LAPORAN PENELITIAN
HIBAH BERSAING
Ketua/Anggota Team:
Dr. Ir. Sudarsono, MT 0519025501
Ir. Saiful Huda, MT 0528025602
Ir. Murni Yun iwa ti, MT . 0511066101
Pur nawan, ST., M. Eng 0508106202
Dibiayai o leh:
Kopertis Wilayah V DIY Kemen trian Pend id ikan dan Kebudayaan , se sua i dengan Su ra t
Perj anji an Pel aks anaan Hi bah Peneliti an Nomor : 1142.12/K5/KL/2013 ,
Tanggal 21 Mei 2013
ii
RINGKASAN
Sentra Industri pati aren atau pati onggok
kabupaten Klaten, propinsi Jawa Tengah memproduksi pati aren (onggok) rata-rata 200 ton
/tahun, dan menghasilkan limbah berupa serat aren sebanyak 2,19 ton/hari. Sampai saat ini
limbah tersebut hanya dibuang ke sungai, sehingga merusak lingkungan dan sangat
mengganggu fungsi sungai sebagai saluran air hujan dan pengairan. Dalam mensikapi
permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah tersebut
menjadi produk yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan
bagi masyarakat.
Kekuatan serat sangat dipengaruhi oleh ukuran diameter serat (Zimmermann et al.,
2004). Semakin besar diameter serat maka semakin rendah nilai kekuatan tarik (tensile
strength) dan modulus elastisitas (modulus of elasticity/ MOE), demikian pula sebaliknya.
Dari penelitian yang pernah dilakukan serat aren memiliki kadar alfa sellulose yang cukup
tinggi yaitu sebesar 95,34% dan memiliki kategori serat panjang (purnawan, 2010), dengan
demikian dapat dimanfaatkan sebagai komponen penguat di dalam material komposit
pembuatan material komposit. Penelitian dilakukan dengan mencampur serat aren dengan
resin dan katalisator (hardener), campuran dicetak dengan pengepresan. Pengepresan
dilakukan selama dua puluh empat jam. Hasil yang diperoleh diuji kekuatan tarik maupun
kekuatan lenturnya, serta diukur densitasnya. Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini
adalah perbandingan berat resin dan serat aren, ukuran serat aren serta besarnya tekanan
untuk proses pengepresan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan menggunakan perbandingan berat
2
resin:serat = 7:1, berat katalis 10% massa resin, tekanan cetak 70 kg/mm , serta panjang serat
2
7 cm, diperoleh komposit dengan kuat lentur yang relatif tinggi (0,149 kg/mm ) tetapi kuat
2
tekan relatif rendah(0,2683 kg/mm ), namun apabila digunakan serat yang pendek (panjang
2
serat 0,2 cm) diperoleh komposit dengan kuat tekan yang relatif lebih besar (0,499 kg/mm ),
2
dimanfaatkan menjadi bahan perabot rumah tangga bahkan dengan dengan kualitas yang
lebih bagus.
4
4
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rakhmat dan
karuniaNya kami dapat melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah memberikan kesempatan dan
memberikan biaya penelitian ini.
2. Kepada Bapak Rektor dan Kepala LPPM IST AKPRIND Yogyakarta yang telah
memberikan dukungan kepada kami untuk mengusulkan dan melakukan penelitian
ini.
3. Pihak pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami sadar akan keterbatasan kemampuan kami, sehingga penelitian dan laporan
kami masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
menyempunakan hasil penelitian, laporan maupun artikel yang kami rencanakan untuk
dimuat dalam jurnali nasional terakreditasi atau internasional.
5
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix
BAB I.
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
DAFTAR TABEL
Tabel 1 . Komponen hasil pengolahan sagu aren..................................................................1
Tabel 2. Pengaruh perbandingan resin /serat terhadap kuat tekan dan kuat lentur
material komposit
.18
Tabel 3. Pengaruh panjang serat terhadap kuat tekan dan kuat lentur material
komposit.. 26
Tabel 4. Pengaruh tekanan cetak terhadap kuat tekan dan kuat lentur material komposit. .28
Tabel 5. Perbandingan kualitas material komposit ..29
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses pembuatan pati Aren ................................................................................ 1
Gambar 2. Limbah dibuang ke lingkungan dan ke sungai .................................................... 2
Gambar 3. Pohon Aren........................................................................................................ 5
Gambar 4. Diagram tahapan proses pembuatan tepung sagu aren........................................ 5
Gambar 5. Struktur Kimia Selulose ...................................................................................... 7
Gambar 6. Diagram pengujian bending (ASTM Standard C1161)....................................... 10
Gambar 7. Kotak pengujian konduktifitas panas .................................................................. 14
Gambar 8. Diagram alir penelitian ........................................................................................ 17
Gambar 9. Serat Aren.......................................................................................................... 18
Gambar 10. Resin dan katalisator ........................................................................................ 18
Gambar 11. Alat pengepres ................................................................................................... 19
Gambar 12. Uji kuat tekan .................................................................................................... 21
Gambar 13. Uji kuat lentur.................................................................................................... 21
Gambar 14. Pengaruh perbandingan resin dan serat terhadap kuat tekan material komposit
............................................................................................................ 22
Gambar 15. Pengaruh perbandingan resin dan serat terhadap kuat lentur material komposit
............................................................................................................ 23
Gambar 16. Pengaruh perbandingan resin dan serat terhadap densitas material komposit
............................................................................................................ 24
Gambar 17. Pengaruh panjang serat terhadap kuat tekan material komposit ....................... 25
Gambar 18. Pengaruh panjang serat terhadap kuat lentur..................................................... 26
Gambar 19. Pengaruh tekanan cetak terhadap kuat tekan material komposit....................... 27
Gambar 20. Pengaruh tekanan cetak terhadap kuat lentur material komposit ...................... 27
8
888
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Penelitian ........................................................................................... 32
Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti ........................................................................ 35
Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota ................................................................................ 36
Lampiran 4. Draft Jurnal ....................................................................................................... 43
Lampiran 5.Draft Seminar..................................................................................................... 54
9
9
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Industri tepung aren (onggok) di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah merupakan industri andalan penduduk daerah setempat Di Sentra
Industri pati aren atau ditengah masyarakat lebih populer dengan pati onggok terdapat 137
pengrajin dengan hasil produksi berupa pati aren (onggok) rata-rata 200 ton /tahun. Untuk
pengolahan pati aren akan menghasilkan beberapa komponen :
Tabel 1 . Komponen hasil pengolahan sagu aren
Komponen
Pati
Kulit keras
Serat
Kotoran lain
Sumber : Data primer
Jumlah
17 %
25 %
56 %
2%
Dengan melihat komponen yang dihasilkan maka dapat diperhitungkan bahwa dengan
produksi rata-rata 200 ton/tahun pati aren maka akan dihasilkan limbah berupa serat sejumlah
659 ton/tahun atau 2,19 ton/hari. Semula limbah dimanfaatkan oleh pabrik jamur, namun
setelah industri jamur yang memanfaatkan limbah padat aren mengalami kebangkrutan, pihak
industri mengalami kesulitan membuang limbah, sehingga limbah dibuang di bantaran sungai
dan di jalan-jalan. Selain mengganggu estetika, limbah juga mulai mengganggu kualitas air
setempat dan menurunkan peruntukan fungsi sungai sebagai saluran air hujan dan pengairan.
1
0
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Limbah dibuang ke lingkungan, (b) Limbah dibuang ke sungai
Dalam mensikapi permasalahan yang dihadapi di atas, salah satu upaya adalah
melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pati aren sebagai material komposit.
Diharapkan dengan diketahuinya sifat fisik dan mekanis serta konduktifitas termal dan
kemampuan sebagai bahan peredam suara.
dapat digunakan dalam komponen bangunan rumah, peredam panas, peredam suara dan
tempat penyimpan bahan. Aplikasi material komposit serat pati aren antara lain untuk
membuat meja, ceiling, cold strorage maupun fire wall. Dari hasil penelitian nantinya dapat
dihasilkan data-data teknik yang berkenaan dengan pemanfaatan tersebut, sehingga dapat
dipertangungjawabkan kegunaannya.
1.2. Urgensi Penelitian
Serat aren merupakan limbah dan belum termanfaatkan sehingga apabila dibuang ke
sungai akan merusak lingkungan dan menurunkan peruntukan fungsi sungai sebagai saluran
air hujan dan pengairan memiliki potensi yang cukup menjanjikan jika diolah dengan baik,
penelitian ini mencoba mengangkat potensi limbah serat pati aren untuk dibuat material
komposit. Selain alasan utama dari pemilihan serat aren sebagai bahan pembuatan material
komposit
adalah agar memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi yang lebih tinggi terhadap
limbah sekaligus meminimalisir pencemaran lingkungan, serat aren memenuhi syarat karena
memiliki kemampuan ikat terhadap resin yang cukup tinggi. Sehingga jika limbah serat pati
aren dibuat material komposit dengan resin sebagai pengikatnya akan dihasilkan sebuah
partikel yang mempunyai kekuatan yang relatif lebih baik.
Dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan pemanfaatan limbah serat
sebagai bahan baku pembuatan material komposit dengan
aren
Penelitian pembuatan material komposit dilakukan dengan variasi rasio resin dengan serat
aren, ukuran serat serta tekanan cetak.
komposit serat aren dengan bahan pengikat resin, antara lain sifat fisik dan mekanisnya dan
konduktifitas panasnya.
Tahapan penelitian akan dilakukan dalam 2 tahun, dengan pembagian sebagai berikut
:
Tahun Pertama
Material komposit limbah serat aren diharapkan dapat digunakan untuk perabotan
rumah tangga seperti meja, lemari dan lain sebagainya. Untuk pemanfaatan tersebut material
komposit limbah serat aren perlu diketahui kekuatannya. Setelah diketahui kekuatan material
komposit yang telah dibuat, maka penelitian ini akan merekomendasikan apakah material
komposit yang dibuat itu layak atau tidak, apabila dipergunakan untuk menggantikan bahan
yang saat ini sudah banyak dipergunakan. Untuk mengetahui sifat-sifat material komposit
serat aren, maka dilakukan pengujian terhadap sifat fisik dan mekanis dari material komposit
serat aren,
antara lain: kuat tekan dan kuat lentur material komposit. Untuk menguji
kelayakan material komposit yang dihasilkan, dilakukan uji kualitas pembanding yaitu
dengan menguji kuat tekan dan kuat lentur material komposit yang ada di perdagangan
terutama
yang
dimanfaatkan
sebagai
perabot
rumah
tangga.
Sehingga
dapat
direkomendasikan kelayakan material komposit hasil penelitian ini terutama untuk perabot
rumah tangga.
Tahun kedua
Material komposit limbah serat aren diharapkan dapat juga digunakan sebagai bahan
isolator panas dan peredam suara. Isolator sering kita jumpai pada tempat penyimpanan es
dimana isolator panas dipergunakan untuk mencegah panas dari lingkungan tidak masuk ke
es yang dapat menyebabkan es cepat mencair. Peredam suara biasa digunakan pada ruang
kerja atau auditorium untuk mencegah kebisingan. Untuk pemanfaatan tersebut perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi proses yang optimal dalam pembuatan
material komposit yang akan digunakan sebagai isolator dan peredam suara. Untuk
mengetahui kualitas material komposit limbah serat aren tersebut perlu diuji konduktivitas
panas serta koefisien redaman terhadap suara. Setelah diketahui kualitas material komposit
yang telah dibuat, maka penelitian ini akan merekomendasikan apakah material komposit
yang dibuat itu layak atau tidak, apabila dipergunakan untuk menggantikan bahan yang saat
ini sudah banyak dipergunakan. Untuk menguji kelayakan material komposit yang dihasilkan,
dilakukan uji kualitas pembanding yaitu dengan menguji konduktivitas panas serta koefisien
redaman terhadap suara material komposit yang ada di perdagangan. Hasil uji kelayakan
tersebut digunakan sebagai dasar untuk dapat direkomendasikan kelayakan material komposit
hasil penelitian ini terutama untuk isolator dan peredam suara.
limbah padat
Pemerasan
limbah serat
(limbah yang diteliti)
Penyaringan
limbah padat
Pengendapan
limbah cair
2.1.1. Selulosa
Selulosa merupakan komponen yang mendominasi karbohidrat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang mencapai hampir 50%, karena selulosa merupakan unsur struktural
dan komponen utama bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa
merupakan -1,4 poli glukosa, dengan berat molekul sangat besar. Unit ulangan dari polimer
selulosa terikat melalui ikatan glikosida yang mengakibatkan struktur selulosa linier.
Keteraturan struktur tersebut juga menimbulkan ikatan hidrogen secara intra dan intermolekul
Beberapa molekul selulosa akan membentuk mikrofibril dengan diameter 2-20 nm dan
panjang 100-40000 nm yang sebagian berupa daerah teratur (kristalin) dan diselingi daerah
amorf yang kurang teratur. Beberapa mikrofibril membentuk fibril yang akhirnya menjadi
serat selulosa. Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan
pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan kuatnya ikatan hidrogen.
Fungsi dasar selulosa adalah untuk menjaga struktur dan kekakuan bagi tanaman.
Selulosa bertindak sebagai kerangka untuk memungkinkan tanaman untuk menahan kekuatan
mereka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda. Itulah sebabnya dinding sel
tanaman kaku dan tidak dapat berubah-berubah bentuk..
Selulose ditemukan dalam tanaman yang dikenal sebagai microfibril dengan diameter
2-20 nm dam panjang 100-40000 nm). Selulosa adalah unsur struktural dan komponen utama
dinding sel dari pohon dan tanaman tinggi lainnya. Senyawa ini juga dijumpai dalam
tumbuhan rendah seperti paku, lumut, ganggang, dan jamur. Selulosa ditemukan di diinding
sel, karena merupakan komponen utama dinding sel tanaman.
Secara kimia, selulosa merupakan senyawa polisakarida dengan bobot molekulnya
tinggi, strukturnya teratur yang merupakan polimer yang linear terdiri dari unit ulangan -DGlukopiranosa. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan
amorf serta pembentukan mikro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa.
Sifat selulosa sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata, polidispersitas dan
konfigurasi rantainya
Untuk struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang membentuk rumus
molekul (C6H10O5)n ,dengan ikatan molekulnya ikatan hidrogen yang sangat erat (Gambar 5).
kekuatan tarik (tensile strength) dan modulus elastisitas (modulus of elasticity/ MOE),
demikian pula sebaliknya.
Dari penelitian yang pernah dilakukan serat aren memiliki kadar alfa sellulose yang
cukup tinggi yaitu sebesar 95,34% dan memiliki kategori serat panjang (purnawan, 2010),
dengan demikian dapat dimanfaatkan sebagai komponen penguat di dalam material komposit
2.2.
Tinjauan Resin
Resin adalah bahan polimer, dalam komposit sebagai matrik. Resin sebagai matrik
mempunyai fungsi sebagai pengikat, sebagai pelindung struktur komposit, memberi kekuatan
pada komposit dan bertindak sebagai media transfer tegangan yang diterima oleh komposit
serta melindungi serat dari abrasi dan korosi (Hyer W Michael).
Resin thermoset adalah tipe sistem matrik yang paling umum dipakai sebagai material
komposit. Mereka menjadi populer penggunaannya dalam komposit dengan sejumlah alasan,
mempunyai kekentalan leleh yang rendah, kemampuan interaksi dengan serat yang bagus dan
membutuhkan suhu kerja yang relatif rendah. Selain itu mempunyai harga yang lebih rendah
dari pada resin thermoplastis.
Resin epoksi yang paling umum, berdasar pada reaksi dari epichlorohydrin dan
bispenol A. Karakter dari produksi rantai epoksi kemampuan proses dan derajat garis yang
melintang. Pembuatan dari jaringan epoksi yang sangat bagus, dengan cara menambahkan
katalis yang akan bereaksi dengan epoksi dan akan bereaksi dengan baik dengan struktur
jaringan. Maka, kemampuan mekanik dari epoksi tergantung dari tipe katalis yang digunakan.
Asam anhydrides dan amino multi fungsi adalah yang paling sering digunakan. Amino
aliphatic akan mempercepat waktu pengeringan, dimana aromanya tidak begitu menyengat
akan tetapi dapat memberi hasil yang lebih baik pada temperatur transisi kaca. Untuk
pengeringan epoksi dengan temperatur 121C, dicyandiamide (dicy) digunakan sebagai
0
katalis. Umumnya pengeringan epoksi pada suhu 177 C menggunakan katalis yang berbasis
pada tetraglycidy derivative (Hyer W Michael). Pada saat katalis dan epoksi dicampur, resin
cair akan dijadikan padat dengan dengan menggunakan panas dari reaksi kimia eksoterm.
2.3.
komposit. Definisi komposit adalah : Sebuah sistem material yang tersusun atas campuran
atau kombinasi dari dua atau lebih partikel mikro maupun makro yang berbeda bentuk
maupun komposisi kimianya yang terikat secara erat satu dengan yang lain. (Smith, F
William). Dalam dunia teknik komposit dijelaskan sebagai kombinasi dua atau lebih material
yang bersama- sama membentuk suatu komposit yang kualitasnya jauh lebih baik daripada
material penyusunnya.
Secara umum, komposit terdiri dari dua bagian, yaitu: serat dan pengikat. Sedangkan
pengikat mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Ikatan
Yaitu fungsi pengikat yang menyatukan serat-serat dalam komposit, sehingga seratserat tersebut tidak tercerai berai dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
2. Fungsi Distributor
Selain mengikat serat dalam komposit, pengikat juga berperan dalam menyebarkan
dan meratakan gaya yang harus dilayani oleh komposit ke seluruh permukaan
komposit.
3. Fungsi Pelindung
Resin dalam komposit juga berfungsi sebagai pelindung serat-serat dari interaksinya
dengan lingkungan.
Keunggulan lain yang dimiliki oleh komposit adalah keuntungannya dalam hal bobot.
Bobot komposit jauh lebih ringan daripada material teknik lain atau baja pada khususnya.
Banyak desain konstruksi memiliki syarat selain harus kuat, juga harus ringan. Selain yang
tersebut diatas, komposit juga memiliki ketahanan korosi yang cukup jauh diatas material
dari logam. Ketahanan terhadap korosi yang sangat baik ini, memungkinkan komposit
melakukan lebih lama tugas yang tidak bisa dilakukan oleh material dari logam. Keunggulan
lain dari komposit adalah bersifat isolator yang baik dan juga harga relatif lebih terjangkau.
P
..(2)
bL
F/2
F/2
L/2
L
P L (3)
MOE
4bd Y
3
dimana
MOE = kekakuan (muncul sebagai modulus elastisitas), kPa
P1 = beban pada batas proporsional, N
L = panjang benda uji, mm, 24 kali tebal benda uji
b = lebar benda uji, mm
d = tebal benda uji, mm
Y1 = titik pusat kelengkungan pada batas proporsional, mm
Modulus pecah (modulus of rupture, MOR) menjadi pengukuran yang umum dari
kekuatan lengkung komposit papan. MOR adalah tegangan lengkung puncak dari suatu bahan
dalam lendutan (flexure) atau lengkungan (bending), dan sering digunakan untuk
membandingkan satu bahan dengan yang lain.
19
19
MOR 3PL
...(4)
2bd 2
dimana
=
p
a
n
j
a
n
g
b
e
n
d
a
u
j
i
,
m
m
,
2
4
k
a
20
20
l
i
b
e
a
u
j
i
2.6.
Kand
unga
n Air
(Mois
ture
Conte
nt)
uji
yang
diperoleh
sesudah
ngan
=
l
e
b
a
r
e
n
d
a
100
air
rata-
dimana
rata
M=
kandungan
air
dari
suatu
panel
pada
wakt
w
f
andu
(5)
w = berat
mula-mula
f = berat
setelah
pengeringan
oven
prose
s
pengi
rima
dari
karakteristik
Bahan
penyebaran
nyala
rendah
dengan
api
tidak
membutuhkan
yang
akan
peningkatan
penyebaran
kode
interior
untuk
bahan.
22
22
tergantung dari kebutuhan bangunan, lokasi bahan dalam bangunan, dan kehadiran dari
penyembur air.
Secara umum, kode penyebaran nyala api diklasifikasikan sebagai
Kelas
Jangkauan Lokasi
I atau A
0 25
II atau B
26 75
III atau C
76 200
Material komposit dari serat aren ini masuk kedalam kelas C penyebaran nyala api.
Pengujian penyebaran nyala api didasarkan pada ASTM E-84/UL 723/NFPA 255: "Test for
Surface Burning Characteristics of Building Materials". Penyebaran nyala api adalah suatu
angka, dihitung dari hasil pengujian, yang menunjukkan laju relatif ketika nyala api akan
menyebar menutupi permukaan dari bahan dibandingkan dengan penyebaran nyala api pada
papan asbes-semen, dimana lajunya 0 dan pada kayu oak merah dimana lajunya 100. Benda
uji disesuaikan dengan dimensi ruang bakar yang tersedia dan diukur laju penyebaran nyala
apinya.
2.8.
karena adanya perbedaan temperatur antara benda atau material. Dimana energi yang
dipindahkan dinamakan kalor atau bahang atau panas (Heat). Ilmu perpindahan kalor tidak
hanya menjelaskan bagaimana energi kalor itu dipindah-kan dari satu benda ke benda yang
lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu. Kenyataan bahwa disini yang menjadi sasaran analisis ialah masalah laju
perpindahan kalor dan kondukivitas termal bahan.
Dalam aplikasinya kita mengenal istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan tiga modus
perpindahan kalor yaitu:
1. Konduksi atau hantaran
2. Konveksi atau ilian
3. Radiasi atau sinaran
Dalam mempelajari ilmu perpindahan panas ada beberapa cabang ilmu untuk
membahas hubungan antara panas dan bentuk-bentuk energi lainnya yang disebut
23
23
termodinamika. Hukum pertama dari asas-asas ini yaitu hukum pertama termodinamika,
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tetapi hanya dapat
diubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Hukum ini mengatur semua perubahan bentuk
energi secara kuantitatif tetapi tidak membatasi arah perubahan bentuknya.
2.9.
Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal merupakan suatu nilai konstanta dari suatu bahan yang memberi
dimana:
q
T = Gradient suhu ( C )
....................(6)
2.
3.
4.
5.
ruang isolasi
6.
Prosedur pengujian
1. Tempatkan sumber panas pada ruang isolator no.2
2. lakukan pengukuran suhu pada no. 3 dan 4, untuk menentukan gradient temperatur.
3. pengukuran dilakukan masing-masing benda uji.
2.9. Redaman suara
Dalam riset ini, untuk menghitung besarnya rasio redaman pelat digunakan bandwidth
method. Hal ini didasari oleh karakteristik pelat yang tidak viskos, sehingga logarithmic
decrement method kurang tepat jika digunakan di sini. Pengukuran damping dengan
bandwidth method pada sistem berderajat kebebasan tunggal Rasio redaman dalam kondisi
tersebut di atas dinyatakan dengan persamaan berikut:
koefisien absorbsi ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode impedansi dan pengukuran
langsung.
Nugroho (2010), melaporkan hasil yang didapat secara umum adalah nilai koefisien
absorbsi cenderung naik pada frekuensi tinggi. Pada pengujian dengan metode pengukuran
langsung nilai koefisien absorbsi pada ketebalan 1 lapis lebih tinggi dari pada ketebalan 2
lapis. Sedangkan pada pengujian dengan metode tabung impedansi nilai koefisien absorbsi
pada tiap-tiap ketebalan cenderung sama dan lebih tinggi dari pada metode pengukuran
langsung. (Dharmantya, 2010) Tingkat serapan bunyi yang dihasilkan oleh masing-masing
produk berbedabeda,dipengaruhi oleh kerapatan massa dan pori-pori udara pada produk
tersebut, karena dalam peredam suara. nilai redaman pada frekuensi 1000 Hz lebih tinggi
dibanding frekuensi dibawahnya., pada frekuensi 1000 Hz dengan metoda tabung impedansi,
nilai koefisien penyerapannya mencapai 0,9, dmana nilai itu mendekati sempurna, yaitu satu.
Tujuan Penelitian
1. Untuk memanfaatkan limbah serat aren yang belum termanfaatkan, menjadi bahan
teknik, agar memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
2. Untuk mengetahui sifat fisik dan mekanis material komposit serat aren berpengikat
resin dengan berbagai komposisi campuran, panjang serat serta pengaruh kekuatan
tekan pada pengepresan.
3. Untuk mengetahui kemampuan terhadap isolator panas dan kemampuan meredam
suara.
4.
Kelayakan pengggunaan material komposit serat aren untuk digunakan antara lain
sebagai meja (bahan furnitur), tempat penyimpanan dingin (cold strorage) dan dinding
pelapis peredam suara dalam ruangan.
3.2.
Manfaat Penelitian
1. Limbah serat aren dapat dimanfaatkan menjadi material komposit, sehingga
permasalahan pencemaran lingkungan di sentra industri soun dapat diatasi.
2. Dari hasil penelitian ini akan dapat diketahui perbandingan serat dan resin, ukuran
serat serta kekuatan tekan pada proses pengepresan material komposit, untuk
menghasilkan material komposit yang memiliki kualitas terbaik. Selain itu akan dapat
diketahui kualitas material komposit dari serat aren ini bila dibandingkan dengan
material komposit lain yang ada di pasaran.
2.
Tahun kedua meneliti sifat konduktifitas termal dan faktor redaman material
komposit.
Berikut ini diagram alir penelitian sifat fisik, mekanis dan konduktifitas termal:
Mulai
Serat aren
pembersihan
Pembentukan plat komposit serat aren variasi
rasio bahan baku, ukuran serat, tekanan cetak
Pengujian sifat fisis
dan mekanis
Pegujian konduktifitas
termal
Pembuatan prototipe
furniture
Pengujian faktor
redaman
Uji Kelayakan
Analisa
kesimpulan
Selesai
Gambar 8. Diagram alir penelitian
pengadukan hingga homogen. Campuran yang telah homogen dimasukkan ke dalam pencetak
yang terbuat dari baja, kemudian dilakukan pengepresan dengan menggunakan mesin press
selama 24 jam.
Setelah pengepresan didiamkan beberapa saat agar material komposit mengeras,
setelah itu material komposit dilepas dari cetakan. Dilakukan pengujian sifat fisis dan sifat
mekanis dari material komposit yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan variabel
perbandingan resin dengan serat, panjang serat serta kekuatan tekan pada proses pengepresan.
Pengolahan data dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh variabel
variabbel tersebut terhadap sifat fisis dan sifat mekanis material komposit yang dihasilkan.
Dari penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui cara pembuatan material komposit,
perbandingan bahan, panjang serat serta kekuatan tekan yang baik untuk memperoleh material
komposit dengan kualitas yang baik.Untuk mengetahui kualitas material komposit, dilakukan
juga uji fisis dan mekanis terhadap material komposit sejenis yang ada di pasaran.
Bahan serat aren dicampur dengan resin dan ditambahkan katalis (untuk mempercepat
pengerasan). Perbandingan berat serat aren dengan resin 1:1, :2, 1:3, 1:4, 1:5, 1:6; 1:8;
1:9, 1:10. Perbandingan resin dan katalis tetap (10:1). Pencampuran dilakukan hingga
homogen dengan menggunakan mesin pengaduk.
b)
c)
Setelah pengepresan didiamkan beberapa saat agar material komposit mengeras, setelah
itu material komposit dilepas dari cetakan.
d)
Dilakukan pengujian sifat fisis dan sifat mekanis dari material komposit yang
dihasilkan.
e)
Dengan cara yang sama seperti di atas, dilakukan penelitian dengan variabel panjang
serat serta kekuatan tekan pada proses pengepresan.
f)
g)
Dari penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui cara pembuatan material komposit,
perbandingan bahan, panjang serat serta kekuatan tekan yang baik untuk memperoleh
material komposit dengan kualitas yang baik.
h)
Untuk mengetahui kualitas material komposit, dilakukan juga uji fisis dan mekanis
terhadap material komposit sejenis yang ada di pasaran.
31
31
Penelitian dilakukan dengan membuat material komposit berupa bahan uji dengan
3
volume tertentu (94cm ), menggunakan campuran resin dan serat aren dengan perbandingan
berat resin/serat yang divariasikan (3,4,5,6,7,8,9,10), ditambah katalisator sebanyak 10%
berat resin, panjang serat yang digunakan 2 cm dan kuat tekan pada proses pencetakan 70
2
kg/mm Data penelitian dapat dilihat pada tabel 2. dan gambar 14,15 dan 16.
Tabel 2. Pengaruh perbandingan resin /serat terhadap kuat tekan dan kuat lentur material
komposit. (panjang serat 2 cm, jumlah katalis 10% massa resin, dan tekanan cetak 70
2
kg/mm )
Densitas
(gr/mL)
Kuat tekan
2
(kg/mm )
Kuat Lentur
2
(kg/mm )
1.2515
0.1055
0.087
1.2388
0.1055
0.087
1.2306
0.1055
0.11
1.2248
0.2587
0.11
1.2205
0.316
0.12
1.2172
0.3286
0.117
1.2146
0.4306
0.106
10
1.2124
0.8836
0.122
Ratio berat
resin/serat
Gambar 14. Pengaruh perbandingan resin/serat terhadap kuat tekan material komposit
Resin berfungsi sebagai pengikat serat, sehingga semakin banyak resin semakin kuat
ikatan serat dalam komposit. Apabila jumlah resin tidak mencukupi, maka daya ikat antara
resin dengan serat kurang kuat. Hal ini akan menyebabkan material komposit akan berubah
volume (mengembang) setelah keluar dari cetakan. Pada tabel 2 dan gambar 14, dapat diamati
bahwa semakin besar perbandingan resin dengan serat semakin besar kuat tekan material
komposit, namun tidak diinginkan jumlah resin yang terlalu banyak, karena dalam masalah ini
yang utama adalah pemanfaatan serat secara maksimal.
Gambar 15. Pengaruh perbandingan resin dan serat terhadap kuat lentur material komposit
Pada gambar 15 dapat diamati bahwa grafik hubungan perbandingan resin dan serat
dengan kuat lentur komposit yang dihasilkan, tidak terlalu signifikan, berkisar antara 0,1
hingga 0,2
Gambar 16. Pengaruh perbandingan resin dan serat terhadap densitas material komposit
34
34
Pada gambar 16 dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan resin dan serat maka
semakin kecil densitas material komposit yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena densitas serat
3
(1,5gr/cm ) lebih besar dari densitas resin (1,25 gr/cm ), sehingga dengan volume yang sama,
semakin besar jumlah resin desitas akan semakin kecil.
Dari hasil penelitian perbandingan resin/serat sebesar 7 adalah kondisi yang optimal,
karena dengan pebandingan tersebut diperoleh karakteristik produk yang cukup baik yaitu kuat
2
tekan 0,316 kg/mm dan kuat lentur 0,12 kg/mm serta densitas 1,22 gr/cm dan material
komposit tidak mengalami perubahan volume setelah pencetakan, dengan kata lain
pemanfaatan serat sudah maksimal, tidak bisa lebih besar lagi.
5.2. Pengaruh panjang serat
Penelitian
volume tertentu (94cm ), menggunakan campuran resin dan serat aren dengan perbandingan
berat 7:1, ditambah katalisator sebanyak 10% berat resin, dan kuat tekan pada pencetakan 70
2
kg/mm Panjang serat yang digunakan divariasikan (0.2, 2, 3, 4, 5, 6, 7 cm). Data penelitian
dapat dilihat pada tabel 3 serta gambar 17 dan 18.
Tabel 3. Pengaruh panjang serat terhadap kuat tekan dan kuat lentur material komposit.
(perbandingan resin:serat = 7:1, jumlah katalis 10% massa resin, dan tekanan cetak 70
2
kg/mm )
Panjang serat,
cm
0.2
2
3
4
5
6
7
Densitas gr/cm
1,22
1,22
1,22
1,22
1,22
1,22
1,22
Kuat tekan,
2
kg/mm
0.499
0.316
0.3342
0.3221
0.3312
0.3112
0.2683
Kuat lentur
2
kg/mm
0.117
0.120
0.142
0.141
0.145
0.143
0.149
Gambar 17, Pengaruh panjang serat terhadap kuat tekan material komposit.
Pada tabel 3 dan gambar 17 dapat diamati bahwa semakin panjang serat yang
digunakan semakin kecil kuat tekan material komposit. Hal ini disebabkan serat yang
digunakan dalam penelitian ini diambil langsung dari limbah serat aren apa adanya tanpa
terlebih dahulu dilakukan penyeragaman orientasi serat, sehingga meskipun serat cukup
panjang tetapi tidak lurus atau berbelok-belok sehingga membentuk tumpukan serat yang
tebal, tumpukan ini memiliki sifat yang elastis sehingga mengurangi kuat tekan material
komposit. Apabila
dibuat dengan panjang serat yang kecil atau dilakukan pengaturan orientasi serat secara lurus
sehingga terbentuk serat yang langsung terikat dengan matrik, tidak menggumpal diantara
serat.
Penelitian
volume tertentu (94cm ), menggunakan campuran resin dan serat aren dengan perbandingan
berat 7:1, ditambah katalisator sebanyak 10% berat resin, panjang serat 2cm dan kuat tekan
2
pada pencetakan divariasikan (50, 60 dan 70 kg/mm ). Data penelitian dapat dilihat pada tabel
4. serta gambar 19 dan 20.
Tabel 4. Pengaruh tekanan cetak terhadap kuat tekan dan kuat lentur material komposit.
(perbandingan resin:serat = 7:1, panjang serat 2 cm, jumlah katalis 10% massa resin).
Tekanan cetak, kg/mm
50
60
70
Kuat lentur
2
kg/mm
0.124
0.112
0.109
Gambar 19. Pengaruh tekanan cetak terhadap kuat tekan material komposit.
Gambar 20. Pengaruh tekanan cetak terhadap kuat lentur material komposit.
Tekanan saat pencetakan (pembuatan) papan komposit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sifat mampu tekan dan kemampuan lentur dari benda uji.
Pada
kemampuan lentur diperoleh hasil dimana semakin besar tekanan pencetakan, kemampuan
lenturnya semakin menurun, hal ini disebabkan pada tekanan yang semakin tinggi serat
semakin tertekan dan pori-porinya dapat terisi oleh resin sehingga hal ini akan
mengakibatkan serat kehilangan sifat elastisnya yang pada gilirannya akan menurunkan sifat
lentur dari material komposit, penekanan yang besar juga akan mengakibatkan fraksi volome
serat menurun jika dibandingkan dengan volome resin yang juga berakibat pada peningkatan
kekerasan material komposit, hal inilah yang kemudian meningkatkan kemampuan tekan dari
benda uji (material komposit)
5.4. Kualitas material komposit.
Untuk mengetahui kualitas material komposit yang dihasilkan dalam penelitian ini, dilakukan
dengan cara membandingkannya dengan material komposit yang ada dalam perdagangan yang dapat
dilihat dalam tabel 5.
0,499 kg/mm
0,149 kg/mm
Kuat tekan
0,248 kg/mm
Kuat lentur
0,082 kg/mm
Dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa ditinjau dari kuat tekan dan kuat lentur
material komposit, kualitas material komposit serat aren yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih
baik dibanding material komposit yang ada di pasaran. Material komposit yang ada di pasaran biasa
digunakan untuk pembuatan mebel, maka dari uji kualitas tersebut dapat disimpulkan bahwa material
komposit serat aren dapat digunakan sebagai bahan pembuat mebel yang lebih kuat, atau dapat
digunakan untuk keperluan lain yang memerlukan kekuatan lebih besar.
= 7:1, berat katalis 10% massa resin, tekanan cetak 70 kg/mm , serta serat yang panjang
2
(7 cm) diperoleh komposit dengan kuat lentur yang relatif tinggi (0,149 kg/mm ) tetapi
2
kuat tekan relatif rendah(0,2683 kg/mm ), namun apabila digunakan serat yang pendek
2
(0,2 cm) diperoleh komposit dengan kuat tekan yang relatif lebih besar (0,499 kg/mm ),
2
41
41
DAFTAR PUSTAKA
Abe, K., Iwamoto, S., Yano, H. 2007. Obtaining Cellulose Nanofibers with a Uniform Width
of 15 nm from Wood. Biomacromolecules 8(10), 3276-3278.
Alemdar, A., Sain. M. 2008. Biocomposites from Wheat Straw Nanofibers: Morphology,
Thermal and Mechanical Properties. Composites Science and Technology 68: 557-565
Bisanda, E.T.N. 2000. The Effect of Alkalli Treatment on the Adhesion Characteristics of
Sisal Fibers. Applied Composite Materials 7: 331-339
De souza, M.F,dan PS Batista, 2004 Rice hull derived silica: Application in portland
cement and mullite whiskers. www.fftc.org
Henriksson, M., Henriksson, G., Berglund, L.A., Lindstorm. T. 2007. An Enviromentally
Method for Enzyme Assisted Preparation of Microfibrillated Cellulose (MFC)
Nanofibers. European Polymer Journal, 43: 3434-3441
Hyer, W Michael, 1998.,Stress and analysis of fiber reinforced composite material, Mc
Graw Hill International Edition.
Nakagaito, A. N., Yano, H. 2004. The Effect of Morphological Changes from Pulp Fiber
Towards Nano Sclae Fibrillated Cellulose on the Mechanical Properties of High
Strength Plant Fiber Based Composites.Applied Physics A78: 547-552
Nugroho, Rahmat Adi, 2010., Uji Deskripsi Redaman Suara Pada Plat Hasil Pengolahan
Limbah Serabut Dan Serbuk Aren Dengan Proses Tekan Cetak 5 Bar Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Oksman, K., Skrifvas, M., Selin, J.F. 2003. Natural Fibers as Reinforcement in Polylactid
Acid (PLA) Composites. Composites Science Technology, 63: 1317-1324.
rd
Smith F William, 2000 Principles of Materials And Engineering 3 Edition,Mc Graw Hill
International Edition.
Yoshida, S.; Ohnishi, Y. dan
Kitaghisi, K. 2004,.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Penelitian
Proses pencampuran
Proses pencetakan
Proses pengepresan
Proses pengujian
Nama
NIDN
Uraian tugas
Dr.Ir.Sudarsono,MT 05190255
01
Engineering
Materials
and
Mechanical
Engineering
Engineering
Materials and
Mechanical
Engineering
05110661
01
Chemical
Engineering
Purnawan, ST.,
M.Eng
050810620 Environment
engineering
2
Pelaksana
penelitian,
Persiapan
bahan,
pelaksanaan,
karakterisasi
Pelaksana
penelitian,
pengujian
kekuatan
bahan
Pengujian
karakteristik,
studi pustaka
Konsultasi
Penelitian
Studi pustaka
, konsultasi
35
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nomor Telepon/Faks/HP
Alamat Kantor
Nomor Telepo/Faks
Alamat e-mail
Lulusan yang Telah Dihasilkan
Mata Kuliah yang Diampu
B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama
Institut Teknologi
Perguruan
Nasional Malang,
Tinggi
lulus 1988
Bidang Ilmu
Teknk Mesin
Judul Skripsi/
Thesis/Disertasi
S-2
Universitas
Indonesia, Jakarta,
lulus 1997
Teknik Metalurgi
S-3
UNDIP
Semarang
lulus 2013
Ilmu Lingkungan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan
sebagai salah satu syarat pengajuan penelitian Hibah Bersaing.
Yogyakarta, 20 Maret 2012
Pengusul
Materai
Dr. Ir. Sudarsono, MT
4. Utilization of Albizia Wood (Albizia Falcata) and Ramie Fibers as Wind Turbine Propeller
Modification of NACA 4415 Standard Airfoil Elektroplating Non Konduktor ( Jurnal
Internasional ) 2013
Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nomor Telepon/Faks
Alamat e-mail
Lulusan yang Telah Dihasilkan
Mata Kuliah yang Diampu
B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama
Institut Teknologi
Perguruan
Nasional Malang,
Tinggi
lulus 1988
Bidang Ilmu
Teknk Mesin
Judul Skripsi/
Thesis/Disertasi
S-2
S-3
Universitas
Indonesia, Jakarta,
lulus 1997
Teknik Metalurgi
Jabatan
Ketua
Sumber Dana
Mandiri
Ketua
IST Akprind
L/P
2010
2011
Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nomor Telepon/Faks
Alamat e-mail
Lulusan yang Telah Dihasilkan
Mata Kuliah yang Diampu
B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama
Universitas Gadjah
Perguruan
Mada, lulus 26 Juni
Tinggi
1988
Bidang Ilmu
Judul Skripsi/
Thesis/Disertasi
Teknik Kimia
S-2
S-3
Universitas
Indonesia, Jakarta,
lulus 29 September
1999
Teknik Kimia
Jabatan
Peneliti
Utama
Anggota
Peneliti
Sumber Dana
IST AKPRIND
Penelitian
Hibah Bersaing
(Ditjen Dikti)
Peneliti
utama
Penelitian
Dosen Muda
(Ditjen Dikti)
Anggota
Peneliti
Penelitian
Hibah Bersaing
(Ditjen Dikti)
51
51
2008
2007
2007
Peneliti
utama
Peneliti
utama
Peneliti
utama
IST AKPRIND
Penelitian
Dosen Muda
(Ditjen Dikti)
IST AKPRIND
2009
Judul Kegiatan
Penyelenggara
Kopertis Wilayah V
Biodata Anggota 3
A. Identitas Diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nomor Telepon/Faks/HP
Alamat Kantor
10.
11.
12.
13.
Nomor Telepon/Faks
Alamat e-mail
Lulusan yang Telah Dihasilkan
Mata Kuliah yang Diampu
Teknik Lingkungan
Pengetahuan Struktur
Teknologi Daur Ulang
Plan Design
B. Riwayat Pendidikan
S-1
S-2
S-3
Nama
Sekolah
Tinggi Universitas Gadjah
Perguruan
Teknik
Mada, lulus tahun
Tinggi
Lingkungan, lulus 2010
2006
Bidang Ilmu
Teknik Lingkungan Teknik Kimia
Judul Skripsi/
Thesis/Disertasi
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 tahun Terakhir
a) Pemanfaatan Limbah Serat Industri Sagu Aren Sebagai Bahan Pembuatan
Nitrosellulosa
b) Pemanfaatan Limbah Serat Industri Tepung Sagu Aren Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Kertas (Pulp) Dengan Proses Delignifikasi
D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
Kegiatan
Penyuluhan dan Pelatihan serta Pendampingan Teknologi Pengolahan
2011
Air Bersih dan Air Minum, PP Al Hikmah Gunungkidul, Yogyakarta
Yogyakarta, 14 Maret 2012
Pengusul,
Purnawan, ST., M.Eng.
PENDAHULUAN
Serat aren
Aren (Arenga pinnata Wurmb)
merupakan tumbuhan berbiji tertutup
dimana biji buahnya terbungkus daging
buah. Tepung aren dapat digunakan untuk
pembuatan aneka produk makanan,
terutama produk yang sudah dikenal
masyarakat luas, yaitu soun, cendol,
bakmi, dan hun kwe. Sampai saat ini
tepung dari pati batang aren belum dapat
disubstitusi. Dalam proses pembuatan pati
dihasilkan limbah berupa serat aren yang
tidak termanfaatkan dan sangat berpotensi
mencemari lingkungan seperti terlihat pada
Gambar 1(a) dan 1(b).
(a)
(b)
Gambar 1.
lingkungan
(a)
Limbah
dibuang
ke
Selulosa
Selulosa merupakan komponen yang
mendominasi karbohidrat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang mencapai hampir
50%, karena selulosa merupakan unsur
struktural dan komponen utama bagian
yang terpenting dari dinding sel tumbuhtumbuhan. Selulosa merupakan -1,4 poli
glukosa, dengan berat molekul sangat besar.
Unit ulangan dari polimer selulosa terikat
melalui
ikatan
glikosida
yang
mengakibatkan struktur selulosa linier.
Keteraturan
struktur
tersebut
juga
menimbulkan ikatan hidrogen secara intra
dan intermolekul
Beberapa molekul selulosa akan
membentuk mikrofibril dengan diameter
2-20 nm dan panjang 100-40000 nm yang
sebagian berupa daerah teratur (kristalin)
amorf
yang
L/2
mengetahui
kualitas material
komposit,
dilakukan juga
F/2
MOE
4bd 3Y .........(2)
MOE =
kekakuan
10
(4)
(muncul
0
sebagai
modulus
l
elastisitas), kPa
P1 = beban pada
b
batas
e
proporsional, N
n
L = panjang
d
benda uji, mm,
a
24 kali tebal
benda uji
u
b
j
i
=
,
l
e
b
a
r
b
e
n
d
a
u
j
i
,
m
m
d
=
t
e
b
a
m
m
Y1 = titik pusat
kelengkungan
pada batas
proporsional,
mm
Modulus
pecah (modulus
of rupture, MOR)
menjadi
pengukuran yang
umum
dari
kekuatan
lengkung
komposit papan.
MOR
adalah
tegangan
lengkung puncak
dari suatu bahan
dalam lendutan
(flexure)
atau
lengkungan
(bending),
dan
sering digunakan
untuk
membandingkan
satu
bahan
perbandingan
resin/serat
Penelitian
dilakukan
dengan
membuat material
komposit berupa
bahan uji dengan
volume tertentu
3
(94cm ),
3PL
M
O
R
...
k
a
n
d
u
n
g
a
n
a
i
r
w
.(3)
2
2bd
=
b
e
r
a
t
m
u
l
a
m
u
l
a
f = berat
setelah
pengerin
gan oven
HAS
IL
DA
N
PE
MB
AH
ASA
N
1.
Pengaruh
MOR = Modulus
of Rupture, kPa
P = beban
maksimum, N
L=
panj
ang
bend
a uji,
mm,
24
kali
tebal
bend
a uji
b
=
l
e
b
a
r
b
e
n
d
a
u
j
i
,
m
m
menggunakan
campuran resin
dan serat aren
dengan
perbandingan
berat resin/serat
yang
divariasikan
(3,4,5,6,7,8,9,10),
ditambah
katalisator
sebanyak 10%
berat
resin, panjang
serat yang
digunakan 2 cm
d
=
t
e
b
a
l
b
e
n
d
a
u
j
i
,
m
m
Pengujian
kandungan air
Kandunga
n air rata-rata
dari suatu panel
pada
waktu
proses
pengiriman dari
pabrik
tidak
boleh melebihi
10%
(berdasarkan
berat
kering
oven)
untuk
semua tingkatan
material
komposit. Ratarata kandungan
air dari papan
keras seharusnya
tidak kurang dari
2% atau tidak
boleh lebih 9%.
Tiga
spesimen
seharusnya
dipotong
dari
tempat
yang
berbeda
dalam
material komposit
dan
hasil
pengujiannya
dirata-ratakan.
Pada umumnya,
suatu benda uji
lebar 76 mm
dengan panjang
152
Rati Densita
o
s
Bera (gr/mL)
t
resin
3
1.2515
Kua
t
teka
n
Kua
t
Lentur
(kg/mm2
2
)
0.1055
0.087
1.2388
0.1055
0.087
1.2306
0.1055
0.11
1.2248
0.2587
0.11
1.2205
0.316
0.12
1.2172
0.3286
0.117
1.2146
0.4306
0.106
10
1.2124
0.8836
0.122
Kua
t
tekan,
kg/m
0.499
0.316
0.3342
0.3221
0.3312
0.3112
0.2683
Kua
t
lentur
kg/m
0.117
0.120
0.142
0.141
0.145
0.143
0.149
Kua
t
lentur
kg/m
0.124
0.112
0.109
0,499 kg/mm
0,149 kg/mm
0,248 kg/mm
Kuat lentur
0,082 kg/mm
KESIMPULAN
Dari penelitian yang sudah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
1.Pengaruh perbandingan resin (matrik)
dengan serat menunnjukkan bahwa
semakin tinggi angka perbandingan resin
dengan serat meningkatkan kekuatan
tekan dan kekuatan lentur serta
menurunkan densitas, sehingga semakin
besar angka perbandingan resin dengan
serat kualitas material komposit semakin
baik. ( sampai batas data yang ada dalam
penelitian ini), untuk peningkatan
perbandingan selanjutnya perlu dikaji
lagi,
2.Panjang serat berpengaruh pada sifat
mampu takan dan kelenturan material
komposit, semakin panjang serat akan
mengakibatkan penurunan kemampuan
tekan namun meningkatkan kelenturan.
ABSTRAK
Saat ini limbah aren hanya dibuang ke sungai, sehingga merusak lingkungan dan
mengganggu fungsi sungai sebagai saluran air hujan dan pengairan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk yang dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan bagi masyarakat.
Penelitian ini memanfaatkan limbah serat aren sebagai bahan baku pembuatan
material komposit. Penelitian dilakukan dengan mencampur serat aren dengan resin
dan katalisator (hardener), campuran dicetak dengan pengepresan. Pengepresan
dilakukan selama dua puluh empat jam. Hasil yang diperoleh diuji kekuatan tarik
maupun kekuatan lenturnya, serta diukur densitasnya. Variabel yang dipelajari dalam
penelitian ini adalah perbandingan berat resin dan serat aren, ukuran serat aren serta
besarnya tekanan untuk proses pengepresan.
Hasil penelitian dengan menggunakan perbandingan2 berat resin:serat = 7:1, berat
katalis 10% massa resin, tekanan cetak 70 kg/mm , serta panjang 2serat 7 cm,
diperoleh komposit dengan kuat lentur
yang relatif tinggi (0,149 kg/mm ) tetapi kuat
2
tekan relatif rendah(0,2683 kg/mm ). Namun apabila digunakan serat yang pendek
(panjang serat 20,2 cm) diperoleh komposit dengan kuat tekan yang relatif 2lebih besar
(0,499 kg/mm ), namun kuat lentur cenderung lebih kecil (0,117 kg/mm ). Ditinjau
dari kuat tekan dan kuat lentur material komposit, kualitas material komposit serat
aren yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih baik dibanding material komposit
yang ada di pasaran.
Kata kunci: Serat, Aren, Komposit
ABSTRACT
Currently palm fiber waste just dumped into the river, thus damaging the environment
and disrupt the function of the river as a channel for rain water and irrigation. Efforts
to do is utilize the waste into products that can be utilized and have a favorable
economic value for the community.
This study utilized palm fiber waste as raw material for composite materials. The
study was conducted by mixing palm fiber with resin and catalyst (hardener), a
mixture is formed by pressing. Pressing is done for twenty-four hours. The results
tested the compressive strength and bending strength, and density were measured.
The variables studied in this research is the weight ratio of resin and palm fiber, palm
fiber size and the amount of pressure for pressing process.
The results using a weight ratio of resin: fiber = 7:1, catalyst weight 10% resin mass,
pressure forming 70 kg/mm2, and fiber length of 7 cm, obtained composites with
relatively high flexural strength (0.149 kg/mm2) but strong press relatively low
(0.2683 kg/mm2). However, when used short fiber (fiber length 0.2 cm) is obtained
composite with compressive strength relatively larger (0.499 kg/mm2), but tend to be
69
69
METODOLOGI PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Bahan serat aren dicampur dengan resin dengan perbandingan tertentu dan
ditambahkan
katalis (untuk mempercepat pengerasan). Pencampuran dilakukan
dengan pengadukan hingga homogen. Campuran yang telah homogen dimasukkan ke
dalam pencetak yang terbuat dari baja, kemudian dilakukan pengepresan dengan
menggunakan mesin press selama 24 jam.
Setelah pengepresan didiamkan beberapa saat agar material komposit mengeras,
setelah itu material komposit dilepas dari cetakan. Dilakukan pengujian sifat fisis dan
sifat mekanis dari material komposit yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan
variabel perbandingan resin dengan serat, panjang serat serta kekuatan tekan pada
proses pengepresan.
Pengolahan data dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh variabel
variabel tersebut terhadap sifat fisis dan sifat mekanis material komposit yang
dihasilkan. Dari penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui cara pembuatan
material komposit, perbandingan bahan, panjang serat serta kekuatan tekan yang baik
untuk memperoleh material komposit dengan kualitas yang baik.Untuk mengetahui
kualitas material komposit, dilakukan juga uji fisis dan mekanis terhadap material
komposit sejenis yang ada di pasaran.
Pengujian Kekuatan Ikatan Internal (Internal Bond Strength)
Kekuatan tarik tegak lurus terhadap permukaan diukur untuk melihat ketahanan bahan
ditarik dengan arah tegak lurus permukaannya. Benda uji seluas 50 mm persegi
ditempelkan dengan lem pada blok pembebanan dari baja atau paduan aluminium
dengan dimensi yang sama. Kekuatan ikatan internal adalah sifat yang penting dari
papan komposit, dihitung menggunakan persamaan (1).
P
IB
......................................................................................(
bL
1)
IB
: Internal Bond ikatan internal), kPa
P
: beban maksimum, N
b
L
F/2
L/2
F/2
MOE
P1
L
b
d
Y1
Modulus pecah (modulus of rupture, MOR) menjadi pengukuran yang umum dari
kekuatan lengkung komposit papan. MOR adalah tegangan lengkung puncak dari
suatu bahan dalam lendutan (flexure) atau lengkungan (bending), dan sering
digunakan untuk membandingkan satu bahan dengan yang lain.
3PL
MOR
.................................................................................(
2bd 2
3)
MOR
P
L
b
d
umumnya, suatu benda uji lebar 76 mm dengan panjang 152 mm dengan ketebalan
penuh digunakan untuk mendapatkan dengan akurasi tidak lebih dari 0,3% dan berat
secara akurat tidak lebih dari 0,21%. Berat kering oven dari benda uji yang
diperoleh sesudah pengeringan pada 103 2C sampai berat konstan dicapai.
Kandungan air dihitung sebagai berikut:
w f
M 100
.............................................................................(
f
4)
M
: kandungan air
w
: berat mula-mula
f
: berat setelah pengeringan oven
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh perbandingan resin/serat
Penelitian dilakukan dengan membuat material komposit berupa bahan uji dengan
3
volume tertentu (94cm ), menggunakan campuran resin dan serat aren dengan
perbandingan berat resin/serat yang divariasikan (3,4,5,6,7,8,9,10), ditambah
katalisator sebanyak 10% berat resin, panjang serat yang digunakan 2 cm dan kuat
2
tekan pada proses pencetakan 70 kg/mm . Data penelitian diperlihatkan oleh gambar
5, 6 dan 7.
Pada gambar 3, dapat diamati bahwa semakin besar perbandingan resin dengan serat
semakin besar kuat tekan material komposit. Dengan kata lain penambahan serat ke
dalam resin menurunkan kuat tekan dari material komposit yang dihasilkan. Selain itu
semakin besar jumlah serat dalam komposit menyebabkan material komposit
mengembang (volume membesar) pada saat komposit dari pencetak dibiarkan di
udara terbuka, karena jumlah resin pengikat serat tidak mencukupi sehingga daya ikat
antara resin dengan serat kurang kuat.
Pada gambar 4 dapat diamati bahwa grafik hubungan perbandingan resin dan serat
dengan kuat lentur komposit yang dihasilkan, tidak terlalu signifikan, berkisar antara
0,1 hingga 0,2.
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan resin dan serat maka
semakin kecil densitas material komposit yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena
3
3
densitas serat (1,5gr/cm ) lebih besar dari densitas resin (1,25 gr/cm ), sehingga
dengan volume yang sama, semakin besar jumlah resin desitas akan semakin kecil.
Perbandingan resin dan serat yang relatif baik pada pembuatan material komposit
adalah 7, dengan pertimbangan pemanfaatan serat maksimal, dengan karakteristik
2
2
produk yang cukup baik yaitu kuat tekan 0,316 kg/cm dan kuat lentur 0,12 kg/cm
3
serta densitas 1,22 gr/cm serta material komposit tidak mengalami perubahan
volume setelah pencetakan.
Pada gambar 6 dapat diamati bahwa semakin panjang serat yang digunakan semakin
kecil kuat tekan material komposit. Hal ini disebabkan serat yang digunakan dalam
penelitian ini diambil langsung dari limbah serat aren apa adanya tanpa terlebih
dahulu dilakukan penyeragaman orientasi serat, sehingga meskipun serat cukup
panjang tetapi tidak lurus atau berbelok-belok sehingga membentuk tumpukan serat
yang tebal, tumpukan ini memiliki sifat yang elastis sehingga mengurangi kuat tekan
material komposit. Apabila material komposit akan digunakan untuk kuat tekan
tinggi sebaiknya dibuat dengan panjang serat yang kecil atau dilakukan pengaturan
orientasi serat secara lurus sehingga terbentuk serat yang langsung terikat dengan
matrik, tidak menggumpal diantara serat.
Pada gambar 7, bisa diamati bahwa semakin panjang serat yang digunakan, semakin
besar kuat lentur material komposit. Hal ini disebabkan serat memiliki elastisitas yang
tinggi, sementara matrik memiliki kekerasan yang tinggi, maka semakin panjang serat
akan menjadikan material komposit semakin lentur karena serat akan mengisi matrik
pada daerah yang lebih panjang , peningkatan kelenturan ini terjadi karena bagian
matrik yang terisi oleh serat akan mengalami penurunan kekerasan dan meningkat
kelenturannya/elastisitasnya karena terpengaruh oleh sifat serat, maka semakin
panjang serat kelenturan material akan semakin. Apabila material komposit akan
digunakan untuk kuat lentur tinggi sebaiknya dibuat dengan serat yang.lebih panjang.
Pengaruh Tekanan Cetak
Penelitian dilakukan dengan membuat material komposit berupa bahan uji dengan
3
volume tertentu (94 cm ), menggunakan campuran resin dan serat aren dengan
perbandingan berat 7:1, ditambah katalisator sebanyak 10% berat resin, panjang serat
2
2cm dan kuat tekan pada pencetakan divariasikan (50, 60 dan 70 kg/mm ). Data
penelitian dapat dilihat pada gambar 8 dan 9.
75
75
Tekanan saat pencetakan papan komposit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sifat mampu tekan dan kemampuan lentur dari benda uji. Pada kemampuan lentur
diperoleh hasil dimana semakin besar tekanan pencetakan, kemampuan lenturnya
semakin menurun, hal ini disebabkan pada tekanan yang semakin tinggi serat semakin
tertekan dan pori-porinya dapat terisi oleh resin sehingga hal ini akan mengakibatkan
serat kehilangan sifat elastisnya yang pada gilirannya akan menurunkan sifat lentur
dari material komposit, penekanan yang besar juga akan mengakibatkan fraksi
volome serat menurun jika dibandingkan dengan volome resin yang juga berakibat
pada peningkatan kekerasan material komposit.
Kualitas material komposit
Untuk mengetahui kualitas material komposit yang dihasilkan, dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan material komposit yang ada dalam perdagangan yang dapat
dilihat dalam tabel 1. Dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa ditinjau dari kuat
tekan dan kuat lentur material komposit, kualitas material komposit serat aren yang dihasilkan
dalam penelitian ini lebih baik dibanding material komposit yang ada di pasaran. Material
komposit yang ada di pasaran biasa digunakan untuk pembuatan mebel, maka dari uji kualitas
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa material komposit serat aren dapat digunakan
sebagai bahan pembuat mebel yang lebih kuat.
0,499 kg/mm
0,149 kg/mm
0,248 kg/mm
Kuat lentur
0,082 kg/mm
KESIMPULAN
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh perbandingan resin (matrik) dengan serat menunnjukkan bahwa
semakin tinggi angka perbandingan resin dengan serat meningkatkan kekuatan
tekan dan kekuatan lentur serta menurunkan densitas, sehingga semakin besar
angka perbandingan resin dengan serat kualitas material komposit semakin baik
2. Panjang serat berpengaruh pada sifat mampu tekan dan kelenturan material
komposit, semakin panjang serat akan mengakibatkan penurunan kemampuan
tekan namun meningkatkan kelenturan.
3. Besar gaya penekanan pada saat pencetakan benda uji berpengaruh pada sifat
mampu tekan dan sifat lentur bahan, semakin besar gaya penekanan akan
meningkatkan kemampuan tekan tapi sebaliknya akan menurunkan sifat lentur
dari bahan.
4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa menggunakan perbandingan berat resin:serat
2
= 7:1, berat katalis 10% massa resin, tekanan cetak 70 kg/mm , serta serat yang
panjang (7 cm) diperoleh komposit dengan kuat lentur yang relatif tinggi (0,149
2
2
kg/mm ) tetapi kuat tekan relatif rendah(0,2683 kg/mm ), namun apabila
digunakan serat yang pendek (0,2 cm) diperoleh komposit dengan kuat tekan yang
2
relatif lebih besar (0,499 kg/mm ), namun kuat lentur cenderung lebih kecil
2
(0,117 kg/mm )
5. Ditinjau dari kuat tekan dan kuat lentur material komposit, kualitas material
komposit serat aren yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih baik dibanding
material komposit yang ada di pasaran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didanai oleh DP2M Dirjen Dikti melalui skema penelitian Hibah
Bersaing tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Hyer, W Michael, 1998.,Stress and analysis of fiber reinforced composite material,
Mc Graw Hill International Edition.
Oksman, K., Skrifvas, M., Selin, J.F. 2003. Natural Fibers as Reinforcement in
Polylactid Acid (PLA) Composites. Composites Science Technology, 63: 13171324.
Purnawan dan Sudarsono, 2010, Pemanfaatan Limbah Padat (Serat) Industri
Pengolahan Sagu Sebagai Bahan Pembuatan Nitrosellulosa, Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup
rd
Smith F William, 2000 Principles of Materials And Engineering 3 Edition,Mc
Graw Hill International Edition.
Zimmermann, T., Pohler, E., Geiger, T. 2004. Cellulose Fibrils for Polymer
Reinforcement. Advanced Engineering Science, 6(9): 754-761
63