( PSYSICAL ASSASSMET )
1. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu,melakukan pemeriksaan fisik pada klien
dengan cara sistematik dan benar, sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa dan akhirnya
memberikan intervensi serta implementasi keperawatan dengan benar
2. TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN
Setelah melakukan praktek dilaboratorium mahasiswa dapat ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
Tensimeter
- Termometer
Stetoskop
- Jam tangan
Lampu kepala
- Lampu senter
Optalmoskop
- Otoskop
Tonometri
- Metelin
Garpu tala
- Spekulum hidung
Snellen card
- Spatel lidah
Kaca laring
- Pinset anatomi
Pinset cirrurgi
- Sarung tangan
Bengkok
- Timbangan
Reflek hammer
- Botol 3 buah
Sketsel
- Kertas tissue
Sebelum memulai pemeriksaan fisik ucapkanlah salam kepada klien dan perkenalkan diri anda, jabat
tangan kalau mungkin kemudian dilanjutkan dengan :
1. Lakukan pendekatan interpersonal yang ramah, sopan, menghargai klien ,dapatkan data biografi
klien.
2. Jelaskan maksut dan tujuan dilakukan pemeriksaan fisik
3. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai langkah-langkah berikut :
A.
ANAMNESE
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien dibawa
ke Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang, kronologis dari penyakit yang diderita saan ini mulai awal hingga di
bawa ke RS secara lengkap meliputi ;
a. P = Provoking atau Paliatif
Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat mengurangi dan memperberat penyakitnya ?, Apa yang
dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ?, Keluhan psikologis yang dirasakan !
b. Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien
c. R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?
d. S = severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi keluhan
e. Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah timbul tiba-tiba atau
bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?
Riwayat Penyakit Yang Lalu,
Penyakit apa saja yang pernah dialami klien, baik yang ada hubungannya dengan penyakit yang
diderita sekarang atau tidak ada hubungannya dengan penyakit yang diderita sekarang, riwayat
operasi, dan termasuk riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga,
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama?, Penyebab kematian bila ada anggota
keluarga yang meninggal?, Apakah ada jenis penyakit herediter dalam keluarga?
B. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan
makanan?, Kesulitan menelan, mengunyah, mual, anoreksia?, Usaha mengatasi kesulitan
yang dialami klien?
b. Pola Eliminasi
Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi, Incontinentia,frekuensi, BAB dan
BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami klien ?
Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi, terdengar
tak-tek.( Suara sistol )
Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising, terdengar tekss..,atau
tekrd
Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah tanpa bising,
terdengsr deg..deg
b. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bilatidak teraba
nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
c. Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di dada
amati pergerakan dinding dada klien
d. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada rectal
atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada orang dewasa
bisa per-oral atau per-rektal
B. KEADAAN UMUM
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah di tempat
tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat makan sendiri, dan tidak
dapat ke kamar mandi.
C. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
1.
Integument
a. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
Coklat : deposit melanin
Biru
b. Papula
: Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 Cm, Plaque
lebih dari 1 Cm
c. Nodule
: Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari pada
b. Ulkus
c. Crusta
tumor
Lempeng kuku
1. Pemeriksaan Kepala
a. Inspeksi :
Bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan pergerakan.
Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
1.
Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
b. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Endofthalmus ( mata tenggelam )
c. Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
d. Bulu mata : rontok atau tidak
e. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat.
f. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar, pin
point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
g. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di tepi
kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena kelumpuhan otat.
h. Pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5 atau 6 M dengan snellen card periksa visus okuli dekstra (OD) dan Okuli
Sinistra (OS)
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/
Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui adanya nyeri
tekan atau konsistensi bola mata.
k. P e mer iks aan D engan Ofta lmos kop
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi interna
dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur lubang cahaya (dan
filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan refraktif baik
dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubang
besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang tidak berdilatasi;
lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas-merah menyingkirkan sinar
merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan. Dengan filter
ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning, dan darah tampak
berwarna hitam
1. Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di de p a n mata kanan pemeriksa,
untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan dan
mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika pemeriksa menggunakan kaca mata, maka
kaca mata harus dilepas supaya dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus memulai
dengan diopter lensa diatur pada angka "0" jika ia tidak menggunakan kaca mata.
Pemeriksa yang miopia harus memulai dengan lensa "minus", yang ditunjukkan oleh
angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang hiperopia akan memerlukan lensa "plus",
yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna hitam. Jari telunjuk tetap pada cakram
untuk memudahkan mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan ibu jari
kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien. Oftalmoskop dan kepala
pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit. Pemeriksa yang melihat melalui
oftalmoskop, harus mendekati pasien setinggi mata sejauh sekitar 15 inci pada sudut 20
lateral dari pusat, seperti yang terlihat pada gambar 3.15. Cahaya harus menyinari pupil.
Pantulan sinar berwarna merah, refleks merah, dapat terlihat pada pupil. Pemeriksa
harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20 yang sama, pemeriksa akan
mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus bergerak lebih dekat ke pasien,
membawa lengan yang memegang oftalmoskop berlawanan dengan dagu pasien. Jika
sudah terjadi kontak dengan pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus atau
pembuluh darah. Dengan memutar roda diopter . Unit tenaga optik dari lensa untuk
sinar cahaya divergen atau konvergen.
4. Pemeriksaan Telinga
a. Inspeksi dan palpasi
Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah peradangan,
penumpukan serumen.
Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan, dan perforasi.
Uji kemampuan kepekaan telinga :
-
dengan bisikan pada jarak 4,5 6 M untuk menguji kemampuan pendengaran telinga
kiri dan kanan
dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar telinga kanan dan
kiri
dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi suara yang
didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara kanan dan kiri
dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan kemampuan pendengaran
antara konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien mampu mendengarkan
suara garpu tala dari kondusi udara setelah suara dari kondusi tulang
dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan kemampuan hantaran
konduksi udara antara pemeriksa dank lien, dengan syarat pendengaran pemeriksa
normal.
4.Pemeriksaan Hidung
a. Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkokan atau tidak)
Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung, adakah pembesaran
(polip)
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
-
Amati gigi, gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu, gingivitis,
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur wajah klien,
sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
7. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang dengan gizi jelek,
atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas, adakah peradangan ,jaringan
parut, perubahan warna, dan massa
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat klien
menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan pembendungan pada
supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis sambil melepaskan
bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan atas kolom darah
terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang
horisontal. Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 a Cm,( bila di bawah
bidang horizontal ) JVP = 5 a CmHg ( bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5
2 CmHg
Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan memasukan cateter
pada vena ,tekanan normal CVP = 5 15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan posisi
trakea
Pembesarn kelenjar limfe leher (Adenopati limfe) menandakan adanya peradangan pada
daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses desak
ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum
E.
Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya melingkar
dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
Palpasi
Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu :
1.
Garis midsternalis
sternum ke bawah
2.
Parasternalis
3.
Garis midclavikula
clavikula ke bawah
4.
ke bawah
5.
ke bawah
6.
a. Inspeksi
Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
Normal chest
Pigeon chest
Funnel chest
Barrel chest
Kyposis
Scoliosis
Lordosis
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil fremitus dan /vocal fremitus; membandingkan getaran dinding torak
antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada
punggung klien kemudian klien diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak
tangan digeser ke bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan da
kiri teraba sama.
membandingkan getaran
ke bawah
c. Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan jari tangan
yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor
menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau penimbunan cairan dalam dinding torak
(pnemotorak)
d. Auskultasi
1.
Suara nafas
Vesikuler
: terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah, lembut dan
bersih.
Bronchial
Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan bersih
Trakeal
: di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih
2.
Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan stetoskop
dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri sama
Kelainan yang dapat ditemuka :
Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
3.
Egophoni
Pectoriloquy
Suara tambahan
Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
Rales tidak hilang dengan batuk, tanda adanya cairan atau pus di alveoli. Pada
klien gagal jantung, atau pneumonia, atau fibrosis paru.
Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar, terdengar pada fase
inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk. Tanda-tanda pasien Bronkhitis
Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat ekspirasi akibat penyempitan bronkus. Nada
tinggi, seperti peluit. Tanda-tanda pasien Astma, atau tumor,atau terdapat benda
asing
Pleural tricion rub : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan pleura
terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero lateral bawah dinding
torak. Tanda-tanda pasien inflamasi pada pleura
G.
PEMERIKSAAN JANTUNG
a.
Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding torak,
normalnya pada ICS V Mid clavikula kiri selebar 1 Cm, sulit ditemukan pada klien yang gemuk.
b.
Palpasi
d. Auskultasi
Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis, dan pada ICS V Mid
Clavicula/Apeks BJ I bicuspidalis: terdengar LUB lebih keras akibat penutupan katub mitral dan
tricuspidalis.
Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aortic, dan ICS II linea sternalis kiri BJ
II pulmonik, terdengar DUB akibat penutupan katup aorta dan pulmonal.
Dengarkan BJ III (kalau ada) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic terdengar LUBDUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak, dewasa muda dan orang hamil. Bila ada BJ
III pada orang dewasa yang disertai dengan oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien
decompensasi cordis disebut Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya
pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri, dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic akibat dari getaran
jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur : 1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar
H.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Teknik pemeriksaan abdomen dengan urutan inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi, karena
palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristakltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran atau 9 Regio :
a.
Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adanya scar, striae (tanda peregangan pada ibu hamil),
warna: Cullen's sign (warna kebiruan di umbilikus, karena perdarahan peritonium), Grey
Turner's
pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas abdomen dan mengalir ke bagian yang
lebih atas berarti ada obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen
menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila terlihat pembuluh
darah pada abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak terlihat
terlalu menonjol.
b. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit,
normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut Borborygmi
biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada klien ileus
paralitik.
c.
Palpasi
Menanyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
Palpasi Hepar :
atau tajam.
Normalnya hepar tidak teraba.
Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner dari midclavikula kiri ke
arcus costae- melalui umbilicus berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus costae
ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan
terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi
menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan
,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timpani ke dullnes
merupakan batas cairan acites yang disebut pemeriksaan Shiffing Dullnes, dengan
perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya cairan acites akan mengalir
sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral lebih pekak/ dullness.
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal posterior,
tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan palpasi dan
I. PEMERIKSAAN GENETALIA
1.
Genetalia Pria
a. Inspeksi :
Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
Lubang uretra adakah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah (Hipospadia) lubang
uretra pada batang penis (Epispadia)
b. Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah benjolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya teraba
elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
-
Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada tunika
vaginalis.
Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma diakibatkan
infarktion pada testis.
Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya biasanya tidak
nyeri.
a) Pria
Posisikan pasien berbaring miring, atau berdiri membungkuk berdasarkan meja pemeriksaan
dan panggul fleksi.
Inspeksi :
1) Area sakrokoksigius. Kemungkinan terdapat kista pilonidal atau sinus.
2) Area perianal. Kemungkinan terdapat hemoroid, kutil, herpes, syangker, kanker.
Palpasi :
Palpasi kanul anus dan rektum dengan jari (menggunakan sarung tangan dan beri pelumas).
Kemudian raba pada:
Valgus
Varus
2. Palpasi
- Obsevasi Suhu dengan menggunakan punggung tangan
- Kelainan bentuk (Deformities)
- Crepitus (KREPP-it-us) karena pergerakan fragmen tulang pada fraktur
- Tenderness dan rasa tidak nyaman (nyeri)
3. Pergerakan Sendi (ROM)
a. ROM Aktif
-
Jika terdapat injuri atau nyeri mulailah dari sisi yang normal terlebih dahulu
b. ROM Pasif
Pemeriksa harus memegang dengan lembut tapi dengan kuat ekstremitas dan persendian
4. Uji Kekuatan Otot
- Jika nyeri atau ada injury, mulailah pada sisi normal.
- Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara
-
mudah diobservasi.
Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
Pasien mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal.
Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon.
Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas, gerak sendi penuh
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
c. Pemeriksaan Brudzinski
1. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan dibawah
kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi
ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala
pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Brudzinski I positif bila
gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul
kedua tungkai secara reflektorik.
2. Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi
lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.
3. Brudzinski III (Brudzinskis Check Sign)
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari pemeriksa tepat di
bawah os ozygomaticum.
4. Brudzinski IV (Brudzinskis Symphisis Sign)
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kebua ibu jari tangan
pemeriksaan.
3. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau )
Anjurkan klien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan dengan memejamkan
mata, gunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau
rempah-rempah
Nervus II, Opticus (penglihatan)
Melakukan pemeriksaan visus, dapat dilakukan dengan:
a. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Dengan Kartu snellen, Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter
antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas,
pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila
baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)
b. Pemeriksaan Penglihatan Perifer
Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf optikus
dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks oksipitalis. Dapat dilakukan
dengan:
Tes Konfrontasi, Jarak antara pemeriksa pasien : 60 100 cm, Objek yang
digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut. Objek yang
digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang pandang kanan
dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan
tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lurus ke depan dan tidak boleh
melirik ke arah objek tersebut. Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus
normal.
c. Refleks Pupil
i. Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk
melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur
ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
ii. Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil
dengan ukuran yang sama.
d. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)
Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat
diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan
fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya
adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua
vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
e. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.
Nervus III, Oculomotorius
a. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas
akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah
satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila
pasien mendongakkan kepala ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara
kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
b. Gerakan bola mata
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah
medial, atas dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia)
dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada
keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke
satu sisi.
c. Pemeriksaan pupil meliputi :
i.
Bentuk dan ukuran pupil
ii.
Perbandingan pupil kanan dan kiri
iii.
Refleks pupil, Meliputi pemeriksaan:
1. Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
buka
dengan
tangan
pemeriksa),
moncongkan
bibir
atau
menyengir,
memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung
tekan kiri dan kanan apakah sama kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar
kebagian sisi yang lumpuh)
Nervus VIII, Auditorius/vestibulokokhlearis
Memeriksa ketajaman pendengaran klien, dengan menggunakan gesekan jari, detik
arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli
konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.
Nervus IX, Glosopharingeal
Memeriksa gerakan reflek lidah, klien diminta m engucap AH, menguji kemampuan
rasa lidah depan, dan gerakan lidah ke atas, bawah, dan samping. Pemeriksaan N. IX
dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersamasama, anamnesis meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan
dan disartria. Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter
perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut ah
jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X
unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat. Sekarang lakukan tes
refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen sensorik dan nervus X
adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang faring pada setiap sisi dengan
spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula
tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan. Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi
palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini
menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat
menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian disuruh
batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada posterior lidah (N. IX)
Nervus X, Vagus
Memeriksa sensasi faring, laring, dan gerakan pita suara
Nervus XI, Accessorius
Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya dan
kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke
bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan
pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.
Nervus XII, Hypoglosal
Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara :Inspeksi lidah dalam keadaan diam didasar
mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan
tidak ritmik). Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang
lemah
jika
terdapat
lesi
upper
atau
lower
motorneuron
unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil.
Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.
b. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
c. Palpasi
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi (kekenyalan)
yang sedang
bergetar di bagian distal sendi interfalang darijari dan sendiinterfalang dari ibu jari
kaki, siku, dan pergelangantangan. Minta klien untuk bersuara pada saat dan tempat
di rasakan vibrasi.
7. Memeriksa reflek kedalaman tendon
1. Reflek fisiologis
a.
Reflek bisep:
Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk
beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari
90 derajat di siku.
Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku sementara
pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat
b.
-
Reflek trisep :
Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar
dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan
bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi
c.
-
Reflek brachiradialis
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari
pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan.
posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
d.
Reflek patella
e. Reflek achiles
- Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan
berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang
-
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski:
- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.
anterior
Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya
b. Reflek chaddok
-
c. Reflek schaeffer
-
d. Reflek oppenheim
-
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
e.
Reflek Gordon
-
f.
Reflek bing
g. Reflek gonda
-
cepat.
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(fanning) jari-jari kaki lainnya.
BIODATA PASIEN
1. Nama
: ...........................................................................................
2. Umur
: ...........................................................................................
3. Jenis Kelamin
: ...........................................................................................
4. No. Register
: ...........................................................................................
5. Alamat
: ..........................................................................................
6. Status
: ..........................................................................................
5. Kekuarga terdekat
: ..........................................................................................
6. Diaqnosa Medis
: ..........................................................................................
1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit
: ........................................................
Saat Pengkajian
: .........................................................
R = Regio :
....................................
d. S = Severity : .
e.
T = Time :
..
Pemenuhan
Di Rumah
Di Rumah Sakit
o
1
Makan/Minum
Jumlah / Waktu
Pagi :
Pagi : .
Siang : .
Siang : ..
Malam : ..
Nasi : ..
Malam : .
Nasi : ..........................
Jenis
Pantangan
Sayur : .
Sayur : .......................
Minum :
Kesulitan
Makan
Minum
Usaha-usaha
mengatasi
masalah
b.
Pola Eliminasi
No
1
Pemenuhan
Di Rumah
Warna
3
4
5
6
Bau
Konsistensi
Masalah Eliminasi
Cara
Mengatasi
Di Rumah Sakit
Pagi : ..
Siang :
Siang :
Malam :
Malam : .
Masalah
c.
Pemenuhan Istirahat
Tidur
Jumlah / Waktu
Di Rumah
Di Rumah Sakit
Pagi : ..
Pagi : ..
Siang :
Siang : ..
Malam : Malam : .
2
Gangguan Tidur
Upaya
Gangguan tidur
Hal Yang Memper-
mudah Tidur
Hal Yang Memper-
Mengatasi
mudah bangun
d.
Pemenuhan Personal
o
1
Hygiene
Frekuensi
Mencuci
2
3
Rambut
Frekuensi Mandi
Frekuensi Gosok Gigi
Di Rumah
:
Di Rumah Sakit
Keadaan Kuku
e. Aktivitas Lain
No
Aktivitas Yang
Di Rumah
Di Rumah Sakit
Dilakukan
b.
Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :
3.
PEMERIKSAAN FISIK
d. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
1.
Tensi : e. BB
: ................................
2.
Nadi : f. TB
: ................................
3.
RR
4.
e. KEADAAN UMUM
jelek ), Struktur
g.
Kurang )
l. Pemeriksaan lapang pandang
Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
m. Pemeriksaan t ekanan bola mata
Dengan tonometri , dengan palpasi taraba .
3 Pemeriksaan Telinga
n. Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk ..
Ukuran . Warna lesi (
+ / - ), nyeri tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna
................, transparansi ............................, perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
-
Uji swabach
4. Pemeriksaan Hidung
a.
Atau tidak )
Bibir pecah
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang / rileks,
Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut ( + / - ),
perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
b.
c.
h.
Inspeksi
Ukuran payudara ., bentuk (simetris / asimetris), pembengkakan (+ /- ).
Kulit payudara : warna ..................., lesi ( + / - ), Areola : perubahan warna (+ / - )
Putting : cairan yang keluar ( + / - ), ulkus ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
2.
Palpasi
Nyri tekan ( + / - ), dan kekenyalan (keras/kenyal/lunak), benjolan massa ( + / - )
c. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Payudara dan ketiak :
.
i.
Inspeksi
Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest), susunan ruas
tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis), bentuk dada (simetris / asimetris),
keadaan kulit ..........................
Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi suprasternal ( + /
- ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
Pola nafas :
(Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biots / Kusmaul)
Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).
g. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak
sama). Lebih bergetar sisi ............................
h. Perkusi
Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus /
kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
2.
Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqy ( + / - )
3.
Suara tambahan
Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ),
Pleural fricion rub ( + / - )
4. Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru :
...............................................................................................
j. PEMERIKSAAN JANTUNG
1.
Inspeksi
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
2.
Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
3.
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : .. ( N = ICS II )
Batas bawah : ....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : ... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : .. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
4.
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / - )
e. Keluhan lain terkait dengan jantung :
....................................................................................................
k.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
d.
Inspeksi
Bentuk abdomen : ( cembung / cekung / datar )
Massa/Benjolan ( + / - ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Ddiskripsikan :
Undulasi ( + / - )
PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - )
Lubang uretra : penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...............................
Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ), Tumor
testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
2. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan ( + / - ),
peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
m.
PEMERIKSAAN ANUS
1.
Inspeksi
Atresia ani ( + / - ), tumor ( + / - ), haemorroid ( + / - ), perdarahan ( + / - )
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + / - ) pemeriksaan Rectal Toucher
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus :
...........................................................................................................
n.
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-)
lokasi fraktur .., jenis fraktur
kebersihan
Palpasi
Oedem :
Lingkar lengan
: .
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1.
3.
Nervus X, Vagus ..
Nervus XI, Accessorius .................................
Nervus XII, Hypoglosal ..................................
Reflek bisep ( + / -)
g.
Reflek trisep ( + / -)
h.
Reflek brachiradialis ( + / -)
d. Reflek patella ( + / -)
e. Reflek achiles ( + / -)
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( + / -)
b. Reflek chaddok ( + / -)
c. Reflek schaeffer ( + / -)
d. Reflek oppenheim ( + / -)
j.
Reflek Gordon ( + / -)
f.
Reflek bing ( + / -)
g. Reflek gonda ( + / -)
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis :
.................................................................................................
V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status Nyeri :
1. Menurut Skala Intensitas Numerik
10
Intensitas Nyeri
Tidak Nyeri
Diskripsi
Pasien mengatakan tidak
merasa nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri berat
dalam perawatan
Pasien mangatakan nyeri tidak dapat
ditahan atau berat.
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
Nyeri sangat
berat
berubah
Pasien
mengatan
nyeri
tidak
c.
Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : .., Tingkah
laku yang menonjol :. Suasana yang
membahagiakan klien : Stressing yang
membuat perasaan klien tidak nyaman :
..................................................................
d.
Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ), apakah pola komunikasinya
( spontan / lambat ), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( ya / tdk ), Apakah
komunikasi klien jelas ( ya / tdk ), apakah klien menggunakan bahasa isyarat ya / tdk ).
e.
Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon :
Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasimasalahnya :
g.
dikaji
Orintasi terhadap
Orang,
Cemas
Cemas
Cemas
Ringan
Sedang
Berat
Baik
Menurun
Salah
Panik
Tdk
ada reaksi
tempat,waktu
2
Lapang persepsi
Baik
Menurun
Menyempit Kacau
Kemampuan
Mampu
Mampu
Tidak
menyelesaikan
4
dengan bantuan
masalah
Proses Berfikir
Mampu
Motivasi
Kurang
mampu
Tidak
berkonsen
mampu
mampu
trasi dan
mengingat dan
mengingat
mengingat
berkonsentrasi
dan
dengan
berkonsentr
baik
asi
Baik
Menurun
Kurang
: ............................................................................
:......................................................................
f. Peran
: ..............................................................................
J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. DARAH LENGKAP :
Leukosit
Eritrosit
Tdk
ada tanggapan
Alur
fikiran
kacau
Putus asa
Trombosit
Haemoglobin
Haematokrit
: ............................... ( N : 35.0 50 gr / dl )
B. KIMIA DARAH
Ureum
: .............................
( N : 10 50 mg / dl )
Creatinin
: .............................
( N : 07 1.5 mg / dl )
SGOT
: .............................
( N : 2 17 )
SGPT
: .............................
( N : 3 19 )
BUN
: .............................
( N : 20 40 / 10 20 mg / dl )
Bilirubin
: .............................
( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein
: .............................
C. ANALISA ELEKTROLIT
Natrium
: .............................
Kalium
: .............................
Clorida
: .............................
( N : 98 106 mmol / l )
Calsium
: .............................
( N : 7.6 11.0 mg / dl )
Phospor
: .............................
( N : 2.5 7.07 mg / dl )
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI, Endoscopy
dll.
I. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :
................................................................................................................................