LP Hipertensi Fix
LP Hipertensi Fix
HIPERTENSI
I.
Tekanan Darah
(dalam mmHg)
(dalam mmHg)
Normal
< 120 mmHg
< 80 mmHg
Pre-Hipertensi
120-139 mmHg
80-89 mmHg
Hipertensi Stage 1
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Hipertensi Stage 2
160 mmHg
100 mmHg
Sumber : The Seventh and Eight Report of The Joint National Commite on
Preventian, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure [(JNC VII, 2003) dan (JNC VIII, 2013)]
B. Etiologi Hipertensi
1.
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan
dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga
akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan
garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya hipertensi.
e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar
meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang sing-kat, reaksi
tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab
stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka
seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres
menjadi suatu risiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan
tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar
adrenal yang terus-menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan pada :
1.
Elastisitas dinding aorta menurun.
2.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3.
Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
4.
5.
Nyeri dada
Pingsan
Muka pucat
D. Patofisiologi Hipertensi
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa
disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena
terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi
vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas
endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular,
deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.
Pathway
Faktor predisposisi : genetik, usia,jenis kelamin, merokok,
stres, kurang oahraga, alkohol, konsentrasi garam, dan
obesitas
HIPERTENSI
Tekanan sistemik darah
naik
Kerusakan
vaskuler
pembuluh darah
Perubahan situasi
Perubahan
struktur
Krisis
situasional
Penyumbatan
pembuluh darah
Metode koping
tidak efektif
Vasokonstriksi
10
Informasi yang
minim
Gangguan
sirkulasi
Spasme arteriol
Otak
Ginjal
Vasokonstriksi
pembuluh darah ginjal
Retensi pembuluh
darah otak
meningkat
Nyeri akut
Pembuluh darah
Retina
Suplai O2 ke otak
menurun
Sistemik
Koroner
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
Vasokonstriksi
Iskemia miokard
Penurunan curah
jantung
Sistemik
Retensi Na
Edema
Kelebihan volume
E. Pemeriksaan
cairan
Diagnostik Hipertensi
11
11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko terjadinya
hipertensi.
12. Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14. Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup ;
deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15. CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan feokromisitoma.
16. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
F. Penatalaksanaan Medis Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi
mencegah/memperbaiki kelainan fungsional dan struktural yang terjadi akibat
hipertensinya (komplikasi organ sasaran), yaitu :
1. Menurunkan tekanan darah seoptimal mungkin, tetapi tidak mengganggu
perfusi organ sasaran.
2. Mencegah komplikasi vaskuler/arteriosklerotik dan kerusakan organ sasaran, mengontrol faktor risiko lain.
3. Bila sudah ada komplikasi diusahakan retardasif/kalau mungkin regresi
komplikasi vaskuler/arteriosklerosis dan kerusakan target organ (LVH,
nefropati, dsb).
4. Memantau dan mengontrol efek samping obat yang lain (hipokalemia dan
sebagainya) yang dapat menambah morbiditas dan mortalitas.
Tabel 4. Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi pada Orang Dewasa*
Klasifikasi
Tekanan
Darah
Normal
TDS*
TDD*
mmHg
mmHg
< 120
< 80
Modifikasi
Gaya
Hidup
Anjuran
12
Obat Awal
Tanpa Indikasi
Dengan Indikasi
Tidak Perlu
PreHipertensi
120-139
80-89
Ya
menggunakan obat
spesifik dengan
antihipertensi
Untuk semua kasus
indikasi (risiko).
140-159
90-99
thiazide,
Ya
pertimbangkan ACEi,
ARB, BB, CCB, atau
kombinasikan
Gunakan kombinasi 2
Hipertensi
Stage 2
>160
>100
Ya
Kemudian
tambahkan obat
antihipertensi
(diuretik, ACEi, ARB,
BB, CCB) seperti
yang dibutuhkan
Keterangan :
TDS : Tekanan Darah Sistolik; TDD : Tekanan Darah Diastolik
Kepanjangan Obat : ACEi : Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB :
Angiotensin Reseptor Bloker; BB : Beta Bloker; CCB : Calcium Chanel Bloker
* Pengobatan berdasarkan pada kategori hipertensi
Penggunaan obat kombinasi sebagai terapi awal harus digunakan secara hatihati oleh karena hipotensi ortostatik.
Penanganan pasien hipertensi dengan gagal ginjal atau diabetes harus
mencapai nilai target tekanan darah sebesar <130/80 mmHg.
G. Komplikasi Hipertensi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada
berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan
adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan
resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang
dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
13
14
II.
b. Breathing
Kaji :
-
c. Circulation
Kaji :
-
15
Sinus tachikardi
d. Disability
Kaji :
-
Gerakan ekstremitas
e. Eksposure
Kaji :
-
3. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan
takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, nadi : denyutan jelas, frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia, bunyi jantung : murmur, distensi vena
jugularis, perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat.
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan).
16
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal).
e. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik.
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : Faktor risiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal. Faktor risiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormon.
17
Setidaknya ada 9 pertanyaan atau data yang harus digali untuk menegakkan
diagnosis klinis hipertensi emergensi. Beberapa variasi untuk pengembangan
penyelidikan perlu dilakukan, bergantung pada kondisi klinis pasien.
1. Berapa lama atau sejak kapan diketahui pasien menderita hipertensi?
2. Apakah pasien pernah didiagnosis menderita hipertensi sekunder?
3. Berapa beratnya atau tekanan darah tertinggi yang pernah dicapai waktu di
rumah?
4. Menentukan adakah kerusakan organ target yang sudah lama terjadi disertai
penyakit penyerta.
5. Mengetahui adanya keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gangguan
kardiovaskular, neurologi dan renal seperti sakit kepala, kejang, sakit dada,
sesak dan edema.
6. Mengetahui obat-obatan yang pernah atau masih dikonsumsi (obat antihipertensi atau obat yang lain).
7. Mengetahui obat-obatan yang dimakan teratur atau tidak pernah berobat.
8. Riwayat penyakit-penyakit ko-morbid: penyakit kardiovaskular, ginjal dan
serebrovaskular.
9. Mengetahui dosis obat yang dimakan, cara diminum, atau pernahkah
menghentikan sendiri tanpa anjuran dokter.
B. Diagnosis Keperawatan pada Pasien dengan Hipertensi
Menurut Herdman & Kamitsuru (2014) dalam NANDA International
Nursing Diagnoses : Definitions and Classifications 2015-2017, beberapa diagnosis keperawatan kegawatdaruratan yang mungkin muncul dalam kasus hipertensi,
yaitu :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan stroke volume (isi
sekuncup).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (hipertensi).
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi (peningkatan cairan intravaskuler).
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak ditandai dengan hipertensi.
18
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Penurunan curah
NOC)
Setelah diberikan asuhan
NIC Label :
jantung
Cardiac Care
berhubungan
dengan perubahan
kriteria hasil :
sekuncup).
NOC Label :
- Cardiac Pump
Effectiveness
- Circulation Status
- Vital Signs
- Tissue Perfussion :
Cardiac
Kriteria Hasil :
- Tanda vital dalam rentang
normal (Tekanan darah,
nadi, respirasi).
- Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan.
- Tidak ada edema paru,
rutin.
Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
Monitor status kardiovaskuler.
Monitor disritmia jantung.
Dokumentasikan disritmia jantung.
Catat tanda dan gejala dari penurunan curah
jantung.
9. Monitor status repirasi sebagai gejala dari
gagal jantung.
10. Monitor abdomen sebagai indikasi penurunan
perfusi.
11. Monitor nilai laboratorium terkait (enzim
19
jantung).
12. Monitor fungsi peacemaker, jika diperlukan.
13. Evaluasi perubahan tekanan darah.
14. Sediakan terapi antiaritmia berdasarkan pada
kesadaran.
kebutuhan.
Vital Signs Monitoring
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan RR.
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
3. Monitor tekanan darah saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri, sebelum dan sesudah
perubahan posisi.
4. Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan
dan bandingkan.
5. Monitor tekanan darah, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
6. Monitor kualitas dari nadi.
7. Monitor adanya pulsus paradoksus.
8. Monitor adanya pulsus alterans.
9. Monitor jumlah dan irama jantung.
10. Monitor bunyi jantung.
11. Monitor frekuensi dan irama pernapasan.
12. Monitor suara paru-paru.
13. Monitor pola pernapasan abnormal.
14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
15. Monitor sianosis perifer.
16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik).
17. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign.
2.
Nyeri akut
NIC Label :
berhubungan
Pain Management
dengan agen
1.
cedera biologis
(hipertensi).
hasil :
NOC Label :
2.
(160501).
2. Mengenal reaksi serangan
3.
meredakan nyeri.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi (mis.
relaksasi napas dalam atau teknik distraksi).
21
nyeri (160502).
4.
5.
manajemen nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
6.
terkontrol (1605011).
ketidaknyamanan.
Analgetic Administration
1.
2.
3. Kadang dilakukan
sekali
2. Jarang dilakukan
3.
4.
4. Sering dilakukan
nyeri.
5. Selalu dilakukan
5.
6.
7.
8.
3.
Kelebihan volume
ditimbulkan.
NIC Label :
cairan
Fluid Management
berhubungan
1.
dengan gangguan
mekanisme
ascites).
regulasi
2.
(peningkatan
NOC Label :
3.
cairan
22
intravaskuler).
Balance
- Fluid Balance
Kriteria Hasil :
anaskara.
5.
7.
8.
hepatojugular (+).
- Memelihara tekanan vena
mEq/l.
normal.
muncul memburuk.
Fluid Monitoring
kebingungan.
1.
2.
3.
4.
5.
- Menjelaskan indikator
kelebihan cairan.
7.
23
9.
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
1.
otak ditandai
2.
dengan hipertensi.
lingkungan.
3.
NOC Label :
4.
- Circulation Status
5.
Administrasikan antibiotik.
- Tissue Perffusion :
6.
Cerebral
Kriteria Hasil :
7.
Mendemonstrasikan status
sirkulasi yang ditandai
dengan :
- Tekanan systole dan
9.
yang diharapkan.
- Tidak ada ortostatik
hipertensi.
2.
dari 15 mmHg).
Mendemonstrasikan
3.
- Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
5.
kemampuan.
- Menunjukkan perhatian,
konsentrasi, dan orientasi.
- Memproses informasi.
- Membuat keputusan
dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan-gerakan
involunter.
25