Anda di halaman 1dari 33

FORMAT PENGKAJIAN

KEBUTUHAN DASAR/MEDICAL SURGICAL

I. DATA DEMOGRAFI

A. Biodata
- Nama ( initial ) :
- Usia / tanggal lahir :
- Jenis kelamin :
- Alamat ( lengkap dengan no.telp ) :
- Suku / bangsa :
- Status pernikahan :
- Agama / keyakinan :
- Pekerjaan / sumber penghasilan :
- Diagnosa medik :
- No. medical record :
- Tanggal masuk :
- Tanggal pengkajian :
- Therapy medik :

B. Penanggung jawab
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Pekerjaan / sumber penghasilan :
- Hubungan dengan klien :

II. KELUHAN UTAMA


Keluhan klien sehingga dia membutuhkan perawatan medik, jika klien tidak
mempunyai keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui penyebab sakitnya
:

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang


- Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam? :
- Bagaimana awal munculnya ?tiba-tiba?berangsur-angsur? :
- Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetap
sama dengan sebelumnya :
- Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan :
- Kondisi saat dikaji P Q R S T :

B. Riwayat kesehatan lalu


- Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami :
- Imunisasi :
- Kecelakaan yangpernah dialami :
- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit :
- Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ) :
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) :

C. Riwayat kesehatan keluarga


- Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :
- Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke,
anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional :
- Buat bagan dengan genogram :

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

- Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya :

- Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :

- Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :


- Tanggapan klien tentang beban biaya RS :
- Tanggapan klien tentang penyakitnya :
V. RIWAYAT SPIRITUAL

- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :


- Support system dalam keluarga :
- Ritual yang biasa dijalankan :

VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum klien


- Tanda-tanda dari distress :
- Penampilan dihubungkan dengan usia :
- Ekspresi wajah, bicara, mood :
- Berpakaian dan kebersihan umum :
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan :

B. Tanda-tanda vital
- Suhu :
- Nadi :
- Pernafasan :
- Tekanan darah :

C. Sistem pernafasan
- Hidung : kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret/polip,passase udara :
- Leher : Pembesaran kelenjar, tumor
- Dada
Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest) :
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversi :
Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi) :
Keadaan proxsesus xipoideus :
Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular) :
Apakah ada suara nafas tambahan ? :
- Apakah ada clubbing finger :

D. Sistem kardiovaskuler
- Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis) :
- Arteri carotis :
- Tekanan vena jugularis :
- Ukuran jantung :
- Ictus cordis/apex :
- Suara jantung (mitral,tricuspidalis,S1,S2,bising aorta,murmur,gallop) :
- Capillary retilling time :
E. Sistem perncernaan
- Sklera (ikterus/tidak) :
- Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis) :
- Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan,
gerakan lidah ) :
- Gaster (kembung, gerakan peristaltik ) :
- Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran) :
- Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi) :

F. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga :
- Visus (gunakan snellen card) :
- Lapang pandang :
2. Hidung
- Penciuman, perih dihidung, trauma, mimisan :
- Sekret yang menghalangi penciuman :
3. Telinga
- Keadan daun telinga, operasi telinga :
- Kanal auditoris :
- Membrana tympani :
- Fungsi pendengaran :

G. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa) :
b. Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS :
c. Bicara (ekspresive dan resiptive )
2. Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII) :
3. Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot) :
4. Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi ) :
5. Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan) :
6. Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial) :
7. Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign) :

H. Sistem muskuloskeletal
1. Kepala ( bentuk kepala ) :
2. Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM ) :
3. Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM) :
4. Lutut (Mc Murray Test, Ballotement, ROM) :
5. Kaki (keutuhan ligamen, ROM) :
6. Bahu :
7. Tangan :
I. Sistem integumen
- Rambut ( distribusi ditiap bagian tubuh, texture, kelembaban, kebersihan ) :
- Kulit (perubahan warna, temperatur, kelembaban,bulu kulit, erupsi, tahi lalat, ruam,
texture ) :
- Kuku ( warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan ) :

J. Sistem endokrin
- Kelenjar tiroid :
- Percepatan pertumbuhan :
- Gejala kreatinisme atau gigantisme :
- Ekskresi urine berlebihan , polydipsi, poliphagi :
- Suhu tubuh yang tidak seimbang , keringat berlebihan, leher kaku ) :
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut :

K. Sistem perkemihan
- Edema palpebra :
- Moon face :
- Edema anasarka :
- Keadaan kandung kemih :
- Nocturia, dysuria, kencing batu :
- Penyakit hubungan sexual :

L. Sistem reproduksi
1. Wanita
- Payudara (putting, areola mammae, besar, perbandingan kiri dan kanan) :
- Labia mayora dan minora :
- Keadaan hymen :
- Haid pertama :
- Siklus haid :
2. Laki-laki
- Keadaan gland penis (urethra) :
- Testis (sudah turun/belum) :
- Pertumbuhan rambut (kumis, janggut, ketiak) :
- Pertumbuhan jakun :
- Perubahan suara :

M. Sistem immun
- Allergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ) :
- Immunisasi :
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca :
- Riwayat transfusi dan reaksinya :

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. Nutrisi
- Selera makan :
- Menu makan dalam 24 jam :
- Frekuensi makan dalam 24 jam :
- Makanan yang disukai dan makanan pantangan :
- Pembatasan pola makanan :
- Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ) :
- Ritual sebelum makan :

- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam :


- Frekuensi minum :
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam :

C. Eliminasi ( BAB & BAK )


- Tempat pembuangan :
- Frekuensi ? Kapan ? Teratur ? :
- Konsistensi :
- Kesulitan dan cara menanganinya :
- Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK :

D. Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur :
- Jam tidur (siang/malam) :
- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan :
- Apakah tidur secara rutin :

E. Olahraga
- Program olahraga tertentu :
- Berapa lama melakukan dan jenisnya :
- Perasaan setelah melakukan olahraga :
-

F. Rokok / alkohol dan obat-obatan


- Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?
- Apakah minum minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ? apakah
banyak minum ketika stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi kerja ? :
- Kecanduan kopi, alkohol, tea atau minuman ringan ? berapa banyak /hari ? :
- Apakah mengkonsumsi obat dari dokter (marihuana, pil tidur, obat bius) :

G. Personal hygiene
- Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu) :
- Cuci rambut :
- Gunting kuku :
- Gosok gigi :

H. Aktivitas / mobilitas fisik


- Kegiatan sehari-hari :
- Pengaturan jadwal harian :
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas :
- Kesulitan pergerakan tubuh :

I. Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja ? :
- Berapa banyak waktu luang ? :
- Apakah puas setelah rekreasi ? :
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang ? :
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja ? :

VIII. TEST DIAGNOSTIK


- Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
- Ro foto :
- CT Scan :
- MRI, USG, EEG, ECG, dll.

IX. Therapy saat ini (tulis dengan rinci)


DATA FOKUS
( CP.1 A )

NAMA PASIEN : . NAMA MAHASISWA :


NO.REKAM MEDIK: NIM :
RUANG RAWAT : .

DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF


ANALISA DATA
( CP.1 B )

NAMA PASIEN : NAMA MAHASISWA :


NO.REKAM MEDIK : NIM :
RUANG RAWAT : .

N
DATA MASALAH ETIOLOGI
O
DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP.2 )
NO.REKAM MEDIK : NAMA MAHASISWA :
RUANG RAWAT : NIM :

N
MASALAH/DIAGNOSA TGL.DITEMUKAN TGL.TERATASI
O
RENCANA KEPERAWATAN
( CP.3 )

NAMA PASIEN : NAMA MAHASISWA :


NO.REKAM MEDIK : NIM :
DIAGNOSA MEDIK :

NDX. DAN DATA RENCANA


TGL TUJUAN RASIONAL
PENUNJANG TINDAKAN
CATATAN TINDAKAN
( CP.4 )

NAMA PASIEN : NAMA MAHASISWA :


NO.REKAM MEDIK : NIM :
RUANG RAWAT :

KODE
TGL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
NDx

CATATAN PERKEMBANGAN
( CP.5 )

NAMA PASIEN : NAMA MAHASISWA :


NO.REKAM MEDIK : NIM :
RUANG RAWAT :

KODE
TGL J AM EVALUASI / SOAP
NDx
RESUME KEPERAWATAN
( CP.6 )

N AM A : NO. REKAM MEDIK :


UMUR : RUANG RAWAT :
J.KELAMIN : TGL. MASUK RS :
AG AM A : TGL. KELUAR RS :

ALAMAT :

1. Masalah keperawatan pada saat pasien dirawat :

2. Tindakan keperawatan selama dirawat :

3. E v a l u a s I :

4. Nasehat pada waktu pasien pulang :

NAMA MHS : ()
N IM :
TREND dan ISSUE KEPERAWATAN

Tren Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran
pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif. Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan
ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi
standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia
masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya
peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun
1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan,
lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan
sehat untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan
pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.
Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan
sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin
kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu
organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan
kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

http://www.ziddu.com/download/15538908/trenddanissuekeperawatan.pdf.html
1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta

2. Definisi Issu.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis.
Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya

3. Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak,
trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan.

4. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan
jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang
menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi


Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa
harus dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan
kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-
penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada
masa konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari
seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam
kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-
suara komposisi lagu yang teratur.Marc Lehrer, seorang ahli dari university of
California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi
dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa
memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig
Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru
lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, Penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan jiwa dari
kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola
stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat
dipecat atau mutasi jabatan

c. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa


Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah
satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan
jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang
sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di
dunia mengalami masalah mental.
Tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau
organic. Penyebabnya antara lain berasal dari :
Faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria
dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain.
Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam
pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota
keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis.
Gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial
(perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau
sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan
diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain)

d. Kecenderungan situasi di era global


Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-
negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK
yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak
pada semua sector termasuk sektor kesehatan

e. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat


Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk keperawatan adalah
tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan.
(persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat jiwa ) hrs mempunyai standar
global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan.
Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi
masalah klinis spt prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pd konteks
kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit,
melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi
sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan
fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk
pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada
pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari
hospital base menjadi community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat
oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat
diri sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun
politik diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.
Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan,
narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa
batas.
Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang
dpt dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam
kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya :
Setiap org harus meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya
kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain
merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa

f. Kecenderungan penyakit jiwa


Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang
umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka
mjd manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak
produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma
muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi
tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan
Meningkatnya Masalah psikososial
Lingkup keswa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan segala
aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kes. Dan Ilmu
Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan mjd :
Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup,
yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai2 kehidupan
manusia
Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat
terjadinya perubahan sosial, meliputi :
Psikotik gelandangan
Pemasungan penderita gangguan jiwa
Masalah anak jalanan
Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban
kekerasan pd anak, dll)
Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja
Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dgn sengaja cara. Bunuh diri
merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus
meningkat. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri dan
minum racun.
Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi
(perasaan malu terlilit utang.
Masalah Napza dan HIV/ AIDS
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak
dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal
terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat
hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi
backing, ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan
pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih
bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin
menigkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi
Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola asuh
keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana
orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi.
Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain,
teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan
berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada ortunya
saat punya masalah. Ortu menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga
anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin
di rumahnya.
Masalah Ekonomi dan Kemiskinan
Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli
lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi,
kekebalan menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat
mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus
gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan
BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini
diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan
penggusuran yang kerap terjadi.

g. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri


Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan
jiwa secara global, harus fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya
berbasis pada komunitas (community based care) yang memberi penekanan pada
preventif dan promotif.
Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara
mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program
spesialisasi keperawatan jiwa.
Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada licence bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan
narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat
terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan
mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

h. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi


Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat
psikotropika yg terbukti dpt mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran
perawat tidak terbatas di RS, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan
sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan
hospital based care menjadi community based care. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan 3 kunci utama :
Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan
perawat dengan profesi lain di komunitas.
Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi
kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan
pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri
baik dlm jumlah maupun kualitas.

i. Issue Seputar Yankep Mental Psikiatri


Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan karena
masih kurangnya hasil hasil riset keperawatan Jiwa Klinik.
Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang
rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional.
Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering
kali tdk jelas Position description. job responsibility dan sistem reward di dlm
pelayanan.
Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan).

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia..
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta
Kecenderungan Keperawatan di Masa yang Akan Datang
Bila dilihat dari prospek perawatan kesehatan masyarakat di masa yang datang
cenderung semakin berkembang dan dibutuhkan dalam sistem pelayanan kesehatan
pemerintah. Oleh karena perawatan kesehatan masyarakat merupakan sub sistem dari
keperawatan khususnya dan system kesehatan pada umumnya. Sekaitan dengan itu pula
peranan perawatan kesehatan masyarakat sangat diperlukan keikutsertaannya dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi dimasa kini dan yang akan datang, karena
selalu mengikuti perubahan yang terjadi dalam masyarakat secara keseluruhan.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan masyarakat secara
keseluruhan yang meliputi:
Pertambahan penduduk yang begitu cepat (population) dan perubahan-perubahan dalam
gambaran penduduk, diantaranya perubahan-perubahan dalam komposisi umur,
penyebarannya, dan kepadatan penduduk di kota-kota besar.
Perubahan pola penyakit (transisi penyakit), yaitu perubahan dari penyakit menular ke
penyakit-penyakit degenerative seperti jantung, kanker, strok, depresi mental dan kecemasan,
peningkatan kecelakaan, alkhohilisme, dan penyalahgunaan narkotika.
Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepat dengan disertai
perubahan-perubahan sikap, nilai, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok
masyarakat baru, masalah-masalah individu, keluarga, antar individu dan masyarakat.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat (penerima pelayana) serta meningkatnya harapan
terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan, perubahan konsep kesehatan dari
kebebasan penyakit menjadi kondisi individu yang memiliki kemampuan hidup sehat dan
mempunyai daya produktivitas tinggi.
Meningkatnya ilmu pengetahuan ilmiah, biomedis, dan teknologi medis. Keperawatan
membawa perbaikan metoda untuk mengatasi penyakit
Berkembangnya team kesehatan dan meningkatnya keahlian tenaga kesehatan dan
keperawatan dan munculnya berbagai katagori tenaga kesehatan yang baru.
Pola pelayanan kesehatan yang baru untuk menunjang pencapai kesehatan bagi semua orang
pada tahun 2000
Kurangnya tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab/wewenang kepada
perawat dan tenaga kesehatan lainnya
Masyarakat menjadi patner kerja yang akatif dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Banyak pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di luar rumah sakit, missal rehabilitasi,
mental health dan sebagiannya.
Dilihat dari berbagai perubahan tersebut, peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
kesehtan semakin besar melalui intervensi perawatan kesehatan masyarakat diberbagai
tingkat pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan/keperawatan karena kelalaian,
ketidaktahuan dan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dengan
demikian peranan perawat kesehatan masyarakat untuk masa-masa kini dan yang akan datang
semakin penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

2.2 Pembangunan Berwawasan Kesehatan


Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan
perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik.
Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam
pembangunan bangsa dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan
dengan negara tetangga. Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima
fenomena utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan yaitu perubahan pada dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK
kesehatan/kedokteran, tantangan global, perubahan lingkungan dan demokrasi disegala
bidang.
Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan pemahaman terhadap
konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang
determinan kesehatan bersifat multifaktoral, telah mendorong pembangunan kesehatan
nasional ke arah paradigma baru, yaitu paradigma sehat.
Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang
sakit, sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan
maksud melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan roduktif serta
tidak jatuh sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan investasi dan intervensi
pada orang sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih cost effective dari pada
intervensi terhadap orang sakit. Pada masa mendatang, perlu diupayakan agar semua
masyarakat selalu berwawasan kesehatan, motto-nya akan menjadi "Pembangunan
Berwawasan Kesehatan".

2.3 Trend Keperawatan di Masa Depan


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang kesehatan,
peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak
asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat
semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan
profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam
pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran
aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.
Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu profesionalisme
keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan
penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan
juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).
1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional,


telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang, terutama
penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan dengan
landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan
kerangka konsep pendidikan.

a. Wawasan Keilmuan

Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,


merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat
dengan adanya:

Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan Etika
Umum)
Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia,
Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.

Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan, Komunikasi
Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan
Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III,
Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan Gerontik, Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan


berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.

Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka
S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan
Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan
Keperawatan Medikal Bedah.

Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada


profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.

b. Orientasi Pendidikan

Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan


pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan lapangan
tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala
sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan dan persaingan global.

c. Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif mandiri,
pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan
karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan fokus asuhan
keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif dan
rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat terjadinya
pelayanan yang efisien, efektif serta berkualitas.

Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti keperawatan
profesional, seperti:

Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan

Praktik keperawatan di rumah (home care)

Praktik keperawatan berkelompok (nursing home = klinik bersama, dan

Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647 tahun 2000,
yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan
Praktik Keperawatan.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN

D. PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN DAN PROSES PROFESIONALISASI


System pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan pada saat ini, ditunjukan
untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa
depan, kususnya terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam kesehatan dimasa depan
dan terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala aspeknya.
Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan berbagai keluaran sesuai
dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset Ilmiah, dan fungsi pengabdian
kepada masyarakat dalam bidang keperawatan.
Pengembangan dan pembinaan pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi
diarahkan untuk dapat menghasilkan berbagai jenis ketenagaan keperawatan professional
dengan berbagai jenjang kemampuan, baik sebagai ilmuan maupun sebagai professional atau
tenaga profesi keperawatan. Untuk menghasilkan tenaga profesi pada saat ini telah
dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu program pendidikan D-III keperawatan,
program pendidikan Ners, program Magister keperawatan dan program Spesialis bidang
keperawatan.
Program pendidikan D-III keperawatan menghasilkan ahli madya keperaawatan sebagai
professional pemula atau tenaga profesi pemula, yang memiliki sikap, tingkah laku, dan
kemampuan melaksanakan praktik keperwatan professional dasar sederhana (Basic
Professional Nursing Practice) Program pendidikan ners (semula program pendidikan sarjana
ilmu keperawatan), menghasilkan lulusan ners yang memiliki sikap dan kemampuan sikap
dan kemampuan professional (Professional competencies) melakukan praktik keperawatan
ilmiah dasar secara mandiri, dan berbagai kegiatan ilmiah keperawatan.
Program pendidikan D-IV perawat pendidik dibangun berdasarkan kebutuhan ketenagaan
keperawatan pendidik yang sangat mendesak, dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pendidikan pada program pendidikan D-III keperawatan, yang pada saat ini pertumbuhannya
terjadi dengan sangat pesat.
Program pasca sarjana bidang ilmu keperawatan, khususnya program magister ilmu
keperawatan, telah dikembangkan 1 program studi yaitu program studi kepemimpinan dan
menejemen keperawatan yang ditumbuhkan di fakultas keperawan Universitas Indonesia.
Secara bertahap dibangun dan dibina kemampuan institusi pendidikan tinggi keperawatan,
kususnya yang melaksanakan program pendidikan ners dan pendidikan lanjut yang nantinya
akan meenjadi fakultas keperawatan, sikap dan kemampuan untuk melakuan berbagai
kegiatan ilmiah keperawatan, kususnya riset ilmiah.

Sehingga dimasa depan dapat diharapkan bahwa system pendidikan tinggi keperawatan
di Indonesia tidak hanya mampu menghasilkan lulusan, akan tetapi juga berbagai hasil riset
ilmiah keperawatan, baik yang bersifat riset dasar maupun riset terapan. Dalam rangka upaya
mengembangkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia, kususnya pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan, riset ilmiah keperawatan yang berhubungan dengan aspek
sosio budaya dan spiritual sangat diperlukan agar pengembangannya benar-benar terarah
pada tuntutan kebutuhan dan penerimaan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu sejak awal pengembangan system pendidikan tinggi keperawatan selalu
ditekankan palaksanaan tiga fungsi pokok secara terintegrasi, kususnya perhatian pada
pelaksaan fungsi riset ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperaawatan,
dan bukan semata-mata pelaksanaan fungsi pendidikan.
Dipahami benar bahwa membangun kemampuan melakukan riset ilmiah keperawatan
secara benar dan baik, merupakan upaya berjangka panjang dan memerlukan perhatian kusus
dan bersungguh-sungguh oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan, hal ini hendaknya
disadari benar, dan langkah-langkah pengembangan nyata secara bertahap dilakukan sehingga
pada suatu saat fungsi riset ilmiah di institusi pendidikan tinggi keperawatan dapat dilakukan
dengan baik.
Fungsi pokok ketiga yang perlu juga diperhatikan dan ditangani secara terintegrasi
dengan pelaksanaan fungsi pendidikan dan fungsi riset, adalah fungsi pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan. Berbagai jenis dan bentuk pengabdian kepada
masyarakat, mulai dari pelayanan kepada masyarakat dalam bidang keperawatan hingga
konsultasi dalam bidang keperawatan.
Dalam bidang fungsi ini termasuk juga upaya mencari dan menetapkan model system
pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan kepada masyarakat yang lazimnya
menggunakan pendekatan dan tahapan metodelogi riset ilmiah. Jika fungsi pokok ini dapat
terlaksana, system pendidikan tinggi keperawatan Indonesia telah mampu melaksanakan tiga
fungsi pokoknya secara keseluruhan, yaitu, pendidikan, riset ilmiah dan pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan.

Program pendidikan baru dan pusat pendidikan baru dalam pengenmbangan dan
pembinaan system pendidikan tinggi keperawatan dilaksanakan secara terarah, bertahap,
berencana, dan terkendalikn sehingga tidak timbul keguncangan yang dapat merugikan
perkembangan keperawatan sendiri yang selanjutnya dapat memperlambat proses
profesionalisasi keperawatandi Indonesia. Adanya keinginan-keinginan untuk tumbuh lebih
cepat, hendaknya sedikit diredam, dan memperhatikan kemampuan dalam pengadaan dan
pembinaan berbagai sumber daya pendidikan yang diperlukan.
Hal ini sangat perlu diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan keperawatan
berjalan dengan baik, dan tujuan untuk mewujudkan keperawtan sebagai profesi di Indonesia
dapat tercapai dan bermakna bahwa proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia
berlangsung secara baik dan terarah.
E. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Adanya perkembangan dalam teori keperawatan dan meodologi keperawatan yang
bersumber pada pergeseran pandangan dan keyakinan tentang keperawatan, dan pergeseran
dalah asuhan keperawatan, merupakan tekanan utama terjadinya perubahan dalam pendidikan
keperawatan.
Pendidikan keperaawatan yang tadinya lebih bersifat berada di rumah sakit (hospital-
Based), bergeser kepada bentuk pendidikan yang berada di perguruan tinggi atau universitas
(University-based). Pendidikan keperawatan yang tadinya hanya bersifat
magang (Apprenticeship), bergeser menjadi pendidikan yang ditujukan kepada penguasaan
ilmu pengetahuan keperawatan dan metode keperawatan melalui pendidikan dan latihan yang
lama.
1. Orientasi pendidikan keperawatan
Orientasi pada ilmu pengertahuan dan teknologi keperawatan dicirikan oleh kurikulum
pendidikan yang mengikuti pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kususnya
IPTEK bidang keperawatan, Kurikulum pendidikan diartikan tidak saja isi pendidikan akan
tetapi juga berbagai bentuk pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan, serta memungkinkan terjadinya proses
penumbuhan dan pembinaan sikap dan keterampilan professional.
Orientasi kepada masyarakat atau komunitas memberikan arahan bahwa kurikilum
pendidikan disusun dengan bertolak dari kompetensi yang diturunkan dari tuntutan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan (kesehatan dan IPTEK) di masa datang, dengan tetap
memperhatikan pandangan tuntutan keprofesian dalam bidang keperawatan.
Orientasi pendidikan kepada masyarakat dicirikan juga dengan pengalaman belajar di
masyarakat (Community-based education), yaitu berbagai bentuk pengalaman belajar di
masyarakat, seperti pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan
(PBL). Kedua bentuk pengalaman ini adalah bentuk pengalaman belajar yang sangat
berpengaruh pada penumbuhan dan pembinaan sikap serta keterampilan professional pada
peserta didik.

2. Kerangka Konsep
Berdasarkan pandangan tentang perawatan dan orientsipendidikan perawatan seperti
yang diuraikan di atas, pendidikan perawatan sebagai pendidikan professional disusun
berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yang mencirikannya sebagai pendidikan akademi-
profesional. Isi pendidikan dan sebagai pengalaman belajar yang dikembangkan ditunjukan
untuk berbagai pengalaman belajar yang dikembangkan serta sikap dan kemampuan
professional sesuai yang dituntut oleh profesi keperawatan.
3. Penguasaan ilmu pengetehuan dan teknologi keperawatan
Seluruh rangkaian proses pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan harus
ditata dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik memahami
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam
melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan sesuai tuntutan profesi keperawatan (standar
professional), dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Harus memungkinkan peserta didik menguasai body of knowledge yang diperlukan
oleh seorang perawat profeional, dan menguasai berbagai metode dan teknik keperawatan
yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.

4. Penyelesaian masalah secara ilmiah


Dalam seluruh rangkaian pengalaman belajar pada pendidikan tinggi keperawatan, secara
bertahap dan terintegrasikan sepenuhnya, ditumbuhkan dan dibina kemampuan untuk
memecahkan masalah secara ilmiah, termasuk penalaran ilmian (scientific reasoning).
Penumbuhan dan penalaran kemampuan ini juaga dikaitkan dengan tercapainya penguasaan
proses keperawatan (nursing process) oleh peserta didik yang merupakan pendekatan dan
penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah, termasuk pengambilan keputusan klinis
(cinical decision).

5. Sikap dan tingkah laku professional


Sikap dan tingkah laku professional yang dituntut dari seorang perawat dalam
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesiannya, harus
ditumbuhkan dan dibina sejak awal proses pendidikan. Penumbuhan dan pembinaan
kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak professional, merupakan suatu proses panjang
dan berlanjut, terlaksana dalam suatu lingkungan yang sarat dengan peran (role model).

6. Belajar aktif dan mandiri


Kemauan dan kemampuan belajar aktif, mandiri,dan mengarahkan belajar sendiri harus
ditumbuh kembangkan sejak awal proses pendidikan, menuju terbinanya sikap dan kemauan
belajar sepanjang hayat. Segala bentuk pengalaman belajar dikembangkan dan dilaksanakan
dengan berorientasi kepada peserta didik (student oriented).

7. Pendidikan berada di masyarakat


Pendidikan atau pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community
based learning) memungkinkan untuk menumbuhkan dam membina sikap dan keterampilan
profeional para peserta didik.
Melalui dua bentuk pengalaman yaitu pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman
belajar lapangan (PBL), ditumbuhkan dan dibina kemamauan pengambilan keputusan klinik
yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran
etik dengan bertolak dari masalah-masalah nyata di bidang keperawatan (nursing problem).
Di samping itu, bentuk-bentuk pengalaman belajar ini yang pada dasarnya merupakan
proses terjadinya sosialisasi/adaptasi professional, peserta didik menjadi lebih mampu dan
peka dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di masyarakat, serta lebih terampil
dalam memanfaatkan berbagai sumber yang ada danprofesional untuk melaksanakan
pelayanan/ asuhan keperawatan kepada masyarakat.

8. Kerangka Kurikulum Pendidikan Sarjana Keperawatan


Dengan bertolak dariorientasi pendidikan keperawatan, kerangka konsep pendidikan dn
sikap serta kemampuan perawat yang dituntut oleh masyarakat dan pembangunan di
masa datang, khususnya pembangunan kesehatan, disusun kerangka kurikulum pendidikan
sarjana keperawatan. Dalam kurikulum pendidikan sarjana keperawatan di masa datang akan
terdapat beberapa sekelompok ilmu yang melandasi pendidikan keperawatan dan kelompok
yang melandasi ilmu yang memungkinkan terjadinya perunahan perilaku peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan/direncanakan.

9. Berbagai Sumber Pendidikan yang Diperlukan


Pelaksanaan pendidikan keperawatan, kususnya program pendidikan sarjana
keperawatan seperti yang diuraikan sepintas di atas, memerlukan berbagai sumber pendidikan
(educational resources) dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Staf akadeami
yang merupakan komponen terpenting dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan
tinggi keperawatan dari berbagai disiplin ilmu harus tersedia dan dikembangkan secara
terarah dan berlanjut.
Kelompok-kelompok ilmuan dari berbagai kelompok atau disiplin ilmu yang mendukung
pelaksanaan pendidikan perawatan professional harus diberi kesempatan dan fasilitas cukup
untuk secara bersama mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperwatan. Melalui
upaya yang demikian ini dapat diharapkan tahap demi tahap terbentuk dan terbina suatu
masyarakat ilmiah keperawatan atau komunitas ilmiah keperawatan yang selanjutnya dapat
menciptakan iklim dan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan berbagai kegiatan
ilmiah dalam bidang keperawatan.
Tersedianya dan dapat dimanfaatkannya berbagai labolatorium, khususnya labolatorium
ilmu-ilmu boimedik dan labolatorium keperawatan dasar merupakan hal yang mutlak
diperhatikan. Pengajaran ilmu-ilmu biomedik dengan penekanan dan pemahaman teori dan
konsep-konsep ilmu biomedik serta penalaran ilmiah perlu dipotong dengan bentuk
pengalamaan belajar praktik (PBP) di labolatorium yang memadai. Demikian pula
labolatorium keperawatan dasar, tempat ditumbuh kembangkannya keterampilan dasar
keperawatan harus ada dan memungkinkan pengalaman belajar praktik dilaksanakan dan
dikembangkan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Berbagai lahan praktik tempat pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar
lapangan (serta berbagai pengalaman belajar lain) dilaksanakan, dibina dan dikembangkan
sedemukian rupa sehingga benar-benar memberi kesempatan pada peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman belajar nyata diperlukan . Lahan praktik yang pada umumnya
terdiri atas lebih dari satu fasilitas pelayanan kesehatan/keperawatan, dekembangkan dalam
satu kesatuan sebagai jaringan lahan praktik.
Untuk menumbuhkan dan membinaa etik professional diperlukan lingkungan belajar
dengan iklim yang mendukung terlaksananya latihan penalaran etik. Cukup banyak kejadian
atau peristiwa yang mengandung masalah etik, dan tersedianya cukup staf professional yang
dapat memberikan bimbingan dan latihan-latihan bagi peserta didik.
Lingkungan yang demikian ini adalah lingkungan belajar klinik dan lingkungan belajar
lapangan, disertai adanya masyarakat profeional (professional Community) yang membina
iklim keprofesian (professional climate), sarat dengan klinis yang dapat dijadikan panutan
atau model peran (role model). Disamping itu perlu adanya kelompok yang secara terus
menerus melakukan pembahasan dan berupaya menyelesaikan masalah etik profesi yang
muncul.

F. JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masayarakat dan pembangunan kesehatan di
masa datang, serta memperhatikan tuntutan pembangunan keperawatan sebagai suatu profesi
yang mendiri, system pendidikan keperawatan (dengan pengertian dalam tatanan system
pendidikan tinggi), dikembangkan dengan jenis dalam berbagai jenjang pendidikan.
1. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pada jenjang pendidikan, diploma III bersifat pendidikan profesi, menghasilkan Ahli
MAdya Keperawatan (A.Md.KEP) sebagai perawat professional pemula. Pendidikan
perawatan pada jenjang diploma dikembangkan terutama untuk menghasilkam
lulusan/perawat yang memiliki sikap menguasai kemampuan keperawatan umum dan dasar.
Pendidikan pada tahap ini lebih menekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam
bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang memadai. Sebagai perawat generalis
ia telah memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan professional dalam keperawatan
sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan umum kepada masyarakat dengan
pedoman pada etika keperawatan.
Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di
masa datang, dengan keadaan dan tingkat perkembangan yang diperkirakan sudah berbeda
dengan yang ada pada saat ini, perlu dipikirkan juga kemungkinan menghasilkan perawat
dengan berbagai jenis keahkian kusus yang diperlukan. Seperti kesehatan ibu-anak, atau
keperawatan kesehatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan kesehatan jiwa dan
keperawatan lansia (genontik).
Untuk menentukan apakah perawat dengan keahlian kusus ini memang dibutuhkan, dan
untuk menentukan keahlian mana yang dibutuhkan, perlu dilakukan penelitian secara
seksama dan mendasar dan secara bersama oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab
terhadap perkembanganpendidikan tinggi keperawatan, pelayanan/asuhan keperawatan.

Dengan demikian, dapat dicegah terjadinya penetapan jenis pendidikan yang tidak
diperlukan, serta dapat merugikan masyarakat dan perkembangan profesi keperawatan.
Selanjutnya dapat dicegah kemungkinan terjadinya benturan fungsi dalam melakanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kususnya pelayanan dan asuhan keperawatan.

2. Program Pendidikan Sarjana Keperawatan


Pendidikan tahap ini bersifat pendidikan akademik professional (Pendidikan
Keprofesian), menekan pada penguasaan landasan keilmuan, yaitu ilmu keperawatan dan
ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan serta pembinaan sikap keterampilan professional dalam
keperawatan. Pada jenjang pendidikaan ini, menghasilkan perawat generalis,terdapat dua
tahap program,yaitu tahap program akademik yang pada akhir pendidikan mendapat gelar
Akademik Sarjana Keperawatan (S.Kp.) dan tahap program keprofesian yang pada akhir
pendidikan mendapat sebutan profesi Ners(Ns).
Pada jenjang pendidikan ini, orientasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi
serta masyarakat yang bermakna bahwa arah pengembangan dan pembinaan adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat. Kurikulum pendidikan di bangun dalam
keraangka konsep yang kokoh, yaitu :
a. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
b. Memecahkan masalah secara ilmiah
c. Sikap, kemampuan dan tingkah laku professional,
d. Belajar aktif dan mandiri, serta
e. Belajar di masyarakat.
Kelompok ilmu yang terdapat dalam kurikulum pendidikan, mencakup ilmu-ilmu dasar
dan penunjang. Berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di
dalam tatanan yang revelan, khususnya pengalaman belajar praktik (PBP), pengalaman
belajar klinik (PBK),dan pengalaman belajar lapangan (PBL). PBK dan PBL dilaksanakan di
dalam tatanan pelayanan kesehatan, kususnya pelayanan keperawatan nyata yang ada,
sedangkan PBP dilaksanakan di dalam labolatorium keperawatan dengan fasilitas peralatan
labolatorium yang cukup.
Melalui kurikulum pendidikan yang demikian, diharapkan dapat menghasilkan perawat
yang mampu dan mau melaksanakan asuhan keperawatan sesuai yang dituntut oleh profesi
keperawatan,dan menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan pengembangan kesehatan.

3. Program Pendidikan Megister Keperawatan


Dalam menghadapi tekanan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tuntutan kebutuhan dan permintaan masyarakat yang diperkirakan akan terus
meningkat, pendidikan pascasarjana dalam bidang keperawatan juga dikembangkan. Hal ini
diperlukan agar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan
melalui berbagai bentuk penelitian dapat dilaksanakan, dan selanjutnya dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Program Pendidikan Megister Keperawatan
yang saat ini adalah Program Megister Menajemen Keperawatan.

4. Program Pendidikan Spesialis Bidang Keperawatan


Dalam memenuhi atau menjawab kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di
masa depan, dan bertolak pada pandangan bahwa setiap saat dan tahap pengembangan perlu
diupayakan untuk meningkatkan revelensi dan mutu asuhan keperawatan kepada masyarakat,
maka dikembangkan pendidikan jenjang ini lebih merupakan pendidikan yang memperdalam
pengetahuan dan keterampilan keprofesian.
Sifat memperdalam ilmu pengetahuan keperawatan, walaupun lebih mengutamakan ilmu
keperawatan klinik, namun tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dengan perkembangan
kelompok-kelompok ilmu dasar dan penunjang, termasuk ilmu dasar keperawatan.
Jenis pendidikan pada jenjang pendidikan ini didasarkan pada tuntutan kebutuhan
pelayanan keperawatan, perkembangan ilmu keperawatan klinis. Dalam pengembangan
jenjang pendidikan ini dicegah terjadinya fragmentasi yang berlebih yang dapat merugikan
masayarakat dan pengembangan profesi keperawatan.
Penetapan jenis spesialisasi seyogyanya dilakukan bersama-sama oleh pihak yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan pendidikan tinggi keperawatan, Pelayanan
keperawatan dan kesehatan, serta organisasi profesi keperawatan.
Program pendidikan spesialis bidang keperawatan yang ada saat ini adalah program
pendidikan spesialis maternitas dan ke depan akan dikembangkan program spesialis lain yang
sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai