Anda di halaman 1dari 7

KOPERASI DALAM TRILOGI PEMBANGUNAN

Trilogi pembangunan yaitu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-


hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta stabilitas nasional yang
dinamis dan strategis yang kemudian juga dijadikan sebagai misi yang melekat pada
masing-masing pelaku ekonomi, baik negara, swasta, maupun koperasi di dalam
sistem ekonomi nasional yang kita bangun.
Rumusan kedudukan, peranan, dan hubungan antara pelaku ekonomi dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya ditempatkan pada posisi dan kedudukan
yang setara. Hal ini berarti, setiap pelaku ekonomi baik secara normatif maupun
operasional memiliki hak hidup yang sama, sesuai dengan misi yang diembannya.
2) BUMN, koperasi, dan swasta hendaknya melakukan peranan masing-masing
dengan memanfaatkan keunggulan komparatif (Comparative advantage) yang
dimilikinya.Keunggulan koperasi yang dimaksud di sini ialah bahwa masing-
masing pelaku ekonomi mempunyai suatu kelebihan di satu bidang jika
dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya.
Keunggulan komparatif tersebut dapat dilihat dari cita-cita organisasi masing-
masing pelaku ekonomi tersebut. BUMN dimiliki dan dikelola oleh pemerintah.
BUMN bukan merupakan suatu perusahaan yang mengejar keuntungan sebagai
prioritas utama, akan tetapi merupakan alat pemerintah yang efektif dalam
melaksanakan pembangunan nasional. Dengan demikian, BUMN mengemban tugas
melayani kepentingan umum untuk memenuhi hajat orang banyak.
Berbeda dengan sektor swasta yang dimiliki dan dikelola secara
perseorangan, keluarga, dan atau sekelompok kecil orang yang memiliki modal untuk
mencapai tujuan memberi keuntungan yang semaksimal mungkin.
Lain halnya sektor koperasi yang merupakan wadah ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, dimiliki dan dikelola oleh anggota
untuk kepentingan anggota serta masyarakat secara kekeluargaan.
Bertitik tolak dari ciri-ciri pelaku ekonomi tersebut diatas, maka keunggulan
komparatif yang khas yang berkaitan dengan trilogi pembangunan nasional adaah
sebagai berikut:
1) BUMN cenderung untuk melakukan peran utama sebagai stabilisator dan perintis
perekonomian nasional
2) Swasta cenderung mengarah untuk melakukan peran utama di bidang pertumbuhan
ekonomi nasional.
3) Koperasi mengemban peran utama di bidang pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya.

KEUNGGULAN KOMPARATIF PELAKU EKONOMI

Pemerataan Koperasi

Pelak
Trilogi Pembangunan Pertumbuhan BUMS u
ekon
Stabilitas BUMN omi
N

Dari bagan diatas, dapat disimpulkan bahwa keunggulan pelaku ekonomi


BUMN lebih terfokus dalam bidang stabilitas, sedangkan BUMS lebih diarahkan
untuk mencapi pertumbuhan ekonomi. Badan usaha koperasi, ditinjau dari aspek
prinsip-prinsip organisasinya, lebih menitikberatkan pada asas pemerataan. Seiring
dengan perubahan ruang, waktu, dan nilai dalam perjalanannya, koperasi juga
berperan dalam pencapaian pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional.
SEMBILAN ASAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Keimanan dan Pengelolaan Koperasi


ketaqwaan Tidak terlepas dari unsur
moral, etika dan bisnis

Manfaat Tujuan Koperasi


Kesejahteraan anggota dan
masyarakat

Demokrasi Prinsip Koperasi


Satu orang satu suara

Adil dan Merata Prinsip Koperasi


SHU dibagi secara adil
9 Asas
adil
Pembangu
nan
Keseimbangan Cakupan Koperasi
Nasional Koperasi sebagai badan
usaha dan gerakan ekonomi
rakyat

Hukum Status Koperasi


Badan usaha yang tidak
memiliki badan hukum

Kemandirian Prinsip Koperasi


Kemandirian

Kejuangan Asas Koperasi


Perekonomian nasional
merupakan usaha bersama dan
kekeluargaan

IPTEK Usaha Koperasi


Tidak terlepas dari
perkembangan IPTEK
KOPERASI SEBAGAI SOKOGURU PEREKONOMIAN INDONESIA

Tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kemakmuran


masyarakat. Ketentuan dasar dalam melaksanakan kegiatan ini diatur oleh UUD 1945
pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
Dalam penjelasan pasal 33 Uud 1945 ini dikatakan bahwa produksi di
kerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-
anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran
orang-seorang. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah
koperasi.
Penjelasan pasal 33 UUD 1945 ini menempatkan kedudukan koperasi (1)
sebagai sokoguru perekonomian nasional, dan (2) sebagai bagian integral tata
perekonomian nasional. Menurut Kamus Umum Lengkap karangan wojowasito
(1982), arti dari sokoguru adalah pilar atau tiang. Jadi, makna dari istilah koperasi
sebagai sokoguru perekonomian dapat diartikan koperasi sebagai pilar atau
penyangga utama atau tulang punggung perekonomian. Dengan demikian
koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian
nasional.
Ditinjau dari sisi badan yusaha atau pelaku bisnis, ada 3 kelompok pelaku
bisnis dalam sistem perekonomian nasional yaitu:
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2) Badan Usaha Koperasi (BUK)
3) Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
POSISI KOPERASI DALAM UUD 1945

BUMN
A
Pasal 33 UUD
1945 Pelaku S 1 usaha bersama
ekonomi koperasi
2. kekeluargan
A
swasta S

Dari bagan tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh pelaku ekonomi nasional
(BUMN, BUK, BUMS) menurut amanat konstitusional (pasal 33 UUD 1945) harus
berasaskan (1) usaha bersama, (2) kekeluargaan. Artinya, operasionalisasi fungsi dari
pelaku ekonomi swasta, negara, dan koperasi harus berdasarkan atas asas usaha
bersama dan kekeluargaan.
Kedua asas tersebut telah melekat pada organisasi koperasi sejak didirikan
oleh anggota-angotanya. Dengan kedudukan koperasi seperti itu, maka peranan
koperasi dalam mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan dalam mewujudkan
kehidupan demokrasi ekonomi adalah sangat strategis. Sedangkan pelaksanaan
pembangunan ekonomi harus didasarkan kepada demokrasi ekonomi.

MENGAPA KOPERASI SEBAGAI SOKOGURU?


UUD 1945 pasal 33 memandang koperasi sebagai sokoguru perekonomian
nasional, yang kemudian semakin dipertegas dalam pasal 4 UU No. 25 tahun 1992
tentang perkoperasian. Menurut M. Hatta sebagai pelopor pasal 33 UUD 1945
tersebut, koperasi dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional karena:
1) Koperasi mendidik sikap self-helping.
2) Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, di mana kepentingan masyarakat harus
lebih diutamakan daripada kepentingan dri atau golongan sendiri.
3) Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia.
4) Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme.
Ada 9 asas pembangunan nasional yang harus diperhatikan dalam setiap
pelaksanaan pembangunan (GBHN, 1988) yaitu:
1) Asas Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bahwa
segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etika dalam
rangka pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila.
2) Asas Manfaat, bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga negara
serta mengutamakan kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
elestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka pembangunan yang
berkesinambungan dan berkelanjutan.
3) Asas Demokrasi Pancasila, bahwa upaya mencapai tujuan pembangunan nasional
yang meliputi seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
dilakukan dengan semangat kekeluargaan yang bercirikan kebersamaan,
gotong-royong, persatuan dan kesatuan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat.
4) Asas Adil dan Merata, bahwa pembangunan nasional yang diselenggarakan
sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat dan di
seluruh wilayah tanah air.
5) Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan,
bahwa dalam pembangunan nasional harus ada keseimbangan antara berbagai
kepentingan, yaitu keseimbangan, keserasian, keselarasan antara kepentingan
dunia dan akhirat, jiwa dan raga, individu, masyarakat dana negara, dan lain-
lain.
6) Asas Kesadaran Hukum, bahwa dalam pembangunan nasional setiap warga
negara dan penyelenggara negara harus taat pada hukum yang berintikan
keadilan dan kebenaran, serta negara diwajibkan untuk menegakkan dan
menjamin kepastian hukum.
7) Asas Kemandirian, bahwa dalam pembangunan nasional harus berlandaskan
pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan
kepada kepribadian bangsa.
8) Asas Kejuangan, bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan nasional,
penyelenggaraan negara dan masyarakat harus memiliki mental, tekad, jiwa
dan semangat pengabdian serta ketaatan dan disiplin yang tinggi dengan lebih
mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi/golongan.
9) Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam pembangunan nasional dapat
memberikan kesejahteraan lahir batin yang setinggi-tingginya,
penyelenggaraannya perlu menerapakan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan
tekonologi secara seksam dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai