Tuberkulosis Milier Pneumonia
Tuberkulosis Milier Pneumonia
Berikut ini adalah alur tatalaksana malnutrisi akut berat yang digunakan pada
program CTC (Community based Theraperutic Care)
Dengan Tanpa
Komplikasi Komplikasi
Tatalaksana penderita malnutrisi akut berat dibagi dua yaitu malnutrisi akut
berat dengan komplikasi dan malnutrisi akut berat tanpa komplikasi. Pasien
malnutrisi akut berat dengan komplikasi harus ditatalaksana dengan rawat inap.
Pasien malnutrisi akut berat tanpa komplikasi dapat tetap di rumah, tetapi harus
menjalani rawat jalan dengan Outpatient Therapy Program (OTP) yaitu dengan
pemantauan status nutrisi dan kesehatan pasien setiap minggu di tempat
tertentu yang disepakati masyarakat serta mendapatkan makanan khusus.
3. Rawat Inap pada Penderita Gizi Buruk
Penderita gizi butuk yang dirawat di rumah sakit diberikan tatalaksana yang
dibagi menjadi dua tahap yaitu fase stabilisasi dan fase rehabilitasi dengan
sepuluh langkah utama dengan perkiraan waktu dalam setiap fase seperti yang
dicantumkan dalam tabel dibawah ini:
Anak yang mengalami gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula
darah < 54 mg/dL). Hal ini dapat terjadi karena adanya infeksi berat atau anak
tidak makan selama 4-6 jam. Hipoglikemia merupakan salah satu tanda infeksi
dan sering bersamaan dengan hipotermia. Maka dari itu, hipoglikemia harus
diselidiki apabila menemukan tanda hipotermia. Pencegahan dapat dilakukan
dengan pemberian makan F-75 dengan frekuensi sering yaitu setiap 2-3 jam.
Selanjutnya kadar gula darah dapat dimonitor setelah 2 jam. Apabila kadar
glukosa darah tidak dapat diukur, semua anak malnutrisi berat dapat dianggap
hipoglikemia dan dilakukan penanganan.
Gizi buruk meningkatkan risiko seorang anak mengalami hipotermia (suhu aksila
< 35,0oC dan suhu rektal < 35,5oC). Apabila hal ini terjadi maka :
Hipotermia dapat dicegah dengan menjaga agar anak tetap kering, menghindari
paparan langsung dengan udara, dan membiarkan anak tidur dengan ibu/
pengasuh pada malam hari.
Anak gizi buruk dengan diare atau muntah harus dicegah agar tidak terjadi
dehidrasi dengan tetap memberikan F75, mengganti perkiraan cairan yang
hilang dengan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition), serta ASI masih
dapat diberikan apabila anak masih menyusu ASI.
Diagnosis pasi adanya dehidrasi pada gizi buruk adalah dengan pengukuran
berat jenis urin (> 1.030) selain tanda dan gejala klinis khas bila ada, antara lain
rasa haus dan mukosa mulut kering. Bila pada anak gizi buruk didapatkan
dehidrasi maka anak harus diberikan ReSoMal 5ml/kg/jam setiap 30 menit
selama 2 jam pertama, dilanjutkan dengan 5-10 ml/kg/jam selama 4-10 jam
berikutnya. Pemberian ReSoMal dapat dihentikan bila sudah rehidrasi, tetapi
ReSoMal masih dilanjutkan bila anak masih diare.
Langkah 4. Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Pada saat rawat inap, antibiotik spektrum luas dan vaksin campak (pada anak >
6 bulan dan belum mendapat imunisasi) dapat diberikan secara rutin.Bila anak
tidak terdapat komplikasi atau infeksi tidak nyata dapat diberikan kotrimoksasol
5 ml larutan pediatrik per oral dua kali sehari selama 5 hari (2,5ml bila berat < 6
kg), sedangkan pada anak yang terlihat sangat sakit atau terdapat komplikasi
dapat diberikan ampisilin 50 mg/kg IM/IV tiap jam untuk 2 har dan dilanjutkan
dengan amoksisilin per oral 15 mg/kg/8 jam untuk 5 hari atau ampisilin per oral
50 mg/kg/6 jam.
Pemberian pada hari pertama adalah (1) vitamin A per oral dengan dosis
200.000 IU untuk usia > 12 bulan, 100.000 IU untuk usia 6 12 bulan, dan
50.000 IU untuk usia 0 5 bulan; (2) asam folat 5 mg per oral. Lalu selama 2
minggu selanjutnya pemberian mikronutrien harian berupa (1) suplemen
multivitamin; (2) asam folat 1 mg/hari; (3) zink 2 mg/kgBB/hari; (4) Copper
0,3mg/kgBB/hari; (5) Preparat besi 3 mg/kgBB/hari pada fase rehabilitasi
Pemberian makan pada fase stabilisisasi adalah pemberian makan melalui oral
atau pipa nasogastrik dengan porsi kecil dan sering dengan osmolaritas rendah
dan rendah laktosa (F75 = 75 kkal/100 ml dan 0,9 gram protein/ 100 ml). Pada
fase stabilisasi, kebutuhan energi sebesar 80 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan
protein sebesar 1 1,5 gram/kgBB/hari, dan kebutuhan cairan sebesar 130
ml/kgBB/hari.
Pada anak yang sudah mencapai persentil 90% BB/TB atau -1 SD maka anak
sudah pulih. Pola makan yang baik perlu dilanjutkan sehingga orang tua harus
diberikan edukasi tentang pemberian makan dengan frekuensi dan kandungan
yang memadasi serta terapi bermain yang terstruktur di rumah. Pasien yang
sudah pulang seharus nya kontrol secara teratur, diberikan imunisasi booster,
dan diberikan vitamin A setiap 6 bulan.
Gejala alergi susu sapi timbul paling sering dimulai pada usia 6 bulan
pertama kehidupan dan bermanifestasi pada 3 sistem organ tubuh yaitu kulit
(urtikaria, kemerahan kulit, pruritus, dan dermatitis atopik), saluran nafas
(hidung tersumbat, rinitis, batuk berulang, dan asma), dan saluran cerna
(muntah, kolik, konstipasi, diare, dan buang air besar berdarah).
Tuberkulosis Milier
Pneumonia
Secara umum gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak dibagi
menjadi dua yaitu gejala infeksi umum dan gejala gangguan respiratori. Gejala
infeksi umum antara lain demam, sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan
menurun, dan keluhan gastrointestinal (seperti mual, muntah atau diare).
Sedangkan gejala gangguan respiratori yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
- Pneumonia : napas cepat (>60 x/menit) atau sesak napas, dirawat, dan
diberi antibiotik
- Bukan pneumonia : tidak napas cepat, tidak sesak napas, tidak dirawat,
dan diberi pengobatan simptomatik.