Anda di halaman 1dari 7

Spesies Ikan Yang Tergolong Dalam Fertilisasi Eksternal

1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Ikan nila adalah jenis ikan Sychlidae yang bertipe mouthbreeder yang artinya
menjaga telur di dalam mulut sampai menetas. Ciri-ciri kelamin dari ikan nila
yang sudah matang gonad adalah berumur 1 tahun dan pada kelamin memerah
pada kedua induk. Pada jantan kelaminnya tidak lancip, sedangkan pada betina
lancip dengan perut membuncit dan ketika ditekan akan keluar sel telur berwarna
kuning. Hal ini diikuti dengan tingkah laku jantan yang aktif dan betina yang pasif
(Suyanto, 1994).
Proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan sebagai
tempat persiapan fertilisasi. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap
kawin. Ketika keduanya sudah bertemu dan cocok, maka keduanya akan
memisahkan diri. Jika ada ikan pejantan lain yang mendekat, maka jantan akan
mengejar dan menyerang. Setelah itu keduanya saling mencumbu dengan cara
berkejar-kejaran. Setelah selesai bercumbu, betina akan melepaskan sel telur pada
cekungan yang sebelumnya sudah dibuat dan dibersihkan oleh sang jantan.
Setelah itu jantan juga mengeluarkan sperma pada tempat yang sama dan
terjadilah fertilisasi eksternal. Setelah pembuahan terjadi, maka betina akan
memasukkan telur-telur tersebut ke dalam rongga mulutnya. Setelah itu jantan
pergi. Telur-telur ini akan dipelihara di dalam mulut betina selama 3-5 hari sampai
menetas. Dan anak-anak ikan nila (burayak) tersebut akan terus dijaga oleh induk
betina sampai benar-benar mandiri (Kuncoro, 2003).
2. Ikan mas (Cyprinus carpio)
Untuk mengetahui jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana. Untuk ciri kelamin primer, ikan jantan memiliki dua saluran di
belakang sirip anal, yaitu anus dan urogenital dan alat kelaminnya terlihat
menonjol. Sedangkan pada betina memiliki tiga saluran, yaitu anus, genital, dan
ureter dan alat kelaminnya terlihat memerah saat matang gonad. Untuk ciri
kelamin sekunder, ikan jantan terlihat lebih ramping dengan ekor lebih panjang

dan lebar dibanding dengan ikan betina yang perutnya lebih gemuk (Lingga,
2002).
3. Ikan cupang (Betta splendens)
Proses pemijahan cupang diawali dengan sibuknya ikan jantan mengeluarkan
buih busa dari mulutnya lalu diletakkan pada permukaan sebagai sarang telur.
Setelah itu pejantan akan mencari betina yang siap untuk dijadikan pasangan.
Setelah didapatkan pasangan yang cocok, maka betina akan mengeluarkan sel
telur diikuti dengan pelepasan sel sperma oleh jantan lalu terjadilah fertilisasi
eksternal. Telur yang sudah dibuahi akan dibawa oleh jantan menuju buih yang
ada di permukaan. Dalam masa sampai penetasan, ikan jantan akan menjaga telur
sampai benar-benar menetas, bahkan sampai anakan cupang tersebut mandiri. Jika
ada buih yang pecah, maka jantan akan segera membuat buih busa yang sama
sehingga telur benar-benar bisa menetas (Daelami, 2001).
4. Ikan lele (Clarias batrachus)
Ciri-ciri dari ikan lele yang siap untuk memijah pada jantan adalah Kepala
indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan lele betina, warna kulit dada indukan
jantan agak tua bila dibanding indukan betina, kelamin jantan menonjol,
memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan,
gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng, perut
indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina,
bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan
cairan putih kental (spermatozoa) serta kulit jantan yang lebih halus dibanding
betina. Sedangkan cirri-ciri dari ikan lele betina yang sudah siap untuk memijah
adalah Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan, warna kulit dada agak
terang, kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya
agak lebar, letaknya di belakang anus, gerakannya lambat, tulang kepala pendek
dan agak cembung, perutnya lebih gembung dan lunak, bila diurut dari bagian
perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan
berupa sel ovum (Wolfgang, 2007 dalam Wira, 2007).

Proses pemijahan diawali dengan berenangnya betina mendekati jantan.


Keduanya melakukan sentuhan tubuh secara berkali-kali. Setelah itu mereka
berdua menciptakan pergerakan dengan cara mengibaskan ekor mereka.
Keduanya lalu bekerja sama menggali lubang pada kerikil yang bersih sampai
diameternya mencapai 30 cm. Proses mating bias terjadi berkali-kali, sehingga
secara keseluruhan proses reproduksi ikan lele bisa berlangsung selama 20 jam.
Dalam porses matting betina mendorong kepala mereka ke pusat tubuh jantan
sampai pada keadaan seperti terikat. Keduanya tetap dalam posisi ini dalam 10
menit sampai betina lepas dari ikatan. Hal ini akan terjadi secara berulang sampai
betina membuat lubang sebagai tanda siap untuk mengeluarkan sel telur. Setelah
lubang dibuat, maka betina akan bergerak menuju jantan dan mengajaknya ke
tempat lubang yang telah dibuat. Setelah itu akan terjadi proses matting lagi
kemudian betina akan mengeluarkan telur pada lubang diikuti jantan yang
mengeluarkan sperma. Setelah telur dikeluarkan, betina membuat lingkaran
tempat telur berada, lalu jantan akan menjaga telur-telur tersebut dengan cara
berenang di sekitar sarang telur (Wolfgang, 2007 dalam Wira, 2007).
5. Ikan tawes (Puntius javanicus)
Biasanya induk ikan tawes memijah pada pukul 19.00-22.00. Induk yang akan
memijah biasanya pada siang hari sudah mulai berkejarkejaran di sekitar tempat
pemasukan air. Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam
diperkecil agar telur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam
pemijahan juga. Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar
kolam atau bagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan
sapu lidi di dasar kolam. Telur ikan tawes biasanya menetas semua setelah 2-3
hari.
6. Ikan Clownfish (Amphiprion ocellaris)
Sebelum pemijahan, induk jantan melakukan pembersihan substrat sekitar
anemon dengan melakukan gerakan berayun-ayun didepan betina dan tarian
patah-patah mengitari betina. Selanjutnya bila saat memijah, kedua induk akan
lebih aktif melakukan pembersihan substrat untuk tempat menempelkan telur.

Proses pemijahan berlangsung antara pukul 12.00-14.00 WIB dan pembuahan


dilakukan secara eksternal. Kedua induk melakukan penataan posisi telur
sehingga menjadi rapi, selanjutnya aktif melakukan pembersihan dan perawatan
telur, dengan mengibaskan ekor dan menyemprotkan air melalui mulut di sekitar
telur. Masa pengeraman telur 9-10 hari. Induk akan memijah kembali 1-2 hari
setelah telur menetas.
7. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)
Setelah sarang selesai dibuat, induk jantan cepat-cepat mencari dan merayu
induk betina untuk bersamasama memijah disarang. Induk betina ini akan
menyemprotkan telur-telurnya kedalam sarang melalui lubang sarang yang kecil,
kemudian jantan akan menyemprotkan spermanya, yang akhirnya terjadilah
pembuahan didalam istana ijuk ini. Tidak seperti halnya ikan mas yang
pemijahannya hanya beberapa jam saja, pemijahan ikan gurame ini biasanya
berlangsung cukup lama. Induk jantan bertugas menjaga sarang selama pemijahan
berlangsung.Setelah pemijahan selesai, biasanya giliran induk betina yang
bertugas menjaga keturunannya, dengan terlebih dulu menutup lubang sarang
dengan ijuk atau rumputan kering. Dengan nalurinya sebagai orang tua yang baik,
biasanya induk betina ini menjaga anaknya dengan tak lupa mengipaskan siripnya
terutama sirip ekor kearah sarang. Gerakan sirip induk betina ini akan
meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Air dengan kandungan
oksigen yang cukup akan membantu menetaskan telur-telur dalam sarang. Sebab
seperti diketahui, telur pun butuh oksigen dalam prosesnya menjadi benih ikan.
Sementara dengan kasih sayang induk betina menjaga keturunanya, induk jantan
akan kembali menyusun sarang dan memikat induk betina yang lainnya untuk
melanjutkan keturunannya. Dari atas kolam kita bisa mengetahui induk-induk
yang telah memijah tanpa turun ke kolam dengan melihat adanya bau amis, dan
terlihat adanya lapisan minyak tepat di atas sarang pemijahan.

3 Contoh Spesies Ikan Yang Tergolong Dalam Fertilisasi Internal


1. Ikan Hiu (Carcharinus sp.)
Ikan hiu adalah salah satu dari spesies Elasmobranchii. Ikan hiu dapat tumbuh
menjadi sangat besar dan panjang mencapai 255 cm. Ciri-ciri ikan hiu yang
matang gonad adalah mempunyai panjang 130-145 cm pada jantan dan 120-135
pada betina. Selain itu pada jantan terdapat pemanjangan clasper pada sirip anal
sebagai organ reproduksi (Godknecht, 2004 dalam Wira, 2007).
Ikan hiu melakukan pemijahan dengan cara fertilisasi internal. Ketika betina
siap kawin ,maka betina akan mengeluarkan zat feromon sebagai zat penarik
perhatian atau perangsang untuk jantan. Ketika jantan mencium zat tersebut, maka
jantan akan mengejar betina dan menangkapnya dengan giginya (Karleskint,
1998). Hal ini akan menyebabkan luka pada betina, tetapi kulit betina lebih keras
sehingga kulit mereka tetap terlindung. Setelah menemukan posisi yang tepat,
maka clasper jantan akan dipenetrasikan ke dalam kloaka betina. Penetrasi ini
terjadi secara vertical dan akan berlangsung selama kurang lebih 2 menit. Setelah
itu jantan akan terbaring di dasar lautan selama I menit lalu kemudian berenag ke
lautan yang lebih dalam (Godknecht, 2004 dalam Wira, 2007).
2. Ikan Molly (Poecilia latipinna)
Ikan Molly (Poeciliaa latipinna) adalah salah satu komoditi ikan hias air tawar
di Indonesia. Ikan Molly termasuk dalam jenis ikan live brearer (melahirkan).
Ikan ini bersifat omnivore. Ukuran tubuhnya relatif cukup besar, maksimal sekitar
12 cm. Hingga kini sudah banyak varietas yang beredar di pasaran dengan warna
dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan dan mutasi.
3. Ikan Pari (Dasyatis kuhlii)
Last dan Stevens (2009) dalam Jayadi (2011) menyatakan bahwa ikan pari
(rays) termasuk ikan bertulang rawan dalam grup Cartilaginous. Ikan pari
mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed), sepasang sirip dada
(pectoral fins) melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya, sehingga
tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari jantan
dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut clasper letaknya di pangkal ekor.

Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak (vivipar) dengan
jumlah anak antara 5-6 ekor.

DAFTAR PUSTAKA

Daelami, D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Kuncoro, E.B. 2002. Ikan Siklid. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lingga, P. 2002. Ikan Mas Kolam Air Deras. Jakarta : Penebar Swadaya.
Wira, M. 2007. Tingkah Laku Pemijahan Biota Akuatik. http://maswira.blogspot.
Com/2007/12/tingkah-laku-pemijahan-biota-akuatik.html. Diakses Pada
tanggal 11 oktober 2012.
Suyanto, R. 1994. Nila. Jakarta ; Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai