Oleh :
Samsu Alam
(15.11.108.701602.000858)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA TENGGARONG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
Karangsambung LIPI.
Sueno Winduhutomo, S.T. selaku Pembimbing Lapangan.
Defry Hastria, S. T. selaku Pembimbing Lapangan.
Kristiawan Widiyanto, S. T. selaku Pembimbing Lapangan.
Chusni Ansori, S. T., M.T. selaku Pembimbing Lapangan.
Kelompok 2
SARI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
SARI .................................................................................................................iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
I.1. Latar Belakang ...............................................................................1
I.2. Tujuan Penelitian ...........................................................................2
I.3. Batasan Masalah ............................................................................2
I.4. Lokasi Kesampaian Daerah............................................................2
I.5. Waktu Penelitian.............................................................................2
I.6. Metode Penelitian ..........................................................................3
I.7. Perlengkapan Lapangan..................................................................5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
a.
b.
c.
d.
No
Kegiatan
November 2016
21
22
23
24
6
7
Studi Literatur
Pengamatan
Lapangan
Metode
Data
1) Plotting Lokasi
2)
3)
4)
5)
Deskripsi Batuan
Deskripsi Morfologi
Pengukuran Kedudukan
Sketsa
Geologi
1. Litologi
2. Struktur
Morfologi
1. Bentangalam
Analisis Petrogenesa
Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian
Kompas Geologi
Palu Geologi
Loupe (Kaca Pembesar)
Komparator Butir
GPS
Plastik Sampel
g.
h.
i.
j.
Larutan HCl
Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
Kamera
Buku Catatan Lapangan
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
II.1. Fisiografi Regional Jawa Tengah
Secara fisiografi dan struktural Pulau Jawa dibagi atas empat bagian utama
(Van Bemmelen, 1970) yaitu: Sebelah Barat Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah
(antara Cirebon dan Semarang), Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya)
Cabang sebelah Timur Pulau Jawa meliputi Selat Madura, dan Pulau Madura Jawa
Tengah merupakan bagian yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa,
lebarnya pada arah Utara - Selatan sekitar 100 - 120 km. Daerah Jawa Tengah
terdapat dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan
jalur Pegunungan Bogor di sebelah Barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah
Timur, serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi
Bandung di Jawa Barat (Gambar 2).
Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30 - 50 km2, pada bagian Barat
dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian Timur ditutupi oleh endapan gunung
api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.
berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa
menerus melalui Karangsambung hingga di Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini
teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih
muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah
mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga
Oligosen Akhir. Pulau Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan
kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data
seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah Barat - Timur masih
aktif hingga sekarang.
Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan
persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu
pula. Penampang stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam
Pulunggono, 1994 menunjukkan bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu
Cekungan Jawa Utara bagian Barat dan Cekungan Jawa Utara bagian Timur yang
terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa. Kelompok cekungan Jawa Utara bagian
Barat mempunyai bentuk geometri memanjang relatif Utara - Selatan dengan
batas cekungan berupa sesar-sesar dengan arah Utara - Selatan dan Timur Barat,
sedangkan cekungan yang terdapat di kelompok cekungan Jawa Utara Bagian
Timur umumnya mempunyai geometri memanjang Timur - Barat dengan peran
struktur yang berarah Timur - Barat lebih dominan. Pada Akhir Cretasius
terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di Daerah Karangsambung menerus
hingga Pegunungan Meratus di Kalimantan. Zona ini membentuk struktur
kerangka struktur geologi yang berarah Timur Laut - Barat Daya. Kemudian
selama tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada di sebelah
Selatan Pulau Jawa. Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah Timur - Barat.
Tumbukkan antara lempeng Asia dengan lempeng Australia menghasilkan gaya
utama kompresi Utara - Selatan. Gaya ini membentuk pola sesar geser (oblique
wrench fault) dengan arah Barat Laut - Tenggara, yang kurang lebih searah
dengan pola pegunungan akhir Cretasisus. Pada periode Pliosen - Pleistosen arah
tegasan utama masih sama, Utara - Selatan. Aktifitas tektonik periode ini
menghasillkan pola struktur naik dan lipatan dengan arah Timur - Barat yang
dapat dikenal sebagai Zona Kendeng.
geografis,
Karangsambung
terletak
pada
koordinat
Satuan Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Jawa Utara, Antiklinorium Bogor Serayu Utara - Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, dan
Gambar 4.
Kolom Stratigrafi Umum Daerah Karangsambung
(modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992)
Kompleks Melange Luk Ulo berumur Kapur Atas hingga Paleosen.
Fragmen-fragmen batuan yang terdapat dalam Kompleks Melange Luk Ulo dapat
dibedakan menjadi bongkah-bongkah selingkungan (native blocks) dan bongkahbongkah asing (exotic blocks). Pada umumnya terdiri dari batuan seperti sekis,
rijang dan batugamping merah, basalt, serpentinit, amfibolit, gabbro, peridotit,
serta batuan metamorf tekanan tinggi yaitu sekis biru dan eklogit dalam masadasar
serpih dan batulempung hitam.
Satuan Melange Luk Ulo dapat dibagi menjadi dua, yaitu Satuan Seboro,
dan Satuan Jatisamit. Satuan Seboro dicirikan oleh lebih banyaknya bongkahbongkah asing dibandingkan dengan masadasarnya, sedangkan Satuan Jatisamit
dicirikan oleh lebih banyaknya masadasar dibandingkan dengan bongkahbongkah asingnya. Kompleks Melange Luk Ulo pada bagian atas, diendapkan
secara tidak selaras Formasi Karangsambung dengan batas tektonik.
Formasi Karangsambung berumur Eosen. Formasi ini berupa batulempung
bersisik (scaly clay), berwarna hitam mengkilap, berselingan dengan batupasir
dan batulanau. Terdapat bongkah-bongkah konglomerat, batugamping numulites,
basalt, batupasir. Pada formasi ini bagian atasnya diendapkan Formasi Totogan
secara selaras.
Kapur Akhir, mempunyai arah hampir Barat Laut - Tenggara (N350E - N170E),
sedangkan gaya berikutnya mempunyai arah Utara - Selatan. Perbedaan sifat fisik,
yaitu plastisitas, elastisitas, kelembaman, dan kegetasan batuan terhadap gaya
yang
bekerja,
maka
masing-masing
batuan
yang
ada
di
daerah
ini
terbentuk
sebagai
akibat
adanya
tektonik
kuat
yang
BAB III
HASIL PENELITIAN
III. 1. Geomorfologi Daerah Penelitian
III.1.1. Ulasan Geomorfologi
Satuan geomorfologi pada daerah penelitian dibagi menjadi empat bentuk
berdasarkan asal kejadiannya antara lain : bentuk lahan asal struktural, bentuk
lahan asal denudasional, bentuk lahan asal fluvial, dan sungai.
III.1.2. Satuan Morfologi
A. Perbukitan Struktural
Pembentukan perbukitan struktural disebabkan dari tenaga endogen akibat
proses tektonisme. Proses tersebut sifatnya membangun bentangalam di
permukaan bumi.
Satuan perbukitan struktural di Gunung Gliwang dengan ketinggian 452
meter terletak di bagian tengah Utara - Selatan. Hal itu dicirikan karena memiliki
morfologi bukit pinus terjal, pola kontur rapat, dan relief kasar. Litologi penyusun
satuan ini memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap erosi yaitu breksi dan
batupasir. Vegetasi berupa bukit pinus serta keterdapatan airnya sangat kurang,
sehingga tidak memungkinkan adanya pemukiman pada lokasi tersebut.
Singkapan batuan yang terdapat berupa batuan beku dan batuan metamorf serta
tidak menutup kemungkinan adanya batuan sedimen pada perbukitan tersebut.
B. Perbukitan Denudasional
Proses pembentukan perbukitan disebabkan oleh adanya tenaga eksogen
yang mengakibatkan perbukitan tersebut terus mengalami proses pelapukan,
pengikisan (erosi) air dan angin secara terus - menerus. Pengikisan dalam kurun
Perbukitan Denudasional
Dataran Fluvial
(a)
(b)
(a)
(b)
BAB IV
KESIMPULAN
Pada umumnya umur batuan dapat diketahui dari proses dan lingkungan
pengendapannya melalui bentuk dan strukturnya pada berbgai formasi, hal itu
dapat diketahui dengan adannya teori Hukum Superposisi. Penelitian yang
dilakukan pada kawasan Kompleks Melange Luk Ulo Daerah Karangsambung
Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah ini teori tersebut tidak berlaku pada
stratigrafi Kompleks Melange Luk Ulo. Batuan yang berbeda jenis (beku,
sedimen, dan metamorf), umur, dan petrogenesa tersingkap menjadi satu
singkapan yang tersebar di berbagai pelosok di Daerah Karangsambung.
Tersingkapnya batuan melange di Daerah Karangsambung disebabkan oleh
adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh
sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang
intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini ditemukan di
sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada
saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang di dalamnya
mengalir aliran sungai Luk Ulo kondisi tersebut menunjukan bahwa di daerah
tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA