Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian

2016

SHAMPO PEMBASMI JENTIK NYAMUK DARI EKSTRAK DAUN BANDOTAN


[ Jurnal Penelitian Siswa SMA Negeri 1 Sampang Kab. Cilacap ]
Okti Nurhidayah
ABSTRAK
Bandotan adalah tanaman semak yang dianggap gulma oleh masyarakat, padahal bandotan sangat bermanfaat
untuk merawat rambut dan membunuh jentik nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh
ekstrak bandotan (Ageratum conyzoides) dalam formulasi shampo untuk menghitamkan rambut dan
membasmi jentik-jentik nyamuk.Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan melakukan studi
laboratorium yang dilengkapi dengan studi literatur. Prosedur penelitian yang hendak kami lakukan adalah
:Melakukan ekstraksi bandotan dengan cara maserasi kemudian ditambahkan kepada formulasi shampo.
Kemudian dilakukan uji aktivitas larvasida limbah shampo bandotan terhadap jentik-jentik nyamuk.Data
yang menjadi landasan teori penelitian ini adalah:Aktivitas larvasida daun bandotan setara dengan lengkuas
putih yakni memiliki kemampuan menyebabkan kematian larva nyamuk hingga 90 % Kemampuan larvasida
daun bandotan sedikit di bawah bunga kenanga yang memiliki kemampuan menyebabkan kematian larva
nyamuk hingga 93 %. Senyawa yang terdapat di dalam daun bandotan yang memiliki efek larvasida adalah nheksan sebanyak 7,67% dengan aktivitas larvasida 98 % dan etil asetat sebanyak 6,85% dengan aktivitas
larvasida 89 %.Penelitian yang kami lakukan menunjukkan hasil bahwa kemampuan limbah shampo
bandotan dalam membunuh jentik-jentik nyamuk hingga 65,1 %.
Kata Kunci
: bandotan, larvasida, limbah shampo

PENDAHULUAN
Nyamuk identik dengan musuh manusia.
Selain karena aktivitas makan nyamuk yang
gemar menghisap darah manusia, nyamuk
juga kerap menjadi media penularan berbagai
penyakit, seperti demam berdarah, malaria,
cikungunya, demam kuning dan lain-lainnya.
Genangan air yang banyak terdapat di
pemukiman penduduk menjadi tempat favorit
bagi nyamuk untuk berkembang biak. Secara
tidak langsung manusia sering memberikan
ruang hidup kepada nyamuk dengan
menciptakan berbagai genangan tersebut. Di
antara genangan yang sering menjadi sarang
nyamuk adalah selokan.
Aktivitas membuang sampah sembarangan
menyebabkan selokan mampet sehingga
tercipta genangan air. Oleh karena itu kami
ingin membuat sebuah inovasi berupa shampo
yang limbahnya dapat membasmi jentikjentik nyamuk yang ada di selokan-selokan
dan saluran pembuatan limbah lainnya.
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, dapat
dirumuskan masalah yang menjadi bahan
kajian penelitian kami adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah membuat formulasi
shampo dengan ekstrak bandotan?
SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

2.

Bagaimana
efektivitas
shampo
bandotan dalam membasmi jentik
nyamuk?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Menemukan teknik formulasi ekstrak
bandotan dengan sediaan shampo.
2.
Mendeskripsikan tingkat efektivitas
shampo bandotan dalam membasmi
jentik-jentik nyamuk.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Meningkatkan manfaat shampo dari
sekedar
menghitamkan
rambut
menjadi bermanfaat pula untuk
membasmi jentik nyamuk.
2.
Memberdayakan
limbah
shampo
untuk membasmi jentik-jentik nyamuk
yang berkembang biak di selokanselokan dan saluran pembuangan
limbah lainnya.
KAJIAN PUSTAKA
Sediaan Shampo
Sampo adalah sediaan cair semi padat yang
mengandung surfaktan dalam bentuk yang
cocok dan berguna untuk menghilangkan
1

