Rampan Karies
Blok IKGP
Disusun oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Karies Rampan ini. Makalah ini
dibuat sebagai bentuk pencapaian dalam tugas skill lab.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut
akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut.Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan
manusia.Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang
sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu, kesehatan
gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang
(Gultom, 2009).
Karies gigi yang sering terjadi pada balita adalah karies rampan. Karies
rampan merupakan suatu tipe karies yang timbul tiba-tiba dan menyebar dengan
cepat. Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang
meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi
permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Keadaan ini terutama dapat dijumpai
pada gigi sulung bayi yang selalu menghiap dot yang berisi gula atau dicelupkan
terlebih dahulu pada larutan gula. (Kidd Edwina, 1991)
Karena gigi balita sangat rentan terkena karies rampan, maka peranan
orang tua sangat diperlukan, khususnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi
dan mulut anaknya. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari
pertumbuhan seorang anak, orang tua khususnya ibu harus mengetahui cara
merawat gigi anaknya tersebut, dan juga harus mengajari anaknya cara merawat
gigi yang baik dan benar. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus
mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua, karena gigi susu akan
mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi banyak orang tua
yang beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi
tetap, sehingga mereka sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang
disebabkan oleh oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah.
(Gultom, 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih
banyak tentang etiologi, gambaran klinis, serta dampak-dampak karies rampan
yang akan dimuat dalam makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1.3 Mikroorganisme
Mikroorganisme berperan dalam terjadinya karies gigi. Mikroorganisme
utama di dalam mulut yang berhubungan dengan karies adalah jenis streptokokus
dan laktobasilus. Jumlah Streptokokus mutans dan Laktobasilus pada sampel plak
anak dengan karies rampan seratus kali lipat dibanding anak yang bebas karies.
Kohler dkk. (1980) melaporkan bahwa semakin cepat rongga mulut seorang anak
terkolonisasi Streptokokus mutans maka semakin tinggi pula prevalensi karies.
Ibu yang memiliki Streptokokus mutans di dalam mulutnya dapat memindahkan
mikroorganisme tersebut ke mulut bayinya sebelum gigi bayinya erupsi ketika
menggunakan sendok untuk memberi makan bayinya atau membasahi dot dengan
air ludahnya sebelum diberikan ke bayinya.
3.1.1.4 Substrat
Pada awal kehidupan bayi, diet yang diberikan berupa susu, baik air
susu ibu (ASI), air susu sapi (ASS), atau keduanya. ASS mengandung kalsium,
fosfor, dan protein dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding ASI sehingga
dapat membantu remineralisasi email sedangkn ASI mengandung lebih banyak
laktosa (7 persen) dibanding ASS yang hanya 4 persen. ASI lebih mudah
menyebabkan penurunan pH dibanding ASS. Oleh karena itu, ASI memiliki
potensi kariogenik yang lebih tinggi dibanding ASS.
Diet karbohidrat terutama gula merupakan substrat yang paling penting
untuk metabolisme mikrorrganisme. Peranan langsung karbohidrat dalam
terjadinya karies adalah kemampuannya menyediakan sumber energi yang dapat
difermentasi secara sempurna oleh mikroorganisme. Stephen dan Joy (1956)
dalam penelitiannya menjumpai bahwa semakin sering individu mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat dan gula di antara jam makan dapat
menyebabkan karies rampan.
3.1.1.5 Waktu
Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta
lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Kroll dan Stone melihat
adanya korelasi karies dan waktu tidur anak dengan susu botol di dalam mulutnya.
Hal ini didukung oleh Dilley dkk. dan Johnson (1988) yang menemukan
persentase karies yang tinggi pada anak yang mengisap susu botol sambil tidur
sepanjang malam.
Bayi menyusui 10 sampai 40 kali setiap hari sehingga pemberian ASI
yang tidak tepat seperti tetap membiarkan bayi tertidur selama menyusui akan
mempercepat proses kerusakan gigi.
Keadaan lain yang menybabkan substrat lama berada di dalam mulut
adalah kebiasaan anak menahan makanan kariogenik di dalam mulut dimana
makanan tidak cepat-cepat ditelan.
Meningkatnya porositas
1. Stadium inisial
Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi yang
opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika anak berusia
10 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat reversibel tetapi
sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat memeriksa rongga mulut
anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian servikal permukaan labial dan
palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa setelah gigi yang terlibat dikeringkan.
2. Stadium kedua
Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 24 bulan.
Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang dengan
cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas terhadap
rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya lunak. Orang
tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi perhatian. Pada gigi
molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal, proksimal dan oklusal.
3. Stadium ketiga
Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 36
bulan, dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi
insisivus maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika mengunyah
atau saat menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada malam hari.
Saat tahap ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 2 dan
pada gigi molar sulung mandibula dan kaninus maksila berlangsung ECC stadium 1.
4. Stadium keempat
Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 48
bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi
anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi
sulung anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila
berlangsung ECC stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu
mandibula berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak
dapat mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan
tidur dan menolak makanan. (repository.usu.ac.id)
3.3 Pencegahan Rampan Karies
a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan
nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula
(susu, formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot
botol atau dot karet.
BAB IV
KESIMPULAN
1 Etiologi Karies
a. Faktor Etiologi Utama.
Gigi (Host)
Saliva (Host)
Mikroorganisme
Substrat
Waktu
b. Faktor Etiologi Penunjang
Kebersihan Mulut
Faktor Psikologis
Faktor Sistemik
Faktor Herediter
a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang
dan nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan
gula (susu, formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam
dot botol atau dot karet.
Panjaitan, M. 1997. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Ed 1st. Medan
: USU Press
Panjaitan, M. 1997. Ilmu Pencegahan Karies Gigi. Ed 1st . Medan : USU Press
Paradipta, A, 2009. Karies botol (bottle milk caries).
http://www.health.com/ency/68/445/main.html
Suwelo, I.S.,1992. Karies Gigi Pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi,
Jakarta: EGC