Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN PANCASILA

LAMBANG-LAMBANG PERSATUAN INDONESIA

Disusun Oleh : Kemas Abu Bakar 502015155


Muhammad Ilham 502015141
Agus Firmansyah 502015122
Dayu Anggara Putra 502015133
Mulyono 502015
Dosen Mata Kuliah : Hj. Kumlati, SH. MH.

UNIVERSITAS MUHAMADIAH PALEMBANG


FAKULTAS HUKUM
2015
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DI PIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM

PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
5. KEADIAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

KATA PENGHANTAR

Dalam system pendidikan pancasila nasional, proses pembelajaran pendidikan pancasila


siarahkan untuk terlaksana secara berkesinambungan, baik sejak pada satuan pendidikan dasar,
menengah maupun pendidikan tinggi.
Pada satuan pendidikan tinggi, proses pembelajaran dari pendidikan pancasila
ditingkatkan kualitasnya pada setiap domain baik afektive, cognitive maupun psikomotorik; agar
pembentukan sikap dan perilaku pribadi-pribadi yang pancasilais sampai pada tingkat paripurna
sebelum terjun ke dalam dunia kerja masyarakat.

Peserta didik harus menyadari bahwa dalam memperaktikan ilmu, pengetahuan dan
teknologi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal diri pribadi maupun eksternal dari
kehidupan masyarakat. Faktor lingkungan internal diri pribadi sangatlah dominan dalam
membentuk sikap dan perilakunya, hal ini dipengaruhi oleh aspek fisik jasmaniah maupun aspek
non fisik rohaniah dari orang yang bersangkutan. Kedua aspek inilah yang merupakan sumber
nilai bagi pembentukan, pemeliharaan dan pengembangan jati dirinya yang pada akhirnya
diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perilakunya.

Kepribadian pancasila yang telah tumbuh dan berkembang pada proses pembelajaran di
perguruan tinggi, diharapkan akan terus berkembang menjadi kepribadian bangsa yang solid,
sehingga dimanapun manusia Indonesia berada akan dapat tampil sebagai duta bangsa yang baik.

Buku ajaran ini disusun dengan maksud untuk menyediakan salah satu bahan/referensi
bagi Mahasiswa maupun Dosen dalam proses pembelajaran. Materi disusun sedemikian lengkap
baik berisi teori maupun pedoman pengalamannya, untuk memudahkan pemahamannya.

Penyusun materi dalam menyusun buku ajar ini telah mencoba untuk tetap mengacu pada
keputusan Dirjen Dikti No. 265/Dikti/Kep/2000 tentang modul pembelajaran mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPK), namun demikian sangat dirasakan masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan.

Bandung, 12 Rabiul Awal 1430

9 Maret 2009

Dr. H. Kabul Budiyono, M.Si.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii

Daftar Isi .. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ....... 1

A. Latar Belakang . 1
B. Rumusan Masalah .... 1
C. Tujuan Pembuatan Makalah .... 1

BAB 2 POKOK PEMBAHASAN . 2

A. Lambang-lambang Persatuan Indonesia . 2


1.Bendera ..... 2
2.Bahasa Nasional 2
3.Lagu Kebangsaan .. 2
4.Lambang Negara ... 3

BAB 3 PENUTUP .. 7

Daftar Pustaka ................ 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu bangsa.

Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan melaliu BABXIII, Pasal 31 ayat (2), bahwa
pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah, sebagai
Suatu system pengajaran Nasional.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, pengertian Satu


sistem pengajaran Nasional diperluas menjadi Satu sistem pendidikan nasional. Perluasan
pengertian ini memungkinkan tidak membatasi perhatian pada pengajaran saja, melainkan juga
pemperhatikan unsur-unsur pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan kepribadian
manusia Indonesia, yang bersama-sama merupakan perwujudan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memelihara budi pekerti manusia dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

B. Rumusan Masalah

1. Bendera

2. Bahasa Nasional

3. Lagu Kebangsaan

4. Lambang Negara

C. Tujuan Pembuatan Makalah

Untung memahami lebih lanjut dan menambah pengetahuan tentang Bendera, Bahasa
Nasional, Lagu Kebangsaan, dan Lambang Negara Indonesia.

BAB II

POKOK PEMBAHASAN

B. Lambang-lambang Persatuan Indonesia


1. Bendera

Pasal 35 UUD 1945 menetapkan Bendera Negara Republik Indonesia, yaitu Sang
Saka Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
bewarna putih yang kedua bagian berukuran sama.

2. Bahasa Nasional

Pasal 36 UUD 1945 menetapkan Bahasa Negara/Bahasa Nasional, ia;ah Bahasa


Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928 telah dinyatakan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa Nasional dimana pada hari itu adalah hari sumpah pemuda, yang memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut:

1. Bahasa Indonesia sebagai identitas Nasional.


2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras adat
istiadat dan Budaya

3. Lagu Kebangsaan

Lagu Kebangsaan sebagaimana halnya dengan Lambang Negara tidak diatur di dalam

UUD 1945, namun Lambang Negara dan Bahasa Nasional kedudukannya sama dengan Bendera
dan Bahasa, yaitu sama-sama sebagai piranti-piranti.

Lagu kebangsaan Indonesia Raya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44


Tahun 1958 (Lembaran Negara No. 72 Tahun 1958).

4. Lambang Negara

a. Dasar Hukum Lambang Negara Garuda Pancasila. Setiap Negara mempunyai Lambang
Negara, yang menggambarkan kedaulatan, kepripadian dan kemegahan daripada Negara
tersebut.
UUD 1945 tidak mengatur tentang lambang Negara. Lambang Negara Republik
Indonesia Garuda Pancasila disusun berdasarkan Pasal 3 UUDS 1950. Dalam tahun
1950 Pemerintah RI membentuk suatu Panitia Khusus untuk menciptakan suatu Lambang
Negara Garuda Pancasila yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun
1951 tanggal 17 Oktober 1951 serta dimuat dalam Lembaran Negara No. 111 Tahun
1951. Kemudian dikeluarkan pula Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1958 tanggal 10
Mei 1958.

b. Persyaratan Lambang

Menurut Ilmu Heraldika (Heraldiek, Heraldry) yaitu suatu cabang dari ilmu

sejarah; yang mempelajari dan arti lukisan, lencana, simbol atau lambang umumnya.
Tiap-tiap lambang yang sempurna jika tiga bagian, yaitu:

1) Adanya Candra Sengkala


2) Adanya Perisai
3) Adanya Seloka Sesanti.

Ad. 1) Candra Sengkala :

a) Candra, artinya melukiskan menjadikan (to describle).


b) Sengkala, artinya waktu peristiwa yang terjadi.
c) Candra Sengkala dapat diartikan melukiskan waktu atau mengingatkan
suatu peristiwa.
d) Candra Sengkala ini lazimnya dilukiskan dalam bentuk Bintang.

Ad. 2) Perisai:

Pada perisai juga biasanya ada lukisan/gambar yang mempunyai arti/makna.

Ad.3) Seloka atau Sesanti:

Biasanya berwujud motto.

Selanjutnya menurut Ilmu Heraldika suatu Lambang itu sempurna dan baik
apabila bentuknya selain harus sederhana namun telah mencakup sejumlah pengertian
dan tujuan.

c. Lambang Negara Garuda Pancasila

Dalam Lambang Negara Republik Indonesia, Candra Sengkala terlukis dalam


bentuk Burung Sakti Elang Rajawali atau lebih dikenal dengan nama burung Garuda.
Burung Garuda atau Burung Elang Rajawali merupakan burung mithologi yang
melambangkan pembangunan dan perlindungan di lingkungan seluruh bangsa
Austronesia, seperti:

1) Kerajaan Kedah menggunakan Lambang Garuda sebagai lambang pemeliharaan


(dalam buku Marowangsa Kerajaan Kedah)

2) Kerajaan Meriana di Madagaskar pada masa dahulu menggunakan pula Lambang


Garuda yang disebut Vurumahery artinya Burung Sakti (Vuru Burung; Mahery =
Sakti).

Perisai yang tergantung di leher Burung Garuda membuat/terbagi dalam lima


ruangan yang masing-masing memuat lambang dari masing-masing Sila Pancasila,
karena itu disebut pula Perisai Pancasila.

Lambang-lambang tersebut oleh Panitia Negara perumusan/pencipta Lambang


Negara (yang antara lain Prof. Muhammad Yamin, SH) telah diambil sebagai contoh
adalah lambang-lambang yang ditemukan di atas meterai-meterai yang berasal dari
Majapahit.

Seloka atau Sesanti yang tertulis di pita yang tercengkeram oleh cakar Burung
Garuda adalah Seloka yang dipetik dari buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang
berbunyi Bhinneka Tunggal Ika yang artinya : Walaupun berbeda-beda, namun tetap
satu.
Dengan demikian jelaslah bahwa Lambang Negara Garuda Pancasila telah
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Ilmu Heraldika.

d. Arti dan Makna Simbol Lambang Negara Garuda Pancasila

Selain memenuhi syarat, juga Lambang Negara Garuda Pancasila adalah


sempurna, karena bentuknya cukup sederhana, tetapi mencakup sejumlah pengertian, yaitu
sebagai berikut.

1) Burung Garuda:

Adalah lambang kekuasaan dan kekuatan serta lambang tenaga pembangunan dan
pemeliharaan seluruh bangsa Indonesia. Burung yang berwarna kuning emas
melambangkan kemegahan bangsa dan Negara Indonesia. Jumlah helai bulu:

a) Pada tiap sayapnya =17


b) Pada ekor =8
c) Kecil-kecil di bawah perisai =19
d) Kecil-kecil di leher =45
Ini melukiskan atau mengingatkan Hari Proklamasi Kemerdekaan Negara 17 Agustus

1945.

2) Perisai:

Adalah melambangkan Perjuangan dan Perlindungna bagi bangsa Indonesia. Perisai


terbagi dalam lima ruangan, yang masing-masing melambangkan Sila-sila, Pancasila,
yaitu sebagai berikut.

a) Nur Cahaya (bintang persegi lima), melambangkan Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b) Rantai dengan bermata bulan (pria) dan persegi empat (wanita) secara silih
berganti adalah mengandung dasar humanism yang dalam, melambangkan Sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap.

c) Pohon Beringin, pohon rindang yang melindungi rakyat dan tempat rakyat
berteduh/berlindung, melambangkan Sila Persatuan Indonesia.

d) Kepala Banteng, adalah lambang tenaga rakyat dan menunjukkan dasar atau Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.

e) Kapas dan Padi, merupakan lambang sandang dan pangan yang berarti tujuan
kemakmuran dengan rasa keadilan, jadi sebagai lambang Sila Keadilan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

3) Seloka atau Sesanti:

Bhinnka Tunggal Ika yang dipetik dari kalimat dalam buku Sutasoma hasil

Karya Mpu Tantular pada zaman kerajaan Majapahit abad XIV. Artinya Berbeda-
beda, namun tetap satu atau Berbeda dalam kesatuan.

Dalam buku Sutasoma seloka ini lengkapnya bebunyi:

Bhinneka Tunggal Ika, tanhana dharma mangruwa, yang artinya Berbeda-beda


tetapi satu, tak ada peraturan yang bersifat dualism. Kitab Sutasoma memang pada
dasarnya merupakan renungan falsafah yang berusaha membuktikan adanya pandangan
monotheisme atau ke-Esa-an Tuhan yang disebut Siwa-Budha dan yang secara historis
tumbuh dari dua agama yang pada hakikatnya saling bertentangan.

Dengan demikian motto Bhinneka Tunggal Ika yang semula mengandung


pengertian falsafah agama menjadi pengertian falsafah politik ketatanegaraan Republik
Indonesia yang mencita-citakan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Selain daripada itu: Garis melintang di tengah perisai adalah menggambarkan
Katulistiwa yang melintasi pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.
Selanjutnya warna merah putih dalam perisai merupakan warna Sang Saka Merah Putih.

Secara keseluruhan, Lambang Negara Republik Indonesia Garuda Pancasila


melambangkan: Jiwa dan tradisi-tradisi serta cita-cita Bangsa Indonesia yang telah
dengan gemilang mendapat/mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945
untuk secara pemusatan pikiran, pemusatan gerakan dalam mencapai cita-cita
pembangunan demi kemakmuran bangsa dan kejayaan Negara, sekaligus mencapai
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila

BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnyanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga maklah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,(1974). Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.

Anonim, (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasia. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.

A.K Pringgodigdo, (1949). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Abdulgani R, (1998). Pancasila dan reformasi. Yogyakarta: Makalah Seminar Nasional KAGAMA,
8 Juli 1998

BP-7 Pusat. (1988). Ketetapan-ketetapan MPR Republik Indonesia. Jakarta.


____, (1994). Bahan Penataran P-4, Pancasila/P-4. Jakarta

____, (1994. Bahan Penataran P-4, Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta

Budiyono K. (2007) Nilai-nilai Kepribadian dan Perjuangan Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Cooley Charles Horton D, (1922). Sociology Theory and Social Research. Dalam KJ Veeges,
Realitas Social. Jakarta:Gramedia.

Dardji Darmodihardjo, (1996). Pancasila Suatu Orientasi Singkat. PN Jakarta:Balai Pustaka

Dardji Darmodihardjo, (1996). Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia.
Jakarta:Penerbit, Rajawali.

Kaelan, (2001). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kuntowojoyo, (1997). Agama dan Demokrasi di Indonesia. Dalam Norma Arfani. R. Demokrasi
Indonesia Kontemporer. Jakarta: CV Rajawali.

Notonagoro, (1959). Pembukaan UUD 1945 (Pokok Kaidah Fundamental Negara Indonesia).
Yogyakarta:UGM.

Poespoprodjo W., dkk. (1999). Logika Ilmu Menalar. Bandung: Remaja Karya.

Pranarka, AWM. (1985). Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. Jakarta: CSIS.

Pusat Studi Pancasila UGM, (1999). Reformasi dalam Perspektif Filsafat Hukum, Politik, Keamanan,
Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Jurnalistik Filsafat Pancasila No. 3.

Sartono K., (1992). Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Soediman P. (1970). Beberapa pikiran Sekitar Pancasila. Bandung: Penerbit Alumni.

Soeprapto. S, (1988). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LP3UGM.

Suwarno, PJ, (1993). Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Wibisono S.K., (1998). Pancasila dalam Perspektif Gerakan Reformasi : Aspek Sosial Budaya. Makalah
Diskusi Panel pada Pusat Studi Pancasila, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

PERTANYAAN SESI I

1.
2.

3.

PERTANYAAN SESI II

1.

2.

Anda mungkin juga menyukai