Jurnal Penelitian

kotoran dan lemak yang melekat pada rambut


dan kulit kepala agar tidak membahayakan
rambut, kulit kepala, dan kesehatan si
pemakai.
Formula sampo setidaknya mengadung bahan
yang berfungsi sebagai detergent (surfaktan),
thickeners dan foaming agent, dan
conditioning agent. Selain itu kadang juga
ditambahkan bahan yang berfungsi sebagai
pengawet, parfum, pengatur pH, pengatur
viskositas dan antimikroba.
Sampo dibuat dengan cara pengadukan yang
sederhana, kadang perlu disertai peningkatan
suhu agar mudah tercampur dan menurunkan
viskositas sampo pada saat pencampuran.
(Rohman, 2011)
Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk memiliki siklus hidup yang disebut
metamorphosis. Proses metamorfosis ini
disebabkan karena pertumbuhan sel dan
diferensiasi sel secara radikal yang berbeda.
Fase pertama dari daur hidup nyamuk adalah
fase telur. Nyamuk biasanya bertelur di air
bersih yang terbuka. Telur nyamuk akan
mengambang pada permukaan air. Telur
biasanya menempel berkelompok atau berdiri
sendiri. Sebagian besar telur akan menetas
menjadi larva setelah 48 jam.
Fase kedua dalam siklus hidup nyamuk
adalah larva. Larva memiliki habitat di air,
namun jika pada waktunya ia akan naik ke
permukaan
air
untuk
mengambil
nafas. Beberapa
jenis
larva
nyamuk
menempel pada tumbuhan untuk mengambil
oksigen. Larva nyamuk akan menanggalkan
kulitnya sebanyak 4 kali. Setiap hal itu terjadi,
larva akan tumbuh semakin membesar.
Makanan
larva
nyamuk
adalah
mikroorganisme kecil yang ada di dalam air.
Ketika sudah melewati sekitar 4 kali
pergantian kulit, larva akan berubah menjadi
pupa.

SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

2016

Setelah memasuki fase larva, fase siklus


hidup nyamuk selanjutnya adalah fase pupa.
Fase ini adalah fase istirahat pada siklus hidup
nyamuk. Pada fase ini pupa nyamuk sama
sekali tidak membutuhkan makanan. Pupa
dalam bahasa Indonesia biasa disebut juga
dengan kepompong. Ternyata pada fase ini,
pupa tidak hanya diam di tempat. Ia akan
bergerak mengikuti arah sumber cahaya. Ia
bergerak dengan menggunakan ekornya untuk
melindungi bagian bawah dari sumber
cahaya. Ketika proses pertumbuhan dalam
kepompong sudah sempurna, kulit pupa akan
terlepas dan nyamuk dewasa akan keluar dari
kepompong. ( Saputra, 2015 )
Tanaman Bandotan
Tanaman bandotan memiliki nama latin
Ageratum conyzoides Linn. Bandotan berasal
dari Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan
sering dianggap sebagai gulma. Tanaman ini
dapat tumbuh pada ketinggian 1 1.200
meter dari permukaan air laut.
Bandotan mengandung berbagai senyawa
kimia, di antaranya : organacid, pectic
substance, asam amino, minyak atsiri,
kumarin, ageratochromene, friedelin, sitosterol, stigmasterol, tannin, sulfur dan
potassium
chlorida.
Akar
bandotan
mengandung alkaloid, minyak atsiri dan
kumarin.
Tanaman bandotan memiliki khasiat sebagai
pereda demam (antipiretik), stimulant, tonik,
antitoksik, antiinflamasi, peluruh kencing
(diuretic),
menghentikan
perdarahan
(hemostatis), peluruh haid ( emenagog ) dan
peluruh kentut ( karminatif). Daun bandotan
dapat pula digunakan sebagai insektisida
nabati.
Masyarakat banyak menggunakan bandotan
untuk mengobati bisul, borok, rematik,
bengkak karena keseleo, luka berdarah,
eksim, radang sakit telinga tengah, perdarahan
rahim, sariawan, bengkak karena memar,
2

Jurnal Penelitian

tumor rahim, sakit tenggorokan, malaria,


influenza, untuk perawatan rambut, perut
kembung, mulas, dan lain-lain. (Farida, 2012)
Larvasida Bandotan
Daun bandotan ( Ageratum conyzoides L. )
memiliki efek larvasida yang sangat potensial
dan mampu mengendalikan perkembangan
jentik nyamuk Aedes aegypti, Culex
quinquefasciatus dan Anopheles maculatus.
Dalam konteks respon cepat dan kematian
yang tinggi pelarut metanol 15% yang
mengandung 10 g ekstrak daun menunjukkan
hasil terbaik. ( Massoud, 2014 )
Aktivitas larvasida daun bandotan setara
dengan lengkuas putih yakni memiliki
kemampuan menyebabkan kematian larva
nyamuk hingga 90 % jauh di atas kemampuan
larvasida daun euphorbia (50%), kulit jeruk
(80%), daun jarak (73%), daun jambu biji
(76%), biji nimba (67%), biji pare (63%),
daun serai wangi (33%), daun sirih (83%) dan
rimpang jahe (63%). Kemampuan larvasida
daun bandotan sedikit di bawah bunga
kenanga
yang
memiliki
kemampuan
menyebabkan kematian larva nyamuk hingga
93 %. Senyawa yang terdapat di dalam daun
bandotan yang memiliki efek larvasida adalah
n-heksan sebanyak 7,67% dengan aktivitas
larvasida 98 % dan etil asetat sebanyak 6,85%
dengan aktivitas larvasida 89 %. ( Nofyan,
2013 )
Ekstrak bandotan ( Ageratum conyzoides L.)
mampu
menurunkan
persentase
perkembangan larva menjadi nyamuk dewasa
dan menghambat waktu perkembangan dari
larva ke pupa dan dari pupa menjadi nyamuk
dewasa dengan nilai EI50 untuk instar II
adalah 117,64 ppm dan untuk instar IV
1532,45 ppm. ( Pujiyati, 2007 )
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metodologi
kuantitatif
dengan
melakukan
studi
laboratorium dan dilengkapi dengan analisis
wacana.
SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

2016

Indikator Penelitian
Penelitian dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan
dalam
rumusan
masalah
yang
dilaksanakan
dengan
menggunakan indikator-indikator sebagai
berikut :
1. Bagaimana teknik formulasi ekstrak
bandotan dengan sediaan shampo ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas,
kami menetapkan indikator sebagai
berikut :
a. Ekstraksi daun bandotan dengan
cara
maserasi
menggunakan
pelarut alkohol.
b. Metode formulasi dengan sediaan
shampo. Setiap orang memiliki
karakteristik rambut yang berbeda
sehingga penggunaan shampo pun
disesuaikan dengan karakteristik
rambut masing-masing.
2. Bagaimana aktivitas larvasida shampo
ekstrak bandotan ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas,
kami menetapkan indikator sebagai
berikut :
a. Limbah shampo yang dibuat
dengan melarutkan 2 ml shampo
menggunakan 8 ml air bersih.
b. Jentik nyamuk yang diambil
secara acak ( random sampling ).
c. Media hidup jentik nyamuk
menggunakan air bersih sebanyak
80 ml yang diisi 5 ekor
jentik/gelas.
d. Aktivitas
larvasida
shampo
bandotan terhadap jentik nyamuk
yang diamati selama rentang
waktu 30 menit dan 60 menit.
e. Efektivitas larvasida yang ditandai
dengan
prosentase
jumlah
kematian jentik-jentik.

Jurnal Penelitian

Metode Penarikan Sample


Sample yang digunakan adalah 150 ekor
jentik-jentik yang diperoleh secara random
dan ditempatkan di dalam 30 gelas beker yang
diisi dengan air 80 ml. Masing-masing gelas
diisi dengan 5 ekor jentik-jentik, kemudian
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 15 gelas
yang akan ditetesi 2 ml limbah shampo biasa
sebagai sample kontrol dan 15 gelas yang
lainnya yang akan ditetesi 2 ml limbah
shampo bandotan sebagai sample uji.
Metode Analisis Data
Pengolahan data dan analisis data hasil
penelitian menggunakan regresi linier dengan
software SPSS 16.0.
Hipotesis
Bandotan memiliki kandungan n-heksan dan
etil asetat yang efektif dalam membasmi larva
nyamuk (jentik-jentik). Sehingga penambahan
ekstrak bandotan dalam sediaan shampo akan
efektif menghambat perkembangan jentikjentik nyamuk di selokan dan saluran
pembuatan air lainnya.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret
2016 di Laboratorium SMA Negeri 1
Sampang, Cilacap. Penelitian dilaksanaan
dalam tiga tahap, yaitu tahap ekstraksi, tahap
formulasi dan tahap pengujian.
Pada tahap ekstraksi kami menggunakan
metode metode maserasi. Langkah-langkah
yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan
daun
bandotan,
kemudian dibuang akarnya dan dicuci
dengan air bersih hingga 3x proses
pencucian untuk mendapatkan herbal
bandotan yang bersih.
b. Kemudian dipisahkan antara daun dan
batangnya, lalu dicuci kembali daundaun yang sudah dikumpulkan tersebut.
c. Setelah ditiriskan air cuciannya selama 1
menit, daun bandotan dipotong-potong
kecil-kecil dengan tujuan agar pada saat

SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

2016

proses maserasi akan mendapatkan


ekstrak yang lebih maksimal.
d. Kemudian daun diletakkan di dalam baki
secara merata dan tidak bertumpuk. Lalu
dijemur selama 1 hari hingga kadar air
hanya tersisa 10 % dengan tujuan untuk
memaksimalkan perolehan ekstrak pada
saat dimaserasi.
e. Setelah kadar air berkurang hingga di
bawah 10 %, proses maserasi dimulai.
Daun-daun bandotan tersebut direndam
dalam alkohol selama 24 jam.
f. Tahap berikutnya adalah filtrasi, yaitu
menyaring
alkohol
yang
sudah
mengandung ekstrak bandotan dan
dipisahkan dari daun-daunnya.
g. Tahap terakhir dari proses maserasi
adalah evaporasi, yaitu menguapkan
alkohol dengan menggunakan pembakar
spiritus hingga didapat ekstrak murni
bandotan.
Tahap kedua adalah formulasi. Pada tahap ini,
ekstrak bandotan dicampur dengan sediaan
shampo lalu diaduk hingga merata. Sediaan
shampo yang digunakan bisa menggunakan
produk shampo yang sudah ada dan bisa pula
dengan menyiapkan formulasi sendiri.
Dalam eksperimen yang kami lakukan, hasil
ekstraksi yang didapat dari proses maserasi
yang telah dievaporasi adalah 0,6 gram
ekstrak bandotan. Formulasi kami lakukan
dengan menggunakan sediaan produk shampo
yang sudah ada dengan takaran 18 gram
shampo.
Tahap ketiga adalah tahap pengujian aktivitas
larvasida limbah shampo ekstrak bandotan.
Pada tahap ini kami menggunakan 30 gelas
beker yang masing-masing diisi dengan 80 ml
air dan 5 ekor jentik-jentik nyamuk yang
diambil secara acak. Kemudian gelas-gelas
tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
15 gelas sebagai sample kontrol dan 15 gelas
lainnya sebagai sample uji.
4

Jurnal Penelitian

Jumlah jentik
yang mati
Sample
Kontrol
30
60
menit
menit
1
0
0
2
0
1
3
0
1
4
1
1
5
1
3
6
0
0
7
1
1
8
0
1
9
0
0
10
0
0
11
0
0
12
0
0
13
0
0
14
0
0
15
0
0
Sumber : data primer penelitian

Sample
Uji
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jumlah jentik
yang mati
30
60
menit
menit
3
4
4
5
2
4
2
4
5
5
2
3
1
3
4
4
0
2
0
1
1
3
2
4
1
3
2
2
0
2

4.3.
PEMBAHASAN
Tanaman bandotan biasa digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai penghitam
rambut. Biasanya masyarakat Indonesia
menggunakannya dengan cara ditumbuk lalu
dioleskan ke kulit kepala dan rambut. (Farida,
2012)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wali
Ali Mohamed Massoed dari Universitas
Sebelas Maret pada tahun 2014 diperoleh data
bahwa daya bunuh ekstrak daun bandotan
sangat ampuh terhadap larva nyamuk Aedes
aegypti,
Culex
quinquefasciatus
dan
SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

Anopheles maculatus. Penelitian tersebut


sekaligus melengkapi penelitian E. Pujiyati
dari Universitas Gajah Mada pada tahun
2007.
Penelitian Erwin Nofyan, Hanifa Marisa dan
Mustafa Kamal dari Universitas Lampung
pada tahun 2013 menunjukkan bawa aktivitas
larvasida daun bandotan lebih baik dari pada
daun euphorbia, daun jarak, kulit jeruk, daun
jambu biji, biji nimba, biji pare, daun serai
wangi, daun sirih dan rimpang jahe.
Grafik 4.3.1. Aktivitas larvasida berbagai tanaman

Kemampuan Larvasida
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Daun bandotan
Daun euphorbia
Daun jarak
Kulit jeruk
Daun jambu biji
Bunga kenanga
Biji nimba
Biji pare
Daun serai wangi
Daun sirih
Rimpang jahe
Lengkuas putih

15 gelas sample kontrol masing-masing


dicemari dengan 2 ml limbah shampo yang
tidak
mengandung
ekstrak
bandotan,
sedangkan 15 gelas sample uji dicemari
dengan 2 ml shampo yang mengandung
ekstrak daun bandotan. Kemudian dilakukan
pengamatan selama 30 menit dan 60 menit.
Data-Data Penelitian
Uji aktivitas larvasida limbah shampo
bandotan kami lakukan terhadap jentik-jentik
yang terdapat di dalam 15 gelas sample uji
dengan pembanding 15 gelas sample kontrol
merujuk kepada pendapat Gay dan Diehl
(1996).
Tabel 4.2.1. Hasil Uji Aktivitas Larvasida

2016

Sumber : Semirata 2013 FMIPA Unila hal. 276.

Formulasi ekstrak bandotan dengan shampo


bisa menggunakan produk shampo yang biasa
digunakan agar sesuai dengan kondisi rambut
penggunanya. Ekstraksi dilakukan dengan
metode maserasi menggunakan pelarut
alkohol.
Hasil
ekstraksi
kemudian
dicampurkan dengan sediaan shampo dengan
perbandingan 1 : 30 dengan cara diaduk
hingga homogen.
Tabel 4.3.2. Hasil analisis R dan R Square selama 30 menit
Model Summary
Model
1

R
a

.624

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

.389

.368

1.123

Jurnal Penelitian

Analisis regresi linier untuk durasi 30 menit


menunjukkan bahwa pemberian tambahan
ekstrak bandotan terhadap shampo memiliki
nilai korelasi 62,4 % terhadap aktivitas
larvasida pada limbahnya. Hasil analisis
tersebut menyajikan data bahwa 38,9 %
kematian jentik-jentik nyamuk yang dicemari
limbah shampo selama waktu 30 menit adalah
dikarenakan penambahan ekstrak bandotan
pada sediaan shamponya.
Tabel 4.3.3. Tabel Analisis Uji T untuk waktu 30 menit
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

Standardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

-1.533

.649

Perlakukan

1.733

.410

Beta

.624

Sig.

-2.364

.025

4.226

.000

a. Dependent Variable: 30menit

Hasil analisis regresi linier di atas


menunjukkan bahwa pemberian tambahan
ekstrak daun bandotan berpengaruh kepada
kematian jentik-jentik nyamuk. Hal ini
diketahui dengan adanya angka signifikasi
0,00 < 0,05.
Tabel 4.3.4. Hasil Analisis R dan R Square selama 60 menit
Model Summary
Model

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of the


Estimate

.807a

.651

.639

1.009

a. Predictors: (Constant), Perlakukan

Sedangkan hasil regresi linier untuk durasi 60


menit menunjukkan bahwa nilai korelasi
ekstrak bandotan terhadap aktivitas larvasida
naik menjadi 80,7 %. Data di atas
menunjukkan bahwa 65,1 % kematian jentikjentik disebabkan oleh penambahan ekstrak
bandotan dalam sediaan shampo.
Tabel 4.3.5. Hasil Analisis Uji T untuk waktu 60 menit
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

Std. Error

(Constant)

-2.067

.583

Perlakukan

2.667

.369

Standardized
Coefficients
Beta

a. Dependent Variable: 60menit

SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

.807

Sig.

-3.546

.001

7.234

.000

2016

Hasil regresi tersebut di atas menunjukkan


bahwa penambahan ekstrak bandotan dalam
sediaan shampo berpengaruh terhadap
kematian jentik-jentik nyamuk. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar
0,00 < 0,05.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier
diperoleh data bahwa keberadaan ekstrak
bandotan dalam sediaan shampo efektif
membunuh jentik-jentik nyamuk. Penggunaan
shampo bandotan akan menciptakan limbah
shampo yang dinilai efektif mengurangi
populasi nyamuk di saluran pembuangan air
seperti selokan dan got.
KESIMPULAN
Formulasi shampo bandotan dapat dilakukan
dengan mengambil ekstrak dari daun
bandotan dengan metode maserasi. Hasil
maserasi dicampurkan dengan sediaan
shampo dengan cara diaduk hingga homogen.
Shampo bandotan memiliki limbah yang
efektif membasmi jentik-jentik nyamuk. Hasil
uji larvasida menunjukkan bahwa limbah
shampo bandotan berpengaruh efektif
mengurangi jumlah populasi jentik nyamuk.
Saran
Hendaklah masyarakat dapat memanfaatkan
limbah yang ada di sekelilingnya untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi di
sekelilingnya.
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Yenni. 2012. Ensiklopedi Tanaman
Obat Nusantara. Penerbit Araska,
Yogyakarta.
Komariah. 2012. Pengendalian Vektor.
Program Pasca Sarjana Kesehatan
Masyarakat STIK Bina Husada
Palembang.
Massoud, Wafi Ali Mohamed. 2014.
Larvasidal Potentiality of The
Bandotan (Ageratum conyzoides )
Leaves for Controlling The Three
Important Species of Mosquitoes
6

Jurnal Penelitian

(Aedes
aegypti,
Culex
quinquefasciatus and Anopheles
maculates).
Posgraduate
Study
Program, Sebelas Maret University,
Surakarta.
Nofyan,
Erwin.
2013.
Eksplorasi
Biolarvasida Dari Tumbuhan Untuk
Pengendalian Larva Nyamuk Aedes
aegypti di Sumatera Selatan. FMIPA
Universitas Lampung.
Rahim, Abdul. 2012. Skrining Toksisitas
Ekstrak Herba Bandotan (Ageratum
conyzoides L) Dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test. Majalah
Farmasi dan Farmakologi Vol. 16
No. 2 Juli 2012 Makassar.
Rohman, Apriana. 2011. Formulasi dan
Evaluasi Sediaan Shampo. Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.
Saputra, Eka. 2015. Daur Hidup Nyamuk dan
Penjelasan
Setiap
Fasenya.
satujam.com.

SMA Negeri 1 Sampang - Cilacap

2016

PRODUK SHAMPO BANDOTAN

Anda mungkin juga menyukai