Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH UTARA
BAGIAN ILMU BEDAH
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn.AR
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Syamtalira Bayu
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Status Perkawinan
: Menikah
TMRS
: 12 Maret 2013
Jam
: 21.00 WIB
No.MR
: 046136
Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan

: luka pada kantung buah zakar


: nyeri dan berbau

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien

datang

dengan

keluhan adanya luka pada kantung buah zakar yang dialaminya


sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Luka tersebut juga
terasa nyeri dan berbau tidak enak. Luka awalnya berupa bisul
yang banyak pada kantung buah zakar dan 3 hari kemudian bisul
tersebut pecah dan menjadi luka.
Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Mellitus disangkal
Hipertensi disangkal

Riwayat Pemakaian Obat : Pemakaian kortikosteroid jangka


lama disangkal
Penggunaan alkohol disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

:-

B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital:
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
RR
: 18x/menit
Temperatur
: 36,90C
Kesadaran
: Compos Mentis
C. STATUS LOKALISATA
1. KEPALA
a. Bentuk kepala
: kontur maxillofasial simetris
b. Mata
: pupil isokor +/+, konjungtiva anemis +/
+
c. Hidung
d. Mulut
e. Leher
2. THORAKS
a. Inspeksi

: dbn
: dbn
: tidak ada massa atau pembesaran KGB
: simetris dalam keadaan statis maupun

dinamis
b. Palpasi

: stem fremitus paru normal kiri

dan kanan
c. Perkusi
: sonor seluruh lapangan paru.
d. Auskultasi : Paru : vesikuler +/+, Wheezing -/-,
Rhonki -/Jantung : M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
3. ABDOMEN
a. Inspeksi

simetris,

tidak

terlihat

penonjolan,

distensi (-)
b. Palpasi
: soepel (+), nyeri tekan (-)
c. Perkusi
: timpani (+)
d. Auskultasi : bising usus meningkat (+), peristaltik
(+)

4. GENITALIA
Luka dengan ukuran 10 x 8 cm a/r scrotum, pus (+)
5. EKSTREMITAS
Deformitas (-), edema tungkai (-/-)
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Fournier Gangrene a/r scrotum
2. Abses scrotalis
3. Hernia inkaserata inguinoskrotalis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : urine darah rutin, KGD, RFT, LFT
Radiologi : Rontgen thoraks AP lateral
F. DIAGNOSIS
Fournier Gangren a/r scrotum
G. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
: Bedrest
Rawat Luka
Menjaga kadar gula darah
Personal hygiene
Medikamentosa : IVFD RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxim 1 gr/12 jam
Inj Ranitidin 25 mg/8 jam
Inj Ketorolac 3 %/8 jam
Drip Metronidazol 1 fls/hr
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Operatif
: debridement + nekrotomi

jahit

matras+ kompres
H. LAPORAN OPERASI
1. Pukul 12.00 WIB debridement dimulai
2. Pasien dengan posisi telentang dalam spinal anastesi
dilakukan tindakan aseptik.
3. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
4. Cuci dengan NaCl + Betadine + H2O2 debridement +
nekrotomi
5. Jahit matras horizontal dengan menaikkan testis ke atas
dan menjahit sisa kulit bagian bawah skrotum dengan
kulit bagian atas.
6. Kompres betadine + NaCl drips
7. Pukul 12.45 WIB debridement selesai.

I. INSTRUKSI POST OPERASI


1. Bedrest
2. Puasa 4 jam
3. IVFD RL 30 gtt/i
4. Infus Metronidazol 1 fls/ 12 jam
5. Infus Cairan nutrisi 1 fls/ hari
6. Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
7. Inj Gentamysin amp/12 jam
8. Inj Torasic amp/8 jam
9. Inj Kalnex amp/8 jam
10. Inj Diazepam amp/8 jam
11. Kompres scrotum : 5 cc Betadine + 500 cc NaCl 0,9%
tetesi kompres melalui infus ke scrotum.
J. PROGNOSIS
Bila dilakukan tindakan debridement segera dan perawatan

luka yang baik:


Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam

: dubia at bonam
: dubia at bonam
: dubia at bonam

K. DISKUSI
Tn. AR, 55 tahun, datang ke IGD RSU Cut Meutia dengan
keluhan adanya luka pada kantung buah zakar yang dialaminya
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Luka tersebut juga
terasa nyeri dan berbau tidak enak. Luka awalnya berupa bisul
yang banyak pada kantung buah zakar dan 3 hari kemudian bisul

tersebut pecah dan menjadi luka. Pada pemeriksaan fisik


ditemukan ulkus pada regio genitalia eksterna berukuran 10 x 8
cm, berbau, nyeri dan kulit skrotum bagian bawah sudah tidak
ada sehingga testisnya terlihat. Hasil pemeriksaan KGDS pasien
ketika di IGD 187 mg/dl sedangkan hasil laboratorium urin dan
darah rutinnya menunjukkan LED meningkat, leukositosis dan
leukosituria.
Pada hari rawatan kedua pasien di ruang bedah pria RSU
Cut Meutia,dokter melakukan tindakan debridement di kamar
operasi, didapatkan ulkus dengan pus yang sudah kental dan
kulit skrotum yang tidak utuh lagi. Pus dibersihkan dengan kasa
+ NaCl 0,9 %, ditelusuri asal absesnya dan diketahui bahwa
abses berasal dari bagian anterior sehingga disimpulkan bahwa
Tn.AR menderita Fournier Gangren tipe urogenital triangle
dimana infeksi terbatas pada bagian anterior dari penis dengan
penyebaran

yang

berbentuk

lurus

sesuai

dengan

hukum

Goodsall Fistula dengan eksternal opening ke anterior biasanya


memiliki saluran yang berbentuk lurus, sedangkan fistula dengan
eksternal opening ke posterior atau dorsal biasanya selalu ke
depan karena radang dan pus yang terdorong ke anterior di
sekitar muskulus puborektal membentuk satu atau lebih lubang
perforasi ke sebelah anterior.

Setelah dilakukan debridement dan nekrotomi, dilakukan


jahit matras horizontal dengan menaikkan testis terlebih dahulu
ke superior lalu menyatukan kulit skrotum bagian bawah yang
tersisa dengan kulit skrotum bagian atas. Kemudian kompres
dengan 500 cc larutan NaCl 0,9% + 5 cc betadine dan dialirkan
dari infus ke skrotum serta pemberian antibiotik spektrum luas
baik itu untuk bakteri aerob, anaerob, gram positif maupun gram
negatif. Pada hari rawatan ke 13 post debridement jahitan sudah
dibuka dan pasien Pulang Berobat Jalan (PBJ) dengan keadaan
umum baik, luka sudah kering, tidak lagi berdarah dan tidak
nyeri.

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Laboratorium RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Hari/tanggal : Rabu, 13 Maret 2013
Darah Rutin
Hemoglobin
: 11,4 g%
LED
: 59 mm/jam
Eritrosit
: 5,4 x 106/mm3 (N:
Leukosit
: 20,7 x 103/mm3(N:
Hematokrit : 32,4 %
(N:
MCV
: 63 fl
(N:
MCH
: 21,0 pg
(N:
MCHC
: 33,3 g%
RDW
: 16,3 %
(N:
Trombosit : 359 x103/mm3 (N:
Bleeding Time
: 3 menit
Clotting Time
: 9 menit

(N: L = 13-18; P = 12-16)


(N: <15)
L= 4,5-6,5; P =3,8-5,8)
4-11)
31-47)
46-96)
27-32)
(N: 30-35)
11-15)
150-450 x 103)
(N : <5)
(N: 5-11)

Urine Rutin (pagi)


Kekeruhan : jernih
Warna
: kuning muda
Berat jenis : 1,020
pH
:6
Protein
: 25 mg/dl (+)
Glukosa (reduksi) : Bilirubin
:Urobilinogen
:Keton
:Nitrit
:Blood & Hb : 10/l (+)
Leukosit
: 100/l (+2)
Kadar Gula Darah

KGDS : 187 mg/dl (12 Maret 2013)


KGDS : 143 mg/dl (13 Maret 2013)
KGD puasa : 25 mg/dl (13 Maret 2013)

Fungsi Hati

Bilirubin total
: 0,87 mg/dl
(N: 0,1-1,0)
Bilirubin direct: 0,76 mg/dl
(N: 0,0-0,3)
SGOT
: 20 IU/L
(N: 10-37)
SGPT
: 18 IU/L
(N: 10-40)

Fungsi Ginjal

Ureum
Creatinin
Uric acid

: 52 mg/dl (N: 20-40)


: 1,71 mg/dl
(N: 0,6-1,6)
: 5,1 mg/dl (N: L<7,2; P<6,8)

Gambar 1.1 Pembengkakan skrotum


pada awal penyakit fournier gangren

Gambar 1.2 Abses perianal pada pasien


fournier gangren

Gambar 1.3 T indakan debridement untuk


mengeluarkan abses pada fournier gangren

Gambar 1.4 Fournier gangren setelah dilakukan


debridement + kompres

Gambar 1.5 Pasien fournier gangren 11 hari post


debridement

Gambar 1.6 Keadaan terakhir genitalia pasien


fournier gangren

10

RESUME
No. RM : 04 61 36
Masuk tanggal : 12 Maret 2013
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama pasien
: Tn.AR
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Syamtalira Bayu
Diagnosa masuk : Fournier Gangren a/r scrotum
Diagnosa utama : Fournier Gangren a/r scrotum
Jenis tindakan
: debridement + nekrotomi + jahit

matras + kompres
7. Keadaan pasien waktu masuk : KU lemah, kesadaran
compos mentis
8. Pemeriksaan fisik : nyeri pada luka (+), luka di skrotum
berbau (+)
9. Pemeriksaan laboratorium : Darah rutin : LED meningkat
dan leukositosis
Urine rutin : leukosituria
Pemeriksaan lain : Ro thorax normal
Terapi
: - Ciprofloxacin 2 x 250 mg
- Asam mefenamat 3x 500 mg
- Ranitidin 2x1
- B Complex 2x1
12.
Keadaan pasien waktu pulang:
Telah dilakukan debridement, nekrotomi, jahit matras
10.
11.

horizontal serta kompres pada area genitalia pasien,


kesadaran pasien compos mentis dengan keadaan umum
baik. Luka pada scrotum sudah kering, jahitan sudah
dibuka, nyeri tidak ada lagi.

STATUS FOLLOW UP PASIEN


11

Tanggal
S
13
Maret Luka basah
2013
(+),
nyeri
(+),
BAK
agak
tertahan
(+)

O
KU
:
lemah
Sens: CM
TD
:
100/70
mmHg
HR : 82
x/i
RR : 20x/i
T : 36,50C

A
Fournier
gangren
a/r
scrotum

14
Maret Rencana
2013
debridemen
t

KU
:
lemah
Sens: CM
TD
:
130/70
mmHg
HR : 82
x/i
RR : 16x/i
T : 35,90C

Fournier
gangren
a/r
scrotum

14
Maret Post
2013
debridemen
t
+
nekrotomi
+ kompres

Fournier
gangren
a/r
scrotum

12

P
IVFD RL 20
gtt/i
Inj
Cefotaxim 1
gr/12 jam
Inj Ranitidin
amp/8 jam
Inj Ketorolac
3%/ 8 jam
Metronidazol
fls/hari
PCT
3x500
mg (k/p)
Rencana
debridement
Co PD (+),
anastesi (+)
EKG (+). Ro
Thorax (+)

Bed rest
Puasa 4 jam
IVFD RL 30
gtt/i
Inf
metronidazol
1 fls/12 jam
Inf
cairan
nutrisi
1
fls/hari
Inj
Cefotaxim 1
gr/8 jam
Inj
Gentamycin
amp/12 jam
Inj
Torasic
amp/8 jam

Inj
Kalnex
amp/8 jam
Inj Diazepam
amp/12 jam
Kompres
scrotum:
500
cc
betadine +
500 cc NaCl
0,9 % tetesi
kompres
melalui infus
ke scrotum
17
Maret Nyeri
(-),
2013
luka basah
(+),
berdarah
(+)

KU
:
sedang
Sens: CM
TD
:
100/60
mmHg
HR : 88x/i
RR : 20x/i
T : 36,50C

Post
debridem
ent
Fournier
gangren
a/r
scrotum
H+3

IVFD RL 30
gtt/i
Inf
metronidazol
1 fls/12 jam
Inf
cairan
nutrisi
1
fls/hari
Inj
Cefotaxim 1
gr/8 jam
Inj
Gentamycin
amp/12 jam
Inj
Torasic
amp/8 jam
Inj
Kalnex
amp/8 jam

18

KU
:
sedang
Sens: CM
TD
:
110/70
mmHg
HR : 88x/i
RR : 19x/i
T : 370C

Post
debridem
ent
Fournier
gangren
a/r
scrotum
H+4

IVFD RL 30
gtt/i
Inf
metronidazol
1 fls/12 jam
Inf
cairan
nutrisi
1
fls/hari

Maret Nyeri
(-),
luka basah
2013
(+),
berdarah
(+)

13

DC (+)

Inj
Cefotaxim 1
gr/8 jam
Inj
Gentamycin
amp/12 jam
Inj
Torasic
amp/8 jam
Inj
Kalnex
amp/8 jam

19

Maret Nyeri
(-),
luka basah
2013
(+),
berdarah (-)

KU
:
sedang
Sens: CM
TD
:
80/60
mmHg
HR : 86x/i
RR : 21x/i
T : 370C
DC (+)

Post
debridem
ent
Fournier
gangren
a/r
scrotum
H+5

IVFD RL 30
gtt/i
Inf
metronidazol
1 fls/12 jam
Inf
cairan
nutrisi
1
fls/hari
Inj
Cefotaxim 1
gr/8 jam
Inj
Gentamycin
amp/12 jam
Inj
Torasic
amp/8 jam

25

KU : baik
Sens: CM
TD
:
100/60
mmHg
HR : 60x/i
RR : 16x/i
T : 36,70C
Urin
<100cc
sejak
pagi jam
5, DC (+)

Post
debridem
ent
Fournier
gangren
a/r
scrotum
H+11

IVFD RL 20
gtt/i
Inf
metronidazol
1 fls/12 jam
Inf
cairan
nutrisi
1
fls/hari
Inj
Cefotaxim 1
gr/8 jam
Inj
Gentamycin
amp/12 jam

Maret Nyeri
(-),
luka kering
2013
(+),
berdarah (-)

14

Inj
Torasic
amp/8 jam
26

Maret Nyeri
(-),
luka kering
2013
(+),
berdarah (-)

KU : baik
Sens: CM
TD
:
90/60
mmHg
HR : 72x/i
RR : 16x/i
T : 370C
DC Af
(+)

Post
debridem
ent
Fournier
gangren
a/r
scrotum
H+12

IVFD RL 20
gtt/i
Inf
metronidazol
1 fls/12 jam
Inf
cairan
nutrisi
1
fls/hari
Inj
Cefotaxim 1
gr/8 jam
Inj
Gentamycin
amp/12 jam
Inj
Torasic
amp/8 jam

27

KU : baik
Sens: CM
TD
:
100/60
mmHg
HR : 84x/i
RR : 21x/i
T : 370C
DC Af
(+)

Post
debridem
ent
Fournier
gangren
a/r
scrotum
H+13

Pasien
Pulang
Berobat
Jalan (PBJ)

Maret Nyeri
(-),
luka kering
2013
(+),
berdarah
(-), jahitan
sudah
dibuka (+)

TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Definisi
Fournier gangren merupakan suatu gangren pada skrotum

atau

uvula

yang

disebabkan

15

oleh

bakteri

anaerob

yang

merupakan strain streptococcus beta hemolitikus. Penyakit ini


adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di sekitar
genitalia eksterna pria. Fournier gangren merupakan kedaruratan
di

bidang

urologi

karena

onsetnya

berlangsung

sangat

mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi gangren yang luas


dan menyebabkan septikemia.1
1.2

Etiologi
Infeksi dari kolorektal (13-50%), diantaranya abses
perianal, abses perirektal, abses isiorektal, perforasi

karena kanker kolon, dan divertikulitis.


Infeksi dari urogenitalia (17-87%). Diantaranya striktur

uretra, balanitis, instrumentasi uretra.


Sisanya disebabkan oleh trauma lokalatau infeksi kulit di

sekitar genitalia.
Faktor risiko yang mempengaruhi penyakit ini antara
lain diabetes mellitus, alkoholisme, higiene skrotum
yang kurang baik, penurunan imunitas tubuh seperti

1.3

pada pasien AIDS.2


Patogenesis
Fournier gangren disebabkan oleh polimikroba di alam

yang merupakan gabungan antara bakteri aerob dan anaerob.


Rata-rata terdapat tiga jenis bakteri yang seringkali didapatkan
dari kultur pasien. Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah
Escherichia

coli

(bakteri

aerob),

Bacteriodes

(anaerob),

Streptococcus (aerob). Bakteri lain yang menyebabkan fournier

16

gangren

adalah

Staphylococcus,

Enterococcus,

Clostridium,

Pseudomonas, Klabsiella, dan Proteus.2


1.4

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering pada fournier gangren adalah

adanya pembengkakan skrotum, nyeri, hiperemi, pruritus, dan


demam. Kadangkala didapatkan discharge dengan bau busuk
yang muncul setelah gejala berlangsung selama 2-7 hari.3
Dapat

ditemukan

juga

gas

dalam

jaringan.

Hal

ini

ditunjukkan dengan munculnya krepitasi yang didapatkan saat


pemeriksaan fisik pada 19-64% pasien. Gambaran sistemik pada
fournier gangren diantaranya adalah leukositosis, dehidrasi,
takikardi,

trombositopenia,anemia,

hipokalsemia,

hiperglikemia.3

Gambar 2.1 Pembengkakan dan ulkus di skrotum


pada fournier gangren

17

dan

Jalur Penyebaran
Untuk mengetahui jalur penyebaran fournier gangren,
terlebih dahulu harus mengenal anatomi perianal dan bagian
fascia. Perineum terdiri dari dua segitiga yaitu segitiga anal dan
segitiga urogenital.3

Gambar 2.2 Segitiga Perianal

Segitiga anal merupakan bagian posterior dari garis


imajiner

antara

tuberositas

ischiadica,

sedangkan

segitiga

urogenital terletak di bagian anterior dari garis ini. Infeksi dari


fournier gangren dapat menyebar sepanjang fascia plana.3

18

Gambar 2.3 Anatomi dari perianal dan fascia


plana

Infeksi dimulai dari segitiga anal yang menyebar sepanjang


fascia colles (bagian superfisialdari fascia perineal) dan menjalar
ke depan sepanjang fascia dartos yang meliputi skrotum dan
penis. Hal ini juga dapat menjalar di bagian superior fascia
Scarpa hingga ke dinding anterior abdomen. Fascia colles
melekat di bagian lateral dengan ramus pubis dan fascia lata dan
di bagian posterior dengan diafragma urogenital, oleh karena itu
penyebaran infeksi jarang mengenai daerah ini. Jika fascia colles
terkena, infeksi dapat menyebar hingga ke fossa ischiorectal
hingga ke bokong dan paha.2,3

Gambar 2.4 Penyebaran fournier gangren

Infeksi yang berasal dari segitiga urogenital, uretra, atau


kelenjar periuretra dapat mencapai fascia Buck, dimana infeksi
terbatas pada bagian depan dari penis. Jika infeksi tidak diobati

19

maka

fascia

Buck

dapat

dipenetrasi

dan

infeksi

dapat

menjalarsepanjang fascia Colles dan fascia Dartos.2,3


1.5 Diagnosis Banding
1. Selulitis
2. Hernia strangulata
3. Abses skrotum
4. Streptococcal necrotising fascitis
5. Herpes simplex
6. Gonococcal balanitis dan oedema
7. Pyoderma gangrenousm
8. Allergic vasculitis
9. Polyarteritis nodosa
10. Ecthyma gangrenosum4
1.6

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi atau gejala

klinis

dan

pemeriksaan

fisik.

Pemeriksaan

fisik

yang

menunjukkan adanya nekrosis dan infeksi subkutis biasanya baru


akan muncul beberapa hari setelah muncul gejala.
Kriteria

diagnosis

Fournier

Gangren

meliputi

sebagai

berikut:
1. Edema skrotum yang berkembang cepat menjadi gangren
dengan atau tanpa sebab yang jelas.
2. Penderita tampak sakit berat.
3. Melibatkan sebagian atau seluruh bagian skrotum dan
kadang-kadang permukaan bawah penis.
4. Gangren dapat mencakup seluruh kulit skrotum tetapi tidak
pernah mencapai testis.3,4

20

Gambar 2.5 Edema skrotum dengan gangren

Gambar 2.6 Fournier gangren yang telah


mengenai seluruh kulit skrotumdan telah
menyebar

Pemeriksaan

penunjang

yang

dapat

dilakukan

untuk

membantu menegakkan diagnosis diantaranya:


1. Ultrasonografi (USG)
USG dapat mendeteksi adanya fournier gangren dengan
menunjukkan penebalan pada dinding dan gambaran hiperechoik
sehingga

menyebabkan

adanya

bayangan

kotor

menunjukkan adanya gas pada dinding skrotum.5

Gambar 2.7 Suspek fournier gangren pada lakilaki usia 71 tahun dengan
demam. USG
21
menunjukkan adanya daerah echogenik

yang

2. Radiografi
Pada radiografi, hiperlusen menunjukkan adanya gas pada
jaringan lunak yang terdapat di regio skrotum atau perineum. 5

Gambar 2.8 Fournier gangren pada laki-laki


usia 32 tahun dengan riwayat nyeri pada
testisdan infeksi pada kulit skrotum

3. CT Scan

Gambaran fournier gangren yang tampak pada CT Scan


berupa

penebalan jaringan lunak dan inflamasi. CT Scan

menunjukkan penebalan fascia yang asimetris, penumpukan


cairan dan abses, penumpukan lemak di sekitar jaringan, dan
emfisema subkutis yang terbentuk karena adanya gas yang
ditimbulkan oleh bakteri.5

22

1.7

Gambar 2.9 Gambaran CT Scan pada pasien berusia 60 tahun


Penatalaksanaan
yang menunjukkan adanya udara dan cairan yang terjebak

Fournier

gangren

membutuhkan

pendekatan

multimodalitas termasuk di antaranya stabilisasi hemodinamik


dengan

mengoreksi

cairan

dan

keseimbangan

elektrolit,

antibiotik spektrum luas dan tindakan bedah (drainase abses dan


debridement). Debridement segera merupakan hal utama dalam
penanganan

fournier

gangren

karena

jika

terlambat

akan

mempengaruhi prognosisnya. Jaringan yang nekrosis dan yang


tidak layak harus dieksisi sampai didapatkan perfusi yang baik
pada jaringan yang masih bagus. Setelah dilakukan debridement,
pasien diistirahatkan dan kompres dengan larutan NaCl atau
povidon iodine. Perawatan luka pasca debridement juga harus
dilakukan.3,4

Gambar 2.10 Tindakan debridement untuk


drainase abses pada fournier abses

23

Gambar 2.11 Scrotum dibuka sepanjang rapheuntuk


mengeluarkan abses dan mengevaluasi jaringan
yang nekrotik

Gambar 2.12 Pada pasien yang sama, mengikuti


debridement radikal pertama

Gambar 2.13 Following resolution of the infection,


the wound was covered with a split-thickness skin
graft

1.8

Gambar 2.14 Debridement radikal yang diikuti dengan


rekonstruksi skrotum menggunakan kulit paha untuk
Prognosis
menutup testis
24

Awalnya
dilaporkan

tingkat

sekitar

kematian

80%,

tetapi

akibat
setelah

fournier

gangren

penelitian

terbaru

dilakukan angka kematian menurun sekitar kurang dari 40 %.


Faktor yang mempengaruhi dampak negatif dari ketahanan hidup
pasien dengan fournier gangren adalah umur, sumber infeksi
anorektal

primer,

penanganan

yang

terlambat,

status

imunokompromais dan diabetes.4


Komplikasi jangka panjang tidak ditemukan. Hanya 50%
pasien

yang

bebas

dari

nyeri.

Fungsi

seksual

mungkin

dipengaruhi oleh karena deviasi penis atau torsio penis juga


sensitivitas kulit penis atau nyeri selama ereksi.4

25

Anda mungkin juga menyukai