Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Rampan Karies

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum

Blok IKGP

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh:

Dewi Martinda Hartono (111610101073)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Karies Rampan ini. Makalah ini
dibuat sebagai bentuk pencapaian dalam tugas skill lab.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Pembimbing yang telah membimbing jalannya presentasi makalah dan


yang telah memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu
yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Makalah ini berisi etiologi,mekanisme terjadinya, pencegahan, dan


perawatan karies rampan dan penjelasan dari beberapa referensi buku.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, Oktober 2012

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut
akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut.Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan
manusia.Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang
sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu, kesehatan
gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang
(Gultom, 2009).

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal


yang perlu mendapat perhatian serius. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
prevalensi penyakit gigi dan mulut yang diderita oleh masyarakat Indonesia
termasuk anak-anak. Karies gigi dan penyakit periodontal adalah penyakit gigi
dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009) menunjukkan bahwa


prevalensi karies gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan
umur dimana anak berusia 1 tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%,
anak, usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5
tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur balita merupakan golongan
rawan terjadinya karies gigi.

Karies gigi yang sering terjadi pada balita adalah karies rampan. Karies
rampan merupakan suatu tipe karies yang timbul tiba-tiba dan menyebar dengan
cepat. Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang
meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi
permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Keadaan ini terutama dapat dijumpai
pada gigi sulung bayi yang selalu menghiap dot yang berisi gula atau dicelupkan
terlebih dahulu pada larutan gula. (Kidd Edwina, 1991)
Karena gigi balita sangat rentan terkena karies rampan, maka peranan
orang tua sangat diperlukan, khususnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi
dan mulut anaknya. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari
pertumbuhan seorang anak, orang tua khususnya ibu harus mengetahui cara
merawat gigi anaknya tersebut, dan juga harus mengajari anaknya cara merawat
gigi yang baik dan benar. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus
mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua, karena gigi susu akan
mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi banyak orang tua
yang beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi
tetap, sehingga mereka sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang
disebabkan oleh oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah.
(Gultom, 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih
banyak tentang etiologi, gambaran klinis, serta dampak-dampak karies rampan
yang akan dimuat dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah yang akan dikaji


adalah

1. Bagaimana etiologi dari karies rampan?

2. Bagaimana mekanisme terjadinya karies rampan?

3. Bagaimana upaya pencegahan dari karies rampan?

4. Bagaimana perawatan karies rampan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Mampu mengetahui etiologi dari karies rampan.

Mampu mengetahui mekanisme terjadinya karies rampan.

Mampu mengetahui upaya pencegahan karies rampan.

Mampu mengetahui perawatan karies rampan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Balita


Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8
minggu kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari
6 bulan sejak ia lahir, gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri
pertama bawah, kemudian diikuti dengan gigi seri pertama atas, selanjutnya gigi
seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada usia 1 tahun, pada usia 18 bulan
akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah yang akan diikuti dengan
tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham kedua atas dan
bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun
(Afrilina,2006).
Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
bayi, tetapi perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh
gangguan keseimbangan kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan
yang tinggi atau infeksi usus dapat mengganggu keseimbangan mineral dan lebih
banyak mempengaruhi struktur gigi geligi janin dibanding gangguan nutrisi ibu
(Narendra, 2002).

Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi


Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan
seseorang anak, tahap-tahap penting tumbuh gigi dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:

Gigi geligi Waktu erupsi (bulan)


Geligi rahang atas
Gigi seri pertama 6,5
Gigi seri kedua 8
18
Gigi taring
14
Gigi geraham pertama 24
Gigi geraham kedua
Geligi rahang bawah
Gigi seri pertama 6
Gigi seri kedua 7
16
Gigi taring
10
Gigi geraham pertama 20
Gigi geraham kedua
sumber Child Development 2009
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral
email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam microbialdari substrat sehingga timbul destruksi
komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas. Dengan perkataan lain,
dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigisehingga
membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya
interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu. ( Tarigan,
1991)
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari
antara populasi satu dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat,
mungkin membutuhkan waktu bertahuntahun lamanya sehingga karies menjadi
kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya membutuhkan waktu beberapa
bulan saja, kalau perkembangannya cepat. (Tarigan, 1991)
Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau
kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di
sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email yang mempunyai warna
yang berbeda dengan email sekelilingnya.Karies yang berkembang cepat biasanya
berwarna agak terang, sedangkan karies yang berkembang lambat biasanya
berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk
lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua,
bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan. (Tarigan,
1991)
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme,
merupakan penyebab karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah
permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan
sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh
bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi.
Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan
terjadinya kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan
permukaan gigi yang biasanya relative bebas karies. Karies rampan terutama
terdapat pada gigi- geligi sulung anak yang terus-menerus menghisap botol yang
berisikan gula atau dicelupkan dahulu ke dalam larutan gula ( Kidd BGM Smith,
2002). Apabila rampan karies dibiarkan proses karies ini dapat cepat meluas
mengenai seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat lanjut
yaitu pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi
permanen, Pada saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi
kesehatan umum. Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia
remaja, karena seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat
kariogenik juga minuman yang manis diantara waktu makan. Rampant karies
pada orang dewasa ditandai dengan karies pada bukal dan lingual dari premolar
dan molar dan juga proximal dan labial karies di insisiv Rahang bawah (Paradipta,
2009).
Gambaran klinis dari Rampan karies mempunyai pola dan tipe yang
khusus.Gambaran pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian
labial gigi insisif atas, dan atau pada palatal molar atas.Tipe kariesnya sejalan
dengan lengkung gusi gigi insisif rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif,
gigi lainnya akan terpengaruh sejalan dengan erupsinya yaitu akan mengenai
molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan molar kedua, namun jarang
mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena posisinya yang
terlindung oleh lidah (Paradipta, 2009).
Penyebab utama dari Rampan Karies adalah penggunaan botol susu
dalam waktu yang berkepanjangan.Susu akan berada di dalam mulut dalam
jangka waktu yang lama dan akan terjadi fermentasi. Sehingga menyebabkan gigi
akan mudah terkena infeksi. Pemberian ASI dengan periode yang lama, memakai
dot kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup atau gula juga dapat
menyebabkan rampan karies.Sayangnya sebagian besar anak-anak yang menderita
rampan karies tidak sesegera mungkin diatasi. Karena orang tua baru akan
memberi perhatian,apabila telah ada keluhan dari sang anak. Kebanyakan dari
mereka berfikiran bahwa gigi susu yang terinfeksi akan mengalami pergantian
oleh gigi tetap. Sehingga perawatan terhadap gigi susu seringkali terabaikan
(Mamimendy, 2010).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Etiologi Karies


Karies terjadi karena sejumlah faktor di dalam mulut yang saling
berinteraksi. Newburn (1997) menggolongkan faktor tersebut menjadi tiga faktor
utama, yaitu host meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme dan substrat serta satu
faktor tambahan yaitu waktu.
Faktor yang paling berperan untuk terjadinya karies rampan adalah
aktifitas mikroorganisme penyebab karies yang tinggi, seringnya menkonsumsi
makanan dan minuman kariogenik serta kebersihan mulut yang buruk. Faktor
psikologis, sistemik, dan herediter dapat juga berhubungan dengan terjadinya
karies rampan. (repository.usu.ac.id)

3.1.1 Faktor Etiologi Utama


Faktor etiologi utama meliputi host (gigi dan saliva), mikroorganisme,
substrat, dan waktu.

3.1.1.1 Gigi (Host)


Proses karies gigi sulung berjalan lebih cepat dibanding gigi tetap
karena ketebalan enamel gigi sulung hanya setengah dari gigi tetap. Enamel gigi
sulung lebih banyak mengandung bahan organik dan air, sedangkan jumlah
mineral lebih sedikit dibanding gigi tetap.
Finn (1973) menyatakan bahwa permukaan oklusal gigi sulung
memiliki tonjol yang tinggi sehingga pit dan fissure relatif dalam menyebabkan
daerah ini sulit dibersihkan sehingga mempermudah timbulnya karies. Menurut
Schour dan Massler (1964) gigi sulung memiliki permukaan proksimal yang datar,
kontak antar gigi merupakan kontak bidang sehingga memudahkan plak melekat
dan sulit disingkirkan. Rider (1982) menyatakan bahwa gigi yang mengalami
hipoplasia enamel akan mempengaruhi kecepatan terjadinya karies. Di samping
itu, susunan gigi geligi pada masa gigi bercampur yang sering crowding dan
overlapping akan mendukung prevalensi karies pada gigi sulung.

3.1.1.2 Saliva (Host)


Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Ini terbukti pada
penderita xerostomia akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu
singkat. Anak-anak yan mendapatkan radioterapi untuk perawatan kanker di
daerah kepala dan leher atau terkena pembedahan neoplasma di rongga mulut
akan mengalami penurunan sekresi saliva sehingga fungsi saliva terganggu dn
mempermudah terjadinya karies.

3.1.1.3 Mikroorganisme
Mikroorganisme berperan dalam terjadinya karies gigi. Mikroorganisme
utama di dalam mulut yang berhubungan dengan karies adalah jenis streptokokus
dan laktobasilus. Jumlah Streptokokus mutans dan Laktobasilus pada sampel plak
anak dengan karies rampan seratus kali lipat dibanding anak yang bebas karies.
Kohler dkk. (1980) melaporkan bahwa semakin cepat rongga mulut seorang anak
terkolonisasi Streptokokus mutans maka semakin tinggi pula prevalensi karies.
Ibu yang memiliki Streptokokus mutans di dalam mulutnya dapat memindahkan
mikroorganisme tersebut ke mulut bayinya sebelum gigi bayinya erupsi ketika
menggunakan sendok untuk memberi makan bayinya atau membasahi dot dengan
air ludahnya sebelum diberikan ke bayinya.

3.1.1.4 Substrat
Pada awal kehidupan bayi, diet yang diberikan berupa susu, baik air
susu ibu (ASI), air susu sapi (ASS), atau keduanya. ASS mengandung kalsium,
fosfor, dan protein dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding ASI sehingga
dapat membantu remineralisasi email sedangkn ASI mengandung lebih banyak
laktosa (7 persen) dibanding ASS yang hanya 4 persen. ASI lebih mudah
menyebabkan penurunan pH dibanding ASS. Oleh karena itu, ASI memiliki
potensi kariogenik yang lebih tinggi dibanding ASS.
Diet karbohidrat terutama gula merupakan substrat yang paling penting
untuk metabolisme mikrorrganisme. Peranan langsung karbohidrat dalam
terjadinya karies adalah kemampuannya menyediakan sumber energi yang dapat
difermentasi secara sempurna oleh mikroorganisme. Stephen dan Joy (1956)
dalam penelitiannya menjumpai bahwa semakin sering individu mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat dan gula di antara jam makan dapat
menyebabkan karies rampan.
3.1.1.5 Waktu
Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta
lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Kroll dan Stone melihat
adanya korelasi karies dan waktu tidur anak dengan susu botol di dalam mulutnya.
Hal ini didukung oleh Dilley dkk. dan Johnson (1988) yang menemukan
persentase karies yang tinggi pada anak yang mengisap susu botol sambil tidur
sepanjang malam.
Bayi menyusui 10 sampai 40 kali setiap hari sehingga pemberian ASI
yang tidak tepat seperti tetap membiarkan bayi tertidur selama menyusui akan
mempercepat proses kerusakan gigi.
Keadaan lain yang menybabkan substrat lama berada di dalam mulut
adalah kebiasaan anak menahan makanan kariogenik di dalam mulut dimana
makanan tidak cepat-cepat ditelan.

3.1.2 Faktor Etiologi Penunjang


Faktor etiologi penunjang penyebab karies rampan adalah kebersihan
mulut yang buruk, faktor psikologis, sistemik, dan herediter.

3.1.2.1 Kebersihan Mulut


Pada dasarnya anak balita belum mampu melaksanakan kebersihan
mulut sendiri. Belum ada kesadaran dan pengetahuan tentang hal ini sehingga
sangat diperlukan peran orang tua terutama ibu untuk mengajarkan,
mendemostrasikan, mengawasi, membantu, dan melakukan pelaksanaan
kebersihan mulut anak.
Kebersihan mulut yang buruk mengakibatkan penumpukan plak dalam
jumlah banyak dan berkembangnya mikroorganisme sehingga keadaan pH rongga
mulut turun mencapai di bawah 5,5. Pada keadaan ini terjadi demineralisasi
enamel dan proses karies pun dimulai.

3.1.2.2 Faktor Psikologis


Stimulasi serabut simpatis di glandula submandibularis atau
sublingualis menyebabkan sekresi saliva yang bersifat kental dimana sistem saraf
ini merupakan bagian penting mekanisme seseorang dalam bereaksi terhadap
stres. Hal inilah yang menjadi penyebab pada orang-orang yang mengalami stres
terjadi pengentalan dan penurunan sekresi saliva.
Gangguan emosi pada anak seperti perasaan tertekan, rasa takut,
ketidakpuuasan pada prestasi, pemberontakan terhadap situasi rumah, perasaan
rendah diri, pengalaman buruk (trauma) di sekolah, dan kegelisahan serta
ketegangan yang terus-menerus akan mempermudah terjadinya karies. Gangguan
emosi ini juga akan mengakibatkan kebiasaan buruk dalam hal memilih dan
mengkonsumsi diet dimana anak suka mengkonsumsi makanan dan minuman
kariogenik.

3.1.2.3 Faktor Sistemik


Pada penderita Diabetes Mellitus terjadi penurunan sekresi saliva
sehingga menyebabkan xerostomia. Keadaan ini akan mempermudah
perkembangan karies.

3.1.2.4 Faktor Herediter


Faktor potensial imunitas lainnya yang mempengaruhi perkembangan
karies pada anak-anak adalah level imunitas yang diperoleh untuk melawan
bakteri penyebab karies. Ibu yang dilahirkan di daerah geografis dengan
prevalensi karies rendah akan memiliki perkembangan level imunitas yang rendah
pula terhadap karies. Lehner (1980) menyatakan bahwa imunitas terhadap
streptokokus mutans yang dimiliki ibu dapat berpindah ke janin.

3.2 Mekanisme Terjadinya Karies Rampan

Penyebab terjadinya rampan karies ( baby bottle syndrome) adalah


pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu
atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama,
bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan
menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah
jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap
susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis
bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan
membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,
pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva
mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian
akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa
dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi
asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya
karies (Kidd Edwina).

Mekanismenya, sebagai berikut :


1. EARLY ENAMEL LESION
Awal dari proses demineralisasi, tanda-tandanya:

Email berwarna Chalky White dari warna translusennya

Permukaan email menjadi rapuh

Meningkatnya porositas

Berkurangnya kepadatan email

2. The Advancing Coronal Lesion

Permukaan email rapuh dan berlubang (kavitas)

Proses remineralisasi semakin sulit dilakukan (penumpukan


bakteri oleh plak meningkat dan asam dari makanan)

Adanya respon pulpa ok asam mulia masuk ke tubuli dentin

Peningkatan mineralisasi sebagai pertahanan dari pulpa

3. The Slowly Progression Lesion

Lesi dan kavitas semakin besar (email dan dentin semakin


rapuh)

4. The Rampant Lesion


Karies semakin luas, dasar dentin lunak

Pulpa dalam keadaan bahaya ok proses remineralisasi dapat


mengurangi permeabilitas tubulus

Berdasarkan perkembangannya, Early Childhood Caries atau karies


rampan dibagi menjadi 4 stadium yaitu :

1. Stadium inisial
Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi yang
opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika anak berusia
10 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat reversibel tetapi
sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat memeriksa rongga mulut
anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian servikal permukaan labial dan
palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa setelah gigi yang terlibat dikeringkan.

2. Stadium kedua
Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 24 bulan.
Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang dengan
cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas terhadap
rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya lunak. Orang
tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi perhatian. Pada gigi
molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal, proksimal dan oklusal.
3. Stadium ketiga
Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 36
bulan, dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi
insisivus maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika mengunyah
atau saat menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada malam hari.
Saat tahap ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 2 dan
pada gigi molar sulung mandibula dan kaninus maksila berlangsung ECC stadium 1.

4. Stadium keempat
Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 48
bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi
anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi
sulung anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila
berlangsung ECC stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu
mandibula berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak
dapat mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan
tidur dan menolak makanan. (repository.usu.ac.id)
3.3 Pencegahan Rampan Karies

Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena


semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus
dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :

a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan
nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula
(susu, formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot
botol atau dot karet.

b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan


gula ke dalam dot botol.
c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena
ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi.Biasakan anak menghisap dot
botol yang berisi air.
d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak
e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi
dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau
karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang
tumbuh dalam gigi dan gusi.
f. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride,
maka suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan
fissure sealant dapat diberikan.
g. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau
cangkir menjelang umurnya 1 tahun.Anak sebaiknya berhenti minum
menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.
h. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi,
apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau
bercak/spot hitam pada gigi anak (Paradipta, 2009).

3.4 Perawatan Rampan Karies


Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai
berikut :

a. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)


Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa
atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,analgetik)
b. Menghentikan proses karies
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa sakit
hilangkavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik
sehingga proses karies terhenti.
c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral
hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.
Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang
mengandung fluor.
e. Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene
yang baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor sistemik( bila
ada) .

BAB IV

KESIMPULAN

1 Etiologi Karies
a. Faktor Etiologi Utama.
Gigi (Host)
Saliva (Host)
Mikroorganisme
Substrat
Waktu
b. Faktor Etiologi Penunjang
Kebersihan Mulut
Faktor Psikologis
Faktor Sistemik
Faktor Herediter

2 Mekanisme Terjadinya Karies Rampan

Penyebab terjadinya rampan karies ( baby bottle syndrome) adalah


pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu
atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama,
bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan
menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah
jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap
susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis
bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan
membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah,
pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva
mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian
akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa
dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi
asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya
karies (Kidd Edwina).

3 Pencegahan Rampan Karies

a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang
dan nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan
gula (susu, formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam
dot botol atau dot karet.

b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung


larutan gula ke dalam dot botol.
c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur,
karena ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi.Biasakan anak
menghisap dot botol yang berisi air.
d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak
e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan
gigi dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula
atau karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan
gula yang tumbuh dalam gigi dan gusi.
f. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride,
maka suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi
dan fissure sealant dapat diberikan.
g. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas
atau cangkir menjelang umurnya 1 tahun.Anak sebaiknya berhenti minum
menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.
h. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter
gigi, apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau
bercak/spot hitam pada gigi anak (Paradipta, 2009).

4. Perawatan Rampan Karies


a. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)
Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren
pulpa atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral
(antibiotic,analgetik)
b. Menghentikan proses karies
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa
sakit hilangkavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang
nekrotik sehingga proses karies terhenti.
c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan
oral hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.
Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang
mengandung fluor.
e. Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral
hygene yang baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor
sistemik( bila ada) . (Paradipta, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Afrilina, G. 2006. 75 Masalah Gigi Anak Dan Solusinya. Jakarta: Gramedia

Child development, 2009. Pertumbuhan gigi, http://www.bayisehat.com/child-


development-mainmenu35.html
Gultom, M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Ibu-ibu Rumah Tangga.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter I.pdf.html

Kidd, Edwina. 1991. Dasar-dasar karies. Jakarta: EGC

Mamimendy, 2010. Rampan Karies. http://mamymendy.Blogspot.com


Narendra, M.sularyo, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Kesehatan
Gigi Anak dan Jaringan Sekitarnya. Jakarta : Sagang Seto

Panjaitan, M. 1997. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Ed 1st. Medan
: USU Press
Panjaitan, M. 1997. Ilmu Pencegahan Karies Gigi. Ed 1st . Medan : USU Press
Paradipta, A, 2009. Karies botol (bottle milk caries).
http://www.health.com/ency/68/445/main.html

Suwelo, I.S.,1992. Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi,
Jakarta: EGC

Siahaan, Riden A. Masalah Karies Rampan Pada Anak : Pencegahan Dan


Perawatannya. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8059

Tarigan, R. 1991. Karies Gigi. Editor : Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai