Anda di halaman 1dari 4

SURAT KUASA KHUSUS

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :


Ahli waris dari Almarhum Nasruddin Bin Daud
1. Siti Ratna Meutia, umur 57 Thn, PNS (Guru), (Istri);
2. Hendra Bin Nasruddin, umur 34 Thn, Wiraswasta;
3. Herviana Sari Binti Nasruddin, umur 33 Thn, Wiraswasta;
4. Nurul Fajar Bin Nasruddin, umur 31 Thn, Wiraswasta;
5. Rahmat Maulana Bin Nasruddin, umur 25 Thn, Wiraswasta;
Alamat nomor urut 1 sampai 5 yang bertempat tinggal di Gampong Cot Puuk, Kec.
Peusangan, Kab. Bireuen.

Yang untuk seterusnya mohon disebut selaku PARA PEMBERI KUASA.


Dengan ini mengaku dan menerangkan dengan sesungguhnya telah memberi kuasa penuh
kepada adik kandung dan paman
Nama : Mohd. Faisal, Umur 49 Thn, Pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal
Gampong Mata Mamplam Kec. Peusangan Kab. Bireuen

Yang untuk seterusnya mohon disebut selaku penerima kuasa, khusus untuk mewakilkan
para pemberi kuasa di depan Hakim PN Bireuen, PT. Aceh di Banda Aceh dan Mahkamah
Agung RI di Jakarta sebagai para tergugat dan perkara perdata No. 11/PDT.G/2016/PNBIR,
antara :
SYUKRI BIN DAUD DKK,.. Sebagai Penggugat;
LAWAN
AHLI WARIS ALM NASRUDDIN BIN DAUD, .... Sebagai .... Tergugat
Penerima Kuasa boleh membuat dan menanda tangani surat-surat dalam melakukan segala
apa yang perlu untuk kepentingan Para Pemberi Kuasa asal tidak bertentangan dengan
Undang-Undang dan bila perlu Para Penerima Kuasa dapat memindah tangankan Kuasa ini
kepada orang lain (Hak Substitusi).
Demikianlah surat kuasa ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Matangglumpangdua, 13 Januari 2017


Penerima Kuasa Pemberi Kuasa
1. Siti Ratna Meutia
2. Hendra Bin Nasruddin
Mohd. Faisal 3. Herviana Sari Binti Nasruddin
4. Nurul Fajar Bin Nasruddin
5. Rahmat Maulana Bin Nasruddin
Bireuen, 18 Januari 2017
Kepada yang mulia
Bapak Majelis Hakim

Dengan segala hormat,


Kami ahli waris Alm. Nasruddin bin Daud
1. Siti Ratna Meutia, umur 57 Thn, PNS (Guru), (Istri);
2. Hendra Bin Nasruddin, umur 34 Thn, Wiraswasta;
3. Herviana Sari Binti Nasruddin, umur 33 Thn, Wiraswasta;
4. Nurul Fajar Bin Nasruddin, umur 31 Thn, Wiraswasta;
5. Rahmat Maulana Bin Nasruddin, umur 25 Thn, Wiraswasta;

Alamat nomor urut 1 s/d 5 yang bertempat tinggal di Gampong Cot Puuk, Kec.
Peusangan, Kab. Bireuen.
Berdasarkan surat dari pengadilan negeri Bireuen tanggal 23 November 2016 tentang
panggilan kami ke Pengadilan Negeri Bireuen sebagai tergugat dalam masalah jual beli
tanah digampong Matamamplam Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen dalam perkara
perdata nomor 11/PDT.G/2016/PN BIR. Serta perintah yang mulia Majelis Hakim untuk
melakukan mediasi dengan pihak Penggugat dengan moderator mediasi ibu Hakim Rahma
Novatiana, SH.
Hasil dari mediasi di hadapan majelis hakim Ibu Rahma Novatiana, SH. turut hadir para
penggugat, kuasa hukum penggugat serta turut tergugat berkesimpulan dan membenarkan
bahwa kami tidak kenal dengan penggugat dan turut tergugat, lokasi tanah yang digugat
kami tidak mengetahui, kami tidak pernah berbuat salah pada penggugat dan penggugatpun
tidak pernah berbuat salah kepada kami.
Yang mulia majelis hakim, maka berdasarkan hasil mediasi tersebut diatas mohon agar
persidangan ini tidak dilanjutkan dan kami mohon kepada majelis hakim yang mulia
memerintahkan kepada para penggugat untuk mencabut gugatan kepada kami. Tetapi
apabila yang mulia majelis hakim berpendapat gugatan perkara ini harus dilanjutkan, maka
kami akan menjawab gugatan dari para penggugat serta akan menyampaikan beberapa hal:
1. Masalah tatacara jual beli tanah menurut perundang-undangan
Dalam tatacara jual beli tanah ada objek yang diperjual belikan, ada penjual
dan ada pembeli. Setelah penjual dan pembeli sepakat menentukan harga, kemudian
hadir negara diantara penjual dan pembeli untuk membuat administrasi dalam jual
beli tersebut, hadir negara disini bisa diwakili oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN), bisa diwakili oleh notaris yang diberi wewenang oleh negara sebagai Pejabat
Pembuat Akte Tanah (PPAT) dan bisa diwakili oleh Camat yang diberi wewenang
oleh negara sebagai PPAT. Baik BPN, Notaris maupun Camat, mereka dibantu oleh
Kepala Desa maupun perangkat-perangkat desa lainnya dilokasi tanah yang
diperjual belikan. Sipenjual harus mengajukan surat-surat keabsahan dan
kepemilikan tanah tersebut kepada PPAT, kemudian PPAT dibantu oleh kepala desa
atau perangkat lainnya untuk mengecek lokasi tanah serta mengukur dan
menentukan batas-batas yang disini hadir pemilik tanah untuk menunjukkan lokasi
tanah dan batas-batasnya. Kemudian PPAT dan kepala desa serta perangkat lainnya
memeriksa keabsahan-keabsahan kepemilikan tanah yang diperjual belikan. Setelah
kepemilikan dianggap sah oleh PPAT dan kepala desa atau perangkat desa lainnya,
maka selanjutnya PPAT membuat akte jual beli atas nama sipembeli kemudian
PPAT memanggil penjual, pembeli, kepala desa dan perangkat desa lainnya. Untuk
turut hadir menyaksikan dan menandatangani proses jual beli tersebut. Posisi
pembeli hanya menunggu surat akte jual beli selesai dibuat oleh PPAT serta pembeli
membayar kepada pemilik tanah dihadapan PPAT dan perangkat desa lainnya. PPAT
dan perangkat desa mau menandatangani akta jual beli setelah pembeli membayar
kepada sipenjual/pemilik tanah.
Majeli hakim yang mulia,
Cukup jelas disini sipembeli hanya menunggu keabsahan kepemilikan dan
menunggu akta jual beli yang dikeluarkan oleh PPAT dibantu oleh perangkat desa.
Maka cukup jelas pula bahwa gugatan yang dilakukan oleh penggugat kepada
sipembeli salah alamat dan tidak berdasar.
2. Seharusnya yang digugat oleh para penggugat adalah :
a. Penjual : yaitu ibu Husna H. Husen yakni ibu dari para penggugat
b. Pejabat pembuat akte jual beli
c. Kepala desa atau perangkat desa lainnya
Apabila pejabat pembuat akte jual beli, perangkat desa bisa membuktikan
keabsahan-keabsahan surat yang diajukan atau diberikan oleh penjual maka PPAT
dan perangkat desa bebas dari gugatan. Maka yang perlu digugat oleh penggugat
adalah si penjual yaitu ibu Husna disini turut tergugat.
Apabila dalam jual beli tanah tersebut ada paksaan, ada yang mengancam dan
menakut-nakuti silahkan para penggugat melapor kepihak yang berwajib. Disini
jelas ibu para penggugat dalam jual beli tanah ini sehat rohani, maupun jasmani
dalam keadaan sadar, bisa baca tulis serta cukup mengerti karena beliau ibu para
penggugat seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Tanah gugatan tersebut sekarang milik Pemda Kabupaten Bireuen. Tanah tersebut
masih digarab oleh para penggugat karena pihak Pemda Kabupaten Bireuen belum
memanfaatkan tanah tersebut dan kami tidak ada urusan apapun dengan tanah
tersebut karena bukan milik kami.
Oleh karena itu kami mohon kepada yang mulia majelis hakim untuk membebaskan
kami dari segala gugatan dari penggugat.
3. Majelis Hakim yang kami muliakan. Ahli waris Alm. Nasruddin bin Daud memang
benar-benar tidak mengetahui sama sekali dalam masalah tanah ini dan isteri
Almarhum hanya mengetahui Alm. Nasruddin bin Daud salah seorang panitia
pembebasan dan pembangunan SMA Negeri 3 Peusangan. Ahli waris Alm.
Nasruddin bin Daud sangat-sangat terganggu dengan gugatan para penggugat yang
tidak berdasar, karena kalahpun kami tidak rugi menangpun kami tidak untung.
Keterangan ahli waris Alm. Nasruddin bin Daud (terlampir)
Pendapat pribadi penerima kuasa yang mewakili ahli waris Alm. Nasruddin bin Daud:
Saya tidak bisa membayangkan kalau para penggugat menangkan dalam perkara ini maka
akan timbul gugatan-gugatan baik secara pidana maupun perdata oleh pihak-pihak lain
kepada ibu Husna H. Husen, Munazir dan Mulyati antara lain:
a. Gugatan telah menjual tanah yang bukan hak miliknya
b. Telah membuat surat pernyataan bahwa tanah tersebut milik ibu Husna H.
Husen dan di tandatangani oleh Munazir dan Mulyati.

Yang mulia majelis hakim, ada suatu renungan untuk kita semua:
Suatu saat sahabat Rasulullah bertanya kepada Rasulullah, Ya Rasulullah, di dunia ini siapa
yang paling harus kita berbakti, Rasulullah menjawab kepada ibu kita, selanjutnya sahabat
bertanya lagi kepada Rasulullah siapa lagi yang harus kita berbakti, Rasulullah menjawab
kepada ibu kita, sampai tiga kali sahabat bertanya kepada Rasulullah tetap Rasulullah
menjawab kepada ibu kita dan baru kemudian kepada Bapak kita, guru-guru kita dan terus
selanjutnya.

Disini jelas kita harus berbakti untuk ibu kita, kalau ada kekhilafan-kekhilafan ibu kita
kepada anak-anaknya maka tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan jasa-jasa ibu kepada
kita. Kita tidak mau ibu kita susah, repot dan sedih dimasa tuanya, sekiranya setengah Aceh
ini kita berikan untuk ibu kita belum bisa kita membalas jasa-jasa ibu kita.

Demikianlah keterangan dan penjelasan dari kami sekeluarga Alm. Nasruddin bin Daud,
kami memohon kepada yang mulia majelis hakim untuk membebaskan kami dari segala
gugatan dari pihak para penggugat. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan
KaruniaNya kepada Majelis Hakim, kepada para penggugat dan kepada kami sekeluarga.

Hormat Kami
Ahli Waris Alm. Nasruddin bin Daud/penerima kuasa

(Siti Ratna Mutia/ Mohd. Faisal)

Anda mungkin juga menyukai