Anda di halaman 1dari 8

6.

Penentuan Target Saldo Kas


Penentuan target saldo kas merupakan trade off antara opportunity cost yang timbul karena
memegang kas terlalu banyak (kehilangan pendapatan bunga) dan trading cost yang muncul karena
memegang kas dalam jumlah yang sedikit.
Jika perusahaan memegang kas dalam jumlah yang sedikit, maka biasanya perusahaan akan menjual
investasi jangka pendeknya agar saldo kas-nya meningkat. Hubungan kas dan biaya kas (holding
cost) adalah sebagai berikut :
(1) Trading cost akan menurun seiring dengan peningkatan saldo kas karena perusahaan tidak
harus sering melakukan penjualan sekuritas jangka pendek.
(2) Opportunity cost akan meningkat seiring dengan peningkatan saldo kas karena perusahaan
tidak dapat menginvestasikan saldo kasnya ke sekuritas jangka pendek.

Terdapat beberapa model untuk menentukan target saldo kas yakni:


(1) The Baumol Allais - Tobbin (BAT) model

a. Jika perusahaan memiliki saldo kas (C) sebesar Rp1.200.000 dan selalu habis dipekan ke-Z
maka kas rata-rata adalah C/2 (1.200.000/2) = Rp600.000
b. Strategi penentuan kas yang optimal akan bergantung pada ketiga hal berikut ini:
a) F = Biaya tetap untuk menjual investasi jangka pendek
b) T = Total saldo kas yang diperlukan
c) R = Opportunity cost jika memegang kas (biasanya tingkat bunga)
c. Opportunity Cost adalah (C/2) x R
d. Trading Cost adalah (T/C) x F
e. Total cost = Opportunity cost + Trading cost

f. Berikut ini adalah gambar yang memperlihatkan jumlah saldo kas yang optimal.

(2) The Miller Orr Model


a. Perusahaan dapat menentukan berapapun saldo kasnya selama masih dibawah batas atas
dan diatas batas bawah saldo kas.
b. Berikut ini adalah gambar yang memperlihatkan batas atas, batas bawah, dan saldo kas.

(3) Implikasi dari BAT model dan Miller-Orr Model adalah


a. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin kecil target saldo kas
b. Semakin besar order cost maka semakin tinggi target saldo kas
(4) Faktor lain yang mempengaruhi target saldo kas adalah
a. Pinjaman kas
Biaya meminjam lebih mahal dibandingkan trading cost sekuritas jangka pendek
b. Relative Cost
Karena biaya untuk menjual dan membeli sekuritas jangka pendek mungkin bagi
perusahaan besar dinilai tidak signifikan dibandingkan opportunity cost memegang kas.

7. Pengelolaan piutang dagang


Secara umum, perusahaan yang memiliki saldo kas kecil harus dapat mengelola piutangnya dengan
baik yakni dengan mengurangi biaya pinjaman dan mengurangi tingkat tak tertagihnya piutang.
Menjaga hubungan baik dengan pelanggan juga sangat penting karena dapat meningkatkan
penjualan.
Pengelolaan piutang dapat dilakukan secara bebas atau ketat, dengan kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut :
Pengelolaan yang bebas
Pengelolaan yang ketat
Meningkatkan penjualan dan keuntungan tetapi : Mengurangi penjualan dan keuntungan tetapi :
a. Banyak piutang yang tak tertagih
a. Mengurangi piutang yang tak tertagih
b. Meningkatkan biaya penagihan
b. Mengurangi biaya penagihan
c. Meningkatkan biaya diskon
c. Mengurangi biaya diskon
d. Meningkatkan piutang
d. Mengurangi piutang
e. Penagihan yang lama
e. Penagihan yang cepat
f. Semakin besar beban bunga
f. Semakin kecil beban bunga
Beberapa faktor yang memepengaruhi keputusan yang berhubungan dengan piutang dagang :
(1) Syarat penjualan (term of the sale)
Syarat penjualan timbul saat terjadinya penjualan apakah tunai atau kredit, jika penjualan
dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menentukan :
a. Periode kredit
Periode kredit adalah lamanya waktu kredit yang diberikan, biasanya perusahana
memberikan periode kredit antara 30-120 hari. Beberpa faktor yang mempengaruhi
periode kredit, antara lain :
a) Ketahanan barang dan nilai jaminan
b) Permintaan konsumen
c) Biaya, keuntungan dan standarisasi
d) Risiko kredit
e) Jumlah piutang
f) Persaingan
g) Tipe pelanggan
b. Diskon tunai dan periode diskon
Alasan perusahaan memberikan diskon tunai adalah untuk mempercepat pelunasan
piutang oleh pelanggan. Diskon tunai juga memungkinkan perusahaan menetapkan harga
yang lebih tinggi dan memberikan kredit kepada pelanggan.
c. Tipe instrument kredit
Umumnya penjualan tunai hanya menggunakan invoice (faktur penjualan) sebagai
instrument formalnya.
a) Perusahaan dapat menggunakan promissory note yang merupakan perjanjian antar
penjual dan pembeli namun biasanya ditandatangani setelah perusahaan mengirimkan
barang. Promissory note digunakan apabila terjadi pesanan dalam jumlah besar, tidak

ada potongan harga tunai, dan penjual mengantisipasi adanya masalah dalam
penagihan.
b) Alternative lain, perusahaan juga dapat menggunakan conditional sales contract dimana
hak kepemilikan barang tetap di penjual hingga pelanggan melunasi pembayaran kredit.
8. Kebijakan kredit (Credit Policy)
Merupakan prosedur perusahaan untuk menyeleksi pelanggan-pelanggan yang dapat atau tidak
dapat melunasi piutangnya. Terdapat lima faktor untuk mengevaluasi kebijakan kredit:
(1) Efek terhadap pendapatan
Jika perusahaan menjual produknya secara kredit maka akan terdapat keterlambatan dalam
memperoleh pendapatan. Penjualan secara kredit dapat meningkatkan penjualan produk dan
perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi.
(2) Efek terhadap biaya
Perusahaan menjual barang secara tunai atau kredit tetap akan memerlukan biaya untuk
memperoleh atau memproduksi barang.
(3) Biaya atas utang
Apabila perusahaan memberikan kredit maka perusahaan harus mengatur bagaimana untuk
mendanai piutang tersebut. Perusahaan harus memperhatikan biaya pinjaman jangka pendek
dalam memutuskan pemberian kredit.
(4) Kemungkinan tak tertagih
Perusahaan harus menanggung risiko dari tidak tertagihnya piutang.
(5) Diskon tunai
Perusahaan memperoleh penagihan piutang yang lebih rendah dari yang ditagihkan apabila
pelanggan membayar pada periode diskon.
9. Kebijakan Penagihan
Setelah aplikasi kredit disetujui maka perusahaan harus mengelola penagihan piutangnya dan
mengidentifikasi masalah yang timbul dalam penagihan.
Perusahaan harus memonitor penagihan piutang dengan cara :
(1) Menganalisis rata-rata hari penagihan piutang. Penignkatan rata-rata hari piutang di luar target
yang telah ditentukan harus dianalisis secara mendalam oleh perusahaan.
(2) Perusahaan juga dapat memonitor piutangnya dengan menggunakan Aging Schedule untuk
menentukan efektifitas kebijakan penagihan piutang perusahaan.
Perusahaan biasanya melakukan prosedur penagihan di bawah ini:
(1) Mengirimkan pemberitahuan bahwa piutang pelanggan telah melewati jatuh tempo
(2) Menelepon pelanggan
(3) Memperkerjakan perusahaan jasa penagihan piutang
(4) Menempuh jalur hukum
10. Manajemen Persediaan
Merupakan keseimbangan antara nilai persediaan untuk memenuhi penjualan atau permintaan
produksi yang dapat meminimalkan biaya persediaan.

Tipe-tipe persediaan :
Persediaan bahan baku
Work in Process
Persediaan barang jadi
Biaya persediaan meliputi :
(1) Biaya penyimpanan persediaan (carrying cost) yang terdiri dari :
a) Biaya gudang
b) Asuransi dan pajak
c) Kerugian dari keusangan dan pencurian barang
d) Opportunity cost dari modal yang diinvestasikan pada persediaan
(2) Shortage cost yaitu biaya yang timbul akibat tidak memiliki cukup persediaan di gudang.
Shortage cost dibagi menjadi :
a) Restocking cost : biaya untuk melakukan pemesanan dari pemasok
b) Safety reserve cost atas hilangnya penjualan yang timbul akibat tidka tersediannya
persediaan dalam gudang.
11. Teknik Pengelolaan Persediaan
11.1.1. Metode ABC
Diterapkan untuk mengendalikan barang yang bernilai tinggi dibandingkan dengan yang
nilainya lebih rendah. Metode ABC membagi persediaan dalam tiga kategori, yatu : A, B,
dan C.

11.1.2. EOQ Model


(1) Model EOQ menentukan jumlah kuantitas persediaan yang harus dipesan agar biaya
persediaan menjadi seminimal mungkin.
(2) Q

(3) Secara grafik EOQ adalah jumlah persediaan yang diperoleh dari perpotongan kurva
biaya pemesanan dan kurva biaya penyimpanan.

(4) EOQ ditentukan oleh biaya pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan.
Biaya penyimpanan = (EOQ/2) * biaya penyimpanan per unit
Biaya pemesanan = (jumlah yang dibutuhkan/EOQ) * biaya setiap kali pesan
Total biaya = biaya penyimpanan + biaya persediaan.

11.1.3. Perpanjangan Model EOQ


Pada kenyataannya perusahaan tidak selalu menunggu persediaan habis untuk memesan
persediaan kepada pemasok, karena perusahaan ingin meminimalisir risiko kekurangan
persediaan yang menyebabkan hilangnya kesempatan menjual dan adanya rentang waktu
dari pemesanan hingga persediaan sampai di perusahaan. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka perusahaan menyusun :
a) Safety stock : tingkat minimum persediaan yang harus dipenuhi perusahaan
b) Reorder point : titik pemesanan kembali persediaan jika persediaan mencapai level
kritis.

11.1.4. Material Requirement Planning (MRP)


Merupakan prosedur untuk menentukan tingkat untuk memesan persediaan dan waktu
produksi. MRP biasanya digunakan untuk produk yang cukup rumit untuk diproduksi. MRP
dapat menentukan jumlah persediaan bahan baku yang harus tersedia dan jumlah work in
process untuk mencapai target barang jadi.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material Requirements Planning), yaitu :
(a) Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi
(JIP) dapat terpenuhi.
(b) Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
(c) Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.
Kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
(d) Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus
direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

Kelebihan MRP
Kekurangan MRP
Kemampuan memberi harga lebih kompetitif
(1) Membutuhkan integritas data dan
Mengurangi harga penjualan
data yang akurat
Mengurangi Inventori
(2) Membutuhkan data spesifik berapa
Pelayanan pelanggan yang lebih baik
lama
perusahaan
menggunakan
Respon terhadap permintaan pasar lebih baik
berbagai
komponen
dalam
Kemampuan mengubah jadwal induk
memproduksi
produk
tertentu
Mengurangi biaya setup
(asumsi semua variable)
Mengurangi waktu menganggur
(3) Membutuhkan
komitmen
top
Memberi catatan kemajuan sehingga manager
manajemen
dapat merencanakan order sebelum pesanan
aktual dirilis
Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik
mempercepat
Menunda atau membatalkan pesanan
Mengubah kuantitas pesanan
Memajukan atau menunda batas waktu pesanan
Membantu perencanaan kapasitas

11.1.5. Just in Time (JIT)


Bertujuan untuk meminimalisir persediaan, maka persediaan dipesan berkala untuk
meminimalisir kehabisan persediaan.
Kelebihan JIT
Kelemahan JIT
(1) Tingkat Persediaan atau Stock Level yang (1) Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki
rendah sehingga menghemat tempat
toleransi terhadap kesalahan atau Zero
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti
Tolerance for mistakes sehingga akan sangat
biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
sulit untuk melakukan perbaikan/pengerjaan
(2) Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat
ulang pada bahan-bahan produksi ataupun
diperlukan saja sehingga hanya memerlukan
produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini
modal kerja yang rendah.
dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan

(3) Dengan Tingkat persedian yang rendah,


produksi dan produk jadi yang sangat
kemungkinan terjadinya pemborosan akibat
minimum.
produk yang ketinggalan zaman, lewat (2) Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
kadaluarsa dan rusak atau usang akan
Pemasok baik dalam kualitas maupun
menjadi semakin rendah.
ketepatan pengiriman yang pada umumnya
(4) Menghindari penumpukan produk jadi yang
diluar lingkup perusahaan manufakturing
tidak terjual akibat perubahan mendadak
yang
bersangkutan.
Keterlambatan
dalam permintaan.
pengiriman oleh satu pemasok akan
(5) Memerlukan penekanan pada kualitas bahanmengakibatkan terhambatnya semua jadwal
bahan produksi yang dipasok oleh Supplier
produksi yang telah direncanakan.
(Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu (3) Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat
pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
frekuensi Transaksi yang tinggi.
(4) Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan
akan sulit untuk memenuhi permintaan yang
mendadak tinggi karena pada kenyataannya
tidak ada produk jadi yang lebih.
Banyak Perusahaan Manufakturing yang menerapkan sistem produksi Just In Time ini
menikmati keuntungan yang signifikan seperti Toyota dan beberapa perusahaan
manufaktur Jepang yang telah menerapkannya sejak tahun 1950an . Namun keberhasilan
Sistem Produksi Just In Time sangat tergantung pada komitmen seluruh karyawan
perusahaan mulai dari lebel yang terendah hingga pada level yang tertinggi.

Anda mungkin juga menyukai