Anda di halaman 1dari 7

TERAPI SENGAT LEBAH (BEE VENOM THERAPY)

A. PENDAHULUAN
Terapi lebah atau disebut juga apiterapi (dari kata apis = lebah dan therapy = pengobatan)
yang diartikan sebagai pengobatan yang menggunakan berbagai macam produk dari lebah yaitu:
racun lebah (bee venom), madu, royal jelly (susu lebah), propolis (perekat sarang lebah), pollen
(sari bunga). Terapi sengat lebah (Bee Venom Therapy) merupakan salah satu teknik pengobatan
yang menggunakan bisa lebah atau sengatan lebah dalam pengobatannya. Secara umum
pengobatan ini dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat,
hingga penyakit berat, seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan kanker (Natura Shifa, 2011).
Terapi lebah dimulai di daratan Tiongkok dan Timur Tengah, khususnya Mesir.
Pengobatan tradisional di Tiongkok memiliki umur ribuan tahun sebelum pengobatan modern
mulai bangkit di Eropa. Salah satu bentuk modifikasi akupunktur yang populer di dunia saat ini
adalah dengan menggunakan jarum sengatan lebah yang disebut bee acupuncture (tusuk sengat
lebah). Apiterapi di Indonesia sudah mulai dilakukan sejak tahun 1980-an. Pada Konferensi
Terapi Akupunktur Sengatan Lebah Sedunia ke-II di Nanjing, RRC, pada pertengahan September
1993, WHO mengakui bahwa apiterapi bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan, selanjutnya
disebutkan bahwa, Lebah dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, terutama dari
jenis Apis Mellyfera. Kini, terapi sengatan lebah (Bee Venom Therapy atau BVT) diterapkan di
berbagai negara, antara lain China, Korea, Rumania, Bulgaria, Rusia, dan Indonesia (Tabloid
herbal, 2013).

B. LEBAH

Gambar XX
Lebah Apis Mellyfera merupakan lebah yang sering dipakai dalam pengobatan sengat
lebah. Apis Mellyfera merupakan lebah madu yang masuk dalam ordo Hymenoptera yang terdiri
atas kata hymeno: dewi perkawinan; pteron: sayap. Apis mellifera merupakan lebah madu favorit
bagi para peternak lebah madu di seluruh dunia. Apis mellifera di Indonesia pertama kali
didatangkan pada tahun 1972 sebanyak 25 koloni. Apis mellifera disumbangkan Australian
Freedom for Hunger Campaigen Committee (AFFHC) kepada pusat perlebahan Apriari
pramuka. Sumbangan tersebut ternyata merupakan cikal bakal pengembangan pertenakan lebah
modern di Indonesia. Lebih yang dikembangkan di Australia (NSW) ada 3 Sub Spesies yatiu
Lebah Italia (Apis mellifera ligustica), kaukasia (Apis melliferacauscasia), dan Carniola (Apis
melliferacarnica). Klasifikasi lebah madu Apis mellifera:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Suborder : Apocrita
Superfamily : Apoidea
Family : Apidae
Subfamily : Apinae
Tribe : Apini
Genus : Apis
Species : A. mellifera (Linnaeus, 1758)
(Profitgoonline, 2013).

C. KANDUNGAN DALAM RACUN LEBAH


Bee venom merupakan cairan bening yang kaya enzim, peptida dan amina biogenik.
Secara keseluruhan racun sengat lebah terdiri sekitar 120 komponen kimia aktif, namun baru 40-
an komponen yang sudah terdeteksi, diantaranya 11 peptida, 5 enzim, 3 amina, karbohidrat,
lemak, dan asam amino. Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam
amino. Jika jumlah asam amino masih di bawah 50 molekul disebut peptida, namun jika lebih
dari 50 molekul disebut dengan protein. Peptida yang paling berperan adalah melittin, apamin,
Mast Cell Degranulating Peptide, dan adolapin.
Menurut Susanto (2007) zat-zat tersebut memiliki khasiat dan kegunaan sebagai berikut:
Komponenen zat tersebut akan berfungsi sebagai anti radang, anti jamur,
anti bakteri, anti pyretic, serta merangsang hormon ACTH. Hormon ACTH dapat
merangsang cortex adrenal untuk memproduksi hormon kortison lebih banyak
Enzim utama dalam racun lebah adalah hyaluronidase dan fosfolipase A.
Hyaluronidase memecah cairan antar sel sehingga racun lebih cepat menyebar di
antara sel, sedangkan fosfolipase A merusak fosfolipid yang menyebabkan
kematian sel.
1. Melittin
Memiliki sifat bakterisida yang kuat dan merangsang pituitari untuk melepaskan ACTH
(Adreno Cortico Tropic Hormone), yang merangsang kelenjar adrenal. Dapat juga berfungsi
sebagai anti-inflamasi yang memiliki kekuatan 100 kali lebih kuat dari hydrocortisol.
2. Fosfolipase A2
Fosfolipase A merupakan enzim yang berfungsi menghancurkan fosfolipid (penyusun
dinding sel). Kandungan fosfolipase A pada sengat lebah merupakan kandungan yang paling
berpotensi karena bersama dengan mellitin dapat menghancurkan sel, sehingga banyak
dilakukan penelitian untuk mengobati kanker.
3. Apamin
Merupakan sebuah peptida yang mempengaruhi sel saraf. Meningkatkan produksi kortisol
pada kelenjar adrenal melalui penghambatan aktivitas komplemen C3 yang berperan dalam
peradangan.
4. Hyaluronidase
Merupakan enzim yang dapat menguraikan asam hialuronat. Hialuronidase dapat
menyebabkan ikatan antara sel menjadi longgar (jaringan atau ruang ekstra-seluler lebih
permeabel) sehingga sengat lebah dapat menyebar dengan cepat ke dalam tubuh dan
terpenetrasi dalam sel. Peranan hialuronidase pada human cornea endothelium, yaitu
mengatur keseimbangan antara asam hialuronat dan glikosaminoglikan sehingga dapat
digunakan pada pengobatan katarak atau sesudah operasi mata
5. Mast cell degranulating peptide (MCD-peptida)
Merangsang pengeluaran histamin, terutama di saluran pernapasan, pembuluh darah, usus,
dan kulit. Histamin dapat melebarkan pembuluh darah dan mempunyai sifat antiinflamasi
6. Adolapin
Adolapin merupakan zat yang dapat menghambat siklooksigenase mikrosomal, sehingga
dapat berfungsi sebagai antiinflamasi.
7. Asam Amino
Dapat berperan dalam pembentukan protein, sangat penting pula dalam pembelahan sel dan
memperbaiki jaringan yang rusak. Asam amino dapat membentuk antibodi yang berfungsi
melawan bakteri dan virus.

D. CARA KERJA RACUN LEBAH


Racun Lebah adalah peptida yang memberikan efek sistemik: anti inflamasi, anti jamur,
anti bakteri, anti-piretik, merangsang permeabilitas pembuluh darah. Mekanisme reaksi racun
lebah di dalam tubuh melalui sistem hormon dan melalui sistem kardiovaskular.
1. Melalui sistem hormon.
Efek penyembuhan dari racun lebah disebabkan oleh rangsangan fungsi kelenjar adrenal
melalui hipofisis. Dengan demikian proses ini lebih banyak menstimulasi hormon adrenalin
yang dihasilkan kedalam darah seperti kortison dan hidrokortison. Hormon-hormon ini
memberi efek penyembuhan, meningkatkan penolakan tubuh terhadap berbagai faktor yang
tidak menguntungkan. Walaupun penyembuhan dengan racun lebah tidak selalu dihubungkan
dengan stimulasi kelenjar adrenal saja.
2. Efek Racun Lebah terhadap sistem kardiovaskular.
Racun lebah melebarkan pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah. Racun lebah
sangat efektif terhadap hipertensi, mengurangi kekentalan darah, dan meningkatkan kadar
hemoglobin. Karena racun lebah meningkatkan kandungan hemoglobin dan leukosit dalam
darah dan menurunkan kekentalan darah, sangat membantu bagi orang yang memiliki
kerentanan terhadap trombophlebitis. Racun lebah menyebabkan penurunan kadar kolesterol
dalam darah, memberikan efek tonik untuk otot jantung, dan menurunkan tekanan darah.

E. TEKNIK PENGOBATAN DENGAN SENGAT LEBAH


Terapi menggunakan racun lebah dilakukan oleh praktisi kesehatan, yakni apiterapis
dengan mengikuti protokol standar. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah apakah terjadi
alergi terhadap sengatan lebah. Biasanya dilakukan obsevasi melalui 1 sengatan saja. Tunggulah
beberapa saat (sekitar 20 menit). Bagi pasien yang memiliki alegi terhadap sengatan lebah akan
dirasakan mual hingga muntah-muntah serta sesak nafas yang berat. Bila terjadi hal yang
demikian, cukupkan saja terapi pertama terhadap pasien tersebut hanya dengan 1 sengatan saja.
Lakukan terapi berikutnya setelah 3-4 hari kemudian. Sengatan lebah biasanya akan
menimbulkan reaksi normal seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri dan gatal di bagian tubuh
yang disengat. Tapi alergi sengat lebah bisa memperparah reaksi tersebut, bahkan dapat
menyebabkan kematian yang dipicu reaksi alergi (Edwards, 2004).

Gambar XX: Reaksi Normal Sengatan Lebah: memerah, bengkak dan gatal.
Lain halnya bila pasien tidak memberikan reaksi penolakan terhadap sengatan lebah atau
pasien yang sudah terbiasa dengan terapi sengatan lebah sebelumnya sengatan bisa diberikan
beberapa kali di beberapa titik sengat, bahkan hingga mencapai 20 sengatan. Tentunya hal ini
harus dicapai dengan bertahap dengan memperhatikan juga tingkat reaksi yang muncul
(Edwards, 2004).
Terapi penyengatan lebah dimulai dengan membersihkan area yang akan disengat dengan
menggunakan air hangat. Titik yang digunakan untuk sengatan lebah ini hampir sama dengan
titik akupunktur yaitu pada titik meridian. Selanjutnya, lebah diambil dari sarang menggunakan
pinset dan disengatkan ke area tubuh yang nyeri sambil ditekan. Lebah ditarik kembali dan
kantung bisanya dibiarkan dikulit selama 5-20 menit. Sengatan lebah tersebut akan mengalirkan
racun melalui sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Setelah menyengat, lebah akan mati dan
meninggalkan bekas sengatan selama beberapa jam. Terapi sengat lebah ini dilakukan selama 10
hari. Pada terapi pertama, hanya dilakukan penyengatan satu lebah saja. Pada terapi selanjutnya,
jumlah sengatan lebah dapat ditingkatkan secara bertahap sampai pada hari ke-10 pasien
mendapatkan sepuluh sengatan. Setelah hari ke-10, terapi akan diselingi istirahat dan dilanjutkan
lagi beberapa minggu kemudian dengan dosis semakin meningkat sesuai kebutuhan. Lama terapi
yang diberikan tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Selain itu, jangan menyengatkan
racun lebah pada daerah yang belum pulih kembali. Gunakan titik yang berbeda atau tunggu
sampai pulih kembali.
Gambar XX: Teknik Pengobatan dengan Sengat Lebah

F. EFEK SAMPING
Efek samping terapi sengat lebah yang dapat terjadi adalah reaksi lokal dan sistemik.
Reaksi lokal akibat sengatan lebah diantaranya terjadi pembengkakan disekitar lokasi sengatan,
gatal, nyeri dan kaku, sedangkan reaksi sistemik yang terjadi dapat berupa demam, lemas, telinga
berdengung, dan pusing. Bila reaksi itu terjadi pada pasien yang sensitif, dapat diganti dengan
pemberian obat antihistamin selama 10 hari. Selanjutnya baru boleh dilakukan apiterapi lagi.
Kondisi di atas adalah kondisi yang alamiah karena racun lebah sedang bereaksi di dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Edwards, D. A., 2004, Bee Venom Therapy, http://www.biohealthcenter.com/beevenumrx.html,
diakses tanggal 15 September 2013
Natura Shifa, 2011, Terapi Sengat Lebah, http://www.naturashifa.com/2012/12/terapi-sengat-
lebah.html, diakses tanggal 10 September 2013
Profitgoonline, 2013, Apis mellifera, http://www.profitgoonline.com/2013/06/lebah-madu-apis-
mellifera.html, diakses tanggal 10 September 2013
Susanto, A., 2007, Terapi Madu, Penebar Plus, Jakarta
Tabloid Herball, 2013, Terapi Sengat Lebah, Salah Satu Alternatif Bagi Kesehatan Anda,
http://tabloidherbal.com/terapi-sengat-lebah-salah-satu-alternatif-bagi-kesehatan-anda/,
diakses tanggal 10 September 2013

Anda mungkin juga menyukai