Anda di halaman 1dari 18

ENERGI BIOGAS

MAKALAH

Disusun oleh:
Ramadhan pratama (061340411700)
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyusun makalah mengenai Biogas ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas studi Teknologi
Bioproses dan untuk menambah wawasan mengenai Biogas. Adapun kendala-kendala
yang penyusun hadapi saat membuat makalah ini baik itu secara materi maupun kendala
lainnya, akan tetapi penyususn mengucap syukur dan berterima kasih karena penulis
dapat melewati semuanya itu sampai selesai dengan baik.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada:

Ida febriana S.si., M.T. selaku pembimbing bidang studi Energi


konvensional dan non konvensional yang telah membimbing dan membantu

dalam penyelesaian makalah ini.


Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas
makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa keberadaan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penyusun sangat diharapkan
untuk kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua, khususnya pengembangan ilmu pengetahuan.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar belakang.....................................................................................


1.2 Rumusan masalah................................................................................
1.3 Tujuan penyusunan..............................................................................

1
1
2

BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................


2.1 pengertian............................................................................................
2.2 proses pembuatan biogas ...................................................................
2.3 Bahan baku...................................................................
2.4 Jenis-jenis reaktor biogas.............................................
2.5 Faktor yang mempengaruhi proses biogas..................
2.6 Manfaat biogas............................................................

BAB IV. PENUTUP..............................................................................................


4.1 Kesimpulan..........................................................................................
4.2 saran.....................................................................................................

16

4
4

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas adalah sesuatu yang
keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang dihasilkan oleh makhluk hidup
melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap

udara. Biogas mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pengganti minyak tanah atau LPG untuk memasak dan untuk penerangan.
(Tony Bani, 2013).
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari bahan organik
contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian
sayuran, limbah industri tahu, ikan pindang dan brem juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk memproduksi biogas. (Tony Bani, 2013)
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya maka instalasi
biogas dapat dibuat dimanapun, artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga.
Instalasi biogas dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam
bentuk yangmenengah sampai skala besar untuk kepentingan beberapa rumah secara
bersama. (Tony Bani, 2013)
Sejarah penemuan biogas diawali dari proses anaerobik yang tersebar di benua
Eropa. Ilmuan Volta menemukan gas yang ada di rawa-rawa pada tahun 1770, kemudian
avogadro mengidentifikasi tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa
biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion.

Pastoer melakukan

penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian
Pastoer menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini. (Johan Syah, 2011)
Orang yang pertama mengkaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan
adalah Alessandro Volta pada tahun 1776, kemudian pada tahun 1806, Willlam Henry
dapat mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metan. Becham
pada tahun 1868 salah satu murid Louis Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882
memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan metan. (Rahman, 2005).
Alat pencerna aerobik atau disebut digester pertamakali dibangun pada tahun
1900. Pada tahun 1950 pemakaian biogas di Eropa mulai ditinggalkan, karena BBM
semakin murah dan mudah untuk memperolehnya. Demikian juga di Negara-negara
berkembang. Namun, saat ini dengan semakin meningkatnya harga minyakdunia dan
kekhawatiran akan habisnya cadangan minyak, maka hamper semua Negara kembali
melakukan upaya pencarian sumber energi alternative dan salah satunya adalah biogas.
(Tony Bani, 2013)
Di Indonesia, pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian dari
pemerintah dan masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam

mengurangi / memangkas subsidi BBM. Dampak selanjutnya adalah masyarakat


memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif. Penebangan hutan menjadi
tidak terkontrol, sehingga mengancam kelestarian tanaman, mengakibatkan banjir dan
tanah longsor, serta menipisnya cadangan air. Oleh karena itu dinas / instansi terkait
perlu mendukung program pengembangan biogas di wilayahnya. (Tony Bani, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar kita mendapatkan hasil
yang diinginkan maka dalam makalah ini penyusun mengemukakan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Pengertian Biogas
2. Proses Pembuatan Biogas
3. Komponen-komponen yang terdapat dalam biogas
4. Manfaat biogas
5. Kelebihan dan kekurangan biogas
1.3 Tujuan Penyusunan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Teknologi
Bioproses
2. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama
mengenai biogas

BAB II.
PEMBAHASAN
1. Pengertian biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi yang relatif kurang oksigen
(anaerob).Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen
disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % )
berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan
diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama
material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan

bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat
hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau
senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa
yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa
sederhana.
Sumber bahan untuk menghasilkan biogas yang utama adalah kotoran
ternak sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas serta dapat juga berasal dari sampah
organik.
Komponen biogas:
CH4 (metana) 60 %
CO2 (karbon dioksida) 38 %
(N2, O2, H2, & H2S) 2 %

Tabel : Komposisi biogas

2. Proses pembentukan biogas


Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas
inilah yang disebut biogas. (Aldila Aulia, 2014)

A. Mikroba yang berperan dalam pembentukan biogas

B. Mekanisme pembentukan biogas

3.

Bahan Baku
Biogas berasal dari hasil fermentasi bahan-bahan organik diantaranya:

Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, gandum, dan lain-

lain,
Limbah dan hasil produksi : minyak, bagas, penggilingan padi, limbah

sagu,
Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan dan
sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan

tapioka, limbah cair industri tahu,


Limbah perairan : alga laut, tumbuh-tumbuhan air,
Limbah peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing,
kotoran unggas.

Sumber : (Saepul Rohman, 2009)

4. Jenis jenis reactor biogas


a. Reaktor kubah tetap ( fixed dome )

Pada reaktor ini mempunyai 2 bagian yaitu digester sebagai


tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah dari bakteri, baik
bakteri pembentuk asam atau pun bakteri pembentuk gas metana.
b. Reaktor floating drum

Reaktor jenis ini sama dengan reaktor kubah tetap, perbedaannya


terletak pada penampung gas menggunakan peralatan bergerak
menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi
untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum
mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah gas yang dihasilkan dapat
dilihat dengan pergerakan penampung gas, akibat tempat penyimpanan
yang terapung menyebabkan tekanan gasnya konstan.
c. Reaktor balon
Reaktor balon merupakan reaktor biogas yang banyak digunakan
dalam skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga
lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor
ini terdiri dari 1 bagian yang berfungsi sebagai digester dan tempat
penyimpan gas masing-masing bercampur dalam 1 ruangan tanpa sekat.
Material organik berada pada bagian bawah, karena berat jenis nya lebih
berat dari berat jenis gas.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas


Laju proses anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktorfaktor yang mempengaruhi mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH,
salinitas dan ion kuat, nutrisi, inhibisi dan kadar keracunan pada proses,
dan konsentrasi padatan. Berikut ini adalah pembahasan tentang faktorfaktor tersebut.
1) Temperatur
Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok temperatur
utama. Temperatur kriofilik yakni kurang dari 20oC, mesofilik berlangsung
pada temperatur 20-45oC (optimum pada 30-45oC) dan termofilik terjadi
pada temperatur 40-80oC (optimum pada 55-75oC).
2) Derajat keasaman ( pH )
Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada
rentang pH yang tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan
maksimum dan bahkan dapat menyebabkan kematian yang pada akhirnya
dapat

menghambat

perolehan

gas

metana.

Bakteri-bakteri

anaerob

membutuhkan pH optimal antara 6,27,6, tetapi yang baik adalah 6,67,5.


Pada awalnya media mempunyai pH 6 selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki
pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,58,5.
Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic,
maksudnya bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara
alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan
besarnya pH. (Yunus, 1991).
3) Nutrisi
Mikroorganisme membutuhkan beberapa vitamin esensial dan asam
amino. Zat tersebut dapat disuplai ke media kultur dengan memberikan nutrisi
tertentu untuk pertumbuhan dan metabolismenya. Selain itu juga dibutuhkan
mikronutrien untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme, misalnya besi,
magnesium, kalsium, natrium, barium, selenium, kobalt dan lain-lain

(Malina,1992). Bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi


yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan
kobalt (Space and McCarthy didalam Gunerson and Stuckey, 1986). Level
nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh
bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi
penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang
sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang
diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester (Gunerson
and Stuckey, 1986).
4) Keracunan dan Hambatan
Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition) proses anaerob dapat
disebabkan oleh berbagai hal, misalnya produk antara asam lemak mudah
menguap (volatile) yang dapat mempengaruhi pH. Zat-zat penghambat lain
terhadap aktivitas mikroorganisme pada proses anaerob diantaranya kandungan
logam berat sianida.
5) Faktor Konsentrasi Padatan
Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi biogas adalah 7-9%
kandungan kering. Kondisi ini dapat membuat proses digester anaerob berjalan
dengan baik.
6) Penentuan Kadar Metana Dengan BMP
Uji BMP (Biochemical Methane Potential) ditunjukan untuk mengukur gas
metana yang dihasilkan selama masa inkubasi secara anaerob pada media kimia.
Uji BMP dilakukan dengan cara menempatkan cairan contoh, inokulan (biakan
bakteri anaeorob) dan media kimia dalam botol serum. Botol serum ini,
diinkubasi pada suhu 35oC, lalu pengukuran dilakukan selama masa inkubasi
secara periodik (biasanya setiap 5 hari), sehingga pada akhir masa inkubasi (hari
ke-30) didapatkan akumulasi gas metana. Pengukuran dilakukan dengan
memasukkan jarum suntik (metoda syringe) ke botol serum.
7) Rasio Carbon Nitrogen (C/N)
Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang
mengandung karbon dan nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan
perbandingan jumlah dari kedua elemen tersebut. Pada bahan yang memiliki

jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki C/N ratio 15
berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari
jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang
optimum, bila kondisi yang lain juga mendukung. Bila terlalu banyak karbon,
nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan proses berjalan
dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15),
maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan
optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20. (Anonymous, 1999a).
8) Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat
Menurut Anonymous (1999a), walaupun tidak ada informasi yang pasti,
mobilitas bakteri metanogen di dalam bahan secara berangsur angsur dihalangi
oleh peningkatan kandungan padatan yang berakibat terhambatnya pembentukan
biogas. Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi yang baik diperlukan
pencampuran bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di
dalam pencerna. Hal yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah
menghilangkan unsur unsur hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang
dihasilkan oleh bakteri metanogen
6. Manfaat biogas
Produk utama dari instalsi biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan
untuk mendukung kehidupan masyarakat. Manfaat biogas yang tidak secara
langsung adalah menjaga kelestarian lingkunagn hidup dan konservasi sumberdaya
alam, dan lain-lain. Secara lebih rinci manfaat penggunaan biogas adalah sebagai
berikut :
a. Manfaat Langsung :
Sebagai sumber energi untuk memasak
Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk memesak. Untuk biogas yang
menggunakan bahan baku kotoran sapi dari 3-4 ekor mampu
menghasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak tanah per hari, dan

diperkirakan mampu untuk memenuhi energi memasak satu rumah


tangga dengan 5 orang anggota keluarga.

Sebagai sumber energi untuk penerangan


Biogas sebagai sumber energi untuk penerangan dengan cara
yang sama seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor sebagai
titik akhir penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang
digunakan adalah lampu yang dirancang khusus atau lampu petromaks
yang dimodifikasi. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa
pemanfaatan biogas

untuk

memasak

sekaligus

sebagai sumber

penerangan, biasanya dilakukan bila jumlah sapi paling sedikit 6 ekor


dengan model digester permanen bata kapasitasnya 9 M3 (Muryanto,
2006).

Penghasil pupuk organik siap pakai.


Manfaat lain dari penerapan biogas adalah dapat menyediakan
pupuk organik siap pakai dalan jumlah banyak sesuai dengan kapasitas
digester yang dibangun dan bahan baku yang digunakan. Kotoran ternak
yang telah diproses dalam digester biogas dapat langsung digunakan
sebagai pupuk organik, dan kaya akan kandungan unsur Nitrogen (N).
Bahan baku biogas seperti kotoran ternak merupakan bahan organik yang
mempunyai kandungan Nitrogen (N) tinggi di samping unsur C, H, dan
O. Selama proses pembuatan biogas, unsur C, H, dan O akan membentuk
CH4 dan CO2, dan kandungan N yang ada masih tetap bertahan dalam
sisa bahan, yang akhirnya akan menjadi sumber N bagi pupuk organik.
(Suriawiria, 2005).

b. Manfaat Tidak Langsung


Mengurangi Efek Gas Rumah Kaca
Penerapan biogas dapat membantu pengembangan system
pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi
biogas dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu
yang baik. Penerapan biogas dapat mengurangi emisi gas metan (CH4)
yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari
sektor pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan

terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi


biogas. Gas metan termasuk gas rumah kaca (green house gas), bersama
dengan gas karbondioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas
metan secara lokal dengan mengembangkan biogas dapat berperan positif
dalam upaya penyelesaian masalah global efek rumah kaca, sehingga
upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program Internasional
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).

Membantu Program Pelestarian Hutan, Tanah dan Air.


Meningkatnya harga BBM khususnya

minyak tanah, akan

mendorong masyarakat untuk mencari alternative bahan bakar murah,


salah satunya adalah kayu bakar. Hal ini sangat mungkin terjadi di
masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan hutan dan perkebunan.
Oleh karena itu, dengan menerapkan biogas sebagai sumber energi di
suatu wilayah, maka penebangan pohon yang digunakan sebagai sumber
energi oleh sebagian masyarakat dapat dikurangi, bahkan dihilangkan.
Dengan kata lain, bahwa pengembangan biogas di suatu wilayah,secara
tidak langsung dapat mendukung upaya pelestarian hutan atau
perkebunan di wilayah tersebut.

Mengurangi Polusi Bau


Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan, disini
mengandung pengertian,bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan
bau yang tidak sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya
mempunyai bau yang tidak sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan
baku biogas, makahasil akhir dari proses tersebut merupakan pupuk
organik yang tidak berbau. Demikian pula untuk daerah yang banyak
terdapat industri pemrosesan makanan, misalnya tahu, tempe dan ikan
pindang akan menghasilkan limbah yang menyebabkan polusi bau yang
mencemari leingkungan. Dengan penerapan biogas di daerah tersebut,
maka limbah yang dihasilkan akan tidak mencemari lingkungan lagi,

bahkan dapat dimanfaatkan sebagai energi yang dapat dimanfaaatkan


sebagai sumber panas untuk memasak dan penerangan.

Meningkatkan sanitasi lingkungan dan keindahan.


Kotoran ternak dan limbah organik lainnya apabila tidak dikelola
dengan

baik

dan

berserakan

dimana-mana,

maka

akan

dapat

mengganggu keindahan dan berdampak negative terhadap kesehatan


masyarakat di sekitarnya. Disamping itu, terdapat kemungkinan bahwa
kotoran ternak banyak mengandung bakteri Colly yang membahayakan
bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Dengan penerapan biogas,
dampak negatif tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan.

Meningkatkan Pendapatan Usaha Ternak.


Pengembangan biogas dapat memberi peluang untuk menambah
pendapatan dari hasil penjualan pupuk kompos hasil dari limbah unit
biogas. Selain pendapatan dari pupuk organik, maka penerapan biogas
menghasilkan gas metan yang mempunyai nilai ekonomis. Jika seorang
peternak memelihara 3 ekor sapi perah, maka akan dihasilkan biogas
setara dengan 3 liter minyak tanah sehari. Hal itu berarti peternak dapat
memperoleh tambahan pendapatan dari penghematan penggunaan
minyak tanah sebesar 3 liter per hari.

Mendukung kebijakan Pemerintah mengurangi Subsidi BBM


Penerapan biogas dalam suatu kawasan, dapat mendukung kebijakan
pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Dengan penggunaan biogas,
maka kebutuan masyarakat akan minyak tanah akan berkurang,hal ini
akan mengurangi beban pemerintah untuk mensubsidi BBM.

Sumber : (Lengi, 2011)

BAB IV.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob
atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan
hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah
organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas
adalah metana dan karbon dioksida. sistem biogas sederhana. Disamping itu di daerah
yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau
brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah
industri tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan
karena limbah industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin
menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap
lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut.
Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan
untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati.
Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 2545%, Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%,
Oksigen (O2) 0.1-0.5%.
5.2 Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar memanfaatkan bahan-bahan limbah
organik menjadi hal yang berguna, seperti biogas. Pembaca juga bisa memperdalam
pengetahuan dalam pemuatan biogas melalui makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA
Gujer, W. & Zehnder, A.J.B. (1983). Conversion processes in anaerobic digestion, Wat.
Sci. Tech. 15: 127-167
Ward, A.J., Hobbs, P.J., Holliman, P.J., dan Jones, D.L. (2008). Optimation of The
Anaerobic Digestion of Agricultural Resources. Bioresource Technology. 99. 79287940.
Widodo, T. W., Asari Ahmad., Nurhasanah A., Rahmarestia, E. (2006)., Rekayasa dan
pengujian reaktor biogas skala kelompok tani ternak, Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian, Jurnal Enjiring Pertanian, Hal. 41-52
Soerawidjaja, Tatang H. 2006. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia dalam
Penyediaan Berbagai Bentuk Energi. Program Studi Teknik Kimia.
http://riau.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/PDF/biogas.pdf

Anda mungkin juga menyukai