Anda di halaman 1dari 3

Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Sakramen pengurapan orang sakit adalah bagian dari sakramen penyembuhan selain
sakramen tobat. Istilah Pengurapan Orang Sakit dipakai kembali ketika Konsili Vatikan II.
Sebelumnya sakramen ini disebut Perminyakan terakhir (Abad Pertengahan dan Skolastik).
Konsili Vatikan II menjelaskan pemakaikan kata Pengurapan Orang Sakit melalui beberapa
teks Kitab Suci di bawah ini.

Pengurapan Orang Sakit dalam Kitab Suci

a. Dalam perjanjian Baru, Yesus Kristus menjadi penyelamat dan penyembuh bagi banyak
orang. Mukzijat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus hendak mewartakan bahwa
Kerajaan Allah sudah hadir di dunia (Luk 11:20). Kerajaan Allah yang hadir ditandai
dengan bebasnya tawanan, yang buta melihat, orang tertindas bebas (Luk 4:18-19), dan
berbagai tanda penyembuhan lain, yakni Yesus memegang tangan si sakit dan
membangunkannya (Mrk 1:31), mengulurkan tangan-Nya dan menjamah si sakit
supaya sembuh (Mrk 1:41), memasukkan jari-Nya ke telinga orang tuli, meludah dan
meraba lidah orang yang bisu sehingga menjadi sembuh (Mrk 7:33-35).
b. Setelah Yesus wafat dan bangkit, karya Yesus diterukan oleh para murid. Para murid
diutus Yesus untuk memberitakan Injil dan diberi kuasa untuk mengusir setan (Mrk
3:14-15). Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat dan mereka
mengusir banyak setan, dan mengolesi banyak orang sakit dngan minyak dan
menyembuhkan mereka (Mrk 6:12-13). Dalam keyakinan religius kuno, minyak
dipandang sebagai sarana atau obat untuk menyembuhkan dan mengobati luka atau
penyakit (bdk. Yes 6:1; Luk 10:34).
c. Tulisan St. Yakobos dalam Yak 5:14-15 bisa dipandang sebagai teks klasik untuk
pengurapan orang sakit.

Pengurapan Orang Sakit dalam Ajaran Gereja

a. Surat Paus Innocentius I (402-417) kepada Uskup Decentius dari Gubbio (DS 216).
Dalam surat tersebut, Paus Innocentius I menyebut surat Yak 5:14-15 secara
eksplisit sebagai dasar praktek sakramen pengurapan orang sakit. Paus menjelaskan
bahwa minyak yang digunakan untuk pengurapan orang sakit harus diberkati oleh
Uskup, dan yang menerimakan sakramen tidak hanya imam. Maka, pada waktu itu
awam juga boleh menerimakan sakramen pengurapan orang sakit.
b. Beda Venerabilis (672-735) menyatakan bahwa pengurapan orang sakit sudah
menjadi hal lazim pada zaman Injil Markus dan surat Yakobus. Pengurapan orang
sakit menurut Beda Venerabilis memiliki daya guna yang bersifat jasmaniah-
menyembuhkan dan harus digenapi dengan upacara pertobatan.
c. Petrus Lombardus: merefleksikan sakramen ini sebagai sakramen perminyakan
terakhir yang diberikan kepada orang yang berada dalam bahaya mati, dan minyak
yang digunakan harus diberkati oleh Uskup. Perminyakan terakhir ini pertama-tama
menganugerahkan pengampunan dosa dan baru kemudian peringanan dari derita
sakit.
d. Thomas Aquinas: sakramen perminyakan terakhir mempersiapkan orang memasuki
hidup abadi. Pertama-tama ada penyembuhan rohani atau batin, yakni mengatasi
dosa dan akibatnya, meskipun dia tidak menutup kemungkinan akan penyembuhan
jasmani.
e. Konsili Trente: (1) Sakramen perminyakan terakhir adalah sungguh-sungguh
sakramen yang ditetapkan oleh Kristus dan disampaikan oleh Santo Yakobus Rasul.
(2) Sakramen ini menganugerahkan rahmat dan memberikan pengampunan dosa.
(3) pelayan sakramen ini hanyalah imam.
f. Konsili Vatikan II: SC 73, Sakramen pengurapan orang sakit dipandang sebagai
istilah yang paling tepat. Sakramen pengurapan orang sakit bukanlah sakramen bagi
mereka yang berada di ambang kematian saja, melainkan saat yang baik untuk
menerimanya bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita
sakit sudah lanjut usia.

Valid Licit
Minyak yang Imam manapun (dalam keadaan Uskup atau yang dalam hukum
digunakan terpaksa) dalam perayaan itu juga (Kan. disamakan dengan Uskup diosesan
999 20) (Kan. 999 10)
Tata Perayaan dalam keadaan terpaksa, cukuplah satu Pengurapan hendaknya dilaksanakan
pengurapan pada secara teliti
dahi atau juga pada bagian lain dari dengan kata-kata, urutan dan cara yang
tubuh, dengan mengucapkan rumus ditetapkan dalam buku-buku
secara utuh (Kan. 1000 1) liturgi (Kan. 1000 1)
Pelayan Imam (Kan. 1003 1) Imam (Kan. 1003 1)
Sakramen
Yang Menerima Sudah dibaptis dalam Gereja Katolik Orang beriman yang dapat
(Kan.842) menggunakan akal budi dan mulai
menghadapi bahaya karena sakit atau
usia lanjut (Kan. 1004 1)

Tidak dalam dosa berat yang nyata


(Kan. 1007)

Tata Cara Pengurapan Orang sakit

Tanda salib

I: Semoga damai sejahtera dari Allah meliputi tempat ini dan semua yang tinggal di dalamnya.

U: Sekarang dan selama-lamanya

Percikan Air Suci:

I: Semoga air suci ini mengingatkan saudara akan Sakramen Babtis yang telah saudara terima dan
mengingatkan pula akan Yesus Kristus yang telah menebus kita melalui sengsara, wafat dan
kebangkitanNya. Amin

Tobat (kalau perlu dan bisa si sakit dapat mengaku dosa)


Doa Pembukaan: Ya Bapa yang maha pengasih, kami berkumpul di sini ikut merasakan penderitaan
Saudara.kami berharap Engkau berkenan melepaskan kami dari beban hati ini dan memberikan
ketenangan, ketabahan, serta keselamatan kepada saudara kami. Kami mohon dengan sangat, sudilah
Engkau mendengarkan keluh kesah dan kerinduan hati kami semua. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara
kami. Amin

Bacaan (Mat 8: 5-8. 10.13; Yak 5: 14-16, atau yang sesuai) dilanjutkan Homili singkat

Pengurapan:

I: Semoga dengan pengurapan suci ini, Allah yang maha rahim menolong Saudara dengan rahmat Roh
Kudus. U: Amin

I: Semoga Ia membebaskan Saudara dari dosa, menganugerahkan keselamatan dan berkenan


menabahkan hati Saudara. U: Amin

I: Marilah berdoa: Ya Allah, hambaMu yang sedang terbaring sakit ini telah menerima Skramen
Pengurapan. Ia sangat mendambakan rahmatMu untuk keselamatan jiwa dan raganya. Tunjukkanlah
kasih sayangMu dan tabahkanlah hatinya dengan RohMu. Semoga ia menjadi teladan kesabaran dan
kebahagiaan oleh karena imannya yang teguh dan pengharapannya yang tak tergoncangkan. Semua ini
kami mohonkan demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U: Amin

Bapa Kami

Komuni Bekal Suci (Viaticum) fakultatif

Anda mungkin juga menyukai