Anda di halaman 1dari 27

PEMANFAATAN TANAMAN SEMIPARASIT BENALU TEH (Scurulla

atropurpurea (BL) Danser) SEBAGAI AGEN KEMOPREVENSI DAN


KEMOTERAPI KANKER SERVIKS

Disusun oleh :
KRISTIANA MARGARETA

(G0009117)

LUQMAN HAKIM
AVIADDINA RAMADHANI

(G0009123)
(G0009035)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2010

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Gagasan Tertulis dengan judul: Pemanfaatan Tanaman Semiparasit Benalu Teh
(Scurulla atropurpurea (BL) Danser ) Sebagai Agen Kemoprevensi dan Kemoterapi Kanker
Serviks.Kriatiana Margareta(G0009117),Luqman Hakim(G0009123),Aviaddina
Ramadhani(G0009035),Tahun 2010
Telah disahkan oleh Dosen Pembimbing,
Dekan Fakultas Kedokteran dan Pembantu Rektor III
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penyusun I

Penyusun II

Kristiana Margareta

Luqman Hakim

NIM. G0009117

NIM. G0009123

Dekan Fakultas Kedokteran

Penyusun III

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., MS

Aviaddina Ramadhani

NIP. 030134565

NIM.G0009031

Pembantu Rektor III


Universitas Sebelas Maret

Dosen Pembimbing

Drs. Dwi Tiyanto, SU


NIP. 130 814 593
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Taala, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini.
Karya tulis ini dibuat dan diajukan sebagai Hasil Lomba Karya Tulis Fakultas
Kedokteran Universitas Sebalas Maret Tahun 2010.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya tulis ini, penulis mengalami
banyak hambatan. Namun berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, penelitian dan
penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1.Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., MS selaku Dekan FK UNS
2.Drs.Dwi Tiyanto selaku Pembantu Rektor III UNS
3.dr.Riza selaku dosen pembimbing
4. Seluruh pihak yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
memperbaiki karya tulis ini selanjutnya. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surakarta, 8 Mei 2010


Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
DAFTAR TABEL............................................................................................5
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................5
RINGKASAN..................................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN............................................................................7
1.1. Latar Belakang.........................................................................7
1.2. Rumusan Masalah....................................................................8
1.3.

Tujuan Penulisan......................................................................8

1.4. Manfaat Penulisan....................................................................8


BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................10
2.1. Kanker Serviks.........................................................................10
2.1.1. Etiologi dan Faktor Risiko .............................................10
2.1.2 Patogenesis......................................................................10
2.1.3. Gejala Kanker Serviks....................................................12
2.2. Benalu Teh ()...........................................................................13
2.2.1........................................................................................... Taksonomi dan
Karakteristik .................................................................13
2.2.2........................................................................................... Kandungan
Benalu Teh .....................................................................14
BAB III METODE PENULISAN..................................................................16
3.1. Sifat Penulisan.........................................................................16
3.2. Metode Perumusan Masalah.................................................... 16
3.3

Kerangka Berpikir....................................................................16

3.4

Metode Pengumpulan Data......................................................17

3.5 Metode Analisis dan Pemecahan Masalah................................17


3.6 Sistematika Penulisan ..............................................................17

3
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................18
4.1. Mekanisme Kerja Zat Aktif pada Benalu Teh sebagai Pencegah
Kanker Serviks ................................................................................ .18
4.2. Pola Konsumsi Benalu Teh sebagai Pencegah Kanker Servik ..21
BAB V PENUTUP................................................................................................. 23
5.1

Kesimpulan.......................................................................................23

5.2

Saran.................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................24
LAMPIRAN

4
DAFTAR TABEL
Tabel 1

Penelitian-penelitian tentang efek pemberian ekstrak benalu teh


(Scurulla atropurpurea(BL) Danser)secara in vivo
pada hewan coba

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

Mekanisme terjadinya kanker serviks

Gambar 2

Benalu Teh (Scurulla atropurpurea(BL) Danser)

Gambar 3

Senyawa kuersetin ( 3,3,4,5,7-pentahydroxyflavone )

Gambar 4

Mekanisme kerja zat-zat aktif yang terkandung dalam


benalu teh

RINGKASAN
Kristiana,dkk.2010. Pemanfaatan Tanaman Semiparasit Benalu Teh (Scurulla atropurpurea (BL)
Danser ) Sebagai Agen Kemoprevensi dan Kemoterapi Kanker Serviks .Pembimbing: dr.Riza
Novierta Pesik
Kanker serviks merupakan kanker peringkat pertama yang banyak menyerang wanita.
Diperkirakan setiap hari 20 wanita Indonesia meninggal akibat kanker serviks.Data WHO
menunjukkan bahwa 12,5% angka kematian yang terjadi di Indonesia pada tahun 2005
disebabkan oleh penyakit kanker. Data tersebut diperkirakan akan meningkat hingga 18,1% di
tahun 2030.Salah satu alternatif dalam pencegahan dan pengobatan kankerserviks adalah
dengan mengkonsumsi ekstrak benalu teh. Benalu adalah tumbuhan semi-parasit. Keunikan
benalu adalah di satu pihak dianggap sebagai tumbuhan yang mengganggu karena sifat
parasitnya pada tumbuhan komersial seperti teh dan tumbuhan penghasil buah-buahan, tetapi di
lain pihak benalu dianggap sebagai tumbuhan yang bermanfaat karena potensinya sebagai
tumbuhan obat. Di Indonesia, benalu sudah lama dikenal sebagai obat antikanker tradisional,
selain itu benalu juga digunakan untuk obat batuk, diuretik dan perawatan setelah melahirkan.
Zat aktif yang diketahui bermanfaat dalam mekanisme kanker serviks adalah kuersetin yang
merupakan senyawa flavonoid utama yang terkandung dalam benalu tersebut. Sebagai upaya
pencegahan dosis yang dianjurkan untuk pola konsumsi benalu the sebesar 244-400/kgBB.
Kata Kunci: Scurulla atropurpurea (BL) Danser;kanker serviks;kuersetin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahun penderita kanker di dunia
bertambah 6,25 juta orang dan 10 tahun mendatang diperkirakan 9 juta orang meninggal
akibat kanker (Nugroho dkk,2000). Data WHO menunjukkan bahwa 12,5% angka kematian
yang terjadi di Indonesia pada tahun 2005 disebabkan oleh penyakit kanker. Data tersebut
diperkirakan akan meningkat hingga 18,1% di tahun 2030. Di Indonesia kanker serviks
merupakan kanker peringkat pertama yang banyak menyerang wanita. Diperkirakan setiap
hari 20 wanita Indonesia meninggal akibat kanker serviks (Yayasan Kanker Sosialisasi
Penelitian, 2002).
Kanker serviks dapat disebabkan oleh infeksi virus, yakni Human Papilloma Virus
(HPV), yang mudah menular (Womens Cancer Network, 2008). Sekitar 70% kasus
disebabkan oleh HPV. Saat ini diketahui terdapat 100 tipe HPV dan 15 tipe di antaranya
merupakan penyebab kanker atau lesi pra-kanker pada serviks. Tipe 16 dan 18 merupakan 2
tipe yang paling banyak menyebabkan kasus kanker serviks (Department of Obstetrics, All
India Institute of Medical Sciences, 2008).
Saat ini dikembangkan vaksin yang mampu menghasilkan antibodi yang lebih tinggi
terhadap HPV tipe 16 dan 18 dan mampu menghasilkan 100% proteksi terhadap lesi-lesi prekanker yang terkait dengan HPV tipe 16 dan 18 hingga 6,4 tahun. Namun, vaksin ini hanya
dapat bekerja pada wanita yang belum terserang virus. Sedangkan untuk pengobatan tahap
lanjut dari kanker serviks selama ini masih belum cukup efektif untuk menekan jumlah
pasien kanker serviks (Womens Cancer Network, 2008).
Berbagai upaya dilakukan untuk mengobati penyakit kanker. Salah satu upaya yang
kini dikembangkan yaitu pemanfaatan tanaman tradisional dan tanaman obat. Survey tentang
obat yang dilakukan oleh Food and Drug Administration AS pada periode 1983-1994
menunjukkan bahwa 157 dari 520 (30%) jenis obat berasal dari bahan alam atau turunannya,
7

dimana 61% senyawa antikanker yang diakui juga berasal dari bahan alam atau turunannya.
Di dunia terdapat 119 senyawa yang digunakan sebagai obat yang berasal dari 90 spesies
tumbuhan, dimana 77%-nya ditemukan sebagai hasil penelitian tumbuhan yang didasarkan
pemakaiannya secara tradisional (Fajriah,2007).
Tanaman obat yang telah dikenal masyarakat untuk mengobati penyakit salah
satunya adalah benalu teh. Benalu yang sejatinya adalah tanaman yang mengganggu inang
ternyata memiliki khasiat sebagai obat penyakit kanker. Dari berbagai jenis benalu teh, salah
satu jenis benalu yang sering dikonsumsi adalah Scurulla atropurpurea (BL) Danser. Selain
mampu digunakan sebagai obat penyakit kanker, benalu ini juga dapat memiliki manfaat
mampu menghambat tumor crown gall dan mematikan sel kanker (Nugroho et al, 2000).
Oleh karena itu, melalui penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat mengetahui
tentang mekanisme kerja dan pola konsumsi yang tepat ekstrak benalu teh (Scurulla
atropurpurea(BL) Danser)sehingga dapat sebagai profilaksis kanker serviks.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana mekanisme kerja zat aktif pada benelu teh sebagai pencegah dan pengobatan
kanker serviks pada wanita dengan infeksi HPV?
2. Bagaimana pola konsumsi benalu teh yang tepat sebagai pencegah dan pengobatan
kanker serviks pada wanita dengan infeksi HPV?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini:
1. Untuk mengetahui mekanisme kerja zat aktif pada benalu teh sebagai pencegah dan
pengobatan kanker serviks pada wanita dengan infeksi HPV.
2. Untuk mengetahui pola konsumsi benalu teh sebagai pencegah dan pengobatan kanker
serviks pada wanita dengan infeksi HPV.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis terutama tentang
penyakit kanker serviks dan khasiat benalu teh.
2. Bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi bagi masyarakat luas mengenai khasiat benalu teh bagi
kesehatan terutama untuk kemoterapi kanker serviks.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Dapat memberikan sumbangan bagi ilmu kedokteran dan menjadi bahan pertimbangan
bagi penulisan karya ilmiah atau penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Serviks
2.1.1 Etiologi dan Faktor Resiko
Kanker serviks merupakan salah satu bentuk keganasan yang muncul pada taut epitel
skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks yang terdapat sel progresif yang tidak
normal sehingga berakhir sebagai kanker serviks invasif (Price and Wilson, 2006). Pada
kanker jenis ini, 70% hingga 90% merupakan karsinoma sel pipih yang umumnya
berkembang dari precursor CIN, diikuti oleh adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa
20% serta karsinoma neuroendokrin sel kecil kurang dari 5% (Robbins et al, 2007).
Bukti yang bermakna memberi kesan bahwa kanker serviks disebabkan oleh agen
karsinogenik yang ditularkan secara seksual. Dua virus yang diduga berperan dalam etiologi
kanker serviks (Ivan, 2000):
a. Virus Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2)
b. Papilloma Virus Manusia. Khususnya tipe serologik 16 dan 18, yang menyebabkan
kondolima akuminata datar atipikal didapatkan pada kanker skuamosa maupun lesi
displastik serviks. Virus tersebut saat ini dianggap merupakan agen etiologik penting.
Faktor risiko terbesar dari kanker serviks yaitu adanya infeksi dengan virus papilloma
manusia (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Faktor risiko lain untuk
perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah
pasangan seksual yang meningkat, status sosioekonomi yang rendah dan merokok (Price and
Wilson, 2006).
2.1.2 Patogenesis
HPV tipe 16 dan 18 memiliki gen yang setelah terintegrasi ke genom sel pejamu,
mengkode protein yang menghambat atau menginaktifkan gen penekan tumor TP 53 dan
RB1 di sel epitel sasaran serta mengaktifkan gen terkait siklus sel, seperti siklin E sehingga
terjadi proliferasi sel yang tidak terkendali. Meskipun banyak perempuan mengandung virus
ini, hanya sebagaian yang menderita kanker, yang mengisyaratkan bahwa faktor risiko lain
berpengaruh pada risiko kanker (Robbins et al, 2007).

10

HPV-16 memproduksi protein E-7, mengikat dan menonaktifkan gen RB penekan


tumor, dan protein E-6 yang dihasilkan oleh HPV-18 memiliki susunan yang sama ke SV 40
besar T antigen dan kemampuan untuk mengikat dan menonaktifkan agen suppressor gen
p53. E6 dan E7, keduanya penting dan cukup untuk menyebabkan perubahan bentuk sel in
vitro. Peristiwa pengikatan dan penonaktifan bisa menjelaskan bahan yang menyebabkan
kanker akibat dari virus (Fauci, 2008). Mekanisme terjadinya kanker serviks dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 1. Mekanisme terjadinya kanker serviks (Stanford, 2008)


Berdasarkan gambaran histologi, kelainan prakanker dapat diperingkatkan sebagai
berikut (Robbins et al, 2007):
- CIN I : displasia ringan
- CIN II : displasia sedang
- CIN III: displasia berat dan kanker in situ
Namun pada apusan sitologik, lesi prakanker dibagi hanya menjadi dua kelompok,
yaitu SIL derajat ringan (low grade) dan derajat berat (high grade). Lesi derajat ringan sesuai
dengan CIN I atau kondiloma datar dan lesi derajat berat dengan CIN II dan III. Lesi
prakanker memerlukan waktu bertahun-tahun, mungkin berpuluh tahun, untuk berkembang
menjadi kanker yang nyata (Robbins et al, 2007).
Berbagai penelitian memberikan hasil yang berbeda mengenai perkembangan dari
CIN. Kemungkinan CIN I mengalami regresi adalah 50% hingga 60%; menetap 30%; dan
11

berkembang menjadi CIN III 20%. Pada CIN III kemungkinan regresi hanya 33% an
berkembang 6 hingga 74% (di berbagai penelitian). Jelaslah bahwa semakin berat atau tinggi
derajat CIN, semakin besar kemungkinannya berkembang (Robbins et al, 2007).
2.1.3 Manifestasi Klinik
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan
ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap
smear (Robbins et al, 2007).
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut
(Medicastore, 2008):
a. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara dua menstruasi, setelah melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut (Medicastore, 2008):
a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja
d. Patah tulang (fraktur)
2.1.4 Pencegahan dan Pengobatan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan adalah sebagai
berikut: vaksinasi, biopsi, kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar), dan tes
Schiller. Sedangkan untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa
pemeriksan antara lain sistoskopi, rontgen dada, urografi intravena, sigmoidoskopi, scanning
tulang dan hati, serta barium enema (Medicastore, 2008).
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor yaitu
tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi), rencana penderita untuk hamil lagi
12

atau tidak, usia dan keadaan umum penderita. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan
pemeriksaan panggul secara rutin. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri
(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya, dan
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Pada beberapa kasus, mungkin
perlu dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim). Histerektomi dilakukan jika penderita
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi (Medicastore, 2008).
Untuk pengobatan kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.
Cara pengobatannya antara lain (Medicastore, 2008):
1)

Pembedahan untuk kanker in situ (kanker yang terbatas pada lapisan


serviks paling luar).

2)

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif


yang masih terbatas pada daerah panggul.

3)

Kemoterapi untuk kanker telah menyebar ke luar panggul. Pada


kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.

4)

Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian


tubuh lainnya.

Benalu teh (Scurulla atropurpurea)


2.2.1 Taksonomi dan Karakteristik
Taksonomi Tanaman Benalu Teh (Takhtajan, 2007).
a. Sistematika tanaman
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Santalates

Suku

: Loranthaceae

Marga

: Sccurula

Jenis

: Sccurulla artopurpurea

13
b. Nama umum/dagang
Kemladean
c. Nama daerah
Sumatra : Pasilan (Melayu)
Jawa : Mangandeuh (Sunda), Kemladean (Jawa)
d. Deskripsi
Tanaman benalu teh digolongkan pada tumbuhan parasit obligat dengan batang
menggantung, berkayu, silindris, berbintik-bintik, coklat. Daun benalu teh temasuk tunggal,
berhadapan, berbentuk lonjong, ujung agak meruncing, pangkal membulat,tepi rata, panjang
5-9 cm, lebar 2-4 cm, dengan permukaan atas daun berwarna hijau, sedangkan permukaan
bawah berwarna coklat. Bunganya tergolong bunga majemuk,bentuk payung, terdiri dari 4-6
bunga, di ketiak daun atau di ruas batang, tangkal pendek, kelopak berbentuk kerucut terbalik
dengan panjang 3mm, bergigi empat,benang sari panjang 2-3 mm, kepala putik bentuk
tombol, dengan panjang tabung mahkota 1-2 cm, taju mahkota melengkung ke dalam
berwarna merah. Buah berbentuk kerucut terbalik, dengan panjang 8mm, berwarna coklat.
Akarnya menempel pada pohon inang, berwarna kuning kecoklatan dan berfungsi sebagai
penghisap (Departemen Kesehatan RI, 1997)

Gambar 2 : Benalu Teh (Scurulla atropurpurea(BL) Danser)


2.2.2 Kandungan Benalu Teh
Ahli biologi mengatakan bahwa Scurulla atropurpurea memiliki berbagai kandungan
biokima yang bermanfaat sebagai obat (Ohashi et al, 2002). Kandungan yang terdapat pada

14
benalu teh tersebut meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, tannin. dan dari ekstrak
metanol teridenfifikasi senyawa quercetin-7-rhamnoside, caffeine, dan theophyline (Nugroho
et al, 2000).
Alkaloid merupakan senyawa organik berstuktur basa yang didapatkan dari tanaman
berkeping dua. Struktur kimia alkaloid mempunyai susunan heterosiklik degan nitrogen
sebagai hetero atomnya. Alkaloid yang memiliki lingkar purin antara lain kafein dan teofilin.
Kandungan ini memiliki fungsi sebagai diuretik (Sumardjo, 2009).
Flavonoid merupakan salah satu antioksidan kuat karena memiliki gugus hidroksil.
Karena bersifat reduktor, flavonoid dapat bertindak sebagai donor hydrogen terhadap radikal
bebas. Beberapa jenis flavonoid antara lain kuercetin memiliki fungsi memiliki fungsi
menghambat agregasi platelet sehingga mengurangi risiko penyakit jantung koroner serta
mampu menurunkan risiko penyakit kanker (Silalahi, 2006).
Terpenoid merupakan susunan terpenting yang mudah menguap dari bunga, akar, dan
daun tanaman. Senyawa ini memiliki gugus karboksil, hidroksil, formil yang banyak
digunakan sebagai wewangian, obat-obatan, dan industry (Sumardjo, 2009). Saponin
termasuk dalam kelompok turunan isoprenoid dan terpenoid yang memiliki fungsi sebagai
nutraceutical yang dapat menurunkan kolesterol LDL dan sebagai antikanker (Persatuan Ahli
Gizi, 2009)

15
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sifat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka yang menjelaskan tentang potensi
benalu teh sebagai pencegah dan pengobatan kanker serviks pada wanita dengan infeksi Human
Papilloma Virus. Dalam paparan ini juga dijelaskan mekanisme kerja zat-zat aktif dalam benalu
teh dan pola konsumsi yang tepat.
3.2 Metode Perumusan Masalah
Perumusan

masalah disusun berdasarkan data-data mengenai pemanfaatan

kandungan zat aktif dalam benalu teh sebagai pencegah dan pengobatan kanker serviks
terutama pada wanita dengan infeksi Human Papilloma Virus.
3.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
digambarkan pada skema berikut berikut.
Sel squamosa di
serviks normal

Benalu Teh

Displasia dan
CIN
Kandungan zat aktif

Kanker serviks

16

Invasif/ ganas
3.4

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka
(literature review) berdasarkan permasalahan baik informasi digital maupun non digital dari
sumber pustaka sebagai berikut :
1. Jurnal-jurnal kesehatan
2. Referensi pustaka
3. Informasi internet

3.5 Metode Analisis dan Pemecahan Masalah


Metode analisis data pustaka dilakukan dengan dua perlekatan, yaitu:
1. Metode eksposisi, yaitu dengan memaparkan data dan fakta yang ada dan mencari
korelasi antara data tersebut
2. Metode analitif, yaitu melalui proses analisis data atau informasi dengan memberikan
argumentasi melalui berpikir logis kemudian diambil suatu kesimpulan
3.6 Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan kaidah karya tulis yang telah ditetapkan, yaitu
sebagai berikut:
Bab I

: Pendahuluan

Bab II

: Tinjauan Pustaka

Bab III

: Metode Penulisan

Bab IV

: Pembahasan

Bab V

: Penutup

17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Mekanisme Kerja Zat Aktif Benalu Teh (Scurulla atropurpurea(BL) Danser) sebagai
Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks pada Wanita dengan Infeksi Human
Papilloma Virus (HPV)
Benalu yang merupakan tanaman parasit, ternyata berpotensi sebagai antikanker.
Benalu Teh (Scurulla atropurpurea(BL) Danser ) memiliki berbagai kandungan biokimia
yang bermanfaat sebagai obat (Ohashi et al, 2002). Kandungan yang terdapat pada benalu
teh tersebut meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, tannin. dan dari ekstrak
metanol teridenfifikasi senyawa quercetin-7-rhamnoside, caffeine, dan theophyline
(Nugroho et al, 2000).
Flavanoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat pada sayuran dan buahbuahan. Flavonoid telah menunjukan perannya sebagai antioksidan, antimutagenik,
antineoplastik dan aktifitas vasodilatator (Miller, 1996).Kuersetin merupakan senyawa
flavonoid utama yang terkandung dalam benalu tersebut (Hegnauer, 1966; Jamilah, 2003).

Gambar 3: Senyawa kuersetin ( 3,3,4,5,7-pentahydroxyflavone )

Kadar kuersetin yang teridentifikasi dalam benalu yang didapat dari inang teh masingmasing sebesar 2,7 mg/g dan 9,6 mg/g untuk Macroselon avenis dan Scurrula oortiana.
Sedangkan kadar kuersetin untuk Scurrula oortiana dari beunying sebesar 6,1 mg/g;
Scurrula parasitica dari jure 5,1 mg/g. Kuersetin (3,3,4,5,7-pentahydroxyflavone)
termasuk molekul yang banyak ditemukan di alam (Lamson et al,2000). Kuersetin

merupakan suatu aglikon yang apabila berikatan dengan glikonnya akan menjadi suatu
glikosida. Senyawa ini dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi
18
dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase. Kuersetin juga
memiliki aktivitas antioksidan yang dimungkinkan oleh komponen fenoliknya yang sangat
reaktif. Kondisi abnormal pada sel squamous serviks dapat menjadi resiko yang dapat
menyebabkan infeksi virus penyebab kanker seperti Human Papilloma Virus (HPV).
Apabila kondisi ini mendapatkan tambahan bahan-bahan racun seperti radikal bebas, virus
akan semakin mudah masuk melalui membran sel yang telah dirusak radikal bebas. Dengan
pemanfaatan senyawa kuersetin yang terdapat dalam ekstrak benalu teh, kuersetin ini akan
mengikat spesies radikal bebas sehingga dapat mengurangi reaktivitas radikal bebas
tersebut. Molekul flavanol merupakan salah satu jenis flavonoid yang aktif sebagai
antioksidan (Partt, 1992). Sifat antioksidan dari senyawa kuersetin mampu menginhibisi
proses karsinogegesis. Senyawa karsinogen merupakan senyawa yang mampu mengoksidasi
DNA sehingga terjadi mutasi (Kakizoe, 2003).
Kuersetin sebagai antioksidan dapat mencegah terjadinya oksidasi pada fase
inisiasi maupun propagasi. Pada tahap inisiasi kuersetin mampu menstabilkan radikal bebas
yang dibentuk oleh senyawa karsinogen seperti radikal oksigen, peroksida dan superoksida
(Gordon, 1990). Kuersetin menstabilkan senyawa-senyawa tersebut melalui reaksi
hidrogenasi maupun pembentukan kompleks (Ren et al,2003). Melalui reaksi tersebut
radikal bebas diubah menjadi bentuk yang lebih stabil sehingga tidak mampu mengoksidasi
DNA. Selain itu, didapatkan turunan radikal antioksidan yang relatif memiliki keadaan yang
lebih stabil dibandingkan radikal bebas yang dibentuk senyawa karsinogen tadi (Gordon,
1990). Meskipun demikian radikal kuersetin memiliki energi untuk bereaksi dengan radikal
antioksidan lain. Radikal-radikal antioksidan dari kuersetin dapat saling bereaksi
membentuk produk nonradikal (Hamilton, 1983). Pada tahap propagasi kuersetin mencegah
autooksidasi, yaitu mencegah pembentukan radikal peroksida melalui pengikatan senyawa
radikal secara cepat agar tidak berikatan dengan oksigen. Dengan adanya kuersetin maka
reaksi oksigenasi yang berjalan secara cepat dapat di cegah sehingga pembentukan radikal
peroksida pun dapat dicegah. Kuersetin juga berikatan dengan radikal peroksida yang telah

terbentuk dan menstabilkannya sehingga reaksi autooksidasi yang secara cepat dan berantai
dapat dihambat.
19
Kuercetin juga berperan dalam

menekan ekspresi mutan protein p53. Pada

kondisi wild type, protein ini merupakan protein yang penting dalam kontrol siklus sel, yaitu
dengan memacu sel untuk berhenti (arrested) atau apoptosis. Namun apabila terjadi mutasi
maka protein ini menjadi sebuah penanda abnormalitas yaitu siklus memacu sel ke fase G2M (penggandaan sel) dan apabila sel terus menerus pada fase ini maka akan terjadi
proliferasi (pembelahan tak terkendali). Kuersetin dalam konsentrasi serum 248 M dapat
menekan ekspresi dari mutan protein p53 yang dibentuk oleh sel kanker sampai tidak
terdeteksi pada sel tersebut (Lamson et al, 2000).
Kuersetin merupakan senyawa pertama yang mampu menghambat tirosin kinase
pada uji preklinik tahap satu (Klohs et al, 1997). Dengan dihambatnya ekspresi tirosin kinase
maka kemampuan sel untuk onkogenesis melalui kemampuan mengatur pertumbuhan di luar
normal dapat dihambat. Disamping itu obat yang bekerja dengan target tirosin kinase apabila
dipandang pada kemoterapi konvensional memiliki kemungkinan sebagai agen antitumor
tanpa efek samping sitotoksik terhadap sel normal (Klohs et al,1997).
Aktivitas anti kanker benalu teh didukung oleh pembuktian lanjut menemukan
bahwa terdapat suatu senyawa flavonoid kuersetin di dalam benalu teh. Kuersetin
bekerja sebagai inhibitor enzim isomerase DNA sel kanker yang berperan dalam
proses perbanyakan dan peningkatan sel kanker, yang secara tidak langsung memiliki
aktivitas peningkat imun (Handoyo, 2007).

Squamosa
normal
Squamosa
normal

Atom H+

HPV
Melindungi
membran

Menghambat
autooksidasi

Squamosa Terinfeksi
Mencegah

G1
terhenti

Proliferasi
Metaplasia

Onkogenesis
terhambat

Inhibitor
isomerase
DNA

Menghambat
enzim tirosin
kinase

Displasia

KUERSETIN

Anaplasia
SEMBUH

KankerXserviks
(ganas)

Membunuh
(APOPTOSIS)

Menekan
ekspresi mutan
protein p53

20

Gambar 4: Mekanisme kerja zat-zat aktif yang terkandung dalam benalu teh (Scurulla atropurpurea(BL)
Danser ) dalam pencegahan perkembangan kanker serviks pada sel squamosa serviks yang terinfeksi Human
Papilloma Virus (HPV)

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka kuersetin yang banyak terkandung dalam


benalu sangat berpotensi dikembangkan sebagai obat antikanker, baik sebagai,agen
kemoprevensi maupun gen pendamping kemoterapi (kokemoterapi) kanker serviks pada
wanita yang pernah terinfeksi Human Papilloma Virus.
4.2 Pola Konsumsi Benalu Teh (Scurulla atropurpurea(BL) Danser) sebagai Pencegahan
dan Pengobatan Kanker Serviks pada Wanita dengan Infeksi Human Papilloma Virus
(HPV)
Benalu Teh (Scurulla atropurpurea(BL) Danser) mempunyai khasiat bagi kesehatan
tubuh manusia, termasuk dalam hal pencegahan dan pengobatan kanker serviks. Beberapa
penelitian mendukung hal ini dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian-penelitian tentang efek pemberian ekstrak benalu teh (Scurulla
atropurpurea(BL) Danser)secara in vivo pada hewan coba.

Peneliti

Hofmann et al.,1990

Animal Model

Dosis

Tikus

20 mg/kg

Tikus

12, 2mg/kg

Sukardiman, 1999

Hasil
Signifikan dalam
apoptosis sel
serviks abnormal
Menghambat
proliferasi sel
kanker

21
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat dikaji dosis untuk manusia sebagai berikut :
-

Karena dipergunakan untuk manusia maka dosis pada tikus dibagi 20. Hal
ini disebabkan perbedaan metabolisme manusia:tikus adalah 1:20.

Dari data hasil penelittian di atas.Jika dikonversikan untuk manusia maka


diperoleh dosis 244-400 mg/ kgBB.

Dengan indikasi pemakaian, untuk pencegahan memakai dosis terendah


hingga sedang yaitu 244-300 mg/kgBB dan untuk pengobatan kanker serviks memakai
dosis 400 mg/kgBB dengan menghindari dosis toksik yaitu 1000 mg/kgBB Jadi, pola
konsumsi yang disarankan agar bermanfaat sebagai pencegahan dan pengobatan kanker
serviks adalah 244-400 mg/kgBB.

22

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil antara lain sebagai berikut:
1

Benalu Teh mengandung zat aktif senyawa kuersetin yang dapat berfungsi sebagai
pencegah dan pengobatan kanker serviks. Mekanisme kerjanya disebutkan sebagai
berikut :
a.

Sebagai antioksidan memiliki fungsi melindungi membran sel yang normal


melalui dua cara yaitu memberi atom hidrogen dan memperlambat laju
autooksidasi. Perlindungan membran sel akan mencegah memburuknya kondisi
kanker serviks dari tambahan bahan beracun seperti radikal bebas.

b.

Menghambat ekspresi enzim tirosin kinase, dengan dihambatnya ekspresi tirosin


kinase maka kemampuan sel untuk onkogenesis melalui kemampuan mengatur
pertumbuhan di luar normal dapat dihambat

c.

Dapat menekan ekspresi dari mutan protein p53 yang dibentuk oleh sel kanker
sampai tidak terdeteksi pada sel tersebut dalam konsentrasi serum 248 M

Dosis yang dianjurkan untuk pencegahan dan pengobatan kanker serviks dengan
menggunakan benalu teh adalah 244-400 mg/kgBB dengan menghindari dosis toksik
pada penggunaan 1000mg/kgBB

B. Saran
1. Konsumsi ekstrak benalu teh disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penderita.

23

DAFTAR PUSTAKA
Anthony S.Fauci et.al., 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Edition. Mc Graw
Hill:Bethesda
Fajriah, Sofa et al. 2007. Isolasi Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu
Dendrophthoe pentandra L. Miq yang Tumbuh pada Inang Lobi-Lobi : Jurnal Kimia
Indonesia Vol. 2(1), hlm. 17-20. 2007.
Gordon, M.H. 1990. The mechanism of antioxidants action in vitro. Di dalam: B.J.F. Hudson, editor.
Food Antioxidants. Elsivier Applied Science. London.
Hamilton, R.J. 1983. The chemistry of rancidity in foods. Di dalam: J.C. Allen dan R.J. Hamilton,
editor. Rancidity in Foods. Applied science Publishers. London.
Klohs WD, Fry DW, Kraker AJ. 1997. Inhibitors of tyrosine kinase. Curr Opin Oncol;9:562-568.
Lamson, Davis W, MS, ND, and Brignall, Matthew S. ND. 2000. Antioxidants and cancer III:
Quercetin, Alternative Medicine Review Volume 5 Number 3.

Nugroho, Yun Astuti et al. 1999. Daya Hambat Benalu Teh (Scurulla atropurpurea Bl. Danser)
terhadap proliferasi Sel Tumor Kelenjar Susu Mencit (Mus Musculus L) C3 H: Cermin
Dunia Kedokteran No.127. hlm. 15-17. 2000.

Ohashi, Kazuyoshi et al. 2002. Indonesian Medicinal Plants. XXV.1) Cancer Cell Invasion
Inhibitory Effects of Chemical Constituents in the Parasitic Plant Scurrula atropurpurea
(Loranthaceae) : Chem. Pharm. Bull. 51(3) 343345. 2003.
Partt, D.E. 1992. Natural Antioxidants From Plant Material. Di dalam : M.T. Huang, C.T. Ho, dan
C.Y. Lee, editor. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on Health H. American
Society, Washington DC.

Persatuan Ahli Gizi. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.
Robbins, Stanley L et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC.
Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Jogjakarta: Penerbit Kanisius.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit EGC.
24
Takhtajan, Armen. 2009. Flowering Plants. Springer.
World

Health

Organization.

The

Impact

of

Cancer

In

Your

Country-Graph.

https://apps.who.int/infobase/report.aspx?iso=IDN&rid=119&goButton=Go).

25

Anda mungkin juga menyukai