1810611220043
FAKULTAS KEHUTANAN
BANJARBARU
GANJIL, 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menuntaskan laporan Fisika dan Mekanika
Kayu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika dan Mekanika
Kayu. Saya selaku penulis banyak berterimakasih dan meminta maaf, apabila ada
kekeliruan dalam penulisan makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran sangat diperlukan guna menyempurnakan
laporan yang akan saya buat di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat untuk pembaca sekalian. Sekian yang
dapat saya sampaikan, atas segalanya saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR TABEL........................................................................................... IV
ISI LAPORAN
1. Landasan Teori..................................................................................... 1
2. Tujuan................................................................................................... 2
3. Bahan.................................................................................................... 2
4. Alat....................................................................................................... 2
5. Cara Kerja............................................................................................. 2
6. Hasil...................................................................................................... 3
7. Kesimpulan........................................................................................... 5
1. Landasan Teori..................................................................................... 6
2. Tujuan................................................................................................... 7
3. Bahan.................................................................................................... 7
4. Alat....................................................................................................... 7
5. Cara Kerja............................................................................................. 7
6. Hasil...................................................................................................... 8
7. Kesimpulan........................................................................................... 9
1. Landasan Teori..................................................................................... 11
2. Tujuan................................................................................................... 11
3. Bahan.................................................................................................... 11
4. Alat....................................................................................................... 12
5. Cara Kerja............................................................................................. 12
6. Hasil...................................................................................................... 12
7. Kesimpulan........................................................................................... 14
1. Landasan Teori..................................................................................... 15
2. Tujuan................................................................................................... 17
3. Bahan.................................................................................................... 17
4. Alat....................................................................................................... 16
5. Cara Kerja............................................................................................. 16
6. Hasil...................................................................................................... 17
7. Kesimpulan........................................................................................... 19
1. Landasan Teori..................................................................................... 20
2. Tujuan................................................................................................... 20
3. Bahan.................................................................................................... 21
4. Alat....................................................................................................... 21
5. Cara Kerja............................................................................................. 21
6. Hasil...................................................................................................... 22
7. Kesimpulan........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengamatan kering udara (dimensi dan berat)....................................3
Tabel 10. Pengamatan berat sampel selama peng oven an sebanyak 7 x jangka
waktu .................................................................................................12
Tabel 12. Pengukuran Berat dan Dimensi Contoh Uji pada keadaan
Jenuh air...........................................................................................17
(MoR) ..............................................................................................22
Berat jenis kayu merupakan salah satu sifat fisika kayu yang paling penting.
Kebanyakan sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dari kayu.
Berat jenis d igunakan untuk menerangkan masa suatu bahan per satuan volume.
Berat jenis kayu adalah kerapatan kayu (yang didasarkan pada berat kering tanur
dan volume segar) dibandingkan dengan kerapatan benda standar air yang
nilainya 1 g/cm3, sehingga nilai dari berat jenis sama dengan kerapatan dengan
tanpa satuan, selanjutnya dalam tulisan ini kita bahas sebagai berat jenis.
Menghitung kerapatan kayu, meliputi air yang terkandung dalam kayu. Kerapatan
kayu biasanya dipengaruhi oleh variasi anatomi, kadar air serta rasio kayu gubal
dan kayu (Forest Product Laboratory, 1999)
Kerapatan kayu adalah massa atau berat kayu per unit volume kayu.
Kerapatan merupakan faktor penting untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik
kayu (Pashin & Zeeuw, 1980). Kerapatan biasanya dinyatakan dalam pon perkaki
atau kg/m³ (Haygreen dan Bowyer, 1996). Menghitung kerapatan kayu, meliputi
air yang terkandung dalam kayu. Kerapatan kayu biasanya dipengaruhi oleh
variasi anatomi, kadar air serta rasio kayu gubal dan kayu teras (Forest Product
Laboratory, 1999).
