Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kasus pertama, penderita wanita usia 55 tahun yang bekerja sebagai
padagang sayur di pasar, ingin membuat gigi tiruan lepasan untuk mengganti gigi-
giginya yang hilang atas anjuran mahasiswa kedokteran gigi. Penderita juga
merasa malu karena bila tertawa terlihat sebagian ompong.

Kehilangan gigi geligi dapat menimbulkan berbagai dampak, yaitu


dampak fungsional, sistemik dan emosional. Dampak fungsional yaitu
menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan sehingga mengganggu
status nutrisi. Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa
penyakit sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular (artherosclerosis). Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi
yang ditunjukkan pasien sehubungan dengan status kehilangan gigi yang
dialaminya (Fiske, 1998).

Dari kasus tersebut penderita mengalami kehilangan gigi yang dapat


mempengaruhi kemampuan mengunyah, kualitas hidup, dan nutrisi seseorang
(Gilbert dkk, 2003). Pola kehilangan gigi adalah struktur kehilangan gigi yang
diklasifikasikan atas kehilangan gigi sebagian berdasarkan Klasifikasi Kennedy
dan kehilangan seluruh gigi. Klasifikasi Klas II Kennedy merupakan unilateral
edentulous ridge pada bagian posterior, daerah tak bergigi terletak di bagian
posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang
saja (unilateral). (Giffin, 1996).

Perlunya pembuatan gigi tiruan bertujuan untuk mengembalikan fungsi


dan estetis yang hilang pada kehilangan gigi sebagian atau seluruhnya sehingga
akan memperbaiki kualitas hidup. Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan
oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi
jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan
sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien.

Perawatan dengan GTSL berbahan basis akrilik memiliki estetik yang


baik, relatif lebih nyaman, lebih ringan, dan harga perawatannya murah.
Sementara pilihan perawatan lain dapat menggunakan GTSL dengan metal frame
karena bahan ini nyaman dipakai, desain dari gigi tiruan dapat dibuat lebih
maksimal dan ideal, gaya-gaya yang timbul akibat pengunyahan dapat disalurkan
lebih baik, gingival sulcus lebih sehat, menyalurkan panas lebih cepat, namun
harga yang relatif lebih mahal. Pemilihan perawatan terbaik harus
dipertimbangkan lebih dulu dan disesuaikan dengan latar belakang dan kebutuhan
pasien. Pertimbangan pemilihan perawatan dilihat dari kelebihan dan kekurangan
bahan yang akan menjadi alternatif perawatan untuk pasien.

Pemilihan desain gigi tiruan merupakan hal yang penting untuk


kenyamanan pasien, oleh karenanya diperlukan persiapan lokasi dari dudukan
rest, konektor mayor dan minor, mendesain direct dan indirect retainer,
menghubungkan retensi dengan pendukung, dan mendesain outline.

Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki


fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat
mempertahankan kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat
kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar
gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya
yang kemungkinan akan merusak (Hendersen, 1973).

1.2Rumusan Masalah

- Apa diagnosa dan rencana perawatan pada kasus kelas II ?

- Apa saja rencana perawatan utama dan perawatan alternatif pasien pada kasus
kelas II?

1.3 Tujuan
- Mengetahui diagnosa dan rencana perawatan pada kasus kelas II

- Menganalisis rencana perawatan utama yang diberikan kepada pasien pada


kasus kelas II

- Menganalisis perawatan alternatif tambahan yang dapat diberikan kepada


pasien pada kasus kelas II
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kennedy Kelas II (Gunady dkk, 1995)

Kelas II: Unilateral edentulous ridge pada bagian posterior. Daerah tak bergigi
terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada
salah satu sisi rahang saja (unilateral). Daerah tak bergigi sama seperti Kelas II
Kennedy.

Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan :

1. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.

2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.

3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.

4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka
waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi
temporomandibula.

Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.

Giffin, K.M. 1996. Solving Distal Extension Removable Partial Denture Base
Movement Dilemma : A Clinical Report. J.Pros.Dent. 76(4). 347-9.

Gunadi, Haryanto A., Anton Margo, Lusiana K. Burhan, Freddy Suryatenggara,


dan Indra Setiabudi. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta : Hipokrates.

Henderson, D.; Steffel,V.L. 1973. McCrackens Partial Prosthodontics. 4th ed. The
CV.Mosby Co. St.Louis.

Anda mungkin juga menyukai