gram

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

e) A.P.I

= 10
= 10

DIPLOMA - III

(0,055 + 0,011 + 0,011 + 0,055)


0,132

= 9,868 mL

2. Kloramfenikol 2
a) Kloramfenikol 0,5%
Kloramfenikol

0,5
100

x 10

= 0,05 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,05
Ditimbang

= 0,005 gram
= 0,05 + 0,005
= 0,055 gram

b) Metil paraben 0,1%


Nipagin

0,1
100

x 10

= 0,01 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,01
= 0,001 gram
= 0,01 + 0,001
= 0,011 gram
c) Propil paraben 0,1%
0,1
Nipasol
= 100 x 10
Ditimbang

= 0,01 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,01

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

= 0,001 gram
= 0,01 + 0,001
= 0,011 gram
d) Methylcellulosa 0,75%
0,75
Parafin Cair
= 100 x 10
Ditimbang

= 0,075 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,075
Ditimbang

e) A.P.I

= 0,0075 gram
= 0,075 + 0,0075
= 0,0825 gram
= 10
= 10

(0,055 + 0,011 + 0,011 + 0,0825)

0,1595
= 9,8405 mL

3. Kloramfenikol 3
a) Kloramfenikol 0,5%
Kloramfenikol

0,5
100

x 10

= 0,05 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,05
= 0,005 gram
= 0,05 + 0,005
= 0,055 gram
b) Metil paraben 0,1%
0,1
Nipagin
= 100 x 10
Ditimbang

= 0,01 gram
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

Dilebihkan 10 % =

10
100

DIPLOMA - III

x 0,01

= 0,001 gram
= 0,01 + 0,001
= 0,011 gram
c) Propil paraben 0,1%
0,1
Nipasol
= 100 x 10
Ditimbang

= 0,01 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,01
= 0,001 gram
= 0,01 + 0,001
= 0,011 gram
d) Methylcellulosa 1%
1
Parafin Cair
= 100 x 10
Ditimbang

= 0,1 gram
10
Dilebihkan 10 % = 100 x 0,1
Ditimbang
e) A.P.I

= 0,01 gram
= 0,1 + 0,01
= 0,11 gram
= 10 (0,055 + 0,011 + 0,011 + 0,11)
= 10 0,132
= 9,813 mL

C. Cara kerja
1. Kloramfenikol I
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

1.
2.
3.

4.

DIPLOMA - III

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


Disterilisasikan alat yang akan digunakan.
Ditimbang bahan masing-masing :
a. Kloramfenikol 0,055 gram
b. Nipagin 0,011 gram
c. Nipasol 0,011gram
d. Methylcellulosa 0,055 gram
e. A.P.I 9,868 mL
Dilarutkan nipagin kedalam gelas kimia dengan A.P.I diaduk hingga
larut kemudian ditambahkan kloramfenikol diaduk hingga homogen

5.

(campuran I).
Dilarutkan Nipasol dengan A.P.I kedalam gelas kimia lain, kemudian

6.

ditambahkan Methylcellulosa diaduk hingga homogen (campuran II).


Dimasukkan campuran II kedalam campuran I diaduk hingga

7.

homogen.
Dimasukkan kedalam gelas ukur dan dicukupkan volumenya dengan

A.P.I hingga 10 mL.


8. Dimasukkan wadah tetes mata.
9. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
10. Dikeluarkan dan di beri etiket, kemasan dan brosur.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

2. Kloramfenikol 2
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Disterilisasikan alat yang akan digunakan.
3. Ditimbang bahan masing-masing :
a. Kloramfenikol 0,055 gram
b. Nipagin 0,011 gram
c. Nipasol 0,011gram
d. Methylcellulosa 0,0825 gram
e. A.P.I 9,8405 mL
4. Dilarutkan nipagin kedalam gelas kimia dengan A.P.I diaduk hingga
larut kemudian ditambahkan kloramfenikol diaduk hingga homogen
(campuran I).
5. Dilarutkan Nipasol dengan A.P.I kedalam gelas kimia lain,
kemudian ditambahkan Methylcellulosa diaduk hingga homogen
(campuran II).
6. Dimasukkan campuran II kedalam campuran I diaduk hingga
homogen.
7. Dimasukkan kedalam gelas ukur dan dicukupkan volumenya dengan
A.P.I hingga 10 mL.
8. Dimasukkan wadah tetes mata.
9. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
10. Dikeluarkan dan di beri etiket, kemasan dan brosur.

3. Kloramfenikol 3
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Disterilisasikan alat yang akan digunakan.
3. Ditimbang bahan masing-masing :
a. Kloramfenikol 0,055 gram
b. Nipagin 0,011 gram
c. Nipasol 0,011gram
d. Methylcellulosa 0,11 gram
e. A.P.I 9,813 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

4. Dilarutkan nipagin kedalam gelas kimia dengan A.P.I diaduk hingga


larut kemudian ditambahkan kloramfenikol diaduk hingga homogen
(campuran I).
5. Dilarutkan Nipasol dengan A.P.I kedalam gelas kimia lain,
kemudian ditambahkan Methylcellulosa diaduk hingga homogen
(campuran II).
6. Dimasukkan campuran II kedalam campuran I diaduk hingga
homogen.
7. Dimasukkan kedalam gelas ukur dan dicukupkan volumenya dengan
A.P.I hingga 10 mL.
8. Dimasukkan wadah tetes mata.
9. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
10. Dikeluarkan dan di beri etiket, kemasan dan brosur.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB V
HASIL PENGAMATAN
EVALUASI SEDIAAN
KELOMPOK

VI

pH

Kejernihan

Jernih

BAB VI
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah membuat sediaan obat tetes
mata. Seperti yang telah kita ketahui sediaan tetes mata (Guttae Opthalmicae)
adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan
cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola
mata. Agar obat tetes mata tidak pedih dimata saat digunakan maka harus dibuat
isotonis.
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah kloramfenikol, sebagai zat
aktif yang berkhasiat sebagai (zat-zat yang digunakan untuk menghambat atau

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

membunuh mikroorganisme) tetapi dalam pembuatan zat ini tidak boleh terlalu
banyak karena efeknya sangat fatal yaitu terjadi iritasi. Sedangkan zat tambahan
yang digunakan adalah Nipagin/metil paraben dan Nipasol/propil paraben yang
digunakan sebagai pengawet, methylcellulosa yang berfungsi sebagai bahan
pengental atau viskositas, dan A.P.I yang berfungsi sebagai pelarut.
Sebelum membuat sediaan tetes mata semua alat yang akan digunakan
dalam pembuatan tetes mata harus disterilisasi terlebih dahulu pada autoklaf
dengan suhu 1210C selama 15 menit, hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir
dan mencegah adanya mikroorganisme yang masuk kedalam larutan dan untuk
memastikan bahwa alat yang digunakan bebas dari mikroba.
Pada sediaan salep mata pengujian yang dilakukan adalah uji pH dan uji
kejernihan, uji tersebut dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pH sediaan dan
kejernihan larutan agar bebas partikel asing. Pada praktikum yang telah dilakukan
yaitu pembuatan sediaan tetes mata dengan konsentrasi 1% diperoleh pH sediaan
tetes mata 6 dan keadaan larutan sediaan yang jernih.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Tetes mata (Guttae Opthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata diekitar kelopak mata dan bola mata.
2. Kloramfenikol berkhasiat sebagai antibiotikum yaitu zat-zat yang
digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme.
3. Dilarutkan terlebih dahulu semua bahan menggunakan A.P.I lalu disaring
dan dicukupkan volumenya, kemudian dimasukkan kedalam wadah tetes
mata.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah agar sebaiknya semua
praktikan memperhatikan kelengkapan pakaian yang harus dikenakan oleh
praktikan pada saat berada dalam laboratorium steril agar sediaan yang
dihasilkan dapat terjaga kesterilan dari mikroorganisme baik yang patogen
maupun yang nonpatogen.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

DAFTAR PUSTAKA
Anief. 1991. Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press.
Anief. 2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Ansel, Howard C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Jakarta:UI Press.
Gennaro, Alfonso R. 1990. Remingtons Pharmaceutical Science 18th Edition.
Easton : Mack Publishing Company.
Lachman, Leon. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press.
Samsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Anda mungkin juga menyukai