Anda di halaman 1dari 5

Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa
latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun
yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
DM tipe II adalah DM yang pengobatannya tidak tergantung pada insulin, umumnya
penderita orang dewasa dan biasanya gemuk serta mudah menjadi koma (Soesirah, 1990).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan keenam di
dunia sebagai negara dengan jumlah penderita Diabetes Mellitusnya terbanyak setelah India,
China, Uni Sovyet, Jepang, dan Brasil. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes
di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 pasien diabetes per
tahunnya, sehingga pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.
Diabetes Mellitus itu sendiri didefinisikan sebagai penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa
secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes
tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga terjadi kelebihan gula di
dalam tubuh. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun
bagi tubuh.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Tipe I (IDDM/ tergantung insulin)
Seseorang dikatakan Diabetes tipe I, jika tubuh perlu pasokan insulin dari luar. Hal ini
disebabkan karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan,
sehingga pancreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi
sejak kecil ataupun setelah dewasa.
Diabetes Tipe II (NIDDM/ tidak tergantung insulin)
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan
otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel
tubuh. Biasanya orang yang terkena penyakit diabetes tipe ini yaitu orang dewasa.
Etiologi
Diabetes Mellitus dibedakan menjadi dua yaitu Tipe I atau IDDM ( Insulin-Dependen DM)
dan Tipe II atau NIDDM (Non Insulin-Dependent DM). DM tipe I atau IDDM terjadi akibat
kekurangan insulin karena kerusakan sel beta pankreas (Moore,1997). Sedangkan DM tipe II
disebabkan oleh berbagai hal seperti bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya
kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko akibat cara hidup yang salah seperti
kegemukan, kurang gerak, dan pola makan yang tidak sehat (Suyono, 2002).
Patofisiologi
Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, yaitu
bertugas memasukan glukosa ke dalam sel dan digunakan sebagai bahan bakar. Insulin

diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
yang kemudian di dalam sel tersebut glukosa akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila
insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan glukosa tetap
berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat
(Suyono,2002).
Pada DM tipe II, jumlah insulin normal atau mungkin jumlahnya banyak, tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat dalam permukaan sel berkurang. Akibatnya glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2002).
Manifestasi Klinis
Gejala akut
Pada tahap permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi: banyak makan atau polifagia,
banyak minum atau polidipsia, dan banyak kencing atau poliuria. Pada fase ini, biasanya
penderita menunjukkan berat badan yang terus naik, karena pada saat ini jumlah insulin
masih mencukupi (Tjokroprawiro, 2001)
Gejala Kronik
Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuktusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, lelah, mudah mengantuk, mata kabur, gatal disekitar
kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun, pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan,
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro, 2001).

Diagnosis
Menurut Suyono (2002), diagnosis diabetes dipastikan bila:
1. Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL atau lebih ditambah gejala khas diabetes.
2. Glukosa darah puasa 126 mg/dL atau lebih pada dua kali pemeriksaan pada saat
berbeda.B
Bila ada keraguan, perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) atau yang populer
disebut OGTT (Oral Glukose Tolerance Test) dengan mengukur kadar glukosa puasa dan 2
jam setelah minum 75 g glukosa (Suyono, 2002).
Komplikasi
Komplikasi DM dapat muncul secara akut dan kronik.
Komplikasi Akut
Reaksi Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Jika keadaan ini tidak segera
diobati, penderita dapat menjadi koma. Karena koma pada penderita disebabkan oleh
kekurangan glukosa di dalam darah,maka koma disebut Koma Hipoglikemik.
Koma diabetic
Koma diabetik timbul karena kadar glukosa di dalam darah terlalu tinggi, dan biasanya lebih
dari 600 mg/dL. Gejala yang sering timbul adalah: nafsu makan menurun, haus, minum
banyak, kencing banyak, disusul rasa mual, muntah, nafas penderita menjadi cepat dan dalam
serta berbau aseton, dan sering disertai panas badan karena biasanya terdapat infeksi
(Tjokroprawiro, 1998).
Komplikasi Kronis
Menurut Pranadji (2000), komplikasi kronis meliputi:
Komplikasi mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil, diantaranya:

Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan glukoma atau
meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan yang paling sering terjadi adalah
bentuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan
Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan karena penderita menderita
diabetes dalam waktu yang cukup lama
Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa pada
kaki dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal serta perasaan
seperti terbakar.
Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang
lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul
penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
G. Penatalaksanaan
Pengobatan DM menurut Perkeni (1998) dikenal dengan empat pilar utama pengelolaan DM,
yang meliputi :.
Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan bagi pasien diabetes, yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit DM, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal (Perkeni,1998). Sukardji (2002) mengatakan bahwa penyuluhan
sangat diperlukan agar pasien mematuhi diet.

Perencanaan makan
Tujuan diet
Menurut Pranadji (2000), tujuan diet DM adalah membantu diabetesi atau penderita diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih
baik, serta beberapa tujuan khusus yaitu:
Memperbaiki kesehatan umum penderita,
Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal atau normal.
Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan yang
optimal dan aktivitas normal.
Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM.
Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal.
Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.
Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita, misalnya sedang hamil,
mempunyai penyakit hati, atau tuber kolosis paru.
Menarik dan mudah diterima penderita.
Prinsip Diet
Prinsip pemberian makanan bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi
karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. (Pranadji,
2000).
Latihan Jasmani
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih
30 menit yang sifatnya CRIPE (Continuous, rhytmical, interval, progresife, endurance
training) (Perkeni, 1998). Menurut Haznam (1991) olahraga dianjurkan karena bertambahnya
kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target. Dengan demikian insulin dalam
tubuh bekerja lebih efektif, sehingga lebih sedikit obat anti diabetik (OAD) diperlukan, baik
yang berupa insulin maupun OHO (Obat Hipoglikemik Oral).
Obat berkhasiat hipoglikemik
Pada prinsipnya, pengendalian DM melalui obat ada 2 yaitu :
Obat Anti Diabetes (OAD) atau Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang berfungsi untuk
merangsang kerja pankreas untuk mensekresi insulin.

Suntikan insulin. Pasien yang mendapat pengobatan insulin waktu makanannya harus
teratur dan disesuaikan dengan waktu pemberian insulinnya. Makan selingan diberikan untuk
mencegah hipoglikemia (Perkeni, 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Soegondo. 2000. Penyuluhan Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.
Green, Lawrence W., et al. 1980. Health Education Planning Adiagnostic Approach. First
Edition. California: Mayfield Publishing Company.
Kelompok Studi WHO. 2000. Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta: Hipokraket.
Leslie. R.D.G. 1995. Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Jakarta: Arcan.
Soegondo Sidartawan, dkk. 2002. Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta:
FKUI.
Subekti, 2002. Patofisiologi Diabetes. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai