Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Hipertensi pada infeksi oral dan perawatan

edodontic
ABSTRAK
Hipertensi ditandai dengan adanya resistensi pembuluh darah perifer yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan beberapa perubahan sistemik yang dapat memberi pengaruh
negative pada kesehatan oral. Sehingga, tujuan dari studi ini adalah membahas literature yang
mengulas tentang pengaruh hipertensi terhadap kondisi oral dan pada perawatan edodontic.
Hipertensi utamanya mempengaruhi pembuluh darah, otak dan ginjal. Kondisi hipertensi dapat
menyebabkan peningkatan hormone paratiroid, metabolism abnormal vitamin D, reduksi
konsentrasi ion kalsium dan penurunan absorbs kalsium. Disamping itu, hipertensi dapat
berhubungan erat dengan masalah kesehatan oral seperti penyakit periodontal, lepasnya implant,
kesulitan dalam proses penyembuhan tulang, berkurangnya aliran saliva dan konsentrasi protein
dalam saliva, peningkatan jumlah neutrophil dan sebagai akibatnya mempengaruhi proses
inflamasi. Juga terdapat pendapat yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan pada perawatan
edodontic lebih rendah pada pasien hipertensi daripada yang normotensi. Respon pasien
hipertensi terhadap perawatan saluran akar, pengobatan intracanal dan penambalan harus
dipelajari lebih lanjut agar menambah pengetahuan dalam perubahan, kegagalan dan
keberhasilan perawatan edodontic.

Pendahuluan
Tekanan darah tinggi telah banyak diketahui masyarakat, ini terjadi apabila tekanan darah sama
atau lebih dari 140/90 mmhg pada dewasa muda. Peningkatan tekanan ini diakibatkan karena
remodeling vaskuler yang mengganggu aliran darah pada arteri. Yang menyebabkan jantung
harus bekerja lebih keras dari biasanya. Jantung dan pembuluh darah dapat disamakan dengan
suatu sistem air keran yang dihubungkan beberapa selang. Jika ujung dari selang tersebut ditutup
maka tekanan dalam keran akan meningkat.
Hipertensi diangap sebagai silent and democratic chronic disease. Disebut silent karena pasien
jarang mendapat tanda dan gejala yang menjadikan terlambatnya diagnosis dan pengobatan. Juga
disebut democratic karena menyerang semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, kelas
sosial atau tipe fisik.
Hipertensi adalah penyakit kronik dengan etiologi multifactor. Insidennya meningkat beberapa
tahun terakhir yang disebabkan tidak hanya karena perubahan diet dan gaya hidup pada populasi
umum namun juga karena meningkatnya populasi geriatric dan usia harapan hidup. Dengan
alasan ini, Brazilian Society of Hypertension dan WHO memahami betapa pentingnya kampanye
untuk meningkatkan kewasapadaan public tentang kebiasaan diet dan olahraga.
Juga, hipertensi dianggap sebagai penyakit yang sangat umum di semua tingkatan kelompok
usia. Hipertensi menyerang 25% populasi orang Brazil dewasa. (data dapat dibuktikan dengan
ditemukannya kasus di negara lain). 50% orang diatas 60 tahun dan 5% anak-anak dan remaja,
tidak hanya mempengaruhi pembuluh darah namun juga jantung, otak dan ginjal.
Pembuluh darah tampak sangat tipis dan mudah pecahnya lapisan dalam karena tekanan tinggi.
Akibatnya, pembuluh darah menyempit dan kaku, dan dapat tersumbat maupun pecah kapan
saja.
Tersumbatnya pembuluh darah jantung menyebabkan angina dapat menimbulkan serangan
jantung. Selain itu, tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke.
Tekanan darah tinggi pada saat ini bertanggung jawab pada 40% kasus infark miokard dan 80%
kasus stroke. Oleh karena itu, WHO menganggap hal tersebut sebagai penyakit mematikan pada
9,4 miliar orang seluruh dunia.
Perubahan filtrasi ginjal seperti halnya gagal ginjal dapat terjadi. Faktanya, penelitian
menyatakan bahwa 25% kasus gagal ginjal disebabkan karena hipertensi. Disamping itu,
hipertensi juga menyebabkan perubahan sistemik seperti peningkatan level hormone parathyroid,
metabolism abnormal vitamin D, reduksi konsentrasi ion kalsium dan menurunkan absorbsi
kalsium. Selain itu, kondisi hipertensi dapat meningkatkan mobilisasi kalsium dari tulang dan
akibatnya di ekskresi oleh ginjal. Selanjutnya, hal tersebut dapat menimbulkan aktivitas sekunder
dari hormon parathyroid yang fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan level kalsium pada
darah dengan menstimulasi penguraian osteoclast juga dengan meningkatkan absobsi kalsium
pada intestinal melalui aktivasi vitamin D dan resorpsi kalsium pada ginjal; sehingga
menyebabkan hilangnya kalsium pada tulang. Disamping itu, pasien hipertensi menunjukkan
perubahan pada aktivitas dan differensiasi pada sel-sel tulang yang dimediasi oleh angiotensin II.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti dan clinical telah menunjukkan hubungan sebab akibat
antara hipertensi dengan peningkatan kehilangan kalsium pada tulang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipertensi mungkin berhubungan erat dengan masalah gigi seperti penyakit
periodontal, tingginya kegagalan implant karena defek yang terjadi selama penyatuan tulang dan
juga kesulitan penyembuhan tulang setelah ekstraksi.

Hubungan antara masalah kesehatan oral dan hipertensi


Masalah periodontal berhubungan erat dengan hipertensi. Infeksi periodontal adalah sumber dari
pathogen dan mediator inflamasi yang dapat menimbulkan beban inflamasi sitemik dan
meningkatkan resiko berkembangnya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Bonato et al mengamati bahwa setelah induksi inflamasi (periodontitis), ada penambahan
rekruitasi neutrophil disebabkan oleh peningkatan TNF dan sitokin lain yang terlibat dalam
penyebaran sinyal untuk menentukan onset respon imun.
Dengan kata lain, adanya inflamasi local seperti periodontitis apical, mungkin mengganggu
secara sistemik akibat fakta bahwa pasien hipertensi menunjukan peningkatan jumlah sel,
protein dan mediator kimiawi yan terlibat dala proses respon imun.
Hubungan antara hipertensi dan masalah kesehatan oral
Hipertensi karena tingginya tekanan darah dapat mempengaruhi arteriol sepanjang permukaan
tulang alveolar, sehingga dapat menimbulkan perdarahan minor. Pasien dengan penyakit sistemik
memiliki penrunan resistensi terhadap infeksi bakteri akibat menurunnya perbaikan jaringan
setelah terapi edondotic. Sehingga, proses inflamasi ditandai oleh adanya peredaran sitokin dan
mediator kimiawi dengan adanya microbiota, dapat ditegakkan. Dalam konteks ini, Bonato et al
mengamati bahwa tikus yang hipertensi menunjukkan tingginya neutrophil dibandingkan dengan
tikus yang normotensi. Sehingga, kondisi hipertensi potensial dalam mendukung adanya proses
inflamasi.
Hubungan antara proses inflamasi oral kronik pada sumber infeksi, contohnya, periondontitis
apical dan penyait periodontitis, dan kesehatan tubuh adalah aspek yang sangat menarik yang
harus dibahas juga. Dalam studi retropekstif, Segura-Egea et al menemukan bahwa terdapat
prevalensi periodontitis apical kronik pada pasien hipertensi lebih tinggi daripada pasien
normotensi. Di tahun 2011, penulis melaporkan bahwa hubungan antara tingginya tekanan darah
dan kebiasaan merokok lebih lanjut dapat meningkatkan prevalensi ini.
Hipertensi juga dapat dihubungkan dengan rentannya perkembangan penyakit yang
mempengaruhi kesehatan oral, yang dapat menurunkan aliran saliva dan konsentrasi proteinnya.
Elias et al menemukan bahwa aliran saliva dan rata-rata konsentrasi protein saliva telah
berkurang tanpa adanya perubahan pada aktivitas amilase dalam kasus hipertensi. Disamping itu,
penulis juga mengamati dengan analisa jaringan keras gigi secara mikro, menunjukkan bahwa
gigi pada tikus dengan hipertensi pada enamel dan dentinnya memiliki resistensi lebih rendah.
Selain itu, Inou et al mengusulkan bahwa terdapat abnormalitas pada mekanisme mineralisasi
tikus dengan hipertensi, yaitu tulang trabekularnya menunjukkan keadaan rendahnya mineral
pada tikus muda maupun tua.
selain itu, hipertensi dapat menyebabkan perubahan negative histometric dan molecular pada
tulang alveolaris, bahkan tanpa adanya proses inflamasi. Berdasarkan Basto et al, terdapat
peningkatan ekspresi pada protein RANKL dan tingginya rasio protein RANKL/OPG saat
dikombinasikan dengan faktor yang lain, menurunkan kepadatan tulang. Protein RANKL sangat
berhubungan dengan aktivitas osteoklas pada responnya terhadap proses reabsorbsi, sedangkan
protein OPG adalah factor penghambat osteoklasogenensis. Terdapat data yang memberi kesan
bahwa kondisi hipertensi dapat secara langsung mempengaruhi tulang alveolar. Zhang et al, juga
menemukan bahwa kepadatan mineral pada tulang lebih rendah pada tikus hipertensi
dibandingkan dengan tikus normotensi, sehingga dapat meyakinkan bahwa peningkatan
kehilangan kepadatan tulang ditunjukkan pada tekanan darah tinggi.
Menegaskan kelanjutan dari hasil dari penelitian ini, Bastos et al mengadakan studi pada tikus
dengan hipertensi dan mengamati bahwa tidak hanya kepadatan tulang pada tulang lama yang
dipengaruuhi hipertensi namun juga pada jaringan yang baru terbentuk pada region spinal. Pada
studi tersebut, area tulang trabecular pada tikus normotensi usia 150 hari sangat besar daripada
tikus dengan hipertensi. Disamping itu, 8 hari setelah terjadi kerusakan tulang , proses
pembentukan tulang pada tikus hipertensi secara signifikan menurun.
Sehingga dapat dismpulkan bahwa hipertensi dapat berkontribusi pada sulitnya konservasi gigi
yang mendapat perawatan edondotic. Mindiola et al mengamati bahwa 7,8% gigi hasil perawatan
edondotic pada pasien hipertensi tidak memuaskan. Disamping itu, adanya penyakit lain seperti
diabetes pada kondisi sitemik seperti ini dapat meningkatkan presentase tersebut. Secara
keseluruhan, data ini membuktikan hipotesis bahwa penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
penyakit arteri coroner dan hipertensi meningkatkan resiko pada ekstraksi gigi setelah perawatan
edondotic atau perawatan ulang.

Hubungan antara hipertensi dan edodontic


Berdasarkan informasi yang telah dijelaskan sebelumnya, hipertensi mempengaruhi perubahan
sistemik yang secara langsung berhubungan dengan kondisi oral, penyembuhan dan
pembentukan tulang, proses mineralisasi dan proses mempercepat sebuah infeksi. Selanjutnya,
perubahan ini dapat bertanggung jawab pada kegagalan perawatan edodontic pada pasien ini.
Penyakit Periodontal dan periodontitis apical kronik sama-sama mendistribusikan bakteri yang
terdiri dari bakteri aerob gram negative dan proses inflamasi yang mirip. Sehingga, pada konteks
ini, tidak dapat dipungkiri terdapat hubungan yang layak diteliti antara hipertensi dan perawatan
edodontic.
Perawatan edondotic bertujuan untuk mengembalikan jaringan apical yang hilang dan jaringan
periapical ke keadaan normal, dengan tidak hanya membersihkan secara dalam dan disinfeksi
pada sistem saluran akar gigi sehingga dapat mengontrol microorganism pathogen, namun juga
melalui cara pembersihan lengkap secara 3Dimensi pada saluran akar dengan bahan pengisi yang
memperlihatkan keadekuatan pada aspek fisik dan biologis untuk perbaikan jaringan sehingga
dapat menginduksi mineralisasi.
Beberapa bahan yang digunakan pada perawatan ododontic berfungsi sebagai obat anti inflamasi
dan antibakteri sehingga dapan menginduksi osteogenesis dan cementogenesis. Kalsium
hidoksida secara luas digunakan pada perawatan edodontic, yang diberikan untuk mengeliminasi
bakteri dan toksinnya, mempunyai aksi anti inflamasi, menetralkan produksi asam dan aktivitas
alkalin fosfat. Semua fungsi ini berhubungan dengan proses perbaikan jaringan dan tulang.
Selain itu kalsium dihidroksida, MTA juga menginduksi osteogenesis dan cementogenesis.
Oleh karena itu, respon pasien hipertensi terhadap perawatan edodontic, pengobatan intracanal
dan penambalan sudah seharusnya dipelajari lebih lanjut guna melengkapi pengetahuan tentang
perubahan, kegagalan dan keberhasilan dari perawatan edodontic.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada studi ini dapat disimpulkan bahwa hipertensi mempengaruhi kesehatan
oral pasien secara keseluruhan dan tampaknya berhubungan dengan keberhasilan perawatan
edodontic. Respon pasien hipertensi terhadap perawatan saluran akar, pengobatan intracanal dan
penambalan sudah seharusnya dipelajari lebih lanjut guna melengkapi pengetahuan tentang
perubahan, kegagalan dan keberhasilan dari perawatan edodontic.

Anda mungkin juga menyukai