KAJIAN FISIKA IV
CHAPTER REPORT 5
PHYSICS NUCLEAR : BETA PARTIKEL AND
BETA ACTIVITY
( PARTIKEL
Disusun Oleh :
Amin Dwi Sesanti
Erna Suhartini
127795117
127795152
Rustika Novita
Sari
127795101
BAB I
PENDAHULUAN
Kita telah melihat pada bab sebelumnya bahwa Rutherford menemukan partikel
kemudian dua unsur lainnya dari radiasi ini adalah partikel (elektron dengan energi
tinggi) dan sinar (radiasi gelombang elektromagnetik yang sangat pendek). Pada
awalnya tahun radioaktivitas, perbedaan radiasi dibedakan oleh perbedaan daya serap
pada materi. Lebih lanjut, perilaku partikel-partikel tersebut pada medan magnet juga
ditemukan perbedaan yang ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1
Sinar hanya terlihat dibelokkan sedikit oleh medan magnet, sementara sinar
terlihat lebih kuat dibelokkan, dan sinar tidak dibelokkan sama sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa sinar secara elektrik adalah netral. Pembelokan sinar dan
menunjukkan bahwa sinar tersebut adalah partikel bermuatan listrik dan membawa
muatan yang berlawanan. Pembelokan yang kuat dari partikel menunjukkan bahwa
partikel jauh lebih ringan daripada partikel dan partikel menunjukkan bermuatan
yang berbeda dengan .
Selain fenomena itu, pembahasan partikel yang akan diuraikan dalam makalah
ini adalah dimulai dengan penentuan beban, eksperimen Bucherer, penentuan energi ,
pemfokusan partikel-partikel beban oleh medan magnet, energi dari peluruhan , asalusul tidak terhentinya spektrum : hipotesis neutrino, teori Fermi tentang peluruhan
yang diijinkan. Memperbolehkan dan melarang transisi , peraturan seleksi peluruhan,
diagram Sargent.
BAB II
PEMBAHASAN
5.1 Penentuan Muatan dari Partikel Beta
Kita dapat melihat bahwa partikel- teremisi dengan zat radioaktif dengan energi
elektron yang sangat tinggi. Curie adalah orang yang pertama yang menunjukkan bahwa
partikel- adalah tipe muatan partikel yang negatif dan lebih berpenetrasi daripada
partikel-. Setelah itu, Becquerel mengamati bahwa partikel- lebih terbelokkan
daripada partikel- pada medan magnet. Ini membuktikan bahwa partikel- lebih
bercahaya daripada partikel-. Becquerel memperkirakan e/m dari partikel- dimana
ditunjukkan bahwa partikel- adalah elektron. Beliau juga memperoleh perbedaan antara
partikel- dengan partikel- yang teremisi dengan zat radioaktif.
Kaufmann memperlihatkan perbandingan e/m dari partikel- secara akurat
(1901) (gambar 5.1). Dengan menggunakan ruang hampa A, sejumlah radium yang
berada di sumber Q yang terletak di antara dua plat logam P 1 dan P2 dimana terdapat
perbedaan potensial beberapa ribu volt. Partikel- terlihat dari sisi luar dari plat P1 dan P2
yang melewati sekat D dan terlihat pada plat fotografis P. alat ini terletak di antara dua
kutub magnet N dan S. Medan magnet yang paralel dengan bidang dan tegak lurus
dengan arah gerak dari partikel-.
Gambar 5.1
Jika m adalah massa, e adalah muatan, dan v adalah kecepatan dari partikel- ,
kemudian gerakan dari induksi medan magnet B terhadap bidangnya, partikel-
dibelokkan secara tegak lurus terhadap bidang, ketika dibelokkan dengan medan listrik
X diantara P1 dan P2. Pembelokkan magnet yang sebanding dengan perbandingan e/m
ketika pembelokkan listrik secara sebanding untuk e/mv 2 (lihat bab II di Vol. I). Ketika
pembelokkan listrik dan magnet selalu pada sudut yang tepat satu sama lain, maka cara
tersebut sama dengan pembiasan untuk menentukan beban dari sinar positif menurut J. J.
Thompson. Ion-ion dari muatan yang sama, namun dengan kecepatan yang berbeda akan
2
terfokus pada garis lengkung. Menurut eksperimen yang dilakukan oleh Kaufmann:
partikel- dari sumber yang ada difokuskan pada garis lengkung yang berarti bahwa
partikel-partikel tersebut dipancarkan dengan kecepatan yang berbeda dari sumbernya.
Dengan membalikkan bidang magnet, maka garis lengkung akan jatuh pada bidang lain
dari garis aksial (lihat gambar 5.2). Dari jarak titik-titik yang sama pada dua garis
lengkung pada dua sisi axis, maka e/m dapat ditentukan. Menurut Kaufmann: walaupun
e/m dengan partikel- yang lebih lamban memiliki nilai yang sama, maka e/m dengan
partikel- yang lebih cepat kelihatannya tergantung pada kecepatannya. Selanjutnya
disebutkan pula bahwa lebih tinggi kecepatannya, maka lebih rendah nilai e/m nya. Garis
pada partikel- yang lebih cepat difokuskan berbeda dengan garis lengkung dimana
partikel- yang lebih lamban difokuskan.
Gambar 5.2
Pengamatan Kaufmann ini sesuai dengan prediksi dari teori relativitas Einstein.
Menurut teori ini massa m dari partikel kecepatan v lebih besar dari seluruh massa m,
dengan perumusan sebagai berikut
m=
m0
1 2
(5.1-1)
Dimana = v/c, jika ada partikel lebih ringan seperti elektron pada suatu energi
MeV, maka kecepatan (v) dari partikel akan menjadi sebanding dengan kecepatan
dengan kecepatan cahaya (c). Karena itu untuk partikel-partikel seperti itu peningkatan
relativitas dari suatu massa menjadi lebih besar; semakin berat partikel yang ada seperti
proton atau partikel- dengan energi yang sebanding v << c, maka besarnya massa dapat
diabaikan. Contoh elektron dari 1 MeV energi beta = 0,941 yaitu m = 3m 0. Proton
dengan energi yang sama yaitu = 0,0462 sehingga besarnya massa dapat diabaikan.
Ketika kecepatan partikel meningkat lebih besar, maka m semakin tinggi lalu
e/m menjadi semakin kecil sesuai dengan yang diamati oleh Kaufmann. Namun dalam
pengamatan yang dilakukan oleh Kaufmann: semakin besar massa tidak dapat diukur
secara tepat. Oleh karena itu tidak dapat dipastikan apakah pembesaran tersebut sesuai
dengan teori Einstein.
Perbandingan garis fokus untuk elektron kecepatan tinggi dari garis lengkung
dapat perlu dipahami dari teori relativitas khusus. Dalam teori garis lengkung Thomson
untuk menentukan muatan sinar positif, hubungan garis lengkung (parabola) antara
koordinat x dan y dari titik fokus beberapa ion dari kecepatan yang berbeda tergantung
pada muatan terentu. Jika massa dari suatu ion berubah maka hubungan matematikanya
tidak lagi ada. Karena massa elektron berkecepatan tinggi berubah sesuai dengan
kecepatan, maka garis fokusnya akan berbeda dengan garis lengkungnya.
5.2 Eksperimen Bucherer
A. H. Bucherer berasal dari Jerman menemukan metode yang sangat terakurasi
dalam menentukan e/m partikel . Eksperimennya juga memberikan hasil yang tepat
untuk verifikasi hubungan dengan Einstein yaitu variasi massa dengan kecepatan
(persamaan 5.1-1).
Eksperimen Bucherer ditunjukkan pada gambar 5.3. Sejumlah kecil radium
florida yang digunakan sebagai sumber (S) dari partikel yang ditempatkan antara dua
plat gelas berbentuk bundar pipih P 1, P2 dilapisi dengan perak pada bagian dalamnya
yang dianggap sebagai dua plat kondenser paralel. Ukuran plat tersebut adalah
diameternya 8 cm dengan jarak diameter 0, 25 mm. Sumber (S) ditempatkan ditengah
system plat. F merupakan film foto yang dibungkus dalam bentuk silinder yang
melingkari plat P1 dan P2 pada sumbunya dengan jarak 5 cm dari pinggiran plat. Seluruh
peralatan tersebut dimasukkan kedalam ruangan yang disimpan dalam tempat yang
sangat vakum.
Gambar 5.3
Perbedaan besar terjadi antara plat P 1 dan P2 agar menghasilkan bidang listrik X
dalam arah vertikal. Medan magnet dipasang paralel dengan plat-plat sehingga
pembiasan magnet dan listrik menjadi paralel. Hal ini disebabkan karena jarak antara P 1
dan P2 sangat kecil, maka hanya partikel yang dipancarkan secara paralel terhadap
permukaan yang berada diluar bidang antara P 1 dan P2 yang dapat mencapai film foto F.
gaya listrik pada partikel dengan muatan e karena bidang X adalah F e = Xe. Oleh
karena itu, partikel yang dipancarkan dari sumbernya dibiaskan kebawah tanpa medan
magnet serta mengenai plat P 2 bagisan bawah sehingga partikel-partikel tersebut tidak
berasal dari daerah antara plat-plat tersebut. Arah dari bidang induksi magnet B tersusun
secara baik sehingga gaya magnet Fm = Bev menunda gaya listrik F e yang menyebabkan
partikel terpancar dari S yang paralel dengan P1 dan P2 yang berasal dari daerah antara
plat-plat tersebut.
Karena medan magnet ada dalam arah yang paralel dengan plat tersebut, amka
pancaran partikel pada arah yang berbeda dengan S cenderung membentuk sudut dan
B yang berbeda (lihat gambar 5.4).
Gambar 5.4
Gerak dari medan magnetik pada partikel dari arah yang berbeda.
Jika v adalah kecepatan pancaran partikel pada sudut dan w.r.t.B maka gaya
magnet adalah sebagai berikut
Fm =Bev sin
Jika gaya listrik dan magnet seimbang, maka rumusnya dapat ditulis sebagai
berikut
Bev sin = Xe
v=
X
B sin
(5.2-1)
Bev=
Gambar 5.5
mv
r
(5.2-2)
( 2 rd ) d=l 2
r=
atau
l 2 +d 2
2d
(5.2-3)
Untuk mengukur pembiasan d pada film F, maka e/m dapat diperoleh. Pada
eksperimen Bucherer, partikel yang dipancarkan dari sumber dengan arah yang
berbeda jauh pada film sehingga keseimbangan X dan B konstan. Setelah mengenai film
selama beberapa saat maka gaya magnet dan listrik dipancarkan terbalik lalu film
tersebut dipancarkan kembali seperti beberapa saat sebelumnya. Untuk mengembangkan
film harus dilakukan melalui dua garis gelap simetris pada salah satu sisi garis axial yang
ditunjukkan pada gambar 5.6. Pembiasannya maksimal untuk = /2 sedangkan = 0
dan adalah pembiasannya maksimum. Diantara pembiasan secara monoton didapat
diantara dua nilai diatas.
Gambar 5.6
Untuk menyusun eksperimen Bucherer maka medan magnet dan listrik diatur
sehingga X/B = c/2 dimana c adalah kecepatan cahaya dalam ruang vakum. Sehingga
sin =
1
2 . Karena maksimum nilai adalah 1 maka
nilai minimumnya adalah min = 300. Sehingga bekas garis gelap dan besarnya nilai
bukan mulai 00 hingga 1800 tetapi dari 300 hingga 1500. Perlu diketahui bahwa perbedaan
nilai pada garis gelap yang terlacak pada film karena partikel dari kecepatan yang
berbeda. Jika dihitung besarnya massa relativitas dari massa elektron maka rumusnya
adalah sebagai berikut
e
2 d
1
= 2 2 2
m0 B ( l +d ) 1 2
(5.2-5)
Pada penelitian Bucherer adalah max menjadi 0,7 (vmax = 0,7c). Menurut
persamaan (5.1-1), massa elektron dalam hal ini 7/5 kali dari semua massa. Eksperimen
Bucherer sesuai dengan teori relasi Einstein yaitu besarnya massa relativitas dengan
10
kecepatan. Persamaan (5.2-5) digunakan untuk menentukan nilai e/m 0 yang sesuai
dengan nilai dari beban elektron tertentu yang ditentukan oleh metode lain.
Ada beberapa sumber lain dari eksperimen Bucherer yang ditemukan yang
kemudian dikoreksi oleh para peneliti lain. Ketentuan yang telah diperbaiki tersebut
telah dijadikan sebagai tolak ukur yang lebih akurat yaitu dengan pengembangan
validitas relasi relativitas. Dalam beberapa kaitan eksperimen yang dilakukan oleh M. M.
Rogers, A. W. McReynolds dan F. T. Rogers ternyata cocok. Mereka menggunakan
elektron konversi internal dari campuran RaB dan RaC dalam eksperimennya. Elektron
konversi internal adalah mono energetik. Yang pertama mereka mengukur momentum
elektron dengan bantuan medan magnet. Kemudian elektron-elektron tersebut dibiaskan
dengan jari-jari medan magnet. Elektron mono energetik dapat menyeberangi medan
magnet dan muncul pada sisi lain bilamana medan tersebut memiliki nilai tertentu. Dari
nilai medan yang tepat e/m, maka elektron-elektron energi tinggi dapat dihitung.
5.3 Ketentuan Energi Beta
Eksperimen yang dilakukan oleh Bucherer dan Kaufmann menunjukkan bahwa
partikel dari sumber radioaktif dipancarkan dengan distribusi energi yang terus
menerus.
Distribusi energi dari partikel ditentukan dengan bantuan spektograph magnet
yang berbentuk semisirkular fokus. Alat seperti itu yang dibuat oleh Rutherford dan
Robinson dapat dilihat pada gambar 5.7 berikut ini. S merupakan kawat yang sangat tipis
yang dibungkus dengan zat radioaktif dan merupakan sumber partikel . Partikel yang
dipancarkan dari sumber S berjalan melalui celah A seperti sebuah cahaya yang sedikit
memancar secara berbeda lalu menjelaskan bahwa ada medan sirkular karena medan
magnet yang homogen serta tegak lurus dengan bidang diagram. Partikel dengan
kecepatan tertentu dalam pancaran sinar yang berbeda setelah melalui medan yang semi
sirkular kesemuanya difokuskan pada titik fotograpik plat P seperti pada gambar. Karena
pendeknya celah A maka partikel-partikel itu akan difokuskan pada bidang sepanjang
garis pendek yang tegak lurus dengan bidang kertas. Dalam kasus seperti tersebut diatas
yaitu perbedaan kecepatan pada partikel selalu difokuskan pada setiap garis fokus yang
berbeda yang paralel satu sama lain. Pemfokusan medan magnet akan dibahas pada
subbab 5.4.
11
Gambar 5.7
Untuk mencegah partikel dari sumber langsung mengenai plat film maka plat
film ditutup dengan plat timah R. semua peralatan disimpan dalam ruang yang vakum.
Karena partikel memancar dari sumber dengan kecepatan yang terus menerus,
maka garis fokus yang berbeda seperti yang diterangkan diatas akan membentuk
spektrum yang terus menerus. Karena plat tersebut selalu terkena secara terus menerus
maka akan selalu hitam (gelap) dari ujung yang paling terdekat hingga celah pada tempat
yang terjauh yang menunjukkan bahwa partikel dipancarkan dengan kecepatan dan
oleh karena itu menghasilkan nilai dari 0 hingga maksimum. Intensitas kegelapan
berbeda antar tiap titik yang berbeda dengan indikator dari intensitas partikel dari
perbedaan kecepatan yang berbeda.
Menurut Geiger Muller bahwa plat photografik tidak dapat dipakai untuk
mendeteksi dan menghitung jumlah partikel dari kecepatan yang berbeda. Dengan
mengubah posisi penghitungan disemua garis AP, maka partikel yang berbeda
kecepatan dapat dideteksi dan dihitung. Dengan demikian distribusi energi dari partikel
dari zat radioaktif yang ada dapat ditentukan. Penetapannya disebut dengan spektrometer
sinar magnetik. Pada persamaan gaya magnet karena induksi medan magnet B serta
gaya sentripetalnya adalah sebagai berikut
2
mv
=Ber
r
Atau
p=mv=Ber
(5.3-1)
12
Disini
m=
m0
1 2
P=mv
adalah momentum
partikel dan r adalah radius kurva dari sumber ke perhitungan. Untuk B yaitu partikelpartikel dengan momentum tinggi (energi yang lebih tinggi) merambat pada radius kurva
yang lebih besar sehingga mereka difokuskan jauh dari celah. Ada jarak maksimal dari
konter A hingga terdeteksinya partikel yang sekaligus menjelaskan keterangan diatas
yaitu partikel yang dipancarkan dengan kecepatan mulai dari 0 hingga maksimum.
Metode alternatifnya seperti menjaga posisi perhitungan secara tepat serta
perubahan B secara berangsur-angsur. Dalam hal ini r adalah konstan sehingga partikel
dari kecepatan yang tinggi difokuskan pada suatu perhitungan dengan nilai B yang lebih
tinggi.
Perlu diketahui pula bahwa spektrometer magnet mengukur momentum p dari
partikel dari semua energi yang dihasilkan, W dapat ditentukan dengan menggunakan
hubungan dari
W 2= p2 c 2 +m20 c 4
(5.3-2)
E =W m0 c 2= p 2 c 2 +m20 c 4m0 c 2
(5.3-3)
E = B2 e2 r 2 c2 +m20 c 4m0 c 2
(5.3-4)
13
Gambar 5.8
Gambar 5.9
Pada gambar 5.8 diperlihatkan grafik distribusi energi dari partikel dengan
N(EB) sesuai dengan ordinat dan E B sesuai dengan absis. N(E B) d EB adalah jumlah
partikel dalam rangkaian energi EB hingga (EB + dEB) sehingga N(EB) merupakan
jumlah partikel dalam interval kesatuan energi pada energi E B. gambar menunjukkan
distribusi energi dari partikel yang dipancarkan oleh elemen radio secara alami RaE
(210Bi) ditempatkan berlawanan dengan EB. Hal itu menunjukkan adanya distribusi yang
berlangsung secara terus menerus dengan energi dari 0 hingga jumlah maksimum Em =
1,17 MeV. Perhatikan bahwa jumlah partikel dengan EB = 0 dianggap terbatas. Pada
gambar 5.9 ditunjukkan distribusi momentum dari partikel yang dipancarkan oleh zat
radioaktif buatan
109
merupakan ukuran momentum P dari partikel (lihat persamaan 5.3-1). Namun dalam
kasus lain disebutkan bahwa jumlah partikel selalu berbeda dengan Br. Namun nilai
mutlak dari Br, beberapa perbedaan yang sangat terlihat telah ditunjukkan yaitu
kelompok elektron energetik mono berpengaruh pada distribusi tersebut secara terus
menerus. Hal ini disebut dengan interval konversi elektron-elektron atau konversi
elektron sederhana. Rutherford beserta kawan-kawan mengatakan bahwa elektron
sekunder tidak dipancarkan dari peluruhan inti yang dimana akan dibahas pada bab
6.11.
Pada tahun terakhir, spektrometer canggih telah ditemukan. Misalkan, K.
Siegbahn dari Swedia menemukan spektrometer lensa magnetik dengan fokus panjang.
Alatnya terdiri dari solenoid yang dimasukkan kedalam silinder yang terbuat dari besi
14
yang memiliki sumbu yang sama. Arus listrik yang ada didalam solenoid menghasilkan
medan magnet axial. Solenoid melapisi ruang vacuum coaxial pada salah satu ujung
dimana sumber berada. Konter GM kecil ditempatkan pada ujung lain dari partikel
dari energi yang berbeda yang difokuskan didalamnya dengan membedakan medan
magnet. Semua rangkaian merupakan lensa magnet (lihat gambar 5.4). Untuk mencegah
pancaran dari sumber agar tidak masuk dalam konter secara langsung, maka harus
dipasang layar timah antara sumber dan konter. Partikel yang dipancarkan oleh sumber
dengan sudut kecil akan terus berjalan dan terfokus pada konter yang terbuat dari mika.
Medan pemfokusan tergantung pada kecepatan partikel sehingga dengan mengubah
medan magnet, maka partikel yang berbeda kecepatan dapat dipaksa untuk masuk ke
dalam konter dengan bantuan beberapa jumlah yang dihitung.
Kemungkinan dapat menentukan distribusi energi dari partikel secara akurat
dengan menggunakan spektrometer yang powernya tinggi.
Gambar 5.11 memperlihatkan jenis spektrometer magnet lensa pendek. Solenoid
M yang merupakan lensa magnet mempunyai ukuran linear kecil dibandingkan dengan
jarak antara sumber R dan konter. Oleh karena itu namanya adalah spektrometer lensa
kecil (lihat gambar 5.4).
5.4 Fokus Partikel Bermuatan Oleh Medan Magnet.
Ada beberapa parameter penting yang dapat menetukan kerja spektrometr
magnet misalnya resolusi, faktor transmisi. Seperti halnya optik, resolusi menentukan
seberapa baik dua kelompok partikel bermuatan, dengan sedikit perbedaan energy, dapat
dibedakan/ dipisahkan oleh spectrometer magnetic. Untuk mencapai performa terbaik
pada spectrometer, hal ini seharusnya menjadi kemungkinan yang besar. Berbicara
mengenai kerja dari spektrometer ini, jika dua kelompok tidak dapat memecahkan suatu
masalah, maka setiap bagian kelompok akan dimasukkan ke dalam konter GM untuk
medan magnet yang sama dan maka bentuk energi serta distribusinya tidak akan
menghasilkan distribusi yang bagus. Beberapa faktor transmisi dari suatu instrumen
akana menentukan fraksi sejumlah partikel yang dipancarkan dari sumbernya dalam
jangkauan energi tertentu yang masuk ke dalam konter. Jumlah ini begitu penting dalam
kasus sumber yang sangat lemah.
Seperti yang kita lihat untuk electron mono- energetic, maka akan adanya agris
yang tampak pada plat fotografik. Garis yang tampak memiliki ketebalan tanpa batas
tergantung pada lebar dari celah dimana partikel itu dapat masuk ke dalam medan
15
spektrometer serta banyaknya sinar yang masuk. Jika konter GM digunakan sebagai
detector lalu jumlah variasi medan magnet akan meningkat selagi menghitung untuk
elektron mono -energetik. Alasan-alasan yang dikemukakan diatas disebabkan oleh lebar
dari celah yang tak terbatas didepan detector sehingga puncaknya memiliki jumlah yang
tidak terbatas.
Resolusi (kehalusan grafik) terhadap instrumen ditampilkan dengan istilah E/E
atau p/p dimana E merupakan kepadatan garis (tingginya resolusi) pada setengah
maksimum (FWHM) ketika energi energi mengalami nilai tertinggi. p adalah sama
dengan kepadatan momentum.
Gambar 5.10
Gerak pusat dari medan magnet terhadap spektrometer magent yang mana jenis
fokusnya berbentuk semi sirkular.
OP=2 R
Oleh karena itu jarak antara luas dari partikel pada garis OP adalah
16
PQ=OPOQ=2 R ( 1cos )
2 R 11+
2 a 4
2 24
R 2
(5.4-1)
Jika kecil. Sehingga untuk perhitungan secara tepat, maka diabaikan jarak
antara P dan Q jika sangat kecil yang berarti bahwa partikel dengan perbedaan sudut
kecil pada tempat masuk yang semuanya difokuskan pada titik yang sama. Hal ini
disebut dengan first order fokusing, sebenarnya seperti yang kita perhatikan diatas,
partikel tidak semuanya terfokus pada satu titik sehingga garis cahaya mempunyai
luas yang tidak terbatas bahkan ketika garis itu mempunyai energi mono. Jika s
merupakan luas garis pada plat fotografik, lalu dianggapnya sebagai suatu titik maka
sumber dari partikel yang terpancar terbatas pada sudut interval dengan celah serta p
adalah momentum dan bidang B yang ada dengan rumus di bawah ini
s=2 R ( 1cos ) R 2
(5.4-2)
p R
s 2
=
=
=
p
R 2R 2
(5.4-3)
1cos
2
Q
T=
=
4
Nilai-nilai tertentu adalah
(5.4-4)
R
1 dan T 0,1
R
17
Plat fotografik digunakan sebagai detector yang biasanya ketika magnet yang
permanen digunakan karena diperlukan sorotan lama dengan catatan bahwa medan harus
tetap kuat. Lebih sering digunakan adalah denga menggunakan electromagnet serta
konter pada posisi yang tepat lalu membedakan medan magnet agar partikel yang
berbeda masuk kedalam konter. Dengan menulis N(P)/P terhadap B maka akan diperoleh
momentum spektrum.
Dalam hal bidang partikel yang terpancar dari sumber S pada sudut dengan
aksis solenoid adalah helix dan medan magnetnya adalah axial. Setelah menjelaskan satu
lingkaran penuh, maka helix memotong axis pada fokus F dimana konter berada.
Gambar 5.11 (a) menunjukkan adanya proyeksi bidang helix pada bidang kertas.
(b) Medan magnet spektrometer lensa kecil.
Jika v adalah kecepatan partikel , maka komponennya akan tegak lurus dengan
axis adalah v sin sehingga rumusnya dapat ditulis sebagai berikut
m ( v sin )
Bev sin =
R
Atau
18
R=
mv sin
Be
(5.4-5)
v sin Be
=
R
m
(5.4-6)
T=
2 2 m
=
Be
(5.4-7)
Bagian v cos dari kecepatan partikel tidak terpengaruh oleh medan magnet.
Sehingga untuk memfokuskan setelah lingkaran helix maka rumusnya adalah sebagai
berikut
SF=l=v cos x T =
2 mv cos
Be
2
2 p
1 +
Be
2 24
(5.4-8)
Karena jarak l adalah sudah betul, maka rumusnya adalah P B. Ketika naik
maka l akan turun untuk energi yang ada (yaitu P) sehungga daerah fokus akan meluas
disepanjang axis.
Gambar 5.11 (a) menunjukkan bahwa lintasan dari sinar yang berbeda akan
memotong titik sebelum axis. Hal ini akan menimbulkan daerah celah sepanjang axis.
Pada spektrometer jenis lensa panjang, selonoid meluas dari sumber hingga
konter. Medannya harus benar-benar homogen pada semua bagian yang tidak mudah
didapat. Untuk alasan ini, spektrometer lensa pendek lebih baik. Medan dihasilkan oleh
aliran arus pada solenoid jarak pendek didaerah pusat antara sumber dan konter yang
mudah dimasuki. Orientasi dari alat kumparan ini sangat sukar untuk memberikan
simetri silinder tentang garis yang menghubungkan sumber dengan konter.
Semua instrumen diatas adalah jenis fokus tunggal yang berarti bahwa mereka
membentuk bayangan garis dari titik sumber. Alat yang memiliki fokus ganda telah pula
direncanakan yang membentuk titik sumber. Prinsip pemfokusan dari partikel muatan
oleh medan magnet merupakan alat yang penting untuk mendesain spektrometer massa.
19
X Z+1AY +
Dengan menggunakan rumus Einstein E = mc2 antara massa (m) dan energi (E)
dari satu partikel maka kita dapat menulis peluruhan energi dalam peluruhan akrena
perbedaan antara massa inti, maka rumusnya adalah sebagai berikut
2
=[ M n ( A , Z )M n ( A , Z +1 )M e ] c
Q
Jika semua massa ditulis dalam unit energi maka persamaannya adalah sebagai
berikut
20
=[ M ( A , Z )Z M e M ( A , Z +1 )+( Z+ 1) me me ] c 2
Q
[ M ( A , Z ) M ( A , Z+ 1) ] c 2
(5.5-1)
Dalam persamaan diatas, kontribusi dari elektron yang mengikat energi atom
telah diabaikan. Maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut
=[ M ( A , Z )M ( A , Z +1) ]
Q
(5.5-2)
dan
+
X Z1A Y +
+
2
=[ M n ( A , Z )M n ( A , Z1 )m e ] c
Q
[ M ( A , Z ) Z M e M ( A , Z 1 )+(Z1)me me ] c 2
[ M ( A , Z ) M ( A , Z 1 )2 me ] c 2
(5.5-3)
Dengan jelas maka kita akan mendapatkan energi massa dari tiap unit, untuk
awal kita mendapatkan
+=M ( A , Z )M ( A , Z1 )2 m e
Q
(5.5-4)
Yang terakhir dari permasalahan dari proses penangkapan elektron bebas dapat
ditulis
A
Z1Y
A
Z X +e
Karena elektron dalm orbitnya memiliki ikatan energi B, maka harus dikurangi
dari energi yang dibebaskan dalam proses penangkapan elektron. Untuk mendapatkan
peluruhan energi Qe
Q e =[ M n ( A , Z )+ me M n ( A , Z1 ) ] c 2Be
21
[ M ( A , Z ) Z m e M ( A , Z 1 )+(Z1) m e m e ] c 2
2
[ M ( A , Z ) M ( A , Z1 ) ] c Be
(5.5-5)
Oleh karena itu peluruhan dapat terjadi jika massa dari induk atom X lebih
besar daripada anak atom.
Qe =[ M ( A , Z ) M ( A , Z 1 ) ]Be
(5.5-6)
>0
Q
A
Z+1
A
Z
jika
M (A , Z +1)
M ( A , Z ) >
Y .
+
jika
>0
Q
induk atom lebih besar daripada penjumlahan dari massa produk atom dan dua kali dari
massa elektronik. Karena elektron memiliki semua energi 0,511 MeV yang berarti bahwa
massa induk atom harus lebih besar daripada anak atom (yang keduanya ditulis dalam
unit energi) dengan jumlah sedikitnya sama dengan 1,022 MeV.
Akhirnya, dalam masalah penangkapan elektron bebas akan didapatkan
persamaan (5.5-6) yaitu
Qe > 0
jika
bahwa penangkapan elektron peluruhan memungkinkan jika massa dari induk atom
A
Z
A
Z+1
mengikat energi.
Jika elektron yang mengikat energi Be kecil seperti misalnya atom yang lebih
ringan maka kondisi ini akan mengurangi hingga M(A,Z) yang lebih besar daripada
M ( A , Z1 ) .
22
73 Li
7
4Be + e
Peluruhan tidak akan terjadi dengan emisi karena perbedaan massa atom dari
dua inti yang mana 0,864 MeV lebih kecil dari
2 me c 2=1,022 MeV .
Dipihak lain kekurangan 80Br hingga 80Se dapat terjadi baik oleh hilangnya +
dan penangkapan elektron dengan rumus sebagai berikut
80
35
Br 80
34 Se +
80
34 Se
80
35 Br +e
Perbedaan massa atom antara dua inti adalah 2,66 MeV yang lebih besar dari
2 me c
23
24
Gambar 5.12
Transisi diantara dua distrik energy yang menyatakan induk (X) dan anak inti
(Y) menunjukkan penurunan penampilan dari kekekalan energi.
s=
1
2
inti A itu genap maka total putaran momentum angulernya dari inti S = s adalah 0 atau
integral. Namun jika bilangan A itu ganjil maka S merupakan integral ganjil. Lagipula
mungkin memiliki orbital meomentum angular L yang hanya merupakan integral lipat
dua dari . Karena jumlah semua momentum anguler dari inti (putaran inti) adalah I = L
+ S, maka nilai l merupakan integral atau setengah integral ganjil pada bagian yang
tergantung pada apakah jumlah inti A dalam inti itu ganjil atau genap. Misalkan jika A
genap, maka l adalah integral atau 0. Sehingga dalam proses peluruhan , karena A ettap
tidak berubah, maka l akan tetap integral atau 0 yaitu l tidak berubah atau perubahan
oleh integral lipat dua . Dan hal sama juga pada A bilangan ganjil.
Sekarang pada hakikatnya elektron memiliki putaran sehingga selama proses
pancaran terjadi dari inti maka akan menghilangkan unit integral ganjil dari
momentum anguler karena ada perubahan pada momentum anguler sebesar perkalian
integral ganjil . Sejauh ini pemancaran dari elektron pada dasar perubahan pada
momentum anguler sebesar perkalian integral ganjil yang selalu bertentangan
dengan apa yang telah ditetapkan diatas yaitu dalam proses peluruhan I yang akan
berubah dengan integral lipat dua dari .
Untuk menjelaskan persamaan itu, Wolfgang Pauli pada tahun 1930 berpendapat
bahwa pada saat proses permulaan peluruhan sampai saat ini yang tidak diamati
25
Ev = EmE
sama mencapai energi (Em) maksimum. Jika elektron terpancar dengan energi kinetik 0
maka partikel kedua terpancar dengan energi E v = Em secara maksimum. Sebaliknya jika
elektron dipancarkan dengan energi Em maka partikel lain akan memiliki energi Ev = 0.
Disini kita telah mengabaikan energi dari inti yang terpental yang menyebabkan
peluruhan karena energinya lebih berat dibandingkan dengan partikel yang
dipancarkan. Partikel yang baru ini oleh Pauli diberi nama Neutrino. Pastinya memiliki
bentuk fisik yang lebih rumit untuk dideteksi. Sebenarnya pengamatan ini sudah tidak
diungkapkan selama lebih dari 25 tahun setelah Pauli mengumumkan hasil hipotesisnya.
Kita dapat menerka apakah neutrino itu:
1. Neutrino (v) harus dihubungkan dengan kelistrikan arus netral sehingga satusatunya perubahan pada muatan inti selama peluruhan disebabkan oleh emisi
dari elektron atau positron atau karena penangkapan dari elektron bebas. Hal ini
sesuai dengan observasi.
2. Massa neutrino harus 0 atau paling tidak mendekati 0. Ini sesuai dengan fakta
bahwa energi Em maksimum dari elektron yang terpancar sama dengan
perbedaam energi massa antara inti induk dan inti produk yang memiliki energi
diam elektron. Jika neutrino memiliki massa yang tidak terbatas maka seluruh
energinya juga berkurang untuk mendapatkan Em.
3. Spin neutrino harusnya , sehingga dua putaran partikel terpancar selama
proses peluruhan . Oleh karena itu keduanya bersama-sama akan menarik
integral bagian dari momentum anguler yang sesuai dengan penjelasan diatas
dengan menghubungkan perubahan dari momentum anguler pada peluruhan .
4. Neutrino harus sesuai dengan statistic Fermi-dirac seperti elektron karena spinya
adalah .
Seorang ahli fisika berkebangsaan Italia Enrico Fermi merupakan ilmuwan
pertama yang mengulas tuntas tentang teori peluruhan berdasarka hipotesa neutrino
(1934). Menurut Fermi, peluruhan terjadi karena adanya perubahan neutron menjadi
proton didalam inti dengan emisi elektron dan anti neutrino ( v ) yang merupakan anti
partikel neutrino yang sama halnya dengan positron yaitu anti partikel elektron.
26
+ v
n p+ e
(5.6-1)
Setiap proses peluruhan sebenarnya sudah sering diamati yaitu neutron bebas
yang waktu paruhnya 10,6 menit ketika berada diluar inti. Perubahan terbalik dari proton
menjadi neutron melalui emisi positron dan neutrino juga terjadi didalam inti dalam
proses peluruhan .
++ v
p n+ e
(5.6-2)
Namun perubahan ini tidak akan terjadi bila proton bebas karena cadangan
energi tidak sepadan sehingga proton lebih ringan daripada neutron. Perlu dicatat bahwa
elektron, positron, neutrinos dan anti-neutrinos akan lepas dari inti dalam proses
peluruhan yang tidak ada didalam inti. Semuanya itu ada pada saat proses peluruhan
yaitu peluruhan ada pada saat transisi radioaktif didalam atom (atau didalam inti). Hal
ini tidak akan terjadi pada peluruhan inti karena dua proton dan dua neutron
membentuk partikel yang sudah ada didalam peluruhan inti.
Jika peluruhan tidak mungkin terjadi karena intinya paling berat, maka
berbeda halnya dengan peluruhan yang dimulai dari inti yang paling ringan pada A = 1
(didalam neutron) hingga beberapa inti yang paling berat yang dikenal bentuknya
ataupun produk tiruannya.
Energi yang dibebaskan dalam proses peluruhan juga berbeda-beda besarnya.
Misalnya peluruhan
3
1
12
5
27
digunakan dalam hal ini. Ada beberapa alasan yang dapat dipercaya yang dapat
dipercaya dimana matahari memancarkan neutrinos sebanyak mungkin. Dengan
demikian Bumi yang terus menerus dibombardir oleh neutrinos. Sudah dapat dipastikan
bahwa 1014 neutrinos lepas mengenai tubuh manusia setiap saat. Namun kemungkinan
interaksi dengan atom didalam tubuh sedemikian kecil dan bahkan tidak akan
bertabrakan selama bertahun-tahun. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada
bukti langsung dalam pendeteksian neutrino dalam kurun waktu yang lama. Akhirnya
pada tahun 1956 dua ilmuwan asal Amerika Serikat F. Reines dan C. L. Cowan Jr telah
berhasil mendeteksi neutrino secara langsung.
Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan bahwa neutrino (v) memiliki
anti partikel yang dikenal sebagai anti neutrino ( v ). Neutrino dipancarkan pada
waktu peluruhan + serta dalam proses penangkapan elektron sedangkan dalam proses
penangkapan elektron dipancarkan pada waktu peluruhan -. Perhatikan rumus dibawah
ini:
Peluruhan
+ v }
{ X Z +1A Y +
A
Z
(l =0
Peluruhan +
-1)
+ +v }
{ X Z1AY +
A
Z
(l =0
Penangkapan elektron
(5.6-3)
-1
(5.6-4)
1)
+ v }
X + e Z1AY +
{
A
Z
(l =0
(5.6-5)
1)
Neutrino dan anti neutrino merupakan partikel yang kurang muatan maupun
kurang massa dengan perputaran instrinsik sama ( 1/2). Dapatlah dipercaya bahwa
perbedaan antara keduanya terletak pada fakta bahwa perputaran vektor S dari neutrino
bersifat antiparalel dengan momentum linearnya P sedangkan untuk anti-neutrino kedua
vektor paralel seperti yang terlihat pada gambar 5.13 dan sub bab 5.18.
28
Gambar 5.13
Partikel itu berinteraksi sangat lemah seperti elektron, positron, neutrino, dan
anti neutrino yang termasuk kelompok partikel dasar yang disebut leptons. Biasanya kita
menghubungkan nomor lepton l dengan elektron, positron, neutrino dan anti neutrino.
Untuk elektron dan neutrino kita beri rumus l = +1. Untuk anti partikel positron dan anti
neutrino kita beri rumus l = -1. Pada waktu proses peluruhan , ada cadangan lepton
yang berarti bahwa l tetap sama sebelum ataupun setelah peluruhan. Misalkan: pada
peluruhan - l = 0 (lihat contoh). Lihat contoh pada sebelah kanan: jumlah total lepton
adalah 1-1 = 0 sehingga bilangan lepton dicadangkan. Hal yang sama juga terjadi pada
peluruhan +. Pada contoh penangkapan peluruhan elektron l = +1 keduanya ada
disebelah kanan dan kiri. Sehingga konservasi bilangan lepton memenuhi.
5.7 Teori Fermi tentang Peluruhan yang Diizinkan
Enrico Fermi membuat teori tersebut pada tahun 1934 untuk istilah mengijinkan
peluruhan berdasarkan hipotesa Pauli tentang neutrino. Fermi tekah menetapkan
teorinya yaitu hasil dari pembuatannya yang membingungkan menurut tingkat transisi
dari pertama dengan kode I dan akhir dengan kode f yang ditulis dengan menjabarkan
w=
2
2
H ij| ( E )
|
(5.7-1)
Dimana Hij adalah elemen matrik dari interaksi gangguan H karena transisi dan
dijelaskan dalam
H ij = f H i d
(5.7-2)
Perbaikan Coulomb
Gelombang elektron dipengaruhi oleh medan Coulomb dari inti oleh karena
itu bukan gelombang bidang seperti yang telah diterangkan diatas. Sebenarnya ada dua
jenis perbaikan Coulomb.
1. dipengaruhi oleh medan listrik nuklir. Prakiraan yang paling sederhana adalah
dengan melakuakn perbaikan pada elektron sebagai suatu permasalahan yang
29
| ( 0 )|
2
F ( Z , E )=
=
2
| ( 0 )|free 1exp(2 )
(5.7-
22)
2
Dimana
Sekarang
| ( 0 )|free
=
Z e2
v
Z e 2
v
untuk positron. Z
adalah nomor inti produk, v adalah kecepatan elektron yang jauh dari inti.
Perbaikan Coulomb meningkatkan kemungkinan emisi elektron dan menurunkan
kemungkinan emisi positron khususnya pada tingkat energi rendah. Pada energi
yang tinggi, gaya Coulomb kehilangan pengaruh pada bentuk spektrum yang
hampir sama dengan pengaruh yang terhitung tanpa perbaikan Coulomb.
Jika pengaruh relativitas diperhitungkan maka faktor Coulomb nuklir untuk
medan Coulomb asli (tidak ada muatan) menjadi
2
( 1+ s ) exp ( ) | ( s+i )|
2 ( s1)
F ( Z , E )=
.
. ( 2 R )
2
2
1
( 1+2 s )
2
(5.7-
23)
Sekarang
2 1 /2
s=[ 1( Z )
; dimana
e2
4 0c
Sommerfelds sangat
bagus untuk susunan tetap dengan menurut urutan angka ~1/137. adalah
momentum tiap bagian dari mec2.
30
Untuk
1
,
F ( Z , E ) 1
P ( p ) d p =
2
g2
2
2
M if | F (Z , P ) p ( E mE ) d p
3 3 7|
2 c
(5.7-24)
( p +dp )
N ( p ) d p
adalah
N ( p ) dp =N 0 P( p )dp
A F ( Z , p ) p2 ( Em E )2 d E
(5.7-25)
g N
2
A= 3 3 0 7 |M if |
2 c
(5.7-
26)
2
Nilai dari
|M if |
|M if | 1
A=
g N0
3 3
2 c
(5.7-
27)
Bentuk Spektrum
Dari persamaan (5.7-25) memberikan distribusi momentum dari emisi partikel .
Diperoleh distribusi energi sehingga total energi dari partikel adalah sebagai berikut
31
W =E + me c 4 = p2 c 2 +m2e c 4
(5.7-28)
Dimana
Atau
E +2 E me c =p c
2 ( E +me c 2 ) dE =2 c 2 p dp
Selanjutnya
2
E +m c
p dp = 2 e dE
c
(5.7-
29)
Kemudian
E
E ( + me c 2)
(5.7-30)
c2
p2 =
Karenanya akan diperoleh persamaan (5.7-25)
N ( E ) dE =N ( p ) dp
A
F ( Z , p ) p ( E +me c 2) ( E mE ) 2 dE
2
c
C F ( Z , p ) { E ( E m e c
2 1 /2
)}
2
( E + m e c 2 ) ( Em E ) dE
(5.7-31)
Dimana C = A/c3 yang lain tetap. Saat E sangat besar (< mec2) persamaan (5.371) menjadi
N ( E ) dE =C 1 F (Z , p ) E ( EmE )2 dE
(5.7-
32)
Untuk yang rendah
membuat
Z , F(Z , p )
N ( E ) = 0 selama
32
yang bernilai besar akan memiliki pertimbangan perbaikan Coulomb. Untuk itu juga
F( Z , p ) 2 1/ E
Dan
N (E ) dE
(5.7-33)
1
E ( Em E )2 dE
E2m dE
(5.7-33a)
Untuk energi yang rendah. Maksudnya jika ada nilai nol (0) dari energi partikel
tidak berarti tidak ada energi. Dalam rumus diatas, untuk partikel + memiliki energi
yang sangat rendah, dimulai pada saat memiliki besaran negatif, maka akan diperoleh
F( Z , E)
1
exp (b E )
E
(5.7-
34)
dan
E 0 , akan membuat
N ( E )=0
(5.7-35)
hal ini karena faktor
eksponensial.
Gambar 5.14
p 0
bahkan
33
34
Currie Plot
Persamaan (5.7-25) diperoleh
N ( p )
p2 F ( Z , p )
1/ 2
=K ( Em E )
(5.7-
36)
Disini K adalah konstan. Persamaan (5.7-36) menunjukkan bahwa perencanaan
fungsi pada sebelah kiri dari persaamaan E adalah garis lurus dengan garis landai
negatif yang memotong absis pada E = Em. Model grafik ini disebut dengan Currie
Plot. Pada gambar 5.15 menunjukkan Currie plot untuk mengijinkan peluruhan yang
merupakan garis lurus yang sesuai dengan teori.
Gambar 5.15
Plot Kurie.
Kadang-kadang perbedaan ada garis lurus Currie plot. Hal ini disebabkan oleh
dua alasan sebagai berikut.
1. Dilarangnya transisi (perpindahan) yang biasanya menyebabkan gambar grafik
berbentuk cekung keatas. Teori ini akan dimodifikasi.
2. Alasan lain untuk suatu perbedaan adalah spektrum kompleks karena transisi
ke dua bagian yaitu anak inti atau lebih (lihar gambar 5.16a). Situasi ini sama
dengan emisi sinar dengan struktur yang bagus. Transisi ke posisi atas
biasanya diikuti dengan emisi sinar atau perubahan internal elektron (lihat
gambar 5.16b).
35
(a) Spektrum kompleks dengan dua pengamatan. Garis akhir adalah 0,63 MeV
Gambar 5.16
187
187
Re menghasilkan spektrum
kompleks
Massa Neutrino
Perlu diketahui bahwa bentuk kurva distribusi dekat titik akhir adalah
E =E m
bahwa keadaan populasi p(Em) sama sebangun dengan momentum neutrino untuk
( E =E m )
1 /2
singgung tegak lurus dan bukan garis singgung mendatar untuk m 1 = 0. Lihat pada
skema gambar 5.17. Ekpserimen terkini yang dilakukan oleh Lubinov dan yang lainnya
(1980) terhadap peluruhan
Gambar 5.17
3 H 3 H
memiliki nilai
14 eV < m ( v ) < 46 eV .
Pengabaian massa neutron pada kurva distribusi . (a) untuk mv = 0. (b) untuk
mv 0.
36
(5.7-24) telah mendapatkan total kemungkinan perdetik tentang emisi partikel untuk
semua momentum 0 hingga maksimum Pm.
m
P( p )dp
0
m
2
C F ( Z , p ) p ( E mE ) d E
(5.8-1)
Dimana
C=
2
g2
M if|
3 3 7|
2 c h
(5.8-2)
=E /me c 2 , =p /me c
dan
(5.8-3)
[ 1+ 1+ ]
2
m
g2
2
3 3 7 | M if | F ( Z , ) m2e c 2 2
2 c
0
2
m e c
Untuk elemen Z rendah,
2
g c me
3
2
m
M if | { 1+ 2m 1+ 2}
7 |
2
{ 1+ 1+ } m c d
2 d
(5.8-4)
37
g2 c 4 m5e
2
M if | f ( m )
3 7 |
2
(5.8-5)
|M if |
. Faktor perkalian
|M if |
dianggap tetap. Karena total kemungkinan dari disintegrasi perdetik tidak ada
0,693/
g 2 c 4 m5e
2
ln 2
M if | f ( m )=
3 7 |
2
f ( m )=
atau
g2 c 4 m5e ln2
2
2 3 7|M if |
=konstan
(5.8-6)
Nilai tetap pada persamaan (5.8-6) yang sebelah kanan tergantung pada bidang
2
elemen matriks
|M if |
induk maupun inti produk yang juga tergantung pada kekuatan interaksi yang
meyebabkan peluruhan lemah.
Produk
f (m)
f (m)
|M if |
besar dan sebaliknya. Perbandingan paruh waktu dapat ditentukan dengan menghitung
integral pada persamaan (5.8-5) yaitu lihat rumusnya
38
f ( m )= { 1+ 2m 1+2 } 2 d
0
1
1
1
m 3m + 5m
4
12
30
+1
2
2
1+m ln (m + 1+m )
4
(5.8-7)
f (m)
m , yaitu:
1 5
5
f
(
)
m
m
Untuk,
,
30 m
Untuk,
2
m 0,5 , f ( m )=
7
105 m
(5.8-8)
lebih tepat yaitu persamaan (5.8-7). Lihatlah tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1
0,05
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1,48x10-11
1,9x10-8
2,44x10-7
4,17x10-6
3,12x10-5
1,4x10-3
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
1,153x10-2
0,707
6,54
29,96
95,45
243,5
534,6
1092
f (m)
m
f (m)
Pada perhitungan
f (m)
gelombang untuk elektron. Jika terjadi penyimpangan karena medan Coulomb dihitung
39
maka faktor
F ( Z , )
f ( Z , m )
untuk mengganti
f (m)
f ( m )=
g c me ln2
3
2 |M if |
=konstan
(5.8-9)
2
|M if |
kita perhatikan tidak dapat dievaluasi secara tepat. Karena adanya transisi yang masuk
akal maka biasanya dilakukan gabungan.
Dengan menggunakan nilai integral yang telah ada pada persamaan (5.8-7) maka
dapatlah diperkirakan perbandingan paruh waktu terhadap perbedaan inti dari suatu teori
tentang paruh waktu. Hal ini akan membantu kita menentukan nilai konstan g dengan
cara memberikan dorongan pada interaksi yang lemah.
Jika nilai
( log 10 f )
menggunakan nilai eksperimen Pm dan maka nilai-nilai akan terlihat pada suatu
kelompok seperti yang terlihat pada gambar 5.18. Berdasarkan pengelompokkan tersebut
maka akan dapat mengklarifikasikan pancaran kedalam kelompok yang berbeda. Lihat
gambar dibawah ini:
Gambar 5.18
40
1. Log f = 3 banding 4: transisi paling mungkin bagi inti pada kelompok ini.
Mereka disebut allowed dan favoured atau super allowed. Jumlah inti pada
kelompok ini relative kecil.
2. Log f = 4,5 banding 5: transisi dianggap allowed namun bukan favoured atau
mudahnya allowed. Jumlah mereka paling besar. Kemungkinan transisi untuk
inri lebih rendah daripada untuk (i).
3. Log f = 7 banding 9: hal ini membentuk first forbidden transitions,
kemungkinan transisi lebih rendah dibandingkan untk (i) atau (ii).
Bagi nilai f yang masih tinggi maka masuk pada transisi forbidden yang mana
kemungkinan transisi masih lebih rendah. Kalsifikasi transisi diatas tidak selama jelas
serta tepat maka perlu bukti untuk ini (lihatlah gambar 5.18).
Pada tabel 5.2 termasuk pancaran yang ditulis berdasarkan nilai log f.
Pengelompokkan transisi seperti yang telah disebutkan diatas yaitu allowed atau
forbidden sama dengan yang terjadi pada transisi radioaktif pada atom yang diatur oleh
nilai matriks elemen Hif untuk transisinya. Seperti yang telah kita lihat, H if termasuk
potensi gangguan yang tergantung pada waktu dan tergantung pula pada elektron dan
gelombang fungsi. Misalkan bentuk bidang gelombang itu dan v, maka
penjelasannya dapat kita lihat pada persamaan (5.7-9) serta (5.7-10). Dalam diskusi
sebelumnya kita hanya mempertahankan istilah pertama dalam suatu pengembangan
yang kemudian digabungkan dalam transisi allowed. Dalam hal ini partikel dipancarkan
( dan v) tidak emmbawa orbital momentum anguler sehingga L = 0. Istilah-istilah
yang dikembangkan akhirnya jatuh pada suatu faktor yaitu
adalah radius nuklir dan
2 n
KR=R/
dimana R
R
0,1 sehingga
istilah yang ditulis tersebut dalam potongan perluasan oleh satu faktor 1/10.
Kemungkinan untuk transisi penuh tergantung pada matriks elemen nuklir M if
yang ditulis dengan persamaan (5.7-14). Jika ini terjadi menjadi 0 maka harus ditentukan
istilah yang lebih besar (tinggi) dalam pengembangan dan v. Seperti yang kita lihat
41
R
0,1 . Walaupun hal kecil
R 2 108
= 5 =106 sehingga transisi terlarang lebih
10
( ) ( )
I =I f I i , sedemikian sehingga
I = L + S
Tabel 5.2
(5.9-1)
42
Elektron dan neutrino fungsi gelombang dan v dapat diwakili dengan bidang
gelombang jika pengaruh Coulomb diabaikan untuk . Dalam pengembangan bidang
gelombang istilah pertama memberikan transisi yang berhubungan dengan emisi dan v
pada keadaan S dengan I = 0. Perhatikan rumusnya
=exp ( ik r ) =exp ( ip r / )
i
i
1+ ( p r ) + p r +
(5.9-2)
43
diijinkan
I =l=0
vektor untk perubahan momentum anguler dalam transisi , jika Ii dan If adalah vektor
perputaran inti untuk keadaan awal maupun keadaan akhir dalam transisi maka
I =I f I i
sehingga
diijinkan, karena
L=0, I = S
apa yang ditunjukkan pada gambar 5.19b. elektron dan neutrino adalah partikel setengah
putaran. Perputarannya dapat digabung baik paralel maupun anti paralel satu sama lain
sehingga total putaran momentum anguler akan terpengaruh olehnya (lihat gambar 5.19c
dan d) dalam rumusan S = 0 (paralel) atau S = 1 (anti paralel). Pada masalah pertama
perubahan perputaran dari keadaan inti yaitu
kaitannya
disebut
| I |=| S|=1
dengan
peraturan
I = S=0
seleksi
Fermi.
Dalam
kasus
kedua
seleksi gamow-teller. Perubahan yang mungkin dalam perputaran nuklir dalam masalah
peraturan seleksi GT dapat dilihat pada diagram vektor yaitu gambar 5.20 dari gambar
ini jelas sudah bahwa perubahan l dapat memiliki nilai
Gambar 5.19
I =0, 1 .
(a) Diagram vektor untuk muatan inti pada transisi . (b) Perubahan I pada
transisi yang diijinkan. (c) dan (d) alignments dari dan putaran v.
44
Gambar 5.20
Perlu diperhatikan bahwa pada peraturan seleksi GT, transisi tidak dapat terjadi
dari keadaan Ii = 0 hingga keadaan If = 0 karena transisi ini menyangkut perubahan
putaran momentum anguler dari satu unit
(| S|=1 ) .
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa keadaan nuklir juga diwarnai
oleh kesamaaan. Untuk keadaan dengan nilai ganjil L, maka kesamaannya genap.
Karena tidak ada perubahan dari L yang terjadi dalam transisi yang diijinkan, maka tidak
ada perubahan kesamaan. Rumusnya adalah tidak sesuai dengan peraturan seleksi diatas.
Untuk menerangkan peraturan seleksi diatas, sebagai contoh mengambil
permasalahan peluruhan dari 6He:
63 Li
6
2
He
(Ii=0+)
(If=1+)
Tidak ada perubahan l = l tanpa perubahan kesamaan (tidak) dalam transisi ini.
Sehingga transisi ini diatur dengan diijinkan peraturan seleksi Gamow-Teller. Bahwa
diijinkannya transisi dikonfirmasi dengan nilai f seperti yang terlihat pada tabel 5.2
yang menunjukkan menjadi super allowed. Contoh dari teori peraturan seleksi Fermi
dilihat dari peluruhan dari 14O yaitu
14
7
N +
+
14
8
(keadaan keluaran)
45
Disini transisi dari keadaan berat I = 0+ dari 14O hingga keadaan dari 14N dengan
I = 0+. Jadi perubahan putaran adalah I = 0 tanpa perubahan kesamaan. Oleh karena
itu transisi diatur oleh teori peraturan seleksi Fermi yang diijinkan. Peraturan seleksi GT
tidak digunakan karena ada bukti bahwa Ii = 0 hingga transisi If = 0.
Perlu sekali dicatat bahwa ada teori transisi yang diijinkan GT terhadap keadaan
dasar (1+) dari 14N pada rumus I = 1 tidak.
Pada saat transisi yang diijinkan baik Fermi maupun peraturan seleksi GT dapat
dipakai. Lihatlah contoh dibawah ini
2+
2+ menuju 1/
1/
1
1
0n 1H +
2+
+
2 menuju 1/
1/
3
3
1H 2H +
2+
2 menuju 3/
3 /
35
35
16 S 17 Cl +
+
Setiap transisi diatas telah dipakai baik oleh Fermi maupun peraturan seleksi GT.
Lihatlah pada tabel 5.2 yang menunjukkan ada perijinan khusus sedangkan yang terakhir
allowed namun bukan transisi favoured.
Peraturan seleksi yang dapat dipakai dalam masalah transisi yang dilarang
dijelaskan dibawah ini.
Transisi first forbidden: dalam masalah perubahan orbital momentum anguler
dengan satu unit karena dan v menarik satu unit orbital momentum anguler. Dengan
mengikuti peraturan seleksi:
a. Peraturan seleksi Fermi: diawali
terlarang.
S=0, I =0, 1 ; ya
0 0
yang
46
b. Peraturan
seleksi
GT:
S=1 ,
diawali
maka
rumusnya
adalah
I =0, 1 ; 2.
Beberapa contoh dari transisi first forbidden dapat dilihat pada daftar tabel 5.2
sedangkan ringkasan tabel 5.3 dapat pula dilihat.
Tabel 5.3
Yang diijinkan
First forbidden
0, 1
Transisi
Ya
Perubahan Paritas
0, 1
Tidak
(kecuali 0 0)
0, 1, 2
Ya
(kecuali
(kecuali 0 0,
0 0)
, 0 1)
M if =C 2F|M F| +C 2|M |
(5.9-3)
C F +C =1
f=
(5.9-3a)
B
2
(1x )|M F| + ( x )| M |
(5.9-4)
B=
2 3 7 ln 2
g 2 c 4 m5e ( C 2F + C2 )
x=
C
2
2
C F +C
(5.9-5)
dan
2
(5.9-6)
47
Bilai konstan B dan x dapat diperoleh dari hasil eksperimen untuk pure Fermi
14
14
N
6
6
O dan pure GT ( He Li ) . Peluruhan dan pencampuran transisi pada
( 1n 1 H )
atau peluruhan
( 3 H 3 H )
g =g F =1,403 1062 J m3
(5.9-7)
Nilai dari gGT adalah rendah. Dua nilai memiliki kesimpulan dari dua bagian dari
ekperimen waktu paruh dari neutron.
g /g F =1,244(Chistensen)
g /g F =1,279(Spirak )
48
Gambar 5.21
Diagram Sarpent.
Sekarang kita memiliki klasifikasi dari emisi sesuai dengan derajat batasan
dari transisi yang diperkirakan berdasarkan dari teori peluruhan , hal ini melengkapi
penjelasan teori dari aturan Sargent.
5.11 Sifat Dasar dari Elemen Penyusun Inti
Nilai dari elemen nuklir Mif matriks tergantung pada sejauh mana fungsi
gelombang awal nuklir tumpang tindih fungsi gelombang akhir. Secara umum, karena
fungsi gelombang nuklir tidak diketahui, tidak banya yang bisa dikatakan tentang sejauh
mana tumpang tindih dari pertimbangan teoritis. Kita bisa mendapatkan gagasan tentang
hal itu hanya dari nilai eksperimental dari tingkat peluruhan . Namun, dalam kasus inti
cermin, fungsi gelombang dengan mempertimbangkan hal yang sederhana berikut.
Dengan asumsi proton dan neutron untuk mengisi ruang berturut-turut dari sumur
potensi masing-masing dari bawah ke atas seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.22,
masing-masing daerah dapat ditempati oleh hanya dua nucleon dari jenis yang sama
dengan lawan berputar (1/2) karena prinsip Pauli. Kemudian pada sebuah inti dengan
nomor yang sangat berbeda dari proton (Z) dan neutron (N), jumlah tingkat proton dan
neutron yang diisi adalah sangat berbeda seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.23
untuk kasus Z = 6 dan N = 12.
Gambar 5.22
49
Gambar 5.23
Nomor proton dan neutron dalam perpektif level dalam induk dan hasil inti
dalam transformasi .
Seperti yang terlihat dalam gambar tiga tingkat terendah proton dan enam
neutron tingkat terendah adalah terisi penuh di inti ini. Ketika mengalami transformasi ,
neutron di tingkat paling atas diisi berubah menjadi proton seperti yang ditunjukkan di
bagian tengah gambar. Namun, sejak dua tingkat lebih rendah tidak terdapat proton
sehingga proton yang ada di tingkat atas kemudian turun ke tingkat empat, sehingga
daerah ini seperti ditunjukkan di sebelah kanan untuk Z = 7 dan N = 11. Jelas keadaan
awal dan akhir sangat berbeda dalam transformasi ini, sehingga ada sedikit tumpang
tindih antara fungsi gelombang kedua (lihat gambar 5.24).
Gambar 5.24
Fungsi gelombang dari perubahan inti pada inti induk dan inti anak ketika
terjadi sedikit overlapping.
Di sisi lain, untuk Z N = 1 seperti dalam inti cermin, jumlah yang sama tingkat
proton dan neutron benar-benar dipenuhi dari bawah ke atas dengan satu proton ekstra di
tingkat paling atas, seperti dapat dilihat dari arah 5.25a untuk kasus Z = 8, N = 7. Ketika
inti mengalami transformasi , proton kedelapan di tingkat paling atas berubah menjadi
neutron, sehingga keadaan akhir telah menjadi Z = 7 dan N = 8. Neutron yang dihasilkan
50
oleh transformasi proton kemudian menempati tingkat keempat teratas seperti yang
ditunjukkan pada r.h.s dari angka (b). Distribusi proton dan neutron untuk inti induk dan
produk yang kemudian sangat mirip. Satu-satunya yang berbeda adalah bahwa
penempatan proton di tingkat keempat paling atas dimana kita memiliki neutron pada
tingkat keempat paling atas materi (lihat gambar 5.25a dan b).
Gambar 5.25
(a) dan (b), level proton dan neutron pada peluruhan inti (15O
15
N). (c)
Oleh karena itu, fungsi gelombang untuk dua intin harus sangat mirip, jika kita
mengabaikan efek Coulomb sehingga ada tumpang tindih dari dua (gambar 5.25c).
sehingga nilai
M if = U f O U i d
transisi super-allowed.
5.12 Orbit Penangkapan Elektron
Kita melihat bahwa penangkapan elektron jenis peluruhan terjadi ketika emisi
positron tidak mungkin karena terjadi secara cepat. Ketika inti menagkap elektron
orbital, hanya neutrino dipancarkan dan sangat sulit untuk dideteksi. Jadi satu-satunya
cara untuk mendeteksi suatu peluruhan tangkapan elektron adalah mengamati
karakteristik sinar X sebagai atom anak. Ketika electron berada pada kulit K,
karakteristik dari kulit K sinar X akan teramati, sebagai akibat kekosongan kulit K akan
diisi eleh electron kulit L, M dan lain sebagainya. Energi dari foton sinar X akan menjadi
B k B L , B K B M , dll, dimana
B K , BL , B M
sesuai dengan orbitnya. Ada juga proses alternatif untuk emisi sinar X. kelebihan energi
dari bentuk berikut ini penangkapan kulit K dapat langsung ditransfer ke elektron pada
51
kulit L. ini dikenal sebagai elektron Auger dan proses Auger atau transisi radiation less
(lihat vol. I).
Kemungkinan penangkapan elektron tergantung pada dua faktor: (a) peluang
elektron pada posisi inti dan (b) peluang penangkapan elektron oleh inti. Dalam banyak
kasus orbita K menempati peluang terbesar menggantikan posisi inti, adalah tangkapan
kulit K yang diamati. Bagaimanapun, inti mungkin saja sebuah electron di kulit L,
meskipun itu kecil kemungkinanya, karena electron di kulit L lebih jauh dari inti
disbanding electron pada kulit K. tangkapan L diikuti oleh adanya emisi dari
karakteristik orbit sinar X pada orbit L sebagai atom anakan.
Emisi dari karakteristik sinar X atau elektron Auger pada penangkapan kulit K
hanya menunjukkan bahwa tangkapan telah terjadi. Ini tidak memberikan ide tentang
perubahan energi yang terjadi. Ini dapat ditemukan dengan mengukur energi dari inti
produk yang berlawanan aarah dengan arah emisi neutrino. Hal Ini sebenarnya telah
dilakuakn oleh (a) penerapan potensi perlambatan untuk menghentikan inti dan (b)
mengukur waktu mundur nucleus dari peristiwa pancaran electron.
Peluang penangkapan pada kulit K terpengaruh pada sifat dari elektron di sekitar
inti. Dengan demikian transformasi inti yang sama terjadi dengan peluang yang berbeda
(yaitu berbeda waktu paruh jika sifat elektron berubah karena mengikat molekul dari
atom radioaktif dengan atom lain. Efek ini sebenarnya diamati oleg E. Segre, CE
Wiegand dan RF Leninger (1951) di penangkapan kulit K 7Be (Z=4) . Efek ini
diharapkan cukup besar untuk unsur ringan. Perbedaan sekitar 0,08% telah ditemukan
antara tingkat peluruhan 7Be di BeF2 dan dalam logam berilium.
5.13 Teori Penangkapan Orbit Elektron
Probabilitas penangkapan orbit elektron dengan inti dapat dihitung dengan
menggunakan hasil dari teori pertubasi yang bergantung pada waktu seperti yang
dilakukan dalam kasus peluruhan .
P=
2
2
H if| ( E )
|
Kita akan mengembangkan teori penangkapan pada kulit K. teori ini relative
lebih sederhana daripada dalam kasus emisi , karena hanya satu partikel (neutrino) yang
dipancarkan dalam kasus ini. Karena proses dua bentuk, neutrino dipancarkan dengan
energi Ev yang diberikan oleh
52
Ev = E0 +me c 2Bk
(5.13-1)
( E)
rentang momentum
untuk
( v +d v )
adalah:
4 p 2v dp v 4 p2v dp v
dN v =
=
3
h3
(2 )
(5.13-
2)
Disini kita menganggap transformasi secara keseluruhan untuk mengambil
sedikit pun terjadi dalam volume sebagian . Transformasi untuk energi yang kita
dapatkan
dN v =
4 E 2v dEv
(5.13-3)
( 2 ) c3
dN v
Ev
( Ev ) =
= 3 3 3
dEv 2 c
(5.13-
4)
Seperti dalam kasus emisi , transformasi inti induk ke dalam produk terjadi
karena interaksi lemah (lihat persamaan (5.7-6). Hal ini berisi fungsi gelombang neutrino
dan v, yang dalam pendekatan diperbolehkan harus dievaluasi pada posisi
transformasi nucleon (proton). Seperti sebelumnya untuk neutrino yang diberikan untuk
r = 0.
v =
1
1
exp ( ik v r )=
Untuk elektron, kita mengambil fungsi gelombang kulit K untuk atom hydrogen
seperti (lihat jilid I):
53
v = K =
1 Z
a0
3/ 2
( )
(5.13-
5)
Dimana
a0 =4 0 /m0 e
3/ 2
(5.13-
6)
Probabilitas tangkapan elektron K per detik kemudian diberikan oleh:
K =
2
2
2 2
2
g |e ( 0 )| |v ( 0 )| |M if | p ( Ev )
Z 3 g 2 m2e e6 E2v
2
M if |
5 2 3 10 |
32 0 c
(5.13-7)
Oleh karena itu kami telah memperhitungkan fakta bahwa ada dua elektron dalam kulit
K.
Jika energi Ev dinyatakan dalam satuan mec2 kita mendapatkan
2
g c Z me e ( E 0 +1B K )
2
K =
|M if |
5 3 10
32 0
(5.13-
8)
Teori diatas dapat disesuaikan dengan kasus penangkapan elektron dari orbit
yang lebih besar nomor kuantum utama (misalnya penangkapan kulit L) untuk transisi
yang diijinkan, tanpa banyak perbedaan dalam aproksimasi non-relativistik. (lihat Fisika
Inti oleh M. A. Preston) tertulis:
f K=
Z 3 e6 ( E0 +1B K )2
16 2 30 c 3 3
3
4 ( Z ) ( E0 +1B K )
(5.13-9)
54
1/137
Dimana
menuliskan:
K =
ln2
=C ' f K
K
(5.13-10)
K adalah waktu paruh pada kulit K dan C adalah sebuah konstanta, kita kemudian
memiliki
f K K=
ln 2
=C
C'
(5.13-11)
Dimana
2
(5.13-
12)
C adalah konstanta yang sama yang muncul untuk menyatakan probabilitas
peluruhan (persamaan 5.8-6).
Persamaan (5.13-7) untuk K seharusnya diperbaiki untuk efek relativistic dan
untuk penyaringan muatan nuklir oleh orbit elektron yang mengurangi nilai efektif dari Z
secara perlahan (dengan ~0,35 untuk elektron K dan ~4,15 untuk elektron L).
Binding energi elektron K (dalam unit mec2)
2 4
2 4
m3 Z e
( Z )
1
Z e
BK=
=
=
2
2 2 2
2 2 2
2
me C 32 0 h 32 0 h
(5.13-
13)
Nilai numerik dari produk f dalam menentukan apakah transisi penangkpan K
diperbolehkan atau dilarang (lihat 5.8). Misalnya 7Be + eK
f K =4 ( Z )3 ( E0 +1 )2
2
4
2
( 1,686 ) =8,9 104
137
( )
55
Karena itu
log f K K =3,61
Dan
Hal ini menunjukkan agar menjadi transisi super yang diperbolehkan (superallowed transition). Karena ini adalah kasus (3/2) - untuk (3/2)- transisi, itu adalah Fermi
dicampur dan transisi GT super allowed. Nilai menunjukkan fKK mengingat bahwa
kekuatan interaksi menyebabkan penangkapan elektron orbital harus dari urutan yang
sama besarnya seperti dalam kasus emisi partikel .
Ini mungkin menjadi catatan bahwa ekspresi untuk K melibatkan kuadrat dari
2
|M if |
|M if |
Z3 e 6 ( E 0 +1B K )2
K
=
16 2 m2 3 3 c 7 f ( Z , )
e 0
m
(5.13-
14)
Untuk unsur yang ringan dan nilai tinggi, kemungkinan penangkapan K
kurang. Di sisi urutan, proses penangkapan K menjadi relative lebih penting daripada
peluruhan untuk elemen Z tinggi, khususnya ketika energi transformasi inti pendekatan
ambang . Selanjutnya, persamaan (5.13-8) menunjukkan bahwa proses penangkapan K
pada umumnya lebih penting bagi elemen Z tinggi.
5.14 Penyerapan Elektron dalam Suatu Zat
Hilangnya ionisasi: mekanisme berkurangnya energi oleh ionisasi pada dasarnya
adalah sama untuk elektron berenergi tinggi, seperti dalam kasus partikel pengisi daya
berat (lihat 4.12). Namun ada dua faktor yang memodifikasi rumus daya (4.12-23).
Karena massa elektron kecil, variasi massa relativistic dengan energi harus
56
dipertimbangkan pada energi relative jauh lebih rendah (dari urutan sebuah MeV). Juga
karena pelanggaran dalam kasus ini adalah antara dua partikel identik, pertukaran efek
kuantum mekanis harus diperhitungkan. Hal ini dilakukan oleh Moller (1932), pada
dasar yang rumus berikut untuk tenaga pengereman karena ionisasi, yang dikemukakan
oleh Bethe (1933)
2
4 0
1 1 2 2 ]
dE
f
=
dx ion
(5.14-1)
Dimana
E=
me c 2
v
c , sehingga:
me c 2
dE
dx
ion
=1 , kita peroleh:
1
2 e NZ
E
1
.
ln 2
+
2
(4 0 ) m e y 2
2 I 1 8
(5.14-
2)
Pelepasan radiasi: selain dari kehilangan ionisasi dibahas di atas, relativistic
elektron yang kehilangan energi oleh sebuah proses yang dikenal sebagai pelepasan
radiasi. Besarnya energi radiasi per sekon oleh partikel bergantian berputar dengan
percepatan f diberikan oleh:
2 2
W=
q f
3
6 0 c
(5.14-
3)
Sehingga dapat dirumuskan pelepasan energi total rata-rata oleh elektron adalah:
dE
dE
=
dx
dx
ion
dE
dx
rad
(5.14-6)
57
Dua jenis pelepasan energi ditunjukkan oleh grafik pada gambar 5.26 untuk
elektron pada timah.
Gambar 5.26
Gambar 5.27
58
rendah lebih mudah diserap, kurva serapan untuk distribusi kontinu jatuh lebih cepat
daripada elektron homogen.
Gambar 5.28
(a) Kurva penyerapan kelompok elektron yang sejenis pada suatu zat. (b) Kurva
penyerapan sinar pada suatu zat.
Besarnya
intensitas
penyerapan
dari
kurva
yang
ditunjukkan
dapat
I =I 0 exp(x)
Dengan x dalam meter (m) dan adalah dimensi kebalikan dari panjang
gelombang (m-1). Dengan koefisien absorpsi:
m=k / Em1,33
(5,14-7)
Dimana k adalah konstanta dan E m adalah energi dalam MeV. Dimensi dari m
adalah meter2 per kg.
Rentang maksimum (R) daya absorpsi dapat diformulasikan oleh Gledenin dan
Coryell sebagai berikut:
R=5.42 Em
(5.14-
8)
Untuk nilai Em < 0,8 MeV, maka
R=4.07 E
1
m
(5.14-
9)
Perlu dicatat bahwa dimensi R adalah kg/m2, rentang ini sama untuk semua zat.
5.15 Waktu Paruh Neutron Bebas
59
Kita mempunyai neutron bebas yang tidak stabil. Neutron tersebut mengalami
peluruhan dari emisi menjadi sebuah proton melalui skema sebagai berikut:
1
0
Gamabr 5.29
+ v
n 11 H +
Eksperimen Robson.
D2 . Produksi partikel
antraksin
pulsa proton, dengan penundaan untuk memungkinkan selama selang waktu proton yang
bergerak lambat. Bahkan dengan fluks neutron tinggi, kesempatan neutron meluruh
dalam volume kecil terlihat oleh detector yang juga sangat kecil hanya beberapa
kesempatan per jam neutron terdeteksi.
Pada diagram Kurie gambar 5.30 yang diperoleh oleh Robson dalam disintegrasi
ditunjukkan sebagai berikut:
60
Gambar 5.30
neutron
Waktu paruh yang dikemukakan oleh Robson adalah 12,8 2,5 menit. Nilai
tersebut kemudian diperbaiki dengan pengukuran di Oak Ridge Amerika Serikat dan
Rusia. Nilai yang saat ini diterima adalah:
++
+
61
++ 0 + 0
+
++
++
Berikut adalah eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi adanya peluruhan
partikel yang dilakukan oleh C. S. Wu, E. Ambler, R. W. Hayward, D. D. Hopps dan R.
P. Hudson yang ditunjukkan oleh gambar 5.31.
Gambar 5.31
Mereka menggunakan
60
waktu paruh 5,3 tahun dari energi maksimum 0,31 MeV. Skema peluruhan 60Co 60Ni +
- ditunjukkan pada gambar 5.32.
Syarat yang paling penting dalam eksperimen ini adalah proses produksi yang berada
pada suhu sangat ekstrem (0,01 K) dan menggunakan medan magnet yang sangat besar
60
Co .
62
Gambar 5.32
Gambar 5.33
Hasil dari eksperimen di tunjukan pada gambar 5.33a. yang mana intensitas beta di plot
sebagai fungsi waktu ke atas t, untuk arah ke depan dan ke belakang. Hasil menunjukan
partikel beta terpancar istimewa dari arah belakang , ke arah polarisasi nuclear,
diindikasikan dalam gambar oleh arah polarisasi meddan magnet H.
garis yang
63
Gambar 5.34
H=
p
||| p|
(5.17-1)
64
kerangka acuan yang berbeda. Jika misalnya, spin partikel sejajar dengan momentum
dalam beberapa kerangka acuan, maka untuk pengamat bergerak lebih cepat daripada
pada kerangka sebelumnya, hal itu akan tampak bergerak kea rah yang berlawanan maka
akan memiliki momentum berlawanan dengan berputar. Sehingga akan memiliki
polaritas subjektif dalam kerangka acuan yang berbeda. Namun, hal ini tidak terjadi
untuk sebuah partikel tak bermassa (fermion) yang harus selalu bergerak dengan
kecepatan cahaya c. Maka tidak ada kerangka acuan yang akan bergerak lebih cepat
daripada itu. Dari pernyataan yang diberikan di atas, helicity tersebut adalah H = 1
terg\antung pada orientasi relative dari spion dan momentum partikel paralel atau
antiparalel. Menurut teori dua komponen yang disebutkan diatas, neutrino memiliki H =
-1 (orientasi antiparalel spin relative terhadap momentum) sementara antineutrino
memiliki H = 1 (orientasi paralel spin relative terhadap momentum). Ini adalah satusatunya perbedaan antara dua partikel.
Jika spin dianggap sebagai rotasi maka gerakan neutrino sama dengan sebuah
sekrup tangan kiri sedangkan gerakan antineutrino mirip dengan gerakan tangan kanan
sekrup.
Keberadaan helicity neutrino secara langsung berkaitan dengan pelanggaran
konservasi peluruhan pada interaksi lemah. Jika partikel memiliki simetri kanan-kiri
maka pada refleksi cermin fungsi gelombang baik tetap tanda perubahan sama atau
sederhana, sedangkan partikel bertransformasi dengan sendirinya. Bagaimanapun,
partikel yang mempunyai helicity terbatas tidak memiliki simetri kanan-kiri. Jadi setelah
refleksi cermin, sebuah partikel sekrup seperti tangan kanan berubah menjadi partikel
seperti sekrup kiri. Jadi partikel tidak akan bertransformasi dengan sendirinya yang
dimana berarti pelanggaran konservasi.
Pengukuran helicity neutrino:
Helicity neutrino dikukur secara langsung dalam percobaan yang dilakukan oleh
M. Goldfather, L. Grodzin, dan A. W. Sunyar (1958). Mereka menggunakan sumber
penangkapan K 152 Eu ( = 9,3 jam) isomer yang memiliki skema peluruhan ditampilkan
pada gambar 5.35.
65
Gambar 5.35
Inti produk
152
152
sekitar Er = 3,26 eV dari energi transisi yang dapat dihitung dengan persamaan (6.16-1).
Karena waktu paruh yang sangat singkat, lebarnya relative besar menjadi 0,02 eV.
Meskipun demikian, tidak cukup lebar untuk mengkompensasi hilangnya energi ( <<
Er). Namun kompensasi tersebut disediakan oleh pergeseran Doppler karena kecepatan
dari sumber yang merupakan produk dalam penangkapan K
152
Eu yang memancarkan
enenri neutrino Ev = 900 keV (c metode kompensasi dibahas dalam 6.16). Energi pental
adalah sekitar 2,86 eV. Perhatikan bahwa ada dua jenis pental dari inti
152
Sm karena ada
dua alasan berbeda: pertama karena emisi neutrino dalam pengkapan elektron oleh inti
induk dank arena kedua untuk emisi dari inti produk 152Sm.
Karena kompensasi akibat pergeseran Doppler sedikit berkurang dari perubahan
energi yang terpental dari emisi sinar , sinar yang terproses memiliki sudut kurang
dari 1800 w.r.t arah emisi neutrino dalam penangkapan
152
66
Gambar 5.36
(a) Eksperimen Goldhaber dalam pengukuran helicity neutrino. (b) Hasil dari
Eksperimen helicity neutrino.
Dalam kasus ini momentum sudut akan dipertahankan jika spin neutrino dan inti
152
152
Gambar 5.37
152
melingkar harus sama dengan tanda polarisasi longitudinal inti yang memancarkan dank
arena itu sama dengan tanda helicity neutrino.
67
Jadi eksperimen ini berasal dari pengukuran polarisasi melingkar dari sinar . Ini
diukur dari perubahan jumlah penting dalam detector sinar diatas reorientasi medan
magnet di besi magnet. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 5.36b.
Helicity neutrino ditemukan untuk menjadi negatif. Meskipun tidak ada
penentuan eksperimen secara langsung dari helicity antineutrino, semua data eksperimen
menunjukkan bahwa hal itu harusnya posfitif. Hal itu terlihat diatas bahwa elektron yang
dipancarkan di peluruhan adalah polarisasi longitudinal (lihat percobaan Wu).
Polarisasi longitudinal telah diukur dan persamaannya adalah
P ( )=
v
c
(5.17-
2)
5.18 Sifat Dasar Neutrino: Peluruhan Ganda
Kita dapat menuliskan peluruhan ganda sebagai berikut:
+ v 1
n1 p1 + 1
+ v 2
n2 p2 + 2
dan
+2 v
Te 130
54 Xe +
130
52
( v v )
, maka proses
+ v
+ v p+
n p+
Sehingga hasil akhir dari peluruhan ganda akan ditransformasikan oleh dua
neutron dalam inti induk kedalam dua proton pada inti hasil dengan emisi dua partikel
tetapi tanpa emisi neutrino (atau antineutrino).
Te 130
54 Xe +2
130
52
68
(teori)
untuk
( v v )
Te
82
34
130
54
Xe
Se 82
36 Kr
untuk
(exp) (y)
( v v )
(y)
130
52
(teori)
(y)
16
2 10
4 1022
2,5 1021
1016
1022
6 1019
+ v
n p+
++ v
p n+
Dan
Atau ekuivalen dengan
Apabila v dan
n+ v p +
(5.19-1)
+
p+ v n+
(5.19-2)
diidentifikasi
( v )
n+v p+
+
n+v p+
Eksperimen pertama yang dilakukan oleh F. Reines dan C. L. Cowan tahun 1956
di Amerika Serikat menghasilkan diagram sekmatik pengaturan eksperimental yang
ditunjukkan oleh gambar berikut:
69
Gambar 5.38
S,
I =0
Tidak.
Vektor (polar)
V,
I=0
Tidak.
Tensor (anti-simetrik)
T,
I =0, 1
Tidak.
Vektor axial
A,
I =0, 1
Tidak.
Scalar Pseudor
P,
I =0
Ya.
l=0 .
70
71
BAB III
KESIMPULAN
Ketika kecepatan partikel meningkat lebih besar maka massa m semakin
meningkat lalu e/m menjadi semakin kecil sesuai yang diamati oleh Kaufman. Namun
semakin besarnya massa tidak dapat diukur secara tepat. Oleh karena itu tidak dapat
dipastikan apakah pembesaran tersebut sesuai dengan toeri Einstein. Dalam teori garis
lengkung Thompson untuk menentukan muatan sinar positif. Jika massa dari suatu ion
berubah maka hubungan matematikanya tidak ada. Karena amssa elektron kecepatan
tinggi berubah sesuai dengan kecepatan, maka garis fokusnya akan berbeda dengan garis
lengkungnya. Pada eksperimen Bucherer, sesuai dengan teori relasi Einstein yaitu
besarnya massa relativitas dengan. Ketentuan yang telah diperbaiki tersebut telah
dijadikan sebagai tolak ukur yang lebih akurat yaitu dengan pengembangan validitas
relasi relativitas.
Tiga jenis peluruhan yang berbeda telah diamati yaitu peluruhan -, peluruhan
+, serta penangkapan orbital elektron. Wolfgang Pauli berpendapat tentang yaitu
Hipotesis Neutrino ketika partikel meluruh. Eksperimen terhadap peluruhan
mengungkapkan bahwa dipancarkan dengan suatu distribusi yang kontinu yang
berkisar dari nol hingga nilai yang diharapkan secara teoritis yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan energi massa untuk transisi khusus. Pauli mengusulkan
suatu hipotesa tentang keberadaan suatu partikel yang disebut dengan neutrino yang
menyertai partikel beta yang energi sama dengan selisih antara energi kinetik yang
menyertai partikel dan energi maksimal dari distribusi spektrum, seperti neutrino yang
tidak bermuatan dan memiliki massa tak berhingga kecilnya sehingga dengan
karakteristik ini partikel ini sangat sulit untuk dideteksi.
Peluruhan partikel akan menghasilkan peluruhan ganda. Interaksi peluruhan
dapat dikonstruksikan dari kombinasi linear fungsi gelombang dua nukleon dan dua
lepton yang masing-masingmempunyai keempat komponen Dirac Espinor yang
memungkinkan dapat mengkonstruksi 44 atau 256 bentuk linear bebas dari interaksi
tersebut. Meskipun nilainya mengalami penurunan yang sangat drastic oleh gangguan
variasi Lorentz.
56
72
DAFTAR PUSTAKA
Ghoshal, S. N. 2002. Nuclear Physics. New Delhi. S Chand & Company Ltd.
57