PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
5. KEADIAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
KATA PENGHANTAR
Peserta didik harus menyadari bahwa dalam memperaktikan ilmu, pengetahuan dan
teknologi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal diri pribadi maupun eksternal dari
kehidupan masyarakat. Faktor lingkungan internal diri pribadi sangatlah dominan dalam
membentuk sikap dan perilakunya, hal ini dipengaruhi oleh aspek fisik jasmaniah maupun aspek
non fisik rohaniah dari orang yang bersangkutan. Kedua aspek inilah yang merupakan sumber
nilai bagi pembentukan, pemeliharaan dan pengembangan jati dirinya yang pada akhirnya
diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perilakunya.
Kepribadian pancasila yang telah tumbuh dan berkembang pada proses pembelajaran di
perguruan tinggi, diharapkan akan terus berkembang menjadi kepribadian bangsa yang solid,
sehingga dimanapun manusia Indonesia berada akan dapat tampil sebagai duta bangsa yang baik.
Buku ajaran ini disusun dengan maksud untuk menyediakan salah satu bahan/referensi
bagi Mahasiswa maupun Dosen dalam proses pembelajaran. Materi disusun sedemikian lengkap
baik berisi teori maupun pedoman pengalamannya, untuk memudahkan pemahamannya.
Penyusun materi dalam menyusun buku ajar ini telah mencoba untuk tetap mengacu pada
keputusan Dirjen Dikti No. 265/Dikti/Kep/2000 tentang modul pembelajaran mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPK), namun demikian sangat dirasakan masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan.
9 Maret 2009
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
A. Latar Belakang . 1
B. Rumusan Masalah .... 1
C. Tujuan Pembuatan Makalah .... 1
BAB 3 PENUTUP .. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu bangsa.
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan melaliu BABXIII, Pasal 31 ayat (2), bahwa
pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah, sebagai
Suatu system pengajaran Nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bendera
2. Bahasa Nasional
3. Lagu Kebangsaan
4. Lambang Negara
Untung memahami lebih lanjut dan menambah pengetahuan tentang Bendera, Bahasa
Nasional, Lagu Kebangsaan, dan Lambang Negara Indonesia.
BAB II
POKOK PEMBAHASAN
Pasal 35 UUD 1945 menetapkan Bendera Negara Republik Indonesia, yaitu Sang
Saka Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
bewarna putih yang kedua bagian berukuran sama.
2. Bahasa Nasional
3. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan sebagaimana halnya dengan Lambang Negara tidak diatur di dalam
UUD 1945, namun Lambang Negara dan Bahasa Nasional kedudukannya sama dengan Bendera
dan Bahasa, yaitu sama-sama sebagai piranti-piranti.
4. Lambang Negara
a. Dasar Hukum Lambang Negara Garuda Pancasila. Setiap Negara mempunyai Lambang
Negara, yang menggambarkan kedaulatan, kepripadian dan kemegahan daripada Negara
tersebut.
UUD 1945 tidak mengatur tentang lambang Negara. Lambang Negara Republik
Indonesia Garuda Pancasila disusun berdasarkan Pasal 3 UUDS 1950. Dalam tahun
1950 Pemerintah RI membentuk suatu Panitia Khusus untuk menciptakan suatu Lambang
Negara Garuda Pancasila yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun
1951 tanggal 17 Oktober 1951 serta dimuat dalam Lembaran Negara No. 111 Tahun
1951. Kemudian dikeluarkan pula Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1958 tanggal 10
Mei 1958.
b. Persyaratan Lambang
Menurut Ilmu Heraldika (Heraldiek, Heraldry) yaitu suatu cabang dari ilmu
sejarah; yang mempelajari dan arti lukisan, lencana, simbol atau lambang umumnya.
Tiap-tiap lambang yang sempurna jika tiga bagian, yaitu:
Ad. 2) Perisai:
Selanjutnya menurut Ilmu Heraldika suatu Lambang itu sempurna dan baik
apabila bentuknya selain harus sederhana namun telah mencakup sejumlah pengertian
dan tujuan.
Seloka atau Sesanti yang tertulis di pita yang tercengkeram oleh cakar Burung
Garuda adalah Seloka yang dipetik dari buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang
berbunyi Bhinneka Tunggal Ika yang artinya : Walaupun berbeda-beda, namun tetap
satu.
Dengan demikian jelaslah bahwa Lambang Negara Garuda Pancasila telah
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Ilmu Heraldika.
1) Burung Garuda:
Adalah lambang kekuasaan dan kekuatan serta lambang tenaga pembangunan dan
pemeliharaan seluruh bangsa Indonesia. Burung yang berwarna kuning emas
melambangkan kemegahan bangsa dan Negara Indonesia. Jumlah helai bulu:
1945.
2) Perisai:
a) Nur Cahaya (bintang persegi lima), melambangkan Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b) Rantai dengan bermata bulan (pria) dan persegi empat (wanita) secara silih
berganti adalah mengandung dasar humanism yang dalam, melambangkan Sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap.
c) Pohon Beringin, pohon rindang yang melindungi rakyat dan tempat rakyat
berteduh/berlindung, melambangkan Sila Persatuan Indonesia.
d) Kepala Banteng, adalah lambang tenaga rakyat dan menunjukkan dasar atau Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e) Kapas dan Padi, merupakan lambang sandang dan pangan yang berarti tujuan
kemakmuran dengan rasa keadilan, jadi sebagai lambang Sila Keadilan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bhinnka Tunggal Ika yang dipetik dari kalimat dalam buku Sutasoma hasil
Karya Mpu Tantular pada zaman kerajaan Majapahit abad XIV. Artinya Berbeda-
beda, namun tetap satu atau Berbeda dalam kesatuan.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnyanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga maklah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasia. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.
A.K Pringgodigdo, (1949). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Abdulgani R, (1998). Pancasila dan reformasi. Yogyakarta: Makalah Seminar Nasional KAGAMA,
8 Juli 1998
Budiyono K. (2007) Nilai-nilai Kepribadian dan Perjuangan Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Cooley Charles Horton D, (1922). Sociology Theory and Social Research. Dalam KJ Veeges,
Realitas Social. Jakarta:Gramedia.
Dardji Darmodihardjo, (1996). Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia.
Jakarta:Penerbit, Rajawali.
Kuntowojoyo, (1997). Agama dan Demokrasi di Indonesia. Dalam Norma Arfani. R. Demokrasi
Indonesia Kontemporer. Jakarta: CV Rajawali.
Notonagoro, (1959). Pembukaan UUD 1945 (Pokok Kaidah Fundamental Negara Indonesia).
Yogyakarta:UGM.
Poespoprodjo W., dkk. (1999). Logika Ilmu Menalar. Bandung: Remaja Karya.
Pusat Studi Pancasila UGM, (1999). Reformasi dalam Perspektif Filsafat Hukum, Politik, Keamanan,
Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Jurnalistik Filsafat Pancasila No. 3.
Sartono K., (1992). Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Suwarno, PJ, (1993). Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Wibisono S.K., (1998). Pancasila dalam Perspektif Gerakan Reformasi : Aspek Sosial Budaya. Makalah
Diskusi Panel pada Pusat Studi Pancasila, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
PERTANYAAN SESI I
1.
2.
3.
PERTANYAAN SESI II
1.
2.