2. Tujuan
3. Bahan
a. Kayu meranti berbentuk bujur sangkar ukuran 2cm x 2cm x 2cm 3 buah
4. Alat
a. Jangka sorong
b. Timbangan digital
c. Oven
5. Cara Kerja
6. Hasil
Perhitungan:
V= P x L x T
= 8,03 cm
= 8,08 cm
= 8,17 cm
KR=BKu/V
KR1 = 5,62 gr / 8,03 cm
= 0,70 gr/cm
= 0,70 gr/cm
= 0,70 gr/cm
No. Berat 1gr Berat 2gr Berat 3gr Berat 4gr Berat 5gr Berat 6gr Berat 7gr
Sampel
1 5,41 5,39 5,38 5,37 5,36 5,36 5,36
2 5,45 5,43 5,42 5,41 5,40 5,40 5,40
3 5,50 5,48 5,47 5,46 5,45 5,45 5,45
Perhitungan:
V= P x L x T
= 7,99 cm
V2 = 2,015 cm x 2,002 cm x 1,997 cm
= 8,05 cm
= 8,15 cm
KR=BKu/V
= 0,67 gr/cm
= 0,67 gr/cm
= 0,67 gr/cm
7. Kesimpulan
a. Kerapatan kayu diukur dengan cara setiap kayu yang diukur berupa massa
per unit volume. Massa atau berat serta volume untuk mencari nilai
kerpatan bisa menggunakan keadaan yang bervariasi seperti pada keadaan
segar atau basah, kering udara, keadaan kadar air senyatanya atau kering
tanur.
B. PENGUKURAN BERAT JENIS KAYU
1. Landasan Teori
Berat jenis kayu adalah sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan
sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan sering
digunakan secara campur aduk. Jumlah substansi dinding sel pada kayu, disebut
sebagai berat jenis adalah indikator yang penting dari beberapa sifat fisika kayu.
Berat jenis merupakan perbandingan antara kerapatan suatu benda yang dalam hal
ini kayu dengan kerapatan benda standar yang umumnya berupa air.
Namun, karena pada suhu 4°C nilai kerapatan air adalah 1 gr/cm3, maka pada
kayu yang nilai kerapatannya ditentukan berdasarkan berat kering tanur dan
volume basah mempunyai nilai misal 0,4 gr/cm3 secara langsung kayu tersebut
juga dapat dikatakan memiliki berat jenis 0,4 (tanpa satuan). Meskipun nilai berat
jenis hanya ditentukan berdasarkan berat kering tanurnya, namun nilai volumenya
dapat ditentukan berdasarkan tiga keadaan yaitu kering tanur, basah (lebih besar
atau sama dengan titik jenuh serat) atau keadaan kadar air antara kering tanur dan
basah (Frick, 2013).
Faktor – faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon,
tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu
merupakan salah satu sifat fisik kayu yang penting sehubungan dengan
penggunaannya. Berat jenis suatu kayu bergantung dari jumlah zat kayu yang
tersusun di dalamnya, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang
dikandung dan zat ekstraktif di dalamnya.
Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang
bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berat jenis kayu adalah
perbandingan berat kayu terhadap volume air yang sama dengan volume kayu
tersebut dengan menggunakan berat kayu kering sebagai dasar. Faktor tempat
tumbuh dan iklim, letak geografis dan spesies dapat berpengaruh terhadap berat
jenis, demikian pula letak bagian kayunya berpengaruh terhadap berat jenis
kayu. Klasifikasi yang ada terdiri dari kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu <
0,3, kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36 – 0,56 dan kayu dengan berat
berat, bila BJ kayu > 0,56 (Manuhua, 2009).
2. Tujuan
1. Timbangan digital
2. Gelas beker
3. Oven
5. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum Fisika dan Mekanika Kayu “Pengukuran Berat
Jenis Kayu” adalah sebagai berikut:
Hasil dari praktikum Fisika dan Mekanika Kayu “Pengukuran Berat Jenis
Kayu” adalah sebagai berikut:
No B1 B2 B3 B4 B5 B6 Berat 7
Sampel Gr Gr gr gr gr Gr gr
1 5,41 5,39 5,38 5,37 5,36 5,36 5,36
2 5,45 5,43 5,42 5,41 5,40 5,40 5,40
3 5,50 5,48 5,47 5,46 5,45 5,45 5,45
Ket. : Berat 1 sd. 7 = pengukuran 1 sd. 7 berat contoh uji
Perhitungan:
BJ = Bku / (B2-B1)
BJ1 = 5,62 / (328,03 – 320)
= 5,62 / (8,03)
= 0,70 gr
BJ2 = 5,66 / (328,03 – 320)
= 5,66 / 8,08
= 0,70 gr
BJ3 = 5,73 / (328,19 – 320)
= 5,73 / 8,19
= 0, 70 gr
Perhitungan:
BJ = Bkt / (B2-B1)
a. Cara menghitung berat jenis pada kayu adalah dengan mengukur berat
jenis kayu terlebih dahulu sebelum dikering udarakan, setelah itu baru
dikering udarakan dan kembali dihitung berat jenis kayu tersebut jika
sudah maka tahapan terakhir adalah menghitung berat jenis kering tanur
pada contoh uji kayu meranti tersebut.
