Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN AKHLAK SECARA BAHASA DAN ISTILAH

Pengertian Akhlak menurut bahasa

Secara bahasa ( etimologi ) Kata akhlak ( ) merupakan jama' dari khuluq (


) yang masing-masing berakar dari kata khalaqa ( ) yang secara bahasa
memiliki arti sebagai berikut :

1. menaqdirkan, menciptakan () , sebagaimana firman Allah :


(44 : ) Dialah ( Allah ) yang menciptakan langit dan bumi .

1. Tabiat kepribadian[6] ( )

2. Harga diri ()

3. kebaikan ( )

4. Agama ( )

khalaqa ( ) lebih cenderung pada bentuk lahirnya, sedangkan kata khuluq (


) lebih cenderung pada bentuk batinnya

Pengertian Akhlak secara Istilah

1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlak adalah suatu gejala kejiwaan
yang sudah mapan dan menetap dalam jiwa

2. Abu Usman al-Jahidz dalam kitab Tahdhib Al-Ahlak, akhlak adalah suatu gejala
jiwa yang dengannya manusia berperilaku tanpa berfikir dan memilih

3. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq, mendifinisikan


bahwa akhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

4. Prof. Ahmad Amin dalam kitab Al-Akhlak mendifinisikan, akhlaq adalah adatul
iradah (kehendak yang dibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan).

5. Ibrahim Anis dalam kitab Al-Mu'jam Al-Wasith mengatakan, Akhlak adalah ilmu
yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan

6. Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani dalam kitab Tajjul


Arusy, Hakikatnya (akhlak) adalah gambaran batin manusia

7. Al-Jurjani dalam kitab Al-Ta'rifat, Akhlak merupakan keadaan jiwa yang


mendalam ( rasyikhah )

8. Ibn A'syur dalam kitab Tafsir al-Tahrir wa At-Tanwir, Akhlak adalah tabi'at jiwa
yang akan memunculkan perilaku yang baik jika tidak dipengaruhi hal-hal yang
mengiringinya
Abdurrahman Hasan Al-Medani, bahwa akhlak adalah sebuah sifat yang
tertanam dalam jiwa ( Al-Shifah Al-Nafsiyyah ) seseorang baik secara fitrah atau
usaha ( fitriyah/muktasabah ) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang
terpuji maupun yang tercela. Hal itu berbeda dengan " Suluk " ( Behavior )
karena ia merupakan perilaku yang tanpak secara dhahir saja dan tidak secara
batin.

FAKTOR PENDORONG AKHLAK

1. Akal

Akal secara bahasa dari mashdar Yaqilu, Aqala, Aqlaa, jika dia menahan dan
memegang erat apa yang dia ketahui. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :

Akal bisa juga disebut Hijr yang memiliki makna pembatas yang membatasi
seseorang terjatuh kejurang kemungkaran. Menurut Ibn Kastir kamar rumah
dalam bahasa arab disebut Hijr, karena membatasi aib dari penglihatan.
Diantaranya firman Allah :

Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang
yang berakal. [29]

Ibn Kastir berkata :

" Maksud dari kata " Hijr " adalah orang yang memiliki akal, nurani, agama,
sesungguhnya akal disebut "hijr" karena akal mencegah manusia dari perbuatan
yang tidak layak, baik dari tindakan maupun ucapan " .

2. Hawa nafsu

Hawa nafsu mengandung pengertian kecondongan jiwa yang mendorong


manusia untuk berakhlak menyimpang .

''Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan


engkau dari jalan Allah.'' QS Shaad : 26

Ayat di atas mengandung perintah kepada kita untuk mengekang hawa nafsu.
Karena nafsu adalah pendorong utama menuju kesesatan.

(41) ( 40)
Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya.'' QS An-
Nazi'aat : 40-41

AKHLAK ANTARA SIFAT ALAMI DAN USAHA

Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al


jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al
muktasabah ). Hal itu sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam berkata
kepada Asyajj 'Abdul Qais:

"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai;sifat santun dan
tidak tergesa-gesa"Ia berkata: Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut
merupakanhasil usahaku, atau Allah-kah yang telah menetapkan
keduanyapadaku?Beliau menjawab: "Allahlah yang telah mengaruniakan
keduanya padamu".Kemudian ia berkata:Segala puji bagi Allah yang telah
memberiku dua akhlaq yangdicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya. (Abu Daud,
No (5225) di Kitaabul Adab, dan Ahmad (4 / 206). ImamMuslim No (25 & 26) di
Kitaabul Iimaan,juga oleh Imam Tirmidzi, No (2011) di Kitaabul Bir Wash Shilah)

Beliau Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: sebagaimana tercantum dalam


sabdanya :

Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq


yang mulia. Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381) . shahih

Hadist ini menunjukkan usaha Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam untuk merubah
akhlak yang buruk menuju akhlak yang mulia, hal itu juga dikuatkan oleh firman
Allah :

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
(QS. Al-Jumuah : 2)

BAB V : URGENSI AKHLAK DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADIST


Akhlak sebagai misi Nabi Muhammad saw

Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq


yang mulia. Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381). Dishahihkan oleh imam
muslim

Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung.


(QS. Al Qolam (68): 4)

Berkata Imam Abu Jafar bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah :

Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar di atas adab (etika)


yang mulia, itulah adab Al Quran yang dengannya Allah telah mendidiknya, yakni
(adab) Islam dan syariat-syariatnya. (Al- Thabari, Jamiul Bayan fi Tawilil Quran,
Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah)

Akhlak sebagai salah satu rukun dakwah para Rasul

Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.Ketika saudara mereka (Nuh) berkata
kepada mereka:Mengapa kamu tidak bertaqwa?Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertaqwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Maka
bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku".( QS. Asy Syuara: 105-110)

Akhlak sebagai barometer


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13)

Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik kalian dan banyaknya harta
kalian, akan tetapi Ia melihat pada pada hati dan Amal kalian.( HR. Abu Daud, no.
(5225) , Bazzar, no. (2746) Tabrani, no. (5313) , Baihaqi, no. (7/102))

Sesungguhnya sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik akhlaknya (HR.


Bukhori, no. (3559), Muslim, no. (2321))

Akhlak sebagai pilar kebaikan

Dari An Nawas bin Saman al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang Al Birr (kebaikan) dan Dosa,
beliau bersabda: Al Birr adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang
membuat dadamu tidak nyaman, dan engkau membencinya jika manusia
melihatnya. HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal
Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. (Al Maktabah Asy Syamilah)

Akhlak penyebab masuk Syurga



Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke
surga, maka beliau menjawab: Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik " .
(HR. At Tirmidzi, Kitab Al Birr wasAsh Shilah an Rasulillah bab Maa Jaa fi Husnil
Khuluq, Juz. 7, Hal. 286 No hadits. 1927. shahih gharib).

Al Mubarkafuri berkata tentang makna husnul khuluq:



Yaitu akhlak terhadap makhluk, dia mendekatkan diri dan menjauhkan dari
sikap menyakiti mereka, dan lebih tinggi kebaikannya kepada siapa-siapa yang
telah berbuat buruk kepadanya dari mereka. (Syaikh Abdurrahman Al
Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah)

Akhlak sebagai pemberat timbangan amal

Dari Abu Darda, dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda: Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atas timbangan lebih berat
dibandingkan akhlak yang baik. (HR. At Tirmidzi, Kitab Al Bir wash Shilah an
Rasulillah Maa Jaa fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 285, no hadits. 1926. hasan
shahih)

Imam Abu Thayyib Rahimahullah berkata tentang maksud hadits di atas

Yaitu pahala akhlak yang baik, catatannya dan nilai akhlak baik itu sendiri.
(Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, Aunul Mabud, Juz. 10 Hal.
321, No. 4166. Al Maktabah Asy Syamilah )

Akhlak sebagai Syafa'at

Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku cintai dan yang paling dekat
denganku besok di akhirat adalah yang terbaik akhlaknya, Sesungguhnya
diantara kalian yang paling aku benci dan yang paling jauh denganku besok di
akhirat adalah yang terburuk akhlaknya. (HR. Ahmad, (4/193 ( Ibn Abi Saibah,
(5/210 ) Tabrani, (22/221 588 ) dari abi sa'labah al-husyani, dihasankan oleh Al-
Bani)
BAB VI : RUANG LINGKUP AKHLAK

ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan
Akhlak terhadap Makhluk. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Qoyyim dan
Ibn Rajab Yang semua itu secara ringkas tercakup dengan utuh dalam
kandungan hadist berikut ini :

Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah


kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan
pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik. (HR Tirmidzi dari
Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal rodhiallohu
anhu, bab : no. 1987, Ia berkata, Hadits ini hasan. Dalam
naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih.)

Adapun perincian ruang lingkup akhlak sebagai berikut :

Akhlak terhadap kholik ( / vertikal )

MenjadikanNya satu-satunya mabud (sembahan) yang haq dan murni. (QS. 1:


5)(QS. 98:5)

Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)

Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4: 116)

MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan. (QS. 1:5)

Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna dan sifatul ulya, hanya
kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)

Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)

Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya, mengingkari apa-apa yang


diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya, dan menghalalkan
apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)

MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat syariat. (QS. 6: 57)

Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72)

Akhlak terhadap makhluk ( haq adami/horisontal )

A. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam


Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba Allah dan RasulNya. (QS.
18:110)

Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan NabiNya yang terakhir, dan risalahnya
pun juga risalah terakhir. (QS. 30:40)

Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)

Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam kehidupan, beragama,


keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)

Meyakini bahwa syafaat darinya hanya terjadi dengan idzin Allah taala. (QS.
10:3), (QS. 20:109)

Bershalawat padanya. (QS. 30:56)

Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)

Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At tirmidzi, Juz.12, Hal. 260, No.
3722. Al Maktabah asy Syamilah)

Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat terbaik
dan semuanya adil. (QS. 3: 110)

Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya. (QS. Al-Hasr : 7 )

Memanggil Nabi dengan namanya ( QS. 24:63, 49:4, 49:5 )

Meninggikan suara melebihi suara Nabi ( QS. 49:1, 49:2, 49:3 )

Etika berbicara dengan Nabi ( QS. 2:104, 49:3, 49:4, 49:5 )

Memohon diri kepada Nabi saat meninggalkan majlisnya (QS. 24:62 )

Pembicaraan khusus dengan Nabi ( QS 58:12, 58:13 )

B. Akhlak Pribadi ( al-Khuluq al-fardi )

Tidak menjerumuskan diri pada jurang kerusakan ( QS.Al-baqarah : 195 )

Menjauhi dusta ( QS. Al-Hajj : 30, Al-Nahl: 105 )

Menjauhi sifat kemunafikan ( QS. Al-Baqarah : 204-206 )

Menyerasikan antara ucapan dan perbuatan ( QS. Al-Baqarah : 44 , As-Shaff : 2-


3)

Menjauhi sifat kikir ( QS. Al-Hasr : 9, Al-Baqarah : 268, An-Nisa' : 37 )

Menjauhi kemubadziran ( QS.AL-Isra' : 26-27 )


Menjauhi riya' ( QS. An-Nisa : 38, Al-Ma'un : 3-7 )

Menjauhi Sombong ( QS. Luqman : 18, Al-Isra : 37, An-Nahl : 23 )

C.Akhlak keluarga ( al-akhlak al-usariyah )

Memuliakan orang tua ( QS. An-Nisa' : 36 , al-Isra' : 23-24, luqman : 14-15 )

Menyayangi Anak dan mendidiknya ( QS. Al- An'am : 151, Attakwir : 8,9,14, al-
tahrim : 6 )

Hak dan kewajiban suami istri ( QS. An-nisa' : 22, 34, 19, 24 )

Berbuat baik terhadap kerabat ( QS. Arrum :38, al-baqarah : 180, an-nisa' : 7 ,

D.Akhlak kemasyarakatan ( al-akhlaq al- ijtima'iyyah )

sifat pemaaf terhadap sesame ( QS. As syura : 37 )

Berlaku amanah dan menjauhi khianat ( QS.Al-Anfal : 27, annahl : 91 )

Menjauhi kedzaliman ( QS. Thoha : 111, Assyura : 40, al-furqon : 19 )

Menjauhi kesaksian palsu ( QS. Al-haj : 30 )

Tidak menyembunyikan persaksian ( QS. Al-Baqarah : 283 )

Menjaga lisan ( QS. Annisa' : 148-149 )

Menyantuni anak yatim ( QS. Addhuha : 9-10 )

Menjauhi ghosip ( QS. Al Hujurat : 12 )

Menepati janji ( QS. al-maidah : 1 , al-isra' : 34 )

Etika berbicara ( QS. 31:19, 49:314:24, 14:25, 14:26, 24:26, 28:55, 39:18 )

Menghormati dan meluaskan tempat kepada orang saat berkumpul ( QS . 58:11


: 58:8, 58:9 : 24:62 )

Memberi salam ( QS. 15:52, 16:32, 19:15, 51:25 : 58:8 , 4:86, 51:25 )

Menghormati dan melayani tamu ( Qs18:77, 51:26, 51:27 : 11:69, 24:61, 33:53,
51:26, 51:27 )

Menghormati tetangga ( QS 4:36 , 4:36, 107:7 )

Akhlak terhadap hamba sahaya ( QS. 4:36 , 4:36 , 4:36, 4:36 )


Daftar Pustaka

Al-Qur'an

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia


(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, hal. 788

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 )

Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma

Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 )

Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia,


1999) Cet : Ke-12

Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Maktabah Ays Syamilah

Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Maktabah Ays Syamilah

Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak, Maktabah Ays Syamilah

Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt )

Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 )

Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul Arusy, Maktabah


Ays Syamilah

Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 )


Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar
al-qalam : 1992 )

Ibn Mandzur, Lisanul Arab, Al Maktabah Asy Syamilah

Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, Al Maktabah Asy Syamilah

Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din, Al Maktabah Asy Syamilah

Al- Thabari, Jamiul Bayan fi Tawilil Quran,Al Maktabah Asy Syamilah

Syarh An Nawawi Ala Shahih Muslim, Al Maktabah Asy Syamilah

Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, Aunul Mabud,. Al Maktabah


Asy Syamilah

Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Al Maktabah Asy


Syamilah

Dll

Daftar pustaka :

[1] - Ali Abdlul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani : 2004, hlm.62

[2] - Thoha Ali Husain, Asalib Tadris Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah, Dar Assuruq, cet.
2003, hlm.151

[3] -Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (4682) di Kitaabus Sunnah. Dan Tirmidzi, No
(1162) di

Kitaabur Radhaa', dengan tambahan: " Dan sebaik-baik kalian adalah yang
berbuat baik terhadap istrinya ", Imam Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih,
dan keduanya terdapat dalam kitab Shahiihul Jaami', No (1230 & 1232).

[4] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ( ) . , Ibn Mandzur,


Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86

[5] - Qs. Al-Ankabut : 44

[6] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ( ) . , Ibn Mandzur,


Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86, Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64

[7] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul Arusy, Hal.
6292. Al Maktabah Ays Syamilah

[8] - lihat. HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal
Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah

[9] -Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86

[9] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurraza


[10] - lihat. Ad-dzari'ah ila makarimi al- akhlaq, hlm. 39, lisan al-arab, jilid 10,
hlm. 86

[11] - hadis riwayat Ahmad

[12] -Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 ), hlm.28

[13] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu
Salma, Hlm. 3

[14] - Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 ),


hlm.285

[15] - Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h.
192

Anda mungkin juga menyukai