Oleh :
Benazier Marcella B
G99142088
Elita Rahmi
G99131004
Pembimbing
dr. Agung Susanto, Sp.PD., FINASIM
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi
morbiditas
dan
merupakan
mortalitas
faktor
akibat
risiko
meningkatnya
penyakit
kardiovaskular
penting
pada
pengaturan
tekanan
darah.
Polimorfisme yang paling populer adalah insersi/delesi (I/D) genACE. Dalam beberapa penelitian didapatkan genotip DD dan alelD berhubungan dengan hipertensi esensial (Karnajaya, 2011).
Sistem RAAS tidak hanya berperan dalam penyakit
kardiovaskular,
namun juga
dalam patofisiologi
ginjal
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. HIPERTENSI
A. DEFINISI
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang) (KepMenkes,
2003). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90
mmHg (Sudoyo, 2009). Hipertensi merupakan penyakit yang
timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang
dimiliki
seseorang.
Faktor
pemicu
hipertensi
dibedakan
sistolik,
hipertensi
diastolik,
dan
hipertensi
peningkatan
tekanan
sistolik
tanpa
diikuti
kecil
memperbesar
menyempit
tahanan
secara
tidak
terhadap
normal,
aliran
sehingga
darah
yang
sekitar
mempengaruhinya
hiperaktivitas
95
kasus.
seperti
susunan
saraf
Banyak
genetik,
simpatis,
faktor
yang
lingkungan,
sistem
renin-
kasus.
Penyebab
spesifiknya
diketahui,
seperti
koartasio
aorta,
hipertensi
yang
on
Prevention,
Detection,
Evaluation,
and
C. PATOFISIOLOGI
Tubuh
memiliki
sistem
yang
berfungsi
mencegah
Aterosklerosis
Terjadi
inflamasi
merupakan
pada
dinding
proses
multifaktorial.
pembuluh
darah
dan
memperkecil
lumen
pembuluh
darah,
obstruksi
terjadinya
angiotensin
hipertensi
II
dari
adalah
angiotensin
melalui
I
oleh
intraseluler.
Akibatnya,
volume
darah
mengatur
volume
cairan
ekstraseluler,
dengan
cara
mereabsorpsinya
dari
tubulus
ginjal.
dan
abdomen.
Rangsangan
pusat
vasomotor
dimana
dengan
dilepaskannya
norepinefrin
darah
cenderung
meningkat
dengan
hidup
tidak
sehat
yang
dapat
meningkatkan
merupakan
dengan
salah
satu
hipertensi,
faktor
sebab
yang
rokok
memiliki
efek
cukup
besar
dalam
10
Karbon
monoksida
dalam
asap
rokok
akan
monoksida
dalam
asap
rokok
akan
fisik
sangat
mempengaruhi
stabilitas
kenaikkan
tekanan
darah.
Kurangnya
teratur
memiliki
efek
antihipertensi
dengan
hipertensi. Olahraga
banyak
dihubungkan
11
menurunkan
dikaitkan
dengan
tekanan
peran
darah.
obesitas
Olahraga
pada
juga
hipertensi
(Sugiarto, 2007).
E. DIAGNOSIS HIPERTENSI
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling
akurat
menggunakan
sphygmomanometer
air
raksa.
keadaan
mengonsumsi
tenang.
makanan
Pasien
dan
diharapkan
minuman
yang
tidak
dapat
berbahaya
sehingga
menimbulkan
komplikasi.
12
penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organorgan tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung,
antara
lain
adanya
autoantibodi
terhadap
reseptor
kerusakan
organ
target,
misalnya
kerusakan
dan
glomerolus.
Kerusakan
glomerulus
akan
13
kematian
ginjal.
Pengurangan
massa
ginjal
akan
peningkatan
aktivitas
aksis
rennin-angiotensin-
berlangsung
lama
(kronik).
Kerusakan
membran
dan
progresif
kehilangan
ginjal secara
fungsi
nefronnya.
14
dan
LFG
sama
dengan
atau
lebih
dari
60
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
LFG
>90
2
3
atau
Kerusakan ginjal dengan LFG ringan
Kerusakan ginjal dengan LFG sedang
60-89
30-59
15
4
5
15-29
<15
B. PATOFISIOLOGI CKD
Patofisiologi
penyakit
ginjal
kronik
pada
awalnya
nefron
yang
tersisa.
Pengurangan
masa
ginjal
diikuti
proses
maladaptasi
berupa
sklerosis
fungsi
ginjal
yang
progresif
tetap
telah
terkontrol.
Hal
ini
menunjukkan
adanya
setelah
kerusakan
ginjal
yang
awal
akan
16
progresifitas
albuminuria,
penyakit
hipertensi,
ginjal
kronik
hiperglikemia,
adalah
dislipidemia.
kadar
angiotensin
II),
kebocoran
protein
Penjelasan
LFG
t
1
Kerusakan ginjal
>90
Komplikasi
dengan penurunan
2
LFG normal
Kerusakan ginjal
60-89
dengan penurunan
3
LFG ringan
Kerusakan ginjal
dengan penurunan
LFG sedang
30-59
- Hiperfosfatemia
- Hipokalsemia
- Anemia
17
- Hiperparatiroid
- Hipertensi
4
Kerusakan ginjal
- Hiperhomosistinemia
- Malnutrisi
15-29
dengan penurunan
- Asidosis metabolik
LFG berat
- Cenderung
hiperkalemia
Gagal ginjal
- Dislipidemia
- Gagal jantung
<15
- Uremia
mellitus,
urinarius,
infeksi
traktus
hipertensi,
seperti
urinarius,
batu
hiperurikemi,
dan
sebagainya
b. Sindrom uremia, yang terdiri atas lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume
cairan,
neuropati
perifer,
pruritus,
uremicfrost,
18
hipokalemia,
hiponatremia,
hiper
atau
yang
meliputi
proteinuria,
pada
pada
suatu
protein,
angiotensinogen
untuk
melepaskan Angiotensin.
Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif
yang disebut prorenin di dalam sel-sel juxtaglomerular di
ginjal. Sel juxtaglomerular merupakan modifikasi dari sel-sel
otot polos yang terletak di dinding arteriol aferen, tepat di
proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri turun, reaksi intrinsik
di dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul
prorenin di dalam sel juxtaglomerular terurai dan melepaskan
renin.
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma
lain,
yaitu
globulin
yang
disebut
substrat
renin
(atau
angiotensin
I.
Angiotensin
memiliki
sifat
menit
sampai
jam
dan
terus
menyebabkan
21
lain
selain
jalur
ACE
yang
dapat
menghasilkan
ternyata
merangsang
pelepasan
dengan
bantuan
enzim
aminopeptidase
ternyata
dinamai
angiotensin
1-12.
Hipotesis
kemampuan
bahwa
pembentukan
angiotensin
II
dari
23
membran
luminal,
terutama
dalam
tubulus
proksimal.
IV. HUBUNGAN POLIMORFISME RAAS DENGAN HIPERTENSI
DENGAN CKD STAGE 5
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah.
Sistem renin-angiotensin (RAS) merupakan salah satu faktor
yang berperan penting dalam mengontrol tekanan darah dan
homeostasis natrium. Hipertensi merupakan penyakit yang
multifaktorial dan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik (Lifton
24
satu
faktor
penyebab
hipertensi.
Susunan
genetik
kemudian
III
di
mempengaruhi
daerah
promoter
laju
transkripsi
RNA
gen
angiotensinogen
sering ditemukan pada ras Asia daripada ras kulit putih maupun
kulit hitam. Penelitian yang dilaksanakan di Jepang terhadap
gen CYP11B2 varian T(344)C menunjukkan hubungan positif
antara gen ini dengan hipertensi esensial. Beberapa mutasi
CYP11B2 pada manusia dapat meningkatkan aldosteron karena
berhubungan dengan kadar sekresi aldosteron (Ichiro et al.,
2000).
Kompleks Angiotensin II dan reseptor Angiotensin II tipe 1
mempengaruhi
tekanan
darah,
sedangkan
angiotensin
polimorfisme
gen
ACE
insersi/delesi
(I/D)
konsentrasi
ACE
dalam
darah
dan
secara
menghasilkan
berulang
tiga
pada
jenis
sekuens
genotip
287
yaitu
II
bp
sehingga
homozigot,
DD
Polimorfisme
yang
terjadi
pada
gen
ACE
dapat
yang
memicu
terjadinya
hipertensi
dan
penyakit
serta
berperan
pada
ginjal
dalam
mengatur
cara
mereabsorpsinya
dari
tubulus
ginjal.
27
tekanan
darah
dan
beberapa
proses
growth
mesangium
factor
tersebut
atau
PDGF).
mendahului
Hiperselularitas
terjadinya
sel
sklerosis
yang
mensintesis
komponen
ECM
termasuk
meningkat
dengan
pemecahan
oleh
glomerular
28
gagal ginjal
Angiotensinogen
Angiotensin I
Sklerosis mesa-ngium
Cell growth
Disfungsi endotel
Re-nin
Glomerulo-sklerosis
Arteriol postglomerolus
Tek. Hidrolik glomerolus
Insersi gen ACE
POLIMORFISME
ACE
Vasokontriksi
Angiotensin II
GAGAL GINJAL
H. anti diuretik, haus
HIPERTENSI
AGTR1
Aldosteron
30
BAB III
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
33
darah
tinggi.
34
35
K. Chronic kidney
2006;14:17-22.
disease.
Critical
Care
Nurse.
36
37