C. PENGUKURAN KADAR AIR KAYU (KA)
1. Landasan Teori
Haygreen dan Bowyer (1996) mendefinisikan Kadar Air sebagai berat air
yang dinyatakan sebagai persen terhadap berat kayu bebas air atau berat kering
tanur (BKT)-nya. Di dalam kayu, KA kayu berkisar antara 40 sampai 200%.
Keragaman nilai KA dapat terjadi antar spesies, bahkan antar bagian dari pohon
yang sama (Forest Product Laboratory Technical 1999).
Air di dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya
secara bersama-sama menentukan nilai kadar air kayu. Dalam satu jenis pohon,
kadar air kayu kondisi segar bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur
pohon (Haygreen dan Bowyer 1996). Brown et. al. (1952) menyatakan bahwa
apabila kayu tidak lagi melepaskan atau menyerap air, maka kayu berada dalam
kondisi kesetimbangan dengan lingkungan. KA pada kondisi tersebut dinamakan
KA keseimbangan (KAK), yang seringkali dianggap sama dengan KA kondisi
kering udara (KA-KU). Besarnya nilai KAK lebih rendah dibandingkan KA-TJS.
KAK dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana kayu itu digunakan, terutama
suhu dan kelembaban relatif. Menurut Oey Djoen Seng (1964), besarnya KA-KU
juga tergantung dari keadaan iklim setempat. Di Indonesia berkisar antara 12
hingga 20%, dan di Bogor sekitar 15%.
Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu,
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan
sebelum dikerjakan, sampai mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat
dimana kayu akan digunakan. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang
terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering
ovennya. Kadar air kering udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara,
yang mana pada kondisi ini kayu tidak menyerap atau melepaskan air. Dengan
demikian bila digunakan untuk komponen bangunan dapat dikatakan kayu
tersebut tidak mengalami pengembangan maupun penyusutan, kalaupun terjadi
sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen bangunan secara keseluruhan. Oleh
karena itu kayu bangunan sebelum digunakan harus diketahui terlebih dahulu
kadar airnya. Kadar air kayu yang aman untuk penggunaan pada bangunan adalah
kadar air kering udara, untuk Indonesia sekitar 15% - 20% (Budianto, 1996).
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Fisika dan Mekanika Kayu “Pengukuran Kadar Air
Kayu” adalah sebagai berikut:
a. Untuk memahami cara mengukur kadar air yang terdapat pada kayu
3. Bahan
a. Timbangan digital
b. Oven
5. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum Fisika dan Mekanika Kayu “Pengukuran Kadar
Air Kayu” adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan contoh uji yaitu dengan cara memotong kayu dengan ukuran 2
cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 3 buah,
b. Kemudian contoh uji kayu ini di biarkan dalam ruangan dengan suhu
ruang beberapa hari hingga mencapai kadar air kesetimbangan (kering
udara)
c. Semua contoh uji ditimbang beratnya dengan timbangan digital,
timbangan disetting satuannya dalam gram dengan presisi 2 digit
dibelakang koma
d. Kemudian semua contoh uji dikeringkan hingga kering tanur
menggunakan oven dengan suhu 103±2oC, contoh uji dikatakan kering
tanur jika berat contoh uji tidak mengalami perubahan lagi (konstan)
6. Hasil
Hasil dari praktikum Fisika dan Mekanika Kayu “Pengukuran Kadar air
Kayu” adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Pengamatan berat sampel selama peng oven an sebanyak 7 x jangka
waktu
Perhitungan:
= (0,26/5,36) x 100%
= 0,05 x 100%
= 5%
= (0,26/5,40)x100%
= 0,05 x 100%
= 5%
= 0,05 x 100%
= 5%
7. Kesimpulan
a. Cara mengukur kadar air kayu adalah dengan cara menimbang berat
kayu kering udara dan dicari kadar airnya menggunakan rumus, setelah
itu ditungu sampai benar-benar kering udara.
D. PENGUKURAN KEMBANG SUSUT KAYU
1. Landasan Teori
Penambahan air atau zat cair lain pada zat dinding sel akan menyebabkan
jaringan mokrofibril mengembang, keadaan ini berlangsung sampai titik jenuh
serat tercapai. Dalam proses ini dikatakan bahwa kayu mengembang atau memuai.
Penambahan air seterusnya pada kayu tidak akan mempengaruhi perubahan
volume dinding sel sebab air yang ditambahkan di atas titik jenuh serat akan
ditampung dalam rongga sel. Sebaliknya jika air dalam kayu dengan kadar air
maksimum dikurangi, maka pengurangan air pertama-tama akan terjadi pada air
bebas dalam rongga sel sampai mencapai titik jenuh serat. Pengurangan air
selanjutnya di bawah titik jenuh serat akan menyebabkan dinding sel kayu itu
menyusut atau mengerut. Dalam hal ini dikatakan kayu itu mengalami penyusutan
atau pengerutan. Perubahan dimensi dinyatakan dalam persen dari dimensi
maksimum kayu itu. Dimensi maksimum adalah dimensi sebelum ada
penyusutan. Maka pengembangan dan penyusutan umumnya dinyatakan dalam
persen dari volume atau ukuran kayu dalam keadaan basah atau diatas titik jenuh
serat.
Oleh karena itu besarnya perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada
sepotong kayu waktu dikeringkan dari keadaan basah perlu dipertimbangkan
dalam pengerjaan dan penggunaan kayu. Sebab banyak jenis kayu memiliki angka
penyusutan yang tinggi, jika kayu tersebut menjadi kering. Dalam penggunaan
kayu dituntut syarat kestabilan dimensi kayu. Perubahan dimensi kayu tidak sama
dalam ketiga arah yaitu longitudinal, tangensial, dan radial. Dengan perkataan
lain, kayu memiliki sifat anisotropi. Perubahan dimensi meliputi pengembangan
dan penyusutan. Masing-masing sama pentingnya. Tetapi umumnya perhatian
lebih besar ditujukan kepada penyusutan dalam penggunaan kayu tersebut. Kayu
menyusut lebih banyak dalam arah lingkaran tumbuh (tangensial), agak kurang ke
arah melintang lingkaran tumbuh (radial) dan sedikit seklai dalam arah sepanjang
serat (longitudinal). Untuk perubahan dimensi dalam arah longitudinal berkisar
0,1-0,2%, dalam arah radial angka penyusutan bervariasi antara 2,1-8,5%,
sedangkan dalam arah tangensial angka penyusutan lebih kurang 2 kali angka
penyusutan radial bervariasi 4,3-14% (Dumanauw, 1993).
2. Tujuan
a. Timbangan digital
b. Jangka sorong
c. Oven
5. Cara Kerja
Tabel 12. Pengukuran Berat dan Dimensi Contoh Uji pada keadaan Jenuh air
Perhitungan:
= 0,0025 x 100%
= 0,25%
= 0,0025 x 100%
= 0,25%
= 0,0007 x 100%
= 0,07%
= 0,0007 x 100%
= 0,07%
= 0,0007 x 100%
= 0,07%
= 0,0002 x 100%
= 0,02%
= 0,0002 x 100%
= 0,02%
= 0,0002 x 100%
= 0,02%
7. Kesimpulan
Tabel 15. Pengamatan Keteguhan Lentur (MoE) dan Keteguhan Patah (MoR)
No. P1 P2 L W T D Ket.
Sampel (kg) (kg) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 1500 2100 28,00 2,00 2,00 0,26 Ka 14%
2 1500 2100 28,00 2,10 2,00 0,26 Ka 14%
3 1500 2100 28,00 2,00 2,10 0,26 Ka 14%
Ket : P1 = beban dalam batas proporsi
P2 = beban maksimum (beban pada saat patah)
L = jarak sanggah sampel
W = lebar contoh uji
T = Tebal contoh uji
D = Defleksi
Perhitungan:
MoR = 1,5(PL)/bd2
7. Kesimpulan
Haygreen, J. G., dan J. L. Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu
Manuhua, E. 2009. Kadar Air Dan Berat Jenis Pada Posisi Aksial Dan Radial
Kayu Mahoni ( Swietenia mahagoni) (Arthocarpus communis, J.R dan
G.Frest). Jurnal Agroforestry 2(1). Universitas Pattimura. Maluku.
Kasmudjo. 2011. Buku Ajar Hasil Hutan non Kayu. Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta.