Anda di halaman 1dari 3

Sifat Emulsi Sabun

Pada percobaan sifat emulsi sabun ini dilakukan untuk mengetahui sifat emulsi
dari tiap sabun yang dihasilkan pada percobaan pertama. Sabun yang diuji adalah
sabun yang telah dibuat dari minyak kelapa, minyak sawit dan minyak curah.
Percobaan emulsi ini dilakukan dengan membandingkan waktu yang dihasilkan tiap
sabun yang sudah dikocok untuk dapat memisah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mencampurkan 1 mL aquades dengan
10 tetes minyak kelapa dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 2 mL larutan
sabun telah dibuat. Setelah tercampur tabung reaksi dikocok. Pengocokan ini
dilakukan agar menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati pemisahan
lapisan yang terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan lapisan
tersebut. Lama waktu yang diperlukan untuk memisahkan lapisan minyak dan lapisan
air sabun yaitu 1 menit 6 detik. Artinya sabun yang dibuat tidak mengalami emulsi
secara sempurna. Sebagai pembanding, 1 mL aquades dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan 10 tetes minyak kelapa tanpa pemberian sabun pada larutan
tersebut. Dikocok kuat-kuat agar bercampur homogen. Setelah itu didiamkan dan
diamati. Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan
lapisan minyak yaitu 4 detik.
Langkah kedua adalah mencampurkan 1 mL aquades dengan 10 tetes minyak
sawit dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 2 mL larutan sabun telah dibuat.
Setelah tercampur tabung reaksi dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar
menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati pemisahan lapisan yang
terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan lapisan tersebut.
Lama waktu yang diperlukan untuk memisahkan lapisan minyak dan lapisan air sabun
yaitu 1 menit 30 detik. Sehingga pada pembuatan sabun menggunakan minyak kelapa
mengalami emulsi yang lebih sempurna dibandingkan sabun dari minyak sawit.
Sebagai pembanding, 1 mL aquades dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 10 tetes minyak kelapa tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut.
Dikocok kuat-kuat agar bercampur homogen. Setelah itu didiamkan dan diamati.
Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan
minyak yaitu 3 detik.
Langkah ketiga adalah mencampurkan 1 mL aquades dengan 10 tetes minyak
curah dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 2 mL larutan sabun telah
dibuat. Setelah tercampur tabung reaksi dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar
menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati pemisahan lapisan yang
terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan lapisan tersebut.
Lama waktu yang diperlukan untuk memisahkan lapisan minyak dan lapisan air sabun
yaitu 35 detik. Sebagai pembanding, 1 mL aquades dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan 10 tetes minyak curah tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut.
Dikocok kuat-kuat agar bercampur homogen. Setelah itu didiamkan dan diamati.
Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan
minyak yaitu 3 detik.
Jadi, sifat emulsi pada minyak kelapa lebih bagus dibandingkan minyak sawit
dan minyak curah. Semakin lama waktu yang diperlukan sabun untuk memisah, maka
semakin kuat sifat emulsinya sehingga kualitas sabun semakin baik. (Anwar, 1994)
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
paling penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi dipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan.
Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan
minyak serta membentuk lapisan pada permukaan fasa terdispersinya. Sabun dan
minyak lebih sulit memisah bila dibandingkan dengan minyak dan air. Hal ini
dikarenakan terdapat surfaktan pada larutan sabun.
Dengan adanya sifat ini proses pembentukan busa/ sifatemulsi akan
meningkat. Proses pembentukan emulsi air sabun-minyak digambarkan sebagai
berikut:

(Anwar, 1994)

Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan nonpolar. Apabila
surfaktan dimasukkan ke dalam suatu sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka
gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke gugus ke
fasa minyak. Surfaktan yang memiliki gugus polar lebih kuat akan cenderung
membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat
maka akan membentuk emulsi air dalam minyak. (DITJEN POM, 1979)
Daftar pustaka

Anwar, Chairil, dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: FMIPA
UGM.

Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-Press.

DITJEN